Oleh kelompok 4
Dosen pengampu
Ns. Nurleny M. Kep
KONSEP LANSIA
1. Defenisi lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas, merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupan. menua juga
merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh (Dewi,
2014).
2. Klasifikasi lansia
Depkes RI dalam Kholifah (2016) mengklasifikasikan batasan usia lansia menjadi tiga,
yaitu:
Pralansia (prasenilis), seseorang yang berada pada usia antara 45-59 tahun,
Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun keatas,
Lansia beresiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebihatau seseorang
lansia yang berusia 60 tahun atau lebih yang memiliki masalah kesehatan.
Proses menua
Proses penuaan adalah proses alamiah dimana sesorang telah
melalui tahap tahap kehidupan dari neonatus, toddler, pra-school, school,
remaja, dewasa dan terakhir lansia. Pada usia lansia ini seseorang
mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya seharihari lagi (Padila, 2013).
Proses penuaan berhubungan dengan perubahan degeneratif pada
kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan
tubuh lainnya. Selain itu, terdapat beberapa penyakit yangsering diderita
lansia, yaitu: hipertensi, gangguan pendengaran dan penglihatan,
demensia, osteoporosis, dan lain-lain (Kholifah, 2016).
Masalah Kesehatan yang Terjadi pada Lansia
Beberapa penyakit yang sering dijumpai pada lanjut usia sebagai berikut yaitu
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 67, 2015):
Hipertensi primer disebut juga hipertensi Penyebab dari hipertensi sekunder meliputi: penggunaan estrogen,
idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. penyakit ginjal, sinrom cushing, dan hipertensi yang berhubungan
faktor yang mempengaruhinya yaitu: genetik, dengan kehamilan.Penyebab hipertensi pada Lansia terjadi
lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis system karena adanya perubahan pada:
renin, angiotensin dan peningkatan Na + Ca Elastisitas dinding aorta menurun
intraseluler. faktor-faktor yang meningkatkan Katub jantung menebal dan menjadi kaku
resiko yaitu: obesitas, merokok, alkohol Kemampuan kemampuan jantung memompa darah menurun
polisitemia, asupan lemak jenuh dalam jumlah menyebabkan menurunya kontraksi dan volumenya, hal ini
besar, dan stres. disebabkan oleh 1% setiap tahunnya sesudah berumur 20 tahun
kemampuan jantung memompa darah menurun.
Kehilangan elastisitas pembuluh darah, hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Manifestasi klinis penyakit hipertensi
Menurut (Aspiani, 2015), Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak sama pada
setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala. Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh
penderita hipertensi sebagai berikut:
Sakit kepala
Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
Berdebar atau detak jantung terasa cepat
Telinga berdenging
Pada penderita hipertensi tidak ada gejala diawal, kalaupun ada biasanya ringan dan tidak spesifik
seperti pusing, tenguk terasa pegal, dan sakit kepala. Gejala yang dirasakan oleh penderita hipertensi
yang sudah berlangsung lama dan tida diobati maka akan tibul gelaja antara lain: sakit kepala,
pandangan mata kabur, sesak napas dan terengah-engah, pemengkakan pada ekstremitas bawah, denyut
jantung kuat dan cepat (Pratiwi & Mumpuni, 2017).
Patofisiologi
Faktor predisposisi yang saling berhubungan juga turut serta menyebabkan peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Diantaranya adalah faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer adalah faktor genetik, gangguan emosi, obesitas,
konsumsi alkohol, kopi, obat-obatan, asupan garam, stress, kegemukan, merokok, aktivitas fisik yang kurang. Sedangkan faktor
sekunder adalah kelainan ginjal seperti tumor, diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta, kelainan endokrin lainnya seperti
obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme dan pemakaian obatobatan seperti kontasepsi oral dan kartikosteroid
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor pada medulla di otak. Dari
pusat vasomotor ini bermula jarak saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang
bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuro preganglion melepaskan asetikolin, yang
akan merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluhdarah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar
adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.
Pada Lansia terjadi perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer yang bertanggung jawab pada
perubahan tekanan darah. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang ada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang di pompa oleh
jantung ( volume sekuncup ) mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.
Komplikasi hipertensi
Krisis hipertensi
Penyakit jantung dan pembuuh darah, seperti: jantung koroner dan
penyakit jantung hipertensi, gagal jantung.
Stroke
Ensefalopati hipertensi, merupakan sindroma yang ditandai dengan
perubahan neurologis mendadak yang muncul akibat tekanan arteri
meningkat dan akan kembali norma jika tekanan darah menurun.
Nefrosklerosis hipertensi.
Retinopati hipertensi
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium IVP
• Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor
mengidentifikasi penyebab
resiko seperti hipokoagubilita, anemia. hipertensi, seperti batu
• BUN /kreatinin : memberikaan informasi tentang perfusi / ginjal, perbaikan ginjal.
fungsi ginjal.
• Glukosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin. Urinalisa :
darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
Foto thorax
Ct scan dan EKG
menujukkan destruksi
CT scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
EKG : dapat menunjukkan pola rengangan, dimana luas,
klasifikasi pada area katup,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit pembesaran jantung
jantung hipertensi.
Penatalaksanaan
Farmakologis nonfarmakologis
Pengobatan hipertensi perlu dilakukan seumur hidup
Penatalaksaan ini dapat dilakukan dengan
penderitannya. Dalam pengobatan hipertensi obat
cara memodifikasi gaya hidup yang dapat
standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli
meningkatkan faktor resiko yaitu dengan :
Hipertensi, antara lain obat deuretik, Penekat Betha,
Antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat
digunakan sebagai obat tunggal awal dengan
Konsumsi gizi seimbang dan
memperhatikan keadaan penderitanya dan penyakit
pembatasan gula, garam dan lemak.
diderita penderita.
Mempertahankan berat badan ideal.
Bila tekanan darah tidak turun selama satu bulan,
Gaya hidup aktif/olahraga teratur.
maka dosis obat dapat disesuaikan sampai dengan
Stop merokok.
dosis maksimal atau dapat pula menambah obat
Membatasi konsumsi alkohol (bagi yang
dengan golongan lain atau mengganti obat pertama
minum).
dengan obat golongan lain. sasaran penurunan
Istirahat yang cukup dan kelola stres
tekanan darah yaitu ≥ 140/90mmHg dengan efek
samping minimal.
Asuhan keperawatan teoritis lansia dalam keluarga
2. Pola komunikasi
Biasanya keluarga mengatakan, komunikasi selalu didukung dengan anak anak dirumah maupun yang diluar rumah.
2. Fungsi sosialisasi
Biasanya keluarga mengikuti kegiatan social misalnya Tn. Y mengikuti tahlilan setiap Kamis
malam, Ny. M mengikuti tahlil setiap Selasa malam hal ini merupakan contoh konkrit bagi
keluarga.
3. Fungsi perawatan
Biasanya dalam hal kesehatan keluarga tahu tentang diet yang harus diberikan pada Tn.Y tapi tidak
tahu banyak tentang hal-hal yang berkaitan dengan sekitarnya. Keluarga jarang kontrol untuk
memeriksakan dirinya misalnya cek tekanan darah dan tidak ikut dalam posyandu lansia. tetapi
sekarang hanya perlu pengawasan dan perawatan saja , hanya sekarang tekanan darah selalu diatas
normal tapi Tn.Y jarang kontrol karena tidak mengeluhkan pusing. Kemudian pada Ibu W juga
memberikan ASI pendamping meskipun bayinya masih berusia 1,5 bulan dikarenakan Ibu W tidak
mengetahui masalah-masalah tentang menyusui
Stres dan koping keluarga
1. Stresor yang dimiliki
Stresor jangka pendek
Biasanya karena hipertensi pada lansia Tn. Y mencari obat tradisional.
Stresor jangka panjang
Biasanya karena hipertensi Tn.Y takut akan kandungan makanan yang dimakan dapat memicu tekanan
darah naik.
Mulut dan hidung Bibir tidak kering dan tidak terdapat tanda tanda
sianosis
Dada dan paru-paru Pergerakkan dada terlihat sama kanan dan kiri, suara
jantung S, dan S2 tunggal, tidak terdapat suara
ronchi, wheezing, mur-mur dan gallop
Reproduksi Simetris
2 Hipervolemia
4 Intoleransi Aktivitas
Intervensi keperawatan
Thank you...