Implementasi Moderasi Beragama
Implementasi Moderasi Beragama
1. Orang
beragama justru
menyimpang dan
mengingkari inti
pokok ajaran
agama itu sendiri.
2. Orang-orang 3. Orang
berIslam tapi menafsirkan
merusak ikatan ajaran agama
kebangsaan serampangan
Mengapa Moderasi Beragama ?
Menyadari bahwa perbedaan adalah Sunatullah
Jabariyah (Fatalimse) Takdir Tuhan dan Ikhtiar Manusia Qadariyah ( Free Well)
(Kasab)
Kebenaran Tunggal (Fanatik) Pemaknaan yang Pluralitas (Ushul dan Relatifisme bahkan Nihilisme
Furu) (Permisif)
Formalistik Innal Islam al din wa al Substrantibis (Hubungan agama dan Sekuleristik (Agama dipishkan
daulah (Islam itu agama dan negara) negara adalah mutual symbiosis) dari Negara)
Moderasi
Beragama sejalan
dengan Prinsip NU
Moderasi dalam Beragama
• Tuhan sendiri menciptakan manusia berbeda-beda “Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya
satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-
lombalah berbuat kebajikan. (Q.S. Al Maidah:48)”
• Perbedaan Mazhab adalah bukti Kekayaan akan Khazanah Islam Sehingga tidak mudah untuk membid’ahkan
bahkan mengkafirkan pemahaman keagamaan yang berbeda
• Agama sebagai bentuk perjalanan dan pengalaman manusia dalam mencari Tuhannya. Kebebasan memeluk
agama merupakah hak asasi manusia yang dilindungi Undang-Undang maka diperlukan sikap Toleran dalam
hubungan antar umat beragama
• Agama mestinya sebagai sumber untuk peningkatan peradaban, bukan sebagai identitas kelompok sosial,
sehingga kehadiran agama yang berbeda-beda, tidak dimaknai sebagai ancaman antarkelompok keagamaan itu
sendiri.
MEMBANGUN HARMONI KEBERAGAMAAN
MODERASI
BERAGAMA
• Negara memerlukan panduan etika & moral keagamaan; Agama memerlukan kawalan negara untuk kelestarian &
eksistensinya
• Tidak menjadikan Islam sebagai Ideologi negara, tetapi yang dipentingkan ialah berlakunya nilai & substansi ajaran
agama dalam kehidupan sosial
• Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merupakan pilihan yang berdasarkan nilai ajaran semua agama
• Apa yang dilakukan Nabi dalam Perjanjian Hudaibiyah mirip dengan yang terjadi pada proses penghapusan tujuh kata
saat perumusan Pancasila. Meski tanpa embel-embel label “Syariah” dan “Islam,” NKRI tak perlu di-syariah-kan
karena sejatinya sudah Syar’i.
Islam dan Pancasila
en
itm
m
ti Ko aan
n aa angs
ng n Me Keb
j u a
n jun dab
Me i Kea ia
gg u l
ka
n Tin M
d
w uju aian Menjadikan
Me rdam
rgai Pe
Menjadikan nilai- Konstitusi sebagai
a n
n gh uka nilai moral panduan
Me ajem universal dan kehidupan umat
ati t m ajaran agama beragama,
r m a Ke Mempraktekan
gho rtab cara pandang sebagai berbangsa dan
n a
Me at M usia sikap dan praktik pandangan hidup bernegara. Patuh
rk n yang tetap dan taat terhadap
Ha Ma Menerima keagamaan jalan
berpijak kepada konstitusi negara
keberagaman tengah, menebar
kebajikan dan jati diri bangsa
sebagai anugrah, dan mampu
Mengutamakan meredam konflik,
dan bersikap menghargai
sikap serta tindakan
terbuka terhadap budaya dan
memanusiakan kekerasan
perbedaan kearifan bangsa
manusia
www.free-powerpoint-templates-design.com