Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH TERAPI KOMPLEMENTER PIJAT REFLEKSI KAKI

PADA LANSIA DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
Dosen Pengampu : Ns. Elmie Muftiana, M.Kep

Disusun Oleh :
NIM NAMA
1863165 Destria Ardiana Putri
5
1863171 Ahmad Ayub Kurnianto
5
1863167 Rifka Anissa
0
1863171 Siska Munika
0
1863166 Eka Nur Aisyah
8

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2021/2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Terapi
Komplementer Pijat Refleksi Pada Lansia Dengan Penyakit Hipertensi" dengan
tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah
Keperawatan Gerontik. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan
tentang pengobatan non farmakologi pada lansia dengan penyakit non farmakologi

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Elmie Muftiana, M.Kep


selaku dosen Mata Kuliah Keperawatan Gerontik. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah
ini.Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Ponorogo, 4 November 2021

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Lanjut usia adalah bagian proses tumbuh kembang. Lansia
mengalami kemunduran baik pada area fisik, mental da sosial. Salah satu
contoh kemunduran fisik pada lansia adalah rentannya lansia terhadap
penyakit, khususnya penyakit degeneratif yaitu hipertensi. Hipertensi
dikenal juga dengan sebutan tekanan darah tinggi. Hipertensi dapat
terjadi apabila peningkatan tekanan darah sistol dan diastol secara
konsisten di atas 140/90 mmHg(Potter & Perry, 2010). Hipertensi dapat
menyerang berbagai kalangan masyarakat dari tingkat sosial tinggi hingga
menengah kebawah selain itu meningkatnya usia pada seseorang beresiko
untuk menderita hipertensi akan semakin besar karena pengaruh usia
seseorang terhadap kemunculan stres juga sering terjadi. Pada lansia
yang mengalami hipertensi mengalami peningkatan kekakuan pembuluh
darah arteri dan energi di dalam tubuh tidak lancar.
Meningkatnya pervalensi kasus hipertensi di beberapa Negara
berkembang akibat meningkatnya kemakmuran negara, perubahan gaya
hidup terutama kota besar sebagaian penelitian epidemologi menunjukkan
adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi
hipertensi di berbagai penjuru dunia. Menurut WHO (2011) ada 1
milyar orang di dunia menderita hipertensi dan dua per-tiga diantaranya
berada di negara berkembang yang berpenghasilan rendah – sedang
prevalensi hipertensi diperkirakan akan terus meningkat. Penyebab
hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan –
perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun, katub jantung menebal
dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1%
setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa
darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya,
kehilangan elastisitas pembuluh darah, hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer. Adapun factor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya hipertensi pada lansia antara lain stress,
merokok, minum alkohol, obesitas, minum kopi, konsumsi garam kurang
dari 2300 mg per hari atau kurang dari 1500 mg pada penderita
hipertensi (Aminuddin, 2015).
Penatalaksanaan hipertensi secara umum dilakukan dengan dua
cara yaitu secara farmakologis dan non – farmakologis. Pada saat obat
anti – hipertensi di perlukan, pengobatan non – farmakologi dapat
digunakan sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan
yang lebih baik yaitu penatalaksanaan non –farmakologis salah
satunya adalah dengan pijat refleksi kaki. Pada lansia yang mengalami
hipertensi biasanya mengalami peningkatan kekakuan pembuluh darah
arteri dan energi di dalam tubuh tidak lancar, maka dibutuhkan terapi
non farmakologis yaitu dengan cara pijat refleksi kaki dimana pijat
ini akan dapat memberikan perasaan rileks dan segar .
Pijat refleksi kaki atau sering disebut dengan pijat
refleksiologi adalah jenis pengobatan yang mengadopsi kekuatan dan
ketahanan tubuh sendiri, dengan cara memberikan sentuhan pijatan
pada lokasi dan tempat yang sudah dipetakan sesuai pada zona
terapi. Tekanan darah tinggi dapat dikurangi dengan pijat refleksi kaki
dimana terapi ini dapat mengalami perubahan tekanan darah tinggi.
Penderita hipertensi setelah diberikan intervensi tekanan darah bisa
menurunkan tekanan darah sistole dan diastole, menurunkan kadar
hormon stres kortisol membuat rasa rileks pada tubuh sehingga
tekanan darah dapat menurun dan memperbaiki fungsi tubuh. Pijat
melancarkan peredaran darah, rangsangan yang ditimbulkan terhadap
reseptor saraf juga mengakibatkan pembuluh darah melebar secara
refleks sehingga melancarkan aliran darah. Sebaiknya lansia memilih
pengobatan secara herbal atau terapi pijat refleksi kaki agar terhindar
dari efek samping obat yang mengandung bahan kimia dan hindari
konsumsi garam berlebih, jauhi rokok dan alkohol, olahraga teratur,
hindari stress dan mengkonsumsi makanan dengan pola gizi yang
seimbang.
BAB II
ANALISA PICO
2.1 PROBLEM
Problem Yang Muncul Yaitu Hipertensi Pada Lansia
Pada lanjut usia dengan umur 60 tahun keatas merupakan suatu proses
alami yang tidak dapat dihindari dimana umur manusia sebagai mahkluk hidup
terbatas oleh suatu aturan alam. Resiko yang dapat muncul dalam masa
penurunan yang sangat erat hubungannya dengan proses menua antara lain :
gangguan sirkulasi seperti hipertensi, kelainan pembuluh darah, gangguan
pada persendian seperti osteoporosis (Nugroho, 2008). Akibat dari proses
menua, pembuluh darah menjadi kaku dan menyebabkan dinding ventrikel kiri
berkurang elastisitasnya, akibatnya kenaikan tekanan darah menjadi progresif.
Menurut WHO (2005) menyatakan bahwa hipertensi merupakan masalah
kesehatan umum didunia. Diperkirakan sekitar 7,1 juta orang mengalaminya
pada usia lebih muda dan sekitar 64 juta orang mengalami disability adjusted
life year karena hipertensi. Di Indonesia setiap tahunnya terjadi 175.000
kematian akibat hipertensi dan terdapat 450.000 kasus penyakit hipertensi.
Dari kasus hipertensi tersebut diketahui bahwa 337.500 kasus (75%)
merupakan usia produktif (15-50 tahun) yang didominasi oleh laki-laki,
sisanya 112.500 kasus (25%) tidak terdiagnosis dan baru sebagian yang
tercakup dalam program penaggulangan penyakit hipertensi sesuai dengan
rekomendasi WHO (Depkes RI, 2006).
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang tidak menular yang menjadi
masalah serius karena prevenlensi penyakit ini terus meningkat. Hipertensi
sering tidak menunjukkan tanda dan gejala sehingga menjadi pembunuh diam-
diam (the silent killer of death) dan menjadi pencetus utama timbulnya
penyakit jantung, stroke dan ginjal (Sutanto, 2010).
Berdasarkan data WHO pada tahun 2014 didapatkan bahwa penyakit
kardiovaskuler merupakan pembunuh nomor 1 di dunia untuk usia diatas 45
tahun dan diperkirakan 12 juta orang meninggal tiap tahunnya. secara global
hipertensi diperkirakan menjadi penyebab 7,5 juta kematian, sekitar 12,8%
dari total seluruh kematian. Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko
utama pada penyakit jantung koroner dan stroke iskemik serta hemoragik.
Tingkat tekanan darah telah terbukti positif dan terus berhubungan dengan
risiko stroke dan penyakit jantung koroner. Selain penyakit jantung koroner
dan stroke, komplikasi hipertensi termasuk gagal jantung, penyakit pembuluh
darah perifer, gangguan ginjal, perdarahan retina dan gangguan penglihatan
(WHO, 2014).

2.2 INTERVENSI
Intervensi yang dilakukan yaitu terapi pijat refleksi kaki terhadap
penurunan tekanan darah

Pengobatan hipertensi tidak hanya dengan obat-obatan saja, metode


pengobatan komplementer dengan terapi pijat refleksi dapat menjadi pilihan
alternatif yang baik dari segi manfaat dan keamanannya. Pijat refleksi adalah
terapi non-infasif dan membantu untuk menghentikan kerusakan lebih lanjut
dari tubuh. Refleksi membantu mengurangi stress dari tubuh ketika diterapkan
pada kaki. Menerapkan tekanan pada kaki membantu dalam pembangunan
kembali keseimbangan tubuh. Hal ini juga membantu dalam mengurangi
nyeri, meningkatkan aliran darah, mengurangi tekanan darah dan kolesterol
(Ayushveda, 2009).
Terapi pijat refleksi adalah salah satu pengobatan terapi komplementer
nonfarmakologis untuk menurunkan tekanan darah. Pengobatan hipertensi
secara nonfarmakologi salah satunya adalah dengan melakukan terapi pijat
refleksi pada kaki. Teknik-teknik dasar yang sering dipakai dalam pijat
refleksi diantaranya: teknik merambatkan ibu jari, memutar tangan dan kaki
pada satu titik, serta teknik menekan dan menahan. Rangsangan-rangsangan
berupa tekanan pada tangan dan kaki dapat memancarkan gelombang-
gelombang relaksasi ke seluruh tubuh (Wahyuni, 2014). Pemijatan dapat
dilakukan dengan penekanan pada bagian tertentu dengan menggunakan jari
atau alat bantu sehingga peredaran darah menjadi lancar (Hayuaji, 2016).
Pijatan pada kulit dan jaringan otot dapat menimbulkan rangsangan reseptor
yang terletak di daerah tersebut. Kemudian impuls tersebut dihantarkan oleh
saraf aferen menuju susunan saraf pusat dan kemudian susunan saraf pusat
akan memberikan umpan balik dengan melepaskan asetilkolin dan histamine
melalui impuls saraf eferen untuk merangsang tubuh bereaksi melalui
mekanisme reflex vasodilatasi pembuluh darah yaitu dapat mengurangi
aktivitas saraf simpatis dan meningktkan aktivitas saraf parasimpatis.
Peningkatan dari saraf tersebut akan menimbulkan penurunan denyut jantung
(heart rate) dan denyut nadi (pulse rate) sehinga menimbulkan respon
relaksasi. Sedangkan pada penurunan saraf simpatis meningkatkan
vasodilatasi arteriole dan vena yang mengakibatkan resistensi vascular perifer
menurun, kemudian terjadinya penurunan pada tekanan darah (Marley, 2010;
Sherwood, 2012).
Menurut Dalimartha (2009), pada prinsipnya pijat yang dilakukan pada
penderita hipertensi adalah untuk memperlancar aliran energi dalam tubuh
sehingga gangguan hipertensi dan komplikasinya dapat diminimalisir, ketika
semua jalur energi terbuka dan aliran energi tidak lagi terhalang oleh
ketegangan otot dan hambatan lain maka risiko hipertensi dapat ditekan.
Penatalaksanaan yang telah dikemukakan diatas bertujuan untuk menurunkan
tekanan darah dengan mengurangi jumlah darah, mengurangi kegiatan jantung
memompa, dan mengurangi mengerutnya dinding-dinding pembuluh nadi
halus sehingga tekanan pada dinding-dinding pembuluh darah berkurang dan
aliran darah menjadi lancar sehingga tekanan darah akan menurun (Dekker,
1996).

2.3 COMPARASION
Perbandingan
Dari hasil penelitian ini bahwa terdapat perbedaan tekanan darah sistole yang
signikan antara sebelum dan sesudah perlakuan dengan pijat refleksi pada kaki
dengan menggunakan media kayu. Hal ini disebabkan karena pijat refleksi
kaki atau sering disebut dengan pijat refleksiologi yang dilakukan dengan cara
memijat bagian titik refleksi di kaki (Gillanders, 2009) yang dapat
memberikan rangsangan relaksasi yang mampu memperlancar aliran darah
dan cairan tubuh pada bagianbagian tubuh yang berhubungan dengan titik
syaraf kaki yang dipijat (Wijayakusuma, 2006). Tekanan darah pada penderita
hipertensi diukur dengan cara sebelum dan sesudah dilakukan pijat refleksi
sebagai kelompok perlakukan dan dibandingkan tekanan darah pada penderita
hipertensi pada kelompok kontrol dengan memberikan perlakuan dalam
bentuk massage kaki.

2.4 OUTCOME
Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa adanya
perbedaan yang signifikan antara tekanan darah sebelum dan sesudah
dilakukannnya terapi pijat refleksi. Menurut ( Ratnawati, Aswad Ahmad 2019)
pemberian terapi refleksi ini untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan
dengan cara melemaskan otot – otot badan . dimulai dari otot ibu jari kaki
sampai kepala. Menurut hasil penelitian Udani giri,(2016 ) menunujukan
tindakan massase didapatkan hasil nilai systole p-Value : 0.032 < α 0.05 dan
nilai diastole p-Value = 0.024 < α 0,05 yang berarti Ho ditolak ,maka dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah
systole denga diastole setelah diberikan masasse.
Hasil uji statistik kelompok eksperimen dengan menggunakan uji t
dependent didapatkan p value sistol 0,000 dan p value diastol 0,000 (p < 0,05).
Hal ini menunjukkan ada pengaruh terapi refleksi APIYU dengan minyak
zaitun terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi. Ada juga perbedaan
yang signifikan antara terapi pijat refleksi dan massage kaki terhadap
penurunan tekanan darah pada responden (nilai tekanan darah sistole p
Value=0.033 dan diastol p value =0.017). Terdapat pengaruh terapi pijat
refleksi telapak kaki terhadap perubahan tekanan darah kelompok eksperimen
pada penderita hipertensi dengan value P = 0,00 < α 0,05 untuk sesi pagi dan
sore.
BAB III
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
penatalaksanaan hipertensi secara umum dilakukan dengan dua cara yaitu
secara farmakologis dan non – farmakologis. Pada saat obat anti – hipertensi di
perlukan, pengobatan non – farmakologi dapat digunakan sebagai
pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik yaitu
penatalaksanaan non –farmakologis salah satunya adalah dengan pijat
refleksi kaki. Tekanan darah tinggi dapat dikurangi dengan pijat refleksi kaki
dimana terapi ini dapat mengalami perubahan tekanan darah tinggi.
Penderita hipertensi setelah diberikan intervensi tekanan darah bisa
menurunkan tekanan darah sistole dan diastole, menurunkan kadar hormon
stres kortisol membuat rasa rileks pada tubuh sehingga tekanan darah dapat
menurun dan memperbaiki fungsi tubuh.

3.2 Saran
Untuk lansia dengan kasus hipertensi selain pengobatan dengan obat-
obatan farmakologis dapat memanfaatkan pengobatan non farmakologis yaitu
salah satunya dengan terapi pijat yang tujuannya untuk menurunkan tekanan darah
tinggi.
Daftar Pustaka

Zunaidi A, Nurhayati S, Prihatin TW. Pengaruh Pijat Refleksi Terhadap Tekanan


Darah Pada Penderita Hipertensi Di Klinik Sehat Hasta Therapetika
Tugurejo Semarang. Pros Konf Nas Ii Ppni Jawa Teng 2014. 2014;56–65.
Sari LT, Renityas NN, Wibisono W. Pengaruh Terapi Pijat Refleksi terhadap
Penurunan Tekanan Darah pada Lanjut Usia dengan Hipertensi. J Ners dan
Kebidanan (Journal Ners Midwifery). 2014;1(3):200–4.
Arianto A dkk. Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Telapak Kaki Terhadap Perubahan
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Nurs News (Meriden).
2018;3(1):584–94.
Amalia RN. Quasi Experiment Pre-Post Test One Group . 2012;
Zunaidi A. DENGAN MINYAK ZAITUN TERHADAP TEKANAN DARAH
tekanan darah di pembuluh darah meningkat untuk memenuhi kebutuhan
oksigen dan dinding arteri atau pembuluh darah mengalami bagian yaitu
hipertensi primer dan sekunder . Faktor risiko yang menyebabkan
seseorang. 2020;10(2).
Marisna D, Budiharto I, Sukarni. The Effect Of Foot Reflexology Therapy On
Chanfges In Blood Pressure In People With Hypertension In The Work
Area Of Health Center Of Kampung Dalam East Pontianak. Naskah Publ
[Internet]. 2017;1–11. Available from:
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmkeperawatanFK/article/view/22004

Anda mungkin juga menyukai