Anda di halaman 1dari 2

Kronologi Kematian Marsinah dan Pengusutan Kasusnya

Koronologi

Marsinah bersama rekan-rekannya menggelar aksi mogok pada 3-4 Mei 1993 di
pabriknya, menuntut PT CPS menaikkan upah buruh sesuai Surat Edaran
Gubernur KDH Tingkat I, Jawa Timur Nomor 50 Tahun 1992.

Tuntutan dipenuhi setelah perundingan yang melibatkan Kanwil Depnaker


Sidoarjo dan jajaran Muspika.

Namun, Selasa (4/5/1993) sore, Kodim Sidoarjo melayangkan surat panggilan


terhadap 13 rekan Marsinah agar hadir pada Rabu (5 Mei 1993).

Mereka hadir memenuhi panggilan Kodim Sidoarjo. Dalam pertemuan tersebut,


13 rekan Marsinah menyatakan mundur dari PT CPS. Kodim Sidoarjo mengklaim
tidak ada paksaan dalam pernyataan mundurnya para buruh itu. Manajemen PT
CPS kemudian mendatangi Kodim Sidoarjo untuk menuntaskan administrasi dan
pesangon.

Marsinah yang belum mengetahui hasil pemanggilan 13 rekannya tersebut


kemudian berusaha mencari tahu ke Kodim Sidoarjo. Namun, sesampainya di
sana penjaga mengatakan 13 rekannya sudah pulang.

Tak puas dengan jawaban personel Kodim Sidoarjo, Marsinah kemudian mencari
rekannya, dan bertemu dengan 4 rekannya. Berdasarkan keterangan mereka,
keempat rekannya diberhentikan karena dianggap sebagai motor unjuk rasa di
PT CPS.

Marsinah kemudian meminta berkas surat pemanggilan Kodim Sidoarjo sebagai


bahan untuk protes keesokan harinya. Seusai bertemu rekannya, ia lantas keluar
rumah kontrakannya untuk mencari makanan.

Rabu malam, 25 tahun lalu itulah menjadi akhir bagi rekan-rekannya melihat
Marsinah. Baru kemudian, pada 8 Mei 1993, jenazah Marsinah ditemukan di gubuk
di pinggiran hutan Wilangan, Nganjuk, Jawa Timur.

Sejak semula kasus Marsinah juga tak mulus berjalan. Usaha untuk mengusut
kasus Marsinah dengan lebih serius baru dimulai dengan pembentukan Tim
Terpadu Bakorstanasda Jatim pada September 1993.

Mengutip Kontras Surabaya, tim tersebut kemudian menangkap 8 petinggi PT


CPS secara diam-diam tanpa prosedur resmi, termasuk di antaranya pemilik PT
CPS Yudi Susanto dan Kepala Personalia PT CPS, Mutiari (satu-satunya
perempuan yang ditangkap).

Delapan belas hari kemudian, keberadaan 8 orang yang ditangkap tim tersebut
diketahui sudah ditahan di Polda Jawa Timur. Saat itu, Pengacara Yudi Susanto,
Trimoelja D Soerjadi menyebut upaya tersebut sebagai rekayasa aparat Kodim
untuk mencari kambing hitam pembunuh Marsinah.
Namun secara resmi, tim terpadu telah menangkap dan memeriksa 10 orang
yang diduga terlibat pembunuhan terhadap Marsinah. Satu di antaranya adalah
anggota TNI. Hasil penyelidikan polisi kala itu menyebutkan Suprapto (pekerja
bagian kontrol CPS) menjemput Marsinah dengan menggunakan motor di dekat
rumah kos Marsinah.

Buruh perempuan muda itu lantas dibawa ke pabrik menggunakan Suzuki Carry
putih ke rumah pemilik PT CPS Yudi Susanto di Jalan Puspita Surabaya. Marsinah
kemudian dieksekusi oleh satpam CPS bernama Suwono setelah disekap tiga
hari.

Anda mungkin juga menyukai