Anda di halaman 1dari 58

Peraturan Perundang-Undangan: Ragam Bahasa, Partisipasi

Masyarakat, Ketentuan Lain, Ketentuan Peralihan, Ketentutan


Tambahan, Ketentuan Penutup

Oleh:
Helga Nurmila Sari (02040421007)
Imam Setiawan (02040421008)
1 Ragam Bahasa 4 Ketentuan Tambahan

Contents 2 Partisipasi Masyarakat 5 Ketentuan Lain-Lain

3 Ketentuan Peralihan 6 Ketentuan Penutup

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Content 1
Ragam Bahasa
Pengertian Bahasa Hukum Peraturan Perundang-Undangan

Jimly Asshiddiqie mengatakan bahwa bahasa hukum dalam peraturan perundang-undangan tunduk kepada
kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik yang menyangkut pembentukan kata, penyusunan
kalimat, teknik penulisan, maupun penulisan ejaan dan tanda bacanya, dengan corak tersendiri, yaitu
mempunyai ciri-ciri kejelasan pengertian, kejernihan dan kelugasan perumusan, kebakuan, keserasian, dan
ketaatasasan dalam penggunaan kata-kata sesuai dengan kebutuhan hukum yang dihadapi.
Penggunaan bahasa Indonesia dalam peraturan perundang-undangan selanjutnya dipertegas dalam Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.

The Power of PowerPoint - thepopp.com


 Kejelasan tujuan

 Kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat

Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun  Kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan
2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan menyebutkan tujuh  Dapat dilaksanakan
asas dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan berikut:  Kedayagunaan dan kehasilgunaan

 Kejelasan rumusan

 Keterbukaan

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Kejelasan Rumusan
Kejelasan rumusan maksudnya adalah setiap peraturan perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan peraturan perundang-
undangan, sistematika dan pilihan kata atau terminologi serta bahasa hukumnya jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai
macam interpretasi dalam pelaksanaannya.

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Ciri-Ciri Bahasa Peraturan
Perundang-Undangan
 Lugas dan pasti untuk menghindari kesamaan arti atau kerancuan
 Bercorak hemat kata
 Objektif dan menekan rasa subjektif
 Membakukan makna kata, ungkapan atau istilah yang digunakan
secara konsisten
 Memberikan definisi atau batasan pengertian secara cermat
 Penulisan kata selalu dirumuskan dalam bentuk tunggal
 Penulisan huruf awal sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
menggunakan huruf kapital
Ragam Bahasa
Bahasa peraturan perundang-undangan meliputi dua hal penting. Pertama, format
peraturannya harus benar secara formil. Kedua, pilihan kata dan susunan katanya
harus mengandung norma yang tepat.

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Prinsip Kalimat Peraturan Perundang-Undangan
Setidaknya terdapat empat prinsip yang harus diperhatikan dalam merumuskan kalimat peraturan perundang-undangan

Kejelasan Ketelitian
Kalimat peraturan perundang-undangan haruslah Ketelitian dalam membuat rumusan norma hukum yang

sederhana, singkat, dan mudah dipahami serta tidak berupa perintah, larangan, atau kebolehan.

berbelit-belit 1 2

Konsistensi Kecermatan
Konsistensi dalam penggunaan kata atau istilah dalam
3 4 Setiap kalimat peraturan perundang-undangan harus
memperhatikan:
peraturan perundang-undangan
1. Jelas subjeknya
2. Jelas predikatnya
3. Jelas Objeknya

The Power of PowerPoint - thepopp.com


01 • Hindari penggunaan kata atau frasa yang artinya tidak menentu
atau konteksnya dalam kalimat tidak jelas

Teknik Menyusun • Gunakan kalimat yang tegas, jelas, singkat dan mudah dimengerti

Kalimat Peraturan
Perundang-undangan
02 • Gunakan kaidah tata bahasa Indonesia yang baku
• Gunakan kata “meliputi” untuk memberikan perluasan pengertian kata
Pedoman penyusunan kalimat atau istilah yang sudah diketahui umum tanpa membuat definisi baru

peraturan perundang-undangan

03 • Gunakan kata “tidak meliputi” untuk mempersempit pengertian kata atau istilah yang
sudah diketahui umum tanpa membuat definisi baru
• Hindari pemberian arti kepada kata atau frasa yang maknanya terlalu menyimpang
dari makna yang biasa digunakan dalam pengunaan bahasa sehari-hari

The Power of PowerPoint - thepopp.com


04 • Didalam pengaturan perundang-undangan yang sama, hindari penggunaan hal-hal berikut
1. Beberapa istilah yang berbeda untuk menyatakan satu pegertian yang sama.
2. Satu istilah untuk pengertian yang berbeda
• Bila mengacu ke pasal atau ayat lain, hindari penggunaan frasa, tanpa mengurangi, dengan
tidak mengurangi atau menyimpng dari

05 • Bila menggunakan istilah secara berulang-ulang, sebaiknya definisikan arti kata atau
frasa tersebut atau gunakan singkatan atau akronim untuk menyerhanakan rumusan dalam
peraturan perundang-undangan
• Hindari pembedaan suatu definisi atau batasan pengertian antara yang tercantum dalam
peraturan yang lebih tinggi dengan yang tercantum dalam peraturan yang lebih rendah

06 • Untuk mengantisipasi perubahan nama departemen atau kementerian, penyebutan nama menteri
sebaiknya didasarkan pada tugas dan tanggung jawab dibidang yang bersangkutan
• Penyerapan kata, frasa, atau istilah bahasa asing yang banyak dipakai dan telah disesuaikan ejaannya
dengan kaidah bahasa Indonesia dapat digunakan jika
1. Mempunyai konotasi yang cocok
2. Lebih sigkat bila dibandingkan dengan padanannya dalam bahasa Indonesia

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Subjek bukan benda mati

Subjek harus memiliki kemampuan


untuk melakukan tindakan

Menentukan
Subjek norma adalah pihak yang terkena
Gunakan kalimat aktif
sasaran untuk melaksanakan norma. Dengan

Subjek Norma kata lain subjek adalah pihak


diperintahkan dalam peraturan perundang-
yang

undangan untuk melakukan atau tidak


melakukan sutau tindakan.

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Core idea 01
Gunakan kata "harus" atau "wajib" untuk kewajiban
bertindak

01
Core idea 02
Menentukan Operator
Gunakan kata "dilarang" untuk perintah tidak melakukan
norma dan objek norma 02 sesuatu
atau Predikat norma
03
Core idea 03
Berhati-hati menggunakan kata dapat

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Pemilihan Kata

Hindari kata yang bermakna samar Hindari kata yang tak berbatas Hindari kata yang berlebihan

Step 01 Step 02 Step 03 Step 04 Step 05

Hindari kata yang bermakna ambigu Hindari kata yang bermakna ganda

The Power of PowerPoint - thepopp.com


TEKNIK PENGACUAN

01

Teknik pengacuan dilakukan dengan


menunjuk pasal atau ayat dari peraturan
perundang-undangan yang bersangkutan
atau peraturan perundang-undangan lain
dengan menggunakan frasa “sebagaimana
yang dimaksud dalam pasal” atau
“sebagaimana dimaksud pada ayat”

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Pengacuan lebih dari dua terhadap pasal
atau ayat yang berurutan, tetapi ada ayat
dalam salah satu pasal yang dikecualikan,
02 pasal atau ayat yang tidak ikut diacu
04
dinyatan dengan kata “kecuali”

Pengaucuan lebih dari dua terhadap pasal, Kata “pasal ini” tidak perlu digunakan jika
ayat atau huruf yang berurutan tidak perlu 03 ayat yang diacu merupakan salah satu ayat
menyebutkan, pasal demi pasal, ayat demi dalam pasal yang bersangkutan
ayat, atau hruf demi huruf yang diacu,
tetapi cukup dengan menggunakan frasa
“sampai dengan”

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Jika ada dua atau lebih pengacuan, urutan
dari pengacuan dimulai dari ayat dalam
pasal yang bersangkutan (jika ada),
kemudian diikuti dengan pasal atau ayat
06
yang angkanya lebih kecil

Pengacuan dilakukan dengan

05 mencantumkan secara singkat materi


pokok yag diacu

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Pengacuan hanya dapat dilakukan ke
peraturan perundang-undangan yang
08
tingkatannya sama atau lebih tinggi

Hindari pengacuan ke pasal atau ayat yang

07 terletak setalah pasal atau ayat yang


bersangkutan

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Pengacuan untuk menyatakan berlakunya
berbagai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang tidak disebutkan secara
09 rinci, menggunakan frasa “sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan”

Pengacuan dilakukan dengan menyebutkan


secara tegas nomor dari pasal atau ayat 10
yang diacu dan tidak menggunakan frasa
“pasal yang terdahulu” atau “pasal tersebut
diatas”

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Untuk menyatakan peraturan peaksanaan dari suatu peraturan
11 perundang-undanagan dinyatakan masih tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan gunakan frasa “dinyatakan masih tetap
berlakusepanjang tidak bertenangan dengan ketentuan dalam
….. (jenis peraturan perundang-undangan yang bersangkutan)
ini”

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Ragam Bahasa dalam Peraturan Perundang-undangan

Yup

12

Jika peraturan perundang-undangan yang


dinyatakan masih teta berlaku hanya
sebagian dari ketentuan peraturan
perundang-undangan tersebut, gunakan
frasa “dinyatakan tetap berlaku, kecuali”

The Power of PowerPoint - thepopp.com


• Gunakan struktu yang parallel
• Hindari kata yang bermakna samar, bermakna ganda,
dan bermakna ambigu
• Pilihlah perbendaharaan kata secara cermat, meliputi
kata serapan, kata atau/istilah asing, pengandaian dan
ungkapan idomatik
• Hindari penggunaan kata benda yang sambung
menyambung
• Kurangi kata-kata yang tumpang tindih dan asing
(tidak ada hubungannya)
• Gunakan model atau format yang tepat

Merumuskan
Norma Hukum • Tulislah kalimat secara singkat
• Letakan setiap bagian dari kalimat pada urutan yang
logis, makna urutan yang logis dapat merujuk pada
kaidah tata bahasa Indonesia. Struktur kalimat terdiri
dari Subyek (S), Predikat (P), Obyek (O), dan
keterangan (K)
• Hindari pengunaan frasa dan klausua yang rancu
• Gunakan kalimat aktif seauh memungkinkan
• Gunakan klausul kata kerja dan kata sifat dari kata
benda
• Gunakan kata positif, walaupun ingin menjelaskan
yang sifatnya negative
Content 2
Partisipasi Masyarakat
Makna Partisipasi Masyarakat

Istilah partisipasi berasal dari bahasa Inggris


participation yang artinya pengikutsertaan

Secara bahasa partisipasi berarti turut berperan serta dalam suatu kegiatan, mulai dari
perencanaan hingga evaluasi. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan mendefiniskan partisipasi sebagai
keikutsertaan atau peran serta masyarakat dalam kegiatan pembentukan peraturan
perundang-undangan mulai dari perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan
atau penetapan, hingga pengundangan yang dilakukan baik secara lisan maulun
tertulis, baik langsung maupun tidak langsung.

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Pertama Partisipasi sebagai kebijakan

4 Konsep Kedua Partisipasi sebagai strategi

Partisipasi
Masyarakat Ketiga Partisipasi sebagai alat komunikasi

Keempat Partisipasi sebagai alat penyelesaian sengketa

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Bentuk Partisipasi Masyarakat
mengikutsertakan anggota masyarakat mempublikasikan rancangan peraturan
yang dianggap ahli dan independen dalam melakukan uji sahih kepada pihak-pihak lerundang-undangan agar mendapatkan
tim atau kelompok kerja tertentu untuk mendapatkan tanggapan tanggalan masyarakat/ publik.

Step 01 Step 02 Step 03 Step 04 Step 05

melakukan public hearing melalui seminar, mengadakan kegiatan musyawarah atas

lokakarya, atau mengundang pihak-pihak peraturan perundang-undangan sebelum secara

yang berkepentingan rsmi dibahas oleh institusi yang berkompeten

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat sejatinya merupakan bagian integral dari sistem pembentukan peraturan lerundang-undangan
di Indonesia yang semestinya harus diperhatikan guna menghasilkan produk peraturan perundang-undangan yang
baik dan dapat diterima oleh masyarakat sebagai subjek yang diatur dalam peraturan tersebut. Ketentuan mengenai
partisipasi diatur dalam Pasal 96 UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
dan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Tahap Partisipasi Masyarakat
3 Tahap Partisipasi Masyarakat menurut Saifudin

Final mission 3 Partisipasi masyarakat pada tahal post legislative

Second mission 2 Partisipasi masyarakat pada tahap legislative

First mission 1 Partisipasi masyarakat pada tahap ante legislative

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Partisipasi pada tahap ante legislative
Tahap partisipasi masyarakat menurut Saifudin

Project 01 Project 02
Partisipasi masyarakat dalam bentuk penelitian Partisipasi masyarakat dalam bentuk diskusi,
lokakarya, dan seminar

Project 03 Project 04
Partisipasi dalam bentuk pengajuan usul inisiatif Partisipasi masyarakat dalam bentuk perencanaan
peraturan perundang-undangan

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Tahap legislative
Tahap partisipasi masyarakat menurut Saifudin

Idea 06 Idea 01
Partisipasi masyarakat dalam bentuk diskusi, lokakarya, Partisipasi masyarakat dalam bentuk audiensi
dan seminar
06 01

Idea 05 Idea 02
Partisipasi masyarakat dalam bentuk unjuk rasa 05 02 Partisipasi masyarakat dalam bentuk rancangan undang-
undang alternatif

04 03
Idea 04 Idea 03
Partisipasi masyarakat dalam bentuk masukan mellaui Partisipasi masyarakat dalam bentuk masukan melalui
media elektronik media cetak

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Core idea 01
Unjuk rasa terhadap peraturan perundang-undangan yang
baru

01
Core idea 02
Tahap post 02
Tuntutan pengajuan terhadap peraturan perundang-undangan

legislative
03
Core idea 03
Sosialisasi peraturan perundang-undangan

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Melahirkan Peraturan
Perundang-undangan yang
Responsif
Pembentukan peraturan perundang-undangan yang partisipatif, didalamnya
mengandung dua makna: Pertama, prises mekanisme dalam pembentukan
peraturan perundang-undangan yang harus dilakukan secara transparan sehingga
masyarakat dapat berpartisipasi memberikan masukan-masukan dalam mengatur
suatu persoalan. Kedua, substansi atau materi yang akan diatur harus ditujukan
bagi kepentingan masyarakat luas sehingga menghasilkan suatu peraturan
lerundang-undangan yang demokratis berkarakter responsif.

The Power of PowerPoint - thepopp.com


01
Dalam proses pembuatan perundang-undangan
sejak awal hingga evaluasi, pelaksanaannya
01 memerlukan keterlibatan masyarakat secara aktif

3 Ciri Produk 02
Ciri 02
Hukum yang Materi atau substansi norma dalam peraturan
perundang-undangan harus sesuai dengan aspirasi
Responsif masyarakat

03 03
Segala peraturan perundang-undangan yang menjadi peraturan
pelaksana dari peraturan yang dibentuk harus sesuai dengan makna
dan norma dasar yang terkandung dalam peraturan tersebut.

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Content 3
Pengertian

Bagir Manan, Aturan peralihan hakikatnya merupakan suatu


politik hukum dan sekligus asas pembentukan hukum serta
keberadaan suatu hukum tertulis atau suatu peraturan

Ketentuan perundang-undangan. Dengan demikian, ketentuan mengenai

Peralihan
aturan peralihan tidak dijumpai dalam hukum tidak tertulis.

Jimly Asshiddiqie, Aturan peralihan atau ketentuan peralihan


adalah ketentuan yang berisi norma peralihan yang berfungsi
mengatasi kemungkinan terjadinya kekosongan hukum
sebagai akibat peralihan normative dari ketntuan lama ke
ketentua baru.

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Fungsi Ketentuan
Peralihan
Ketentuan peralihan (Trnasitional Provision- Overgangs
Bapalingen) dalam suatu peraturan perundang undangan merupakan
suatu ketentuan hukum yang berfungsi untuk menjaga jangan
sampai terdapat pihak-pihak yang dirugikan dengan adanya
perubahan ketentuan dalam suatu peraturan perundang-undangan.
Ketentuan dalam peraturan peralihan dimaksudkan agar segala
hubungan hukum atau tindakan hukum yang telah dilakukan atau
sedang dilakukan dan belum selesai prosesnya berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang diubah (yang lama)
jangan dirugikan sebagai akibat berlakunya peraturan yang baru.

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Lanjutan...
Instrumen yang mengatur keadaan hukum
Sebagai dasar hukum agar peraturan lama dari peraturan lama akibat kehadiran aturan Menjamin ketertiban sebagai suatu akibat
tetap berlaku baru perubahan peraturan perundang-undangan

Step 01 Step 02 Step 03 Step 04 Step 05

Menghindari atau meniadakan kekosongan Kepentingan kepastian dan perlindungan


hukum hukum

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Tujuan Ketentuan
Peralihan
1. Menghindari kekosongan hukum
2. Menjamin Kepastian Hukum
3. Memberikan perlindungan hukum bagi pihak yang
terkena dampak perubahan ketentuan perundang-
undangan
4. Mengatur hal-hal yang bersifat transisional atau
bersifat sementara

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Lex Posteriori Derogat Legi Generali

Sekali dibentuk peraturan perundang-undangan yang baru,


peraturan perundang-undangan lama yang mengatur pokok
yang serupa secara hukum menjadi tidak berlaku lagi,
termasuk peraturan perundang-undangan yang berada pada

Lahirnya Ketentuan hierarki lebih rendah.

Peralihan Ubi Societas Ibi Ius


Pembentukan peraturan perundang-undangan tidak berada
dalam suatu ruang kosong. Sebelum suatu peraturan
perundang-undangan baru terbentuk, telah ada peraturan
perundang-undangan lama yang memiliki substansi sama
dengan peraturan perundang yang baru.

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Materi Muatan 1. Mengatur hubungan antara aturan hukum yang lama dan aturan hukum yang baru
2. Mengatur keadaan atau hubungan hukum yang telah timbul atau sedang timbul berdasarkan aturan lama
3. Mengatur hubungan waktu bagi aturan lama, keadaan atau hubungan hukum yang telah ada serta penyesuaiannya dengan aturan baru

Materi Muatan Menurut Muhajir Effendy


4. Penyesuaian isi peraturan lama dengan peraturan baru : jika isi peraturan lama tidak bertentangan dengan peraturan baru maka ia tetap
berlaku (biasanya merujuk pada peraturan pelaksana dari peraturan lama
5. Semua konsekuensi hubungan hukum atau tindakan hukum (misal, penetapan kawasan atau pemberian izin) berdasarkan peraturan lama
tetap berlaku berdasarkan peraturan yang baru
6. Penyimpangan atau penundaan sementara terhadap hubungan hukum atau tindakan hukum tertentu.

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Kerancuan Penempatan
Kesalahan yang sering terjadi adalah baik dalam merumuskan
maupun menempatkan rumusan status peraturan pelaksanaan dari
suatu undang-undang yang telah ada pada saat undang-undang
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pembentuk undang-undang
ada yang menempatkan ketentuan tersebut dalam Peraturan

Kerancuan
Peralihan ada juga yang menempatkan dalam Peraturan Penutup.

Lanjutan...
Padahal dalam teknik penyusunan peraturan perundang-undangan kedua ketentuan
tersebut memiliki fungsi yang berbeda secara esensial antara yang satu dan yang lain.
Sebagai contoh mengenai kerancuan dalam menempatkan materi ketentuan peraliahn
tersebut dapat kita temukan dalam ketentuan Pasal 37 Ayat (1) Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Ketentuan Pasal 37 tersebut ditempatkan
dalam peraturan peralihan.
Bandingkan dengan ketentuan dalam Pasal 159 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas, dimana ketentuan dalam Pasal tersebut ditempatkan dalam
Ketentuan Penutup.

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Latar Belakang
Kerancuan
Kerancuan sebagaimana di atas dapat terjadi sebagai akibat kurang
jelasnya rumusan dalam Petunjuk Teknis Penyusunan Peraturan
Perunadng-Undangan sebagaimana dirumuskan dalam Petunjuk
Nomor 100 (untuk ketentuan Peralihan) dan petunjuk nomor 111 huruf
c (untuk ketentuan penutup). Dalam petunjuk tentang Ketentuan
Peralihan sama sekali tidak dijumpai penjelasan mengenai apa
sebenarnya fungsi ketentuan peralihan dalam suatu peraturan
perundang-undangan.
Dari rumusan petunjuk Nomor 100 kerancuan dimulai dari frasa
“memuat penyesuaian terhadap peraturan perunadng-undangan yang
sudah ada”. Frasa ini sering disalah tafsirkan atau dirancukan dengan
bagaimana status dari Peraturan Perundang-Undangan yang sudah ada
sebagaimana dalam petunjuk Nomor 111 huruf c dan contoh pada
petunjuk Nomor 122 yang merupakan materi dari ketentuan penutup

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Untuk menghindari kerancuan
Untuk menghindari kerancuan yang berkelanjutan mengenai penempatan
ketentuan yang mengatur penyesuaian Peraturan Perundang-Undangan yang

Catatan
sudah ada pada saat peraturan yang baru mulai berlaku, perlu dilakukan
penyempurnaan pada rumusan petunjuk Nomor 100
Ketentuan penutup memuat :
1. Penunjukan organ atau lata kelengkapan yang melaksanakan undang-undang
2. Nama singkat PUU
3. Status PUU yang sudah ada
4. Saat mulai berlaku

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Setelah sebuah peraturan baru berlaku, maka segala hubungan hukum yang ada atau tindakan hukum yang terjadi baik

Konsekuensi Hukum sebelum, pada saat, maupun sesudah peraturan baru itu dinyatakan berlaku, harus tunduk pada peraturan yang baru
Berhubungan erat jika peraturan baru tersebut ternyata diberlakusurutkan (kecuali pada peraturan tentang pidana dan/atau
pemidanaan yang tidak diperbolehkan berlaku surut dengan syarat, pemberlakuan surut itu tidak boleh memberikan beban
konkret pada masyarakat) maka penyimpangan/penundaan sementara dapat diberlakukan

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Content 4
Ketentuan Tambahan
Jimly Asshiddiqie,

Aturan tambahan adalah ketentuan yang berisi tambahan norma terhadap substansi
pokok yang hendak diatur dalam undang-undang. Dikatakan sebagai ketentuan
tambahan, karena isinya bukan substansi yang bersifat utama atau pokok, melainkan
hanya menyangkut hal-hal lain yang seharusnya menjadi materi undang-undang lain.

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Penempatan Pertanyaan Jawaban
Biasanya ketentuan tambahan ditempatkan sebelum Aturan tambahan merupakan suatu ketentuan yang mandiri
Mengapa ketentuan dalam aturan tambahan
ketentuan peralihan dan ketentuan penutup. Sesuai dan tidak menyimpang dari ketentuan yang telah diatur oleh
tidak ditempatkan sebagai aturan peralihan ?
pasal-pasal sebelumnya.
dengan kebutuhan, ketentuan tambahan dapat pula
Mengapa harus disebut aturan tambahan?
dimuat dalam ketentuan penutup. Namun pada
Aturan tambahan dianggap sebagai tambahan dari ketentuan
umumnya ketentuan tambahan dimuat dalam bab
yang sebelumnya telah diatur dalam pasal pasal sebelumnya
tersendiri.

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Content 5
Ketentuan Lain-Lain
Pengelompokan materi muatan dirumuskan secara lengkap sesuai dengan kesamaan
materi yang bersangkutan dan jika terdapat materi muatan yang diperlukan tetapi
tidak dapat dikelompokkan dalam ruang lingkup pengaturan yang sudah ada,
materi tersebut dimuat dalam bab ketentuan lain-lain.

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Content 6
Ketentuan Penutup
Ketentuan Penutup ditempatkan dalam bab terakhir. Jika tidak diadakan
pengelompokan bab, Ketentuan Penutup ditempatkan dalam pasal atau
beberapa pasal terakhir.

Pada umumnya Ketentuan Penutup memuat ketentuan mengenai:


1. penunjukan organ atau alat kelengkapan yang melaksanakan Peraturan
Perundang-undangan;
2. nama singkat Peraturan Perundang-undangan;
3. status Peraturan Perundang-undangan yang sudah ada;
4. saat mulai berlaku Peraturan Perundang-undangan.

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Project 1 Project 2 Project 3

Penunjukan organ atau alat kelengkapan yang melaksanakan Peraturan Perundang-

Penunjukan Organ undangan bersifat menjalankan (eksekutif), misalnya, penunjukan pejabat tertentu
yang diberi kewenangan untuk memberikan izin, dan mengangkat pegawai.

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Penulisan Nama Singkat
Nama singkat yang dimaksud adalah penulisan nama singkat peraturan perundang-undangan

Pertama Kedua
Nama singkat tidak memuat pengertian yang Nama Peraturan Perundang-undangan yang sudah

menyimpang dari isi dan nama peraturan. singkat tidak perlu diberikan nama singkat.
1 2

Ketiga Keempat
Bagi nama Peraturan Perundang-undangan yang panjang dapat
3 4 Sinonim tidak dapat digunakan untuk nama singkat.
dimuat ketentuan mengenai nama singkat dengan memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1. nomor dan tahun pengeluaran peraturan yang bersangkutan
tidak dicantumkan;
2. nama singkat bukan berupa singkatan atau akronim, kecuali
jika singkatan atau akronim itu sudah sangat dikenal dan tidak
menimbulkan salah pengertian.

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Pertama Keempat
Jika materi muatan dalam Peraturan Perundang-undangan yang baru menyebabkan Untuk mencabut Peraturan Perundang-undangan yang telah
perubahan atau penggantian seluruh atau sebagian materi muatan dalam Peraturan
diundangkan dan telah mulai berlaku, gunakan frasa dicabut dan
Perundang-undangan yang lama, dalam Peraturan Perundang-undangan yang baru
dinyatakan tidak berlaku.
harus secara tegas diatur mengenai pencabutan seluruh atau sebagian materi muatan
Peraturan Perundang-undangan yang lama.

Jika jumlah Peraturan Perundang-undangan yang dicabut lebih dari 1


(satu), cara penulisan dilakukan dengan rincian dalam bentuk tabulasi.

Kedua Kelima
Status PUU yang Rumusan pencabutan Peraturan Perundang-undangan diawali Pencabutan Peraturan Perundang-undangan disertai dengan

Sudah Ada dengan frasa Pada saat …(jenis Peraturan Perundang-undangan)


ini mulai berlaku, kecuali untuk pencabutan yang dilakukan
keterangan mengenai status hukum dari peraturan pelaksanaan
atau keputusan yang telah dikeluarkan berdasarkan Peraturan
dengan Peraturan Perundang-undangan pencabutan tersendiri. Perundang-undangan yang dicabut.

Ketiga Keenam
Demi kepastian hukum, pencabutan Peraturan Perundang- Untuk mencabut Peraturan Perundang-undangan yang
undangan tidak dirumuskan secara umum tetapi menyebutkan telah diundangkan tetapi belum mulai berlaku, gunakan
dengan tegas Peraturan Perundang-undangan yang dicabut. frasa ditarik kembali dan dinyatakan tidak berlaku.

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Pada dasarnya Peraturan Perundang-undangan mulai

Keyword 01 berlaku pada saat Peraturan Perundang-undangan


tersebut diundangkan.

Jika ada penyimpangan terhadap saat mulai berlakunya Peraturan


Perundang-undangan tersebut pada saat diundangkan, hal ini
Keyword 02 dinyatakan secara tegas di dalam Peraturan Perundang-undangan
tersebut

Mulai Berlakunya Tidak menggunakan frasa ... mulai berlaku efektif pada tanggal ...
atau yang sejenisnya, karena frasa ini menimbulkan ketidakpastian
Keyword 03
Undang-Undang mengenai saat berlakunya suatu Peraturan Perundang-undangan
yaitu saat diundangkan atau saat berlaku efektif.

Pada dasarnya saat mulai berlaku Peraturan Perundang-undangan adalah sama


bagi seluruh bagian Peraturan Perundang-undangan dan seluruh wilayah
Keyword 04 negara Republik Indonesia atau seluruh wilayah Provinsi, Kabupaten/Kota
untuk Peraturan Daerah Provinsi, Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Penyimpangan terhadap saat mulai berlaku Peraturan Perundangundangan dinyatakan


secara tegas dengan:

Keyword 05 1. menetapkan ketentuan dalam Peraturan Perundang-undangan itu yang berbeda


saat mulai berlakunya;
2. menetapkan saat mulai berlaku yang berbeda bagi wilayah negara tertentu.

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Pada dasarnya mulai berlakunya Peraturan

Keyword 06 Perundang-undangan tidak dapat ditentukan lebih awal


daripada saat pengundangannya.

Jika ada alasan yang kuat untuk memberlakukan Peraturan Perundang-undangan lebih awal daripada saat
pengundangannya (berlaku surut), diperhatikan hal sebagai berikut:

Keyword 07
1. ketentuan baru yang berkaitan dengan masalah pidana tidak ikut diberlakukan surut
2. rincian mengenai pengaruh ketentuan berlaku surut dimuat dalam ketentuan peralihan
3. awal dari saat mulai berlaku Peraturan Perundang-undangan ditetapkan tidak lebih dahulu daripada
saat rancangan Peraturan Perundang-undangan tersebut mulai diketahui oleh masyarakat

Saat mulai berlaku Peraturan Perundang-undangan,

Lanjutan... Keyword 08 pelaksanaannya tidak boleh ditetapkan lebih awal daripada saat
mulai berlaku Peraturan Perundang-undangan yang mendasarinya.

Peraturan Perundang-undangan hanya dapat dicabut

Keyword 09 dengan Peraturan Perundang-undangan yang


tingkatannya sama atau lebih tinggi.

Pencabutan Peraturan Perundang-undangan dengan Peraturan Perundang-undangan

Keyword 10
yang tingkatannya lebih tinggi itu dilakukan, jika Peraturan Perundang-undangan yang
lebih tinggi itu dimaksudkan untuk menampung kembali seluruh atau sebagian materi
muatan Peraturan Perundang-undangan lebih rendah yang dicabut itu.

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Thanks
Any Question?
“Love the life you live. Live the life you love.”

Anda mungkin juga menyukai