Anda di halaman 1dari 20

ADAB BERBICARA DAN MENDENGAR

DALAM ISLAM
ADAB BERBICARA
Semua pembicaraan harus kebaikan, (QS
4/114, dan QS 23/3), dalam hadits nabi SAW
disebutkan:
“Barangsiapa yang beriman pada Allah
Subhanahu Wata’ala dan hari akhir maka
hendaklah berkata baik atau lebih baik diam.”
(HR Bukhari Muslim)
Berbicara harus jelas dan benar, sebagaimana
dalam hadits Aisyah ra:
“Bahwasanya perkataan Rasulullah Saw itu
selalu jelas sehingga bisa difahami oleh semua
yang mendengar.” (HR Abu Daud)
Seimbang dan menjauhi berlarut-larutan, berdasarkan
sabda nabi shallallahu alaihi wasallam:
“Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh
dariku nanti di hari Kiamat ialah orang yang banyak
bercakap dan berlagak dalam berbicara.” Maka dikatakan:
Wahai Rasulullah kami telah mengetahui arti ats-
tsartsarun dan mutasyaddiqun, lalu apa makna al-
mutafayhiqun? Maka jawab nabi shallallahu alaihi
wasallam:
“Orang-orang yang sombong.” (HR Tirmidzi dan
dihasankannya)
Menghindari banyak berbicara, karena khuatir membosankan
yang mendengar, sebagaimana dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Wa’il:
Adalah Ibnu Mas’ud ra senantiasa mengajari kami setiap hari
Kamis, maka berkata seorang lelaki: Wahai abu Abdurrahman
(gelar Ibnu Mas’ud)! Seandainya anda mau mengajari kami
setiap hari? Maka jawab Ibnu Mas’ud : Sesungguhnya tidak ada
yang menghalangiku memenuhi keinginanmu, hanya aku kuatir
membosankan kalian, karena akupun pernah meminta yang
demikian pada nabi shallallahu alaihi wasallam: dan beliau
menjawab kuatir membosankan kami (HR Muttafaq ‘alaih)
Mengulangi kata-kata yang penting jika
dibutuhkan, dari Anas ra bahwa adalah nabi SAW
jika berbicara maka beliau shallallahu alaihi
wasallam:
mengulanginya 3 kali sehingga semua yang
mendengarkannya menjadi faham, dan apabila
beliau shallallahu alaihi wasallam: mendatangi
rumah seseorang maka beliau shallallahu alaihi
wasallam: pun mengucapkan salam 3 kali. (HR
Bukhari)
Menghindari mengucapkan yang bathil, berdasarkan hadits
nabi shallallahu alaihi wasallam:
“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang
diridhai Allah Subhanahu Wata’ala yang ia tidak mengira yang
akan mendapatkan demikian sehingga dicatat oleh Allah
Subhanahu Wata’ala keridhoan-Nya bagi orang tersebut sampai
nanti hari Kiamat. Dan seorang lelaki mengucapkan satu kata
yang dimurkai Allah Subhanahu Wata’ala yang tidak dikiranya
akan demikian, maka Allah Subhanahu Wata’ala mencatatnya
yang demikian itu sampai hari Kiamat.” (HR Tirmidzi dan ia
berkata hadits hasan shahih; juga diriwayatkan oleh Ibnu
Majah)
Menjauhi perdebatan sengit, berdasarkan hadits
nabi shallallahu alaihi wasallam:
“Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapatkan hidayah untuk
mereka, melainkan karena terlalu banyak berdebat.” (HR Ahmad
dan Tirmidzi)
• Dan dalam hadits lain disebutkan sabda nabi shallallahu alaihi
wasallam:
“Aku jamin rumah didasar surga bagi yang menghindari berdebat
sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah ditengah surga bagi yang
menghindari dusta walaupun dalam bercanda, dan aku jamin
rumah di puncak surga bagi yang baik akhlaqnya.” (HR Abu Daud)
Menjauhi kata-kata keji, mencela, melaknat,
berdasarkan hadits nabi shallallahu alaihi
wasallam:
Bukanlah seorang mu’min jika suka mencela,
mela’nat dan berkata-kata keji.” (HR Tirmidzi
dengan sanad shahih)
Menghindari banyak canda, berdasarkan hadits
nabi shallallahu alaihi wasallam:
“Sesungguhnya seburuk-buruk orang disisi Allah
Subhanahu Wata’ala di hari Kiamat kelak ialah
orang yang suka membuat manusia tertawa.”
(HR Bukhari)
Menghindari menceritakan aib orang dan
saling memanggil dengan gelar yang buruk,
berdasarkan QS 49/11, juga dalam hadits
nabi shallallahu alaihi wasallam:
“Jika seorang menceritakan suatu hal padamu
lalu ia pergi, maka ceritanya itu menjadi
amanah bagimu untuk menjaganya.” (HR Abu
Daud dan Tirmidzi dan ia menghasankannya)
Menghindari dusta, berdasarkan hadits
nabi shallallahu alaihi wasallam:
“Tanda-tanda munafik itu ada 3, jika ia bicara
berdusta, jika ia berjanji mengingkari dan jika
diberi amanah ia khianat.” (HR Bukhari)
Menghindari ghibah dan mengadu domba,
berdasarkan hadits nabi shallallahu alaihi
wasallam:
“Janganlah kalian saling mendengki, dan janganlah
kalian saling membenci, dan janganlah kalian saling
berkata-kata keji, dan janganlah kalian saling
menghindari, dan janganlah kalian saling meng-
ghibbah satu dengan yang lain, dan jadilah hamba-
hamba Allah yang bersaudara.” (HR Muttafaq ‘alaih)
Berhati-hati dan adil dalam memuji, berdasarkan hadits
nabi shallallahu alaihi wasallam, dari Abdurrahman bin
abi Bakrah dari bapaknya berkata:
Ada seorang yang memuji orang lain di depan orang tersebut,
maka kata nabi: “Celaka kamu, kamu telah mencelakakan
saudaramu! Kamu telah mencelakakan saudaramu!” (2 kali),
lalu kata beliau: “Jika ada seseorang ingin memuji orang lain
di depannya maka katakanlah: Cukuplah si fulan, semoga
Allah mencukupkannya, kami tidak mensucikan seorangpun
disisi Allah, lalu barulah katakan sesuai kenyataannya.” (HR
Muttafaq ‘alaih dan ini adalah lafzh Muslim)
ADAB MENDENGARKAN
Mereka benar-benar memperhatikan teman
bicara sebagai bentuk penghormatan dan
tidak disibukkan dengan urusan lainnya.
‘Ataa’ bin Abi Rabah berkata,
Ini adalah adab dalam memperhatikan orang
yang sedang berbicara. Al-Hasan Al-Bashri
berkata,
1. Aku arahkan pandanganku padanya jika berbicara
2. Aku luaskan tempat duduknya jika ia akan duduk
(mempersilahkan dan beri tempat yang nyaman,
pent)
3. Aku dengarkan seksama jika ia berbicara.”
(‘Uyuunul Akhbaar 1/307)
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai