Anda di halaman 1dari 248

1

MATERI PERKULIAHAN JURUSAN


MANAJEMEN/AKUNTANSI UNIVERSITAS
NASIONAL PASIM BANDUNG
DOSEN:
Teduh Primandaru, MM

Matematika Ekonomi
 ATURAN PERKULIAHAN
1. MEDSOS YANG DIPAKAI UNTUK KOMUNIKASI DGN
DOSEN WAJIB MENAMPILKAN FOTO IDENTITAS YANG
JELAS.
2. SELAMA IKATAN PERKULIAHAN, PALING LAMBAT HARI
RABU JAM 12.00, FOTO SUDAH HARUS DIMUNCULKAN.
APABILA LUPA ATAU SEBAB LAIN, TIDAK AKAN DIIJINKAN
MASUK RUANG PERKULIAHAN.
3. PERKULIAHAN DARING MENGGUNAKAN ZOOM DENGAN
2X JEDA. NAMA DI ZOOM HARUS NAMA SENDIRI.
4. DILARANG MENINGGALKAN MEETING TANPA SEIJIN
DOSEN DAN MAHASISWA WAJIB MENGIKUTI KULIAH
HINGGA SELESAI
5. MENGIKUTI SELURUH SESI PERKULIAHAN (14X
TERMASUK UTS DAN UAS), DAN HANYA
DIPERKENANKAN ABSEN MAKSIMAL 2X.
6. APABILA BERHALANGAN KULIAH WAJIB MEMBERITAHU2

DOSEN PEMBINA.
7. DILARANG MENCONTEK, PLAGIAT, COPY-PASTE ATAS
SEMUA TUGAS, QUIZ, DAN TES YANG DIBERIKAN.
APABILA KETAHUAN, MAKA DIBERIKAN SANGSI DARI
MULAI TUGAS LUAR BIASA HINGGA TIDAK MEMPEROLEH
NILAI
Ruang Lingkup Mata Kuliah
1. MATRIKS
2. PERSAMAAN DAN FUNGSI LINEAR
3. FUNGSI NON-LINEAR
4. LIMIT
5. DERIVATIF
6. OPTIMASI FUNGSI
7. INTEGRAL
8. KALKULUS MULTIVARIABEL
CAKUPAN MATERI PERKULIAHAN

9. OPTIMASI FUNGSI MULTIVARIABEL

PENGERTIAN
DASAR

·Mengenal Himpunan
HIMPUNAN ·Hubungan Antar Himpunan

·Fungsi Linier, Non Linier, Grafik Fungsi


FUNGSI ·Mencari Nilai Penyelesaian Dari Dua
Fungsi Atau Lebih

2
Kompetensi:
 Mampu
4
menyelesaikan persoalan Manajemen dan
Keuangan dengan alat analisis Matematika.

Literatur
 Alpha C. Chiang, Kevin Wainwright, “Dasar-dasar
Matematika Ekonomi”, 2006, Penerbit Erlangga
 Nugroho, Yuliarto dkk, “Matematika Ekonomi dan
Bisnis, Rajawali Pers, Jakarta, 2014
 Haeussier, Paul, & Wood, “Pengantar Matematika
Ekonomi, Jilid 1, Edisi 13, Erlangga, Jakarta 2013

Matematika Ekonomi
Sistem Penilaian
KEHADIRAN 10% MAKS 2
TUGAS 20% 3X+1X
UTS 30% TEORI & STUDI KASUS
TEORI, SOAL CERITA,
UAS 40%
& STUDI KASUS
TOTAL 100%

Nilai Point Range


A 4 > 80
B 3 70 - 80
C 2 60 - 69
D 1 50 – 60
5
E 0 < 50

3
PENGANTAR

Kata "matematika" berasal dari kata


μάθημα (máthēma) dalam bahasa Yunani yang
diartikan sebagai "sains, ilmu pengetahuan, atau
belajar"

Berpikir matematis: (berikan contoh)


Seorang ibu yang baru pulang dari pasar
membawa banyak belanjaan memilih untuk:
• Naik Becak  Apa yang terjadi?
• Naik Ojek  Apa yang terjadi?
• Naik Angkot  Apa yang terjadi?
Berpikir matematis:
7
Untuk dapat mengendarai mobil, seseorang
wajib belajar menyopir. Agar menjadi sopir
yang baik, perlukah dia paham matematika?
Mengapa?

Matematika, merupakan sarana terjadinya


suatu analisa yang memberikan solusi atas
suatu masalah

Dengan mempelajari matematika, seseorang


dapat menyelesaikan sebuah persoalan
lebih cepat, efisien, dan tepat.
Matematika Ekonomi
Ekonomi dan Matematika
Analisis
8 ekonomi tidak berbeda jika menggunakan
pendekatan matematis dibanding dengan tanpa
pendekatan matematis. Bedanya/keuntungannya:
a. Dengan pendekatan matematis, persoalan atau
pokok bahasan menjadi sederhana.
b. Dengan pendekatan matematis, berarti
mengaktifkan logika dengan asumsi-asumsinya.
c. Dapat memakai sebanyak n variabel dalam
menggambarkan sesuatu (hubungan antar
variabel)
Mis QdX = f(PX, I, PY, T) , QdX = Kuantitas
Permintaan (Demand), PX = Harga komoditas I =
Pendapatan Konsumen Py= Harga Komoditas
Terkait Matematika
T = Rasa Ekonomi
Tantangan Matematika:
a. 9
Bahasa matematis tidak selalu mudah
dimengerti oleh ahli ekonomi sehingga
sering menimbulkan kesukaran.
Contoh Y = f(X), dalam ilmu ekonomi
bagaimana mengartikan persamaan
matematis tersebut, mis dalam: permintaan,
produksi, pendapatan nasional, dll. sehingga
ahli ekonomi sulit memetik keuntungan dari
matematika.
b. Seorang ahli ekonomi yang memiliki
pengetahuan dasar matematika, ada
kecenderungan:
(1) membatasi diri dengan hanya memecahkan
persoalan secara matematis
Matematika Ekonomi
(2) membuat beberapa asumsi yang kurang
10 tepat demi memudahkan pendekatan
matematis atau statistis. Artinya, lebih
banyak berbicara matematika dan statistika
dari pada prinsip/ teori ekonomi.
Kesimpulan dari bahasa adalah:
1. Matematika merupakan pendekatan bagi
ilmu ekonomi.
2. Pendekatan matematis merupakan “ mode
of transportation” yaitu membawa pemikiran
kepada kesimpulan dengan singkat (model)

Matematika Ekonomi
Matematika
11 Ekonomi dan Ekonometrika
Ekonometrika adalah pengetahuan yang berkaitan
dengan penerapan statistika untuk menganalisa
data ekonomi.

Data Ekonometrika
Matematika
Ekonomi

- Deduksi - Induksi
- Model - Mengolah data
- Mengambil
kesimpulan

Matematika Ekonomi
Teori Ekonomi Fakta
12

deduktif
Model atau
Hipotesis Data Ekonomi

Satu
Persamaan
Teori Statistika Metode
Ekonometrika
Simultan

induktif

Teori Teori Teori


Diterima Ditolak Disempurnakan
Matematika Ekonomi
13Model-Model Ekonomi

1. VARIABEL
 Variabel: sesuatu yang besarnya dapat berubah,
misalnya harga, laba, pendapatan, dsb
 Variabel dinyatakan dengan huruf tertentu,
misalkan: harga (P), laba (∂). Apabila variabel sudah
diberi nilai tertentu, misalkan harga (P) = 6, maka
harus ditetapkan demikian.

Matematika Ekonomi
14Model-Model Ekonomi
2. KONSTANTA
 Konstanta: besaran yang tidak berubah. Misalkan
P+7, dimana P adalah variabel harga, dan 7 adalah
sebuah konstanta.

3. PARAMETER
 Parameter merupakan konstanta variabel, yaitu nilai
koefisien dari suatu variabel yang tidak dapat
ditentukan secara pasti saat itu, misalkan 3P + ∂,
yaitu suatu penentuan harga produk dengan
memperhitungkan laba. Perhatikan, bila angka “3”
kita ganti dengan sebuah simbol, misalkan ᾱ, maka
akan menjadi parameter.
Matematika Ekonomi
15
PERSAMAAN DAN IDENTITAS

1. Persamaan Definisi (Definitional Equation)


 Membentuk identitas antara dua pernyataan
yang mempunyai arti persis sama
 Contoh, Total laba adalah selisih antara total
pendapatan dan total biaya, π ≡ R - C

Matematika Ekonomi
16
PERSAMAAN DAN IDENTITAS

2. Persamaan Perilaku (Behavioral Equation)


 Menunjukkan perilaku suatu variabel sebagai
tanggapan terhadap perubahan variabel lain.
Semua keadaan perilaku dapat diformulasikan
dalam model matematika, misalkan perilaku
konsumen, daya beli, dsb
 Contoh, C = 75 + 10Q (C = biaya, Q = jumlah
output)

Matematika Ekonomi
17
PERSAMAAN DAN IDENTITAS

3. Persamaan Bersyarat (Conditonal Equation)


 Merupakan persamaan yang harus dipenuhi
bila suatu keadaan hendak dicapai
 Contoh, Qd = Qs (equilibrium, jumlah
penawaran sama dengan jumlah permintaan)

Matematika Ekonomi
Fungsi Linier
Aplikasi dan Penerapan Ekonomi
FUNGSI

 DEFINISI FUNGSI,
 JENIS FUNGSI,
 PERSAMAAN SATU DAN DUA GARIS
•Fungsi adalah suatu hubungan antara dua
buah variabel atau lebih, dimana
masing-masing dari dua buah variabel
atau lebih tersebut saling pengaruh-
mempengaruhi.

• Sebuah Variabel adalah suatu jumlah


yang mempunyai nilai yang berubah-ubah
pada suatu soal.
• Variabel yang terdapat dalam suatu
fungsi dapat dibedakan atas varibel
bebas (independent variabel) dan
variabel yang dipengaruhi/tidak bebas
(dependent variabel).
Contoh :
a) Y = f (X) atau Y = f (X1, X2)
X, X1, X2 = variabel bebas
(independent variabel)
Y = variabel yang dipengaruhi
(dependent Variabel)
b) Y = a + bX
a dan b = Konstanta
Y = variabel yang
dipengaruhi (endogenous variable)
X = variabel bebas
(exogenous)
 Fungsi Eksplisit : adalah suatu fungsi
dimana antara variabel bebas dan tidak
bebas dengan jelas dibedakan.
Contoh : Y = f (X) Y = 2X + 4
Fungsi diatas merupakan fungsi eksplisit
dengan satu variabel bebas. Sedangkan
Y = 2X1 + 3X2 + 3 adalah fungsi eksplisit
dengan dua variabel bebas
 Fungsi Implisit : adalah fungsi dimana antara variabel
bebas dan variabel tidak bebas tidak dapat dengan
mudah/jelas dibedakan. Bentuk umum dari fungsi
implisit ini dinyatakan dengan :
f (X) =0 untuk satu variabel
f (X,Y) =0 untuk dua variabel
f (X, Y, Z) = 0 untuk tiga variabel, dstnya
contoh : 6X + 4Y – 7 = 0
X2 – 2XY + Y3 = 0
Fungsi Linier

Fungsi Linier/garis lurus adalah suatu fungsi


dimana variabel bebasnya paling tinggi
berpangkat satu.
Bentuk umum : Y = a+bX
Y = mx+b atau Y = bx+a
a dan b = konstanta
Y = variabel tidak bebas
X = variabel bebas
Membentuk Persamaan Garis Linier Melalui Satu Titik dan Dua
Titik.

• Persamaan sebuah garis yang menelusuri/melewati


satu buah titik (X1,Y1) yaitu :
Membentuk Persamaan Garis Linier Melalui Satu
Titik dan Dua Titik.
 Persamaan sebuah garis yang menelusuri/melewati dua
buah titik (X1,Y1) dan (X2,Y2) yaitu :
Membentuk Persamaan Garis Linier Berimpit, Sejajar,
Tegak Lurus dan Berpotongan
 Dua garis linier dapat berimpit, sejajar, tegak lurus dan berpotongan.
Dengan persamaan garis linier :
g1 : Y = bX + a
g2 : Y’= b’X + c maka,
 Dua garis (g1 dan g2) akan sejajar bila tg α kedua garis tersebut sama atau b = b’
 Dua garis akan tegak lurus bila tg α kedua garis pertama dikalikan tg β garis kedua
sama dengan minus 1 atau b.b’ = -1
 Dua garis akan berimpit bila kedua persamaan garis tersebut identik
 Dua garis akan berpotongan bila b ≠ b’
Contoh

1. Gambarkan grafik fungsi: Y = 3X + 2


2. Sebuah garis melewati titik A(2,1) dan B(3,4). Ditanyakan persamaan
garisnya!
Penerapan
Ekonomi

Fungsi Linier
Penerapan Fungsi Linear Dalam
Teori Ekonomi Mikro
1. Fungsi permintaan, fungsi penawaran dan
keseimbangan pasar
2. Pengaruh pajak-spesifik terhadap keseimbangan
pasar
3. Pengaruh pajak-proporsional terhadap
keseimbangan pasar
4. Pengaruh subsidi terhadap keseimbangan pasar
5. Keseimbangan pasar kasus dua macam barang
6. Fungsi biaya dan fungsi penerimaan
7. Keuntungan, kerugian dan pulang-pokok
8. Fungsi anggaran
FUNGSI PERMINTAAN, FUNGSI PENAWARAN DAN
KESEIMBANGAN PASAR

 Bentuk umum fungsi permintaan

Kurva
Permintaan
Fungsi Penawaran

Kurva
Penawaran
Keseimbangan Pasar
Contoh Kasus 1 :
Diketahui : Fungsi Permintaan ; Q = 15 – P , Fungsi Penawaran ; Q = - 6 + 2P
Ditanyakan : Pe dan Qe ?...
Jawab : keseimbangan pasar; Qd = Qs

15 – P = - 6 + 2P
21 = 3P, P=7
Q = 15 – P
= 15 – 7 = 8

Jadi, Pe = 7
Qe = 8
PENGARUH PAJAK-SPESIFIK TERHADAP
KESEIMBANGAN PASAR

 Pengaruh Pajak.
Pajak yang dikenakan atas penjualan suatu barang menyebabkan harga jual
barang tersebut naik. Sebab setelah dikenakan pajak, produsen akan berusaha
mengalihkan (sebagian) beban pajak tersebut kepada konsumen.
 Pengenaan pajak sebesar t atas setiap unit barang yang dijual menyebabkan
kurva penawaran bergeser ke atas, dengan penggal yang lebih tinggi pada
sumbu harga. Jika sebelum pajak persamaan penawarannya
 P = a + bQ maka sesudah pajak ia akan menjadi P = a + bQ + t = (a + t) +
bQ.
Contoh Kasus 2 :
Diketahui : permintaan; P = 15 – Q
penawaran; P = 3 + 0,5 Q
pajak; t = 3 per unit.
Ditanyakan : berapa P dan Q keseimbangan
sebelum dan sesudah pajak ?...
Penyelesaian :
Dimisalkan sebelum pajak, Pe = 7 dan Qe = 8 .
Sesudah pajak, harga jual yang ditawarkan oleh
produsen menjadi lebih tinggi, persamaan
penawarannya berubah dan kurvanya bergeser keatas.

Penawaran sebelum pajak : P = 3 + 0,5 Q


Penawaran sesudah pajak : P = 3 + 0,5 Q + 3 = 6 +
0,5 Q
Sedangkan permintaan tetap : P = 15 – Q
Keseimbangan Pasar : Pd = 15 – Q = 6 +0,5Q  -
1,5Q = -9
Q=6P=9

Jadi, sesudah pajak ; P’e = 9 dan Q’e = 6


Jadi, Kurvanya adalah sebagai berikut :

(sesudah
pajak)
(sebelum
pajak)
Beban Pajak
 Beban pajak yang ditanggung konsumen (tk)
Rumus : tk = P’e – P
Dalam contoh kasus diatas, tk = 9 – 7 = 2

 Beban pajak yang ditanggung produsen (tp)


Besarnya bagian dari beban pajak yang ditanggung oleh
produsen (tp) adalah selisih antara besarnya pajak per unit barang
(t) dan bagian pajak yang menjadi tanggungan konsumen (tk).
Rumus : tp = t – tk
Dalam contoh kasus 2, tp = 3 – 2 = 1

 Jumlah pajak yang diterima oleh pemerintah (T)


Rumus : T = Q’e X t
Dalam contoh kasus 2, T = 6 X 3 = 18
PENGARUH PAJAK-PROPORSIONAL TERHADAP
KESEIMBANGAN PASAR

Pajak Proporsional ialah pajak yang besarnya


diterapkan berdasarkan persentase tertentu dari
harga jual; bukan diterapkan secara spesifik
(misalnya 3 rupiah) per unit barang. Meskipun
pengaruhnya serupa dengan pengaruh pajak
spesifik, menaikan harga keseimbangan dan
mengurangi jumlah permintaan keseimbangan,
namun analisisnya sedikit berbeda.
PENGARUH PAJAK-PROPORSIONAL TERHADAP
KESEIMBANGAN PASAR

Jika persamaan penawaran semula P = a + bQ (atau


Q = -a/b + 1/b P) maka, dengan dikenakannya pajak
proporsional sebesar t% dari harga jual, persamaan
penawaran yang baru akan menjadi :

P = a + bQ + tP t : pajak proporsional dalam %


P – tP = a + bQ
(l – t)P = a + bQ
Contoh Kasus 3 :
Diketahui : permintaan; P = 15 – Q
penawaran; P = 3 + 0,5 Q t=
25%
Ditanyakan : berapa P dan Q keseimbangan
sebelum dan sesudah pajak ?...
Penyelesaian :
Sebelum pajak, Pe = 7 dan Qe = 8 , sesudah
pajak, persamaan penawarannya akan
berubah, sementara permintaannya tetap
P = 15 – Q atau Q = 15 – P .
Penawaran sesudah pajak, dengan t = 25% =
0,25 :
P = 3 + 0,5 Q + 0,25 Q
P = 3 + 0,75 Q

Keseimbangan Pasar : Pd = Ps
15 - Q = 3 +0,75Q
-1,75Q = -12
Q = 6,6
Jadi, sesudah pajak : P’e = 8,4 dan Q’e = 6,6
Pajak yang diterima oleh pemerintah dari
setiap unit barang adalah :
t x P’e = 0,25 x 8,4 = 2,1
Kurvanya adalah :

 Besarnya pajak yang ditanggung oleh konsumen untuk setiap barang yang dibeli adalah tk = P’e
– Pe = 8,4 – 7 = 1,4
 Sedangkan yang ditanggung produsen adalah :
tp = t – tk = 2,1 – 1,4 = 0,7
 Jumlah pajak yang diterima oleh pemerintah adalah :
T = Q’e x t = 6,6 x 2,1 = 13,86.
PENGARUH SUBSIDI TERHADAP
KESEIMBANGAN PASAR

Subsidi merupakan kebalikan atau lawan dari


pajak, oleh karena itu ia sering juga disebut
pajak negatif. Seiring dengan itu, pengaruhnya
terhadap keseimbangan pasar berbalikan dengan
pengaruh pajak, sehingga kita dapat
menganalisisnya seperti ketika menganalisis
pengaruh pajak. Subsidi dapat bersifat spesifik
dan dapat juga bersifat proporsional.
PENGARUH SUBSIDI TERHADAP
KESEIMBANGAN PASAR

 Pengaruh Subsidi. Subsidi yang diberikan atas produksi/penjualan sesuatu barang


menyebabkan harga jual barang tersebut menjadi lebih rendah. Dengan adanya
subsidi, produsen merasa ongkos produksinya menjadi lebih kecil sehingga ia
bersedia menjual lebih murah.
 Dengan subsidi sebesar s, kurva penawaran bergeser sejajar kebawah, dengan penggal
yang lebih kecil (lebih rendah) pada sumbu harga.

Jika sebelum subsidi persamaan penawarannya P = a + bQ,


maka sesudah subsidi akan menjadi P’ = a + bQ – s = (a –
s) + bQ.
Contoh Kasus 4 :
Diketahui : permintaan; P = 15 – Q
penawaran; P = 3 + 0,5 Q
subsidi; s = 1,5 per unit.
Ditanyakan : berapa P dan Q keseimbangan
sebelum dan sesudah subsidi ?...
Penyelesaian :
Tanpa subsid, Pe = 7 dan Qe = 8 . Dengan
subsidi, harga jual yang ditawarkan oleh
produsen menjadi lebih rendah, persamaan
penawaran berubah dan kurvanya bergeser
turun.
Penawaran tanpa subsidi : P = 3 + 0,5 Q
Penawaran dengan subsidi : P = 3 + 0,5 Q – 1,5
P = 1,5 + 0,5 Q  Q = -3 + 2P
Permintaan tetap : P = 15 – Q  Q = 15 – P
Maka, keseimbangan pasar : Qd = Qs
15 – P = -3 + 2P  18 = 3P, P=6

Jadi dengan adanya subsidi : P’e = 6 dan Q’e = 9


 Jadi kurvanya sebagai berikut :

(tanpa
subsidi)
(dengan
subsidi)
Bagian Subsidi yang Dinikmati

Bagian subsidi yang dinikmati konsumen.


Besarnya bagian dari subsidi yang diterima,
secara tidak langsung, oleh konsumen (sk)
adalah selisih antara harga keseimbangan tanpa
subsidi (Pe ) dan harga keseimbangan dengan
subsidi (P’e )
Dalam contoh kasus diatas, sk = 7 – 6 = 1.
Bagian Subsidi yang Dinikmati

 Dalam contoh kasus diatas, sk = 7 – 6 = 1.


 Bagian subsidi yang dinikmati produsen.
 Dalam contoh kasus diatas, sp = 1,5 – 1 = 0,5.
 Jumlah subsidi yang dibayarkan oleh pemerintah.
Besarnya jumlah subsidi yang diberikan oleh
pemerintah (S) dapat dihitung dengan mengalikan
jumlah barang yang terjual sesudah subsidi (Q’e)
dengan besarnya subsidi per unit barang (s).
 Dalam contoh kasus diatas, S = 9 x 1,5 = 13,5.
KESEIMBANGAN PASAR KASUS DUA MACAM BARANG

 Bentuk Umum :

Qdx : jumlah permintaan akan X


Qdy : jumlah permintaan akan Y
Px : harga X per unit
Py : harga Y per unit

 Contoh Kasus 5 :

Diketahui : permintaan akan X; Qdx = 10 – 4Px + 2Py


penawarannya; Qsx = -6 + 6Px
permintaan akan Y; Qdy = 9 – 3 Py + 4 Px
penawarannya; Qsy = -3 + 7 Py
Ditanyakan : Pe dan Qe untuk masing-masing barang tersebut ?...
Penyelesaian :
1)Keseimbangan pasar barang X
Qdx = Qsx
10 – 4Px + 2Py = -6 + 6Px
10Px – 2Py = 16
2)Keseimbangan pasar barang Y
Qdy = Qsy
9 – 3Py + 4Px = -3 + 7 Py
4Px – 10 Py = - 12
Penyelesaian :
1)Dari 1) dan 2) :

Py = 2 , masukkan ke 1) atau 2), diperoleh Px = 2


Masukkan kedalam persamaan semula, sehingga didapat nilai
Qxe = 6, dan nilai Qye = 11.
FUNGSI BIAYA DAN FUNGSI PENERIMAAN

 Fungsi Biaya. Biaya total (total cost) yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan dalam
operasi bisnisnya terdiri atas biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost).

FC : biaya tetap
VC : biaya variabel
TC : biaya total
k : konstanta
v : lereng kurva VC
dan kurva TC
Contoh Kasus 6 :
Diketahui : FC = 20.000 , VC = 100 Q
Ditanyakan : Tunjukkan persamaan dan kurva totalnya !!!
Berapa biaya total yang dikeluarkan jika diproduksi
500 unit barang ???
Penyelesaian :
C = FC + VC  C = 20.000 + 100 Q
Jika Q = 500, maka ; C = 20.000 + 100 (500) = 70.000

C
FUNGSI PENERIMAAN
 Fungsi Penerimaan. Penerimaan sebuah perusahaan dari hasil penjualan barangnya
merupakan fungsi dari jumlah barang yang terjual atau dihasilkan.

Semakin banyak barang yang diproduksi dan terjual, semakin besar pula
penerimaannya. Penerimaan total (total revenue) adalah hasilkali jumlah barang
yang terjual dengan harga jual per unit barang tersebut. Secara matematik,
penerimaan merupakan fungsi jumlah barang, kurvanya berupa garis lurus berlereng
positif dan bermula dari titik pangkal.
Contoh Kasus 7: Harga jual produk yang dihasilkan oleh sebuah
perusahaan Rp. 200,00 per unit. Tunjukkan persamaan dan kurva
penerimaan total perusahaan ini !!!
Berapa besar penerimaannya bila terjual barang sebanyak 350 unit ???
Penyelesaian :
R = Q X P = Q X 200 = 200 Q
Bila Q = 350, maka ; R = 200 X 350 = 70.000
ANALISIS PULANG-POKOK

 Keuntungan (profit positif, ╥ > 0)


 akan didapat apabila R > C .
 Kerugian (profit negatif, ╥ < 0) akan dialami apabila R < C .

 Konsep yang lebih penting berkenaan dengan R dan C adalah


konsep pulang-pokok (break-even), yaitu suatu konsep yang
digunakan untuk menganalisis jumlah minimum produk yang harus
dihasilkan atau terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
Keadaan break-even (profit nol, ╥ = 0) terjadi apabila R = C;
perusahaan tidak memperoleh keuntungan tetapi tidak pula
mengalami kerugian. Secara grafik, hal ini ditunjukkan oleh
perpotongan antara kurva R dan kurva C.
Gambar Kurvanya :

Q : jumlah produk
R : penerimaan total
C : biaya total
╥ : profit total ( = R
–C)
TPP : (break-even
point / BEP)
Contoh Kasus 8 :

Diketahui : C = 20.000 + 100 Q , R = 200 Q


Ditanyakan : Berapakah tingkat produksi pada saat
BEP ???.. Apa yang terjadi pada saat produksinya sebanyak
300 unit ???...
Penyelesaian :
 = R–C jika Q = 300, maka :
BEP ;  = 0,  R – C = 0 R = 200 (300) = 60.000
R = C C = 20.000 + 100 (300)
200 Q = 20.000 + 100 Q = 50.000
100 Q = 20.000
Q = 200 Keuntungan ;  = R–C
= 60.000 – 50.000 = 10.000
Gambar Kurvanya adalah :
FUNGSI NON
LINIER
Fungsi non linier

9/16/2008
FUNGSI NON LINIER DAPAT BERUPA

slide Mat. Ekonomi Unnar


FUNGSI KUADRAT DAN FUNGSI RASIONAL
(FUNGSI PECAH)

GRAFIK FUNGSI KUADRAT BERUPA


PARABOLA
GRAFIK FUNGSI RASIONAL BERUPA
HIPERBOLA

64
FUNGSI KUADRAT

FUNGSI UMUM

9/16/2008
slide Mat. Ekonomi Unnar
DISKRIMINAN
TITIK PUNCAK (D)

Titik potong dg sumbu X, atau Y=0

65
MACAM-MACAM PARABOLA

I II III
KARAKTERISTIK
I a > 0 ; D>0
II a> 0 ; D = 0
III a> 0 ; D < 0
IV a < 0 ; D > 0
V a<0;D=0
V VI VI a< 0 ; D < 0
IV
Kasus 1 Koordinat Titik Puncak
Fungsi Kuadrat
Y = X2 – 8X + 12

Carilah
koordinat titik puncak dan Gambarkan
X = - -8/2*1 = 4
Parabolanya

Y =-((-8)2 – 4*1*12)/4*1
= -(64 – 48)/4
= -4
Titik puncak (4, -4)
Untuk X=0 , Y = 12
Titik Potong dengan sumbu X, Y = 0

0,12

X1 = 12/2 = 6 dan X2 = 4/2 =2

(2,0) 4 (6,0)
Latihan
1. Y = X2 -4
2. Y = X2 - 6x + 2
FUNGSI PANGKAT TIGA

FUNGSI POLINOMIAL PANGKAT TIGA DENGAN SATU VARIABEL


BEBAS DISEBUT FUNGSI KUBIK
KURVA MEMPUNYAI DUA LENGKUNG (CONCAVE) YAITU
LENGKUNG KEATAS DAN LENGKUNG KE BAWAH
BENTUK UMUM

Y = a0 + a1X + a2X2 + a3X3


Bentuk Umum Grafik Fungsi Kubik

CONTOH:
X3 + X2 - 6X
FUNGSI RASIONAL

KURVA FUNGSI RASIONAL BERBENTUK HIPERBOLA DAN MEMPUNYAI


SEPASANG SUMBU ASIMTOT
SUMBU ASIMTOT ADALAH SUMBU YANG DIDEKATI KURVA HIPERBOLA
TETAPI TIDAK PERNAH MENYINGGUNG
FUNGSI RASIONAL ISTIMEWA YANG SERING DIPAKAI DALAM EKONOMI
FUNGSI “ XY = a “ KURVANYA ADALAH HIPERBOLA SEGIEMPAT DAN
MEMPUNYAI SUMBU ASIMTOT, YANG SATU TEGAK BERIMPIT DENGAN
SUMBU “Y” DAN SATU DATAR BERIMPIT DENGAN SUMBU “X”
FUNGSI (X-h)(Y-k) = C
MAKA
h = SUMBU ASIMTOT TEGAK
k = SUMBU ASIMTOT DATAR
(h,k) = PUSAT HIPERBOLA
C = KONSTANTA POSITIF
 74B. Penerapan Ekonomi

 1. Permintaan, Penawaran dan Keseimbangan Pasar


 Selain berbentuk fungsi linier, permintaan dan penawaran dapat pula berbentuk
fungsi non linier. Fungsi permintaan dan fungsi penawaran yang kuadratik dapat
berupa potongan lingkaran, potongan elips, potongan hiperbola maupun potongan
parabola. Cara menganalisis keseimbangan pasar untuk permintaan dan
penawaran yang non linier sama seperti halnya dalam kasus yang linier.
Keseimbangan pasar ditunjukkan oleh kesamaan Qd = Qs, pada perpotongan kurva
permintaan dan kurva penawaran.

Matematika Ekonomi
 Keseimbangan Pasar:
75
 Qd = Qs

 Qd = jumlah permintaan
 Qs = jumlah penawaran
 E    = titik keseimbangan
 Pe = harga keseimbangan
 Qe = jumlah keseimbangan

Matematika Ekonomi
76
 Analisis pengaruh pajak dan subsidi terhadap keseimbangan pasar juga sama
seperti pada kondisi linier. Pajak atau subsidi menyebabkan harga jual yang
ditawarkan oleh produsen berubah, tercermin oleh berubahnya persamaan
penawaran, sehingga harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan yang tercipta
di pasarpun berubah. Pajak menyebabkan harga keseimbangan menjadi lebih
tinggi dan jumlah keseimbangan menjadi lebih sedikit. Sebaliknya subsidi
menyebabkan harga keseimbangan menjadi lebih rendah dan jumlah
keseimbangan menjadi lebih banyak.

Matematika Ekonomi
77

 Contoh Soal:
 Fungsi permintaan akan suatu barang ditunjukan oleh persamaan Qd =
19 – P2 , sedangkan fungsi penawarannya  adalah Qs =  –8 + 2P2 .
Berapakah harga dan jumlah keseimbangan yang tercipta di pasar ?

Matematika Ekonomi
Jawab :
Keseimbangan Pasar
78
Qd =     Qs
19 – P2 =  –8 + 2P2
P2 =     9
P        =      3  ≡  Pe
Q        =  19 – P2
=  19 – 32
Q        =  10   ≡ Qe
Harga dan jumlah keseimbangan pasar adalah E ( 10,3 )
Jika misalnya terhadap barang yang bersangkutan
dikenakan pajak spesifik sebesar 1 (rupiah) per unit, maka
persamaan penawaran sesudah pengenaan pajak
menjadi :
Qs‘ = –8 + 2(P–1)2 = –8 + 2(P2–2P+1) = –6 –4P+ 2P2
Keseimbangan pasar yang baru :
Qd = Qs‘
19 – P2 = –6 – 4P + 2P2
3P2 – 4P – 25 = 0
Matematika Ekonomi
79
 Dengan rumus abc diperoleh P1= 3,63 dan P2 = –2,30, P2 tidak dipakai karena harga
negative adalah irrasional.

 Dengan memasukkan P = 3,63 ke dalam persamaan Qd atau Qs‘ diperoleh Q = 5,82.

 Jadi, dengan adanya pajak : Pe‘ = 3,63 dan Qe‘ = 5,82

 Selanjutnya dapat dihitung beban pajak yang menjadi tanggungan konsumen dan
produsen per unit barang, serta jumlah pajak yang diterima oleh pemerintah,
masing-masing:

 tk = Pe‘ ­– Pe = 3,63 – 3 = 0,63

 tp = t – tk = 1 – 0,63 = 0,37

 T = Qe‘ x t = 5,82 x 1 = 5,82

Matematika Ekonomi
 280Fungsi Biaya
 Selain pengertian biaya tetap, biaya variable  dan biaya
total, dalam konsep biaya dikenal pula pengertian biaya
rata-rata (average cost) dan biaya marjinal (marginal
cost). Biaya rata-rata adalah biaya yang dikeluarkan
untuk menghasilkan tiap unit produk atau keluaran,
merupakan hasil bagi biaya total terhadap jumlah
keluaran yang dihasilkan. Adapun biaya marjinal ialah
biaya tambahan yang dikeluarkan untuk menghsilkan
satu unit tambahan produk

Matematika Ekonomi
81
 Biaya tetap                        :     FC = k
 Biaya variable                  :     VC = f(Q) = vQ
 Biaya total                         :       TC = g (Q) = FC +
VC = k + vQ
 Biaya tetap rata-rata     :

Matematika Ekonomi
82

 Biaya variable rata-rata:

Matematika Ekonomi
83

 Biaya rata-rata:

Matematika Ekonomi
84

 Biaya marjinal:

Matematika Ekonomi
 Bentuk non linier dari fungsi biaya pada umumnya berupa fungsi
85
kuadrat parabolic dan fungsi kubik. Hubungan antara biaya total
dan bagian-bagiannya secara grafik dapat dilihat sebagai berikut:

Biaya total merupakan fungsi kuadrat parabolik

Andaikan C = aQ2 – bQ + c  maka  dan


 Maka

Matematika Ekonomi
86
 Biaya total merupakan fungsi kubik
 Andaikan C = aQ3 – bQ2 + cQ + d, maka

Matematika Ekonomi
87
 dan FC=D

 Maka

Matematika Ekonomi
 88Contoh Soal:
 Biaya total yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan
ditunjukkan oleh persamaan
 C = 2Q2 – 24 Q + 102. Pada tingkat produksi berapa unit
biaya total ini minimum? Hitunglah besarnya biaya total
minimum tersebut. Hitung pula besarnya biaya tetap,
biaya variable, biaya rata-rata, biaya tetap rata-rata dan
biaya variable rata-rata pada tingkat produksi tadi.
Seandainya dari kedudukan ini produksi dinaikkan
dengan 1 unit, berapa besarnya biaya marjinal?

Matematika Ekonomi
89
Jawab:
Berdasarkan rumus titik ekstrim parabola,
C minimum terjadi pada kedudukan

Matematika Ekonomi
Besarnya
90 C minimum = 2Q2 – 24 Q + 102
= 2(6)2 – 24(6) + 102 = 30
Atau C minimum dapat juga dicari dengan rumus
ordinat titik ekstrim parabola, yaitu

Matematika Ekonomi
91

 Selanjutnya, pada Q = 6

Matematika Ekonomi
92

 Jika Q = 7, C =  2(7)2 – 24(7) + 102 = 32

Berarti untuk menaikkan produksi dari 6 unit menjadi 7


unit diperlukan biaya tambahan (biaya marjinal)
sebesar 2.

Matematika Ekonomi
93
 2 Fungsi Penerimaan
 Bentuk fungsi penerimaan total (total revenue, R) yang non
linear pada umumnya berupa sebuah persamaan parabola
terbuka ke bawah.
 Penerimaan total merupakan fungsi dari jumlah barang ,
juga merupakan hasilkali jumlah barang dengan harga
barang per unit. Seperti halnya dalam konsep biaya, dalam
konsep penerimaanpun dikenal pengertian rata-rata dan
marjinal. Penerimaan rata-rata (average revenue, AR) ialah
penerimaan yang diperoleh per unit barang, merupakan
hasilbagi penerimaan total terhadap jumlah barang.
Penerimaan marjinal (marginal revenue, MR) ialah
penerimaan tambahan yang diperoleh dari setiap tambahan
satu unit barang yang dihasilkan atau terjual.
Matematika Ekonomi
94  Penerimaan total            T R = Q x P = f (Q)
 Penerimaan rata-rata
 AR = TR/Q
 Penerimaan marjinal

 MR =

Matematika Ekonomi
 Contoh :
 95
Fungsi permintaan yang dihadapi oleh seorang
produsen monopolis ditunjukkan oleh P = 900 – 1,5 Q.
Bagaimana persamaan penerimaan totalnya? Berapa
besarnya penerimaan total jika terjual barang sebanyak
200 unit, dan berapa harga jual perunit? Hitunglah
penerimaan marjinal dari penjualan sebanyak 200 unit
menjadi 250 unit. Tentukan tingkat penjualan yang
menghasilkan penerimaan total maksimum, dan
besarnya penerimaan maksimum tersebut.

Matematika Ekonomi
96
 Jika Q = 250 ,  R = 900 (250) – 1,5(250)2 =
131.250
 R = 900 Q – 1,5 Q2
 R maksimum pada

Besarnya R maksimum = 900 (300) – 1,5(300)2 =


135.000

Matematika Ekonomi
97

 3 Keuntungan, Kerugian dan Pulang Pokok


 Analisis Pulang Pokok (break-even) yaitu suatu konsep yang
digunakan untuk menganalisis jumlah minimum produk yang
harus dihasilkan atau terjual agar perusahaan tidak mengalami
kerugian. Keadaan pulang pokok (profit nol, π = 0 ) terjadi
apabila R = C ; perusahaan tidak memperoleh keuntungan tetapi
tidak pula menderita kerugian.  Secara grafik hal ini ditunjukkan
oleh perpotongan antara kurva R dan kurva C.

Matematika Ekonomi
 Tingkat produksi Q1 dan Q4 mencerminkan keadaan
98
pulang pokok, sebab penerimaan total sama dengan
pengeluaran (biaya) total, R = C. Area disebelah kiri Q1
dan sebelah kanan Q4 mencerminkan keadaan rugi,
sebab penerimaan total lebih kecil dari pengeluaran
total, R < C. Sedangkan area diantara Q1 dan Q4
mencerminkan keadaan untung, sebab penerimaan total
lebih besar dari pengeluaran total, R > C. Tingkat
produksi Q3 mencerminkan tingkat produksi yang
memberikan penerimaan total maksimum. Besar
kecilnya keuntungan dicerminkan oleh besar kecilnya
selisih positif antara R dan C. Keuntungan maksimum
tidak selalu terjadi saat R maksimum atau C minimum.

Matematika Ekonomi
 Contoh soal:
99Penerimaan total yang diperoleh sebuah perusahaan
ditunjukkan oleh persamaan R = -0,1Q2 + 20Q,
sedangkan biaya total yang dikeluarkan C = 0,25Q3 –
3Q2 + 7Q + 20. Hitunglah profit perusahaan ini jika
dihasilkan dan terjual barang sebanyak 10 dan 20 unit ?
 Jawab ;
 π  =  R – C = -0,1Q2 + 20Q – 0,25Q3 + 3Q2 – 7Q – 20
 π  =  – 0,25Q3 + 2,9Q2 + 13Q – 20
 Q  =  10  π  =  – 0,25(1000) + 2,9(100) + 13(10) – 20
 =   –250 + 290 +130 – 20 = 150 (keuntungan )
 Q  =  20  π  =  – 0,25(8000) + 2,9(400) + 13(20) – 20
 =   –2000 + 1160 +260 – 20 = – 600 (kerugian )

Matematika Ekonomi
 Contoh Soal:
 10
0Penerimaan total yang diperoleh suatu perusahaan
ditunjukkan oleh fungsi R =  – 0,1Q2 + 300Q,
sedangkan biaya total yang dikeluarkannya C = 0,3Q2 –
720Q + 600.000. Hitunglah :
 Tingkat produksi yang menghasilkan penerimaan total
maksimum ?
 Tingkat produksi yang menunjukkan biaya  total
minimum ?
 Manakah yang lebih baik bagi perusahaan, berproduksi
pada tingkat produksi yang menghasilkan penerimaan
total maksimum atau biaya total minimum ?

Matematika Ekonomi
10
1  Jawab :
 R =  – 0,1Q2 + 300Q
 C = 0,3Q2 – 720Q + 600.000
 R maksimum terjadi pada

Matematika Ekonomi
10
2

 C minimum terjadi pada

π pada R maksimum

Matematika Ekonomi
10
3

 Q = 1500   π = – 0,4Q2 + 1020Q – 600.000


 = – 0,4(1500)2 + 1020(1500) – 600.000
 =  30.000
 π pada C minimum
 Q = 1200   π = – 0,4Q2 + 1020Q – 600.000
 = – 0,4(1200)2 + 1020(1200) – 600.000
 =  48.000

Matematika Ekonomi
LIMIT FUNGSI
PENGERTIAN DASAR
Contoh:
a. Letak rumah Budi dekat dengan rumah Tono.
b. Ketika hari sudah mendekati senja, datanglah yang
ditunggu-tunggu.
c. Nilai ujian matematika Anton hampir 9.
d. ……dst.

Pertanyaan:
Seberapa dekat/mendekati/hampir besaran-besaran
atau nilai-nilai pada contoh di atas dengan
besaran/nilai yang sebenarnya?
Limit Fungsi
Contoh 1. Diberikan .
Berapa nilai pada saat x “sangat dekat” dengan 0?
Jawab:
Nilai eksak yang menjadi jawaban pertanyaan di atas sulit
ditentukan, bahkan tidak mungkin. Mengapa demikian?
Karena kita tidak dapat memberikan kepastian nilai x yang
dimaksud.

Meskipun demikian, nilai pendekatan untuk yang


dimaksud bisa ditentukan. Perhatikan tabel berikut.
Limit Fungsi

x f(x) x f(x)
–1 0 1,24 2,24

–0,55 0,45 0.997 1,997

–0,125 0,875 0,00195 1,00195

–0,001 0,999 0,0000015 1,0000015

–0,000001 0,999999 0,000000001 1,000000001

… … … …
Limit Fungsi

Dari tabel di atas dapat dilihat, apabila nilai x semakin


“dekat” dengan 0, maka akan semakin “dekat”
dengan 1.

CATATAN:
Adalah suatu kebetulan bahwa .

Dengan grafik, dapat digambarkan sebagai berikut.


Limit Fungsi

Dari grafik dapat dilihat, apabila x sangat “dekat”


dengan 0, baik untuk x<0 maupun untuk x > 0,
maka sangat “dekat” dengan 1.
Limit Fungsi

Contoh 2. Diberikan

Berapa nilai pada saat x sangat “dekat” dengan


1?
Jawab:
Untuk kasus ini, jelas bahwa tidak ada atau tak
terdefinisi. Yang menjadi pertanyaan, apakah hal itu
berakibat juga tidak ada untuk setiap x sangat
“dekat” dengan 1?
Limit Fungsi

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu


menganalisanya dengan cermat.

Perhatikan bahwa untuk ,

(Dalam hal ini, kita definisikan ).

Selanjutnya, untuk berbagai nilai , nilai g(x)


dapat dilihat pada tabel berikut.
Limit Fungsi

x g(x) x g(x)
0 1 1,24 2,24

0,557 1,557 1,0997 2,0997

0,799999 1,799999 1,00195 2,00195

0,999999001 1,999999001 1,0000015 2,0000015

0,999999999 0,999999999 1,000000001 2,000000001

… … … …
Limit Fungsi

Dengan grafik, nilai g(x) untuk berbagai nilai


x yang sangat “dekat” dengan 1 dapat dilihat
pada gambar berikut.
Limit Fungsi

Jadi, baik dari tabel maupun dari grafik,


diperoleh bahwa semakin “dekat” nilai x
dengan 1, maka nilai g(x) semakin “dekat”
dengan 2.

Selanjutnya, perhatikan contoh berikut.


Limit Fungsi

Contoh 3. Diberikan

Berapa nilai pada saat x sangat “dekat”


dengan 1?
Limit Fungsi

Jawab:
Jelas bahwa . Muncul pertanyaan
serupa dengan pertanyaan pada Contoh 2,
yaitu:

Apakah keadaan tersebut, yaitu ,


akan mengakibatkan juga akan bernilai
1 ketika x sangat “dekat” dengan 1?
Limit Fungsi

Sama halnya seperti fungsi g pada Contoh 2,


bahwa untuk ,

(Dalam hal ini, kita definisikan ).

Selanjutnya, untuk berbagai nilai , nilai


h(x) dapat dilihat pada tabel berikut.
Limit Fungsi

x h(x) x h(x)
0 1 1,24 2,24

0,557 1,557 1,0997 2,0997

0,799999 1,799999 1,00195 2,00195

0,999999001 1,999999001 1,0000015 2,0000015

0,999999999 1,999999999 1,000000001 2,000000001

… … … …
Limit Fungsi

Dengan grafik, nilai h(x) untuk berbagai nilai


x yang sangat “dekat” dengan 1 dapat dilihat
pada gambar berikut.
Limit Fungsi

Jadi, baik dari tabel maupun dari grafik,


diperoleh bahwa semakin “dekat” nilai x
dengan 1, maka nilai h(x) semakin “dekat”
dengan 2.
Limit Fungsi
Dari Contoh 1, Contoh 2, dan Contoh 3, apabila kita
perhatikan beberapa hal yang sama (dalam hal ini tidak usah
memperhatikan nilai fungsi di 0 untuk Contoh 1 dan nilai
fungsi di 1 untuk Contoh 2 dan Contoh 3), berturut-turut kita
katakan:
 Limit f(x) untuk x mendekati 0 sama dengan 1,
 Limit g(x) untuk x mendekati 1 sama dengan 2,
 Limit h(x) untuk x mendekati 1 sama dengan 2,
dan masing-masing ditulis dengan
Limit Fungsi

Dengan demikian, dapat diturunkan definisi limit


fungsi secara formal, yaitu sebagai berikut.

Definisi 4. Fungsi f dikatakan mempunyai limit L


untuk x mendekati c, ditulis

jika untuk nilai x yang sangat “dekat” dengan c,


tetapi , berakibat f(x) “mendekati” L.
Sifat-sifat Dasar Limit Fungsi

(i)

(ii)

(iii) Jika dan ada, dan

maka:

(a)

(b)
Sifat-sifat Dasar Limit Fungsi

(c)

(d)
Sifat-sifat Dasar Limit Fungsi

(e) untuk sebarang


Contoh-contoh

1. Hitung .

Penyelesaian:
Contoh-contoh

2. Hitung .

Penyelesaian:
Contoh-contoh
3. Hitung .

Penyelesaian:
4. Hitung .
Contoh-contoh
Penyelesaian:
Karena ,

maka sifat

tak dapat langsung digunakan. Apakah dengan


demikian limit yang ditanyakan menjadi tak ada?
Contoh-contoh
Perhatikan bahwa untuk , .

Oleh karena itu,


,
Contoh-contoh
5. Hitung .

Penyelesaian:
Limit Tak Hingga
Untuk , definisi limit dapat dituliskan
sebagai berikut.

Definisi 5. Fungsi f dikatakan mempunyai limit


L untuk x mendekati ∞ , ditulis

jika untuk nilai x yang “sangat besar tak


terbatas” arah positif berakibat f(x) “mendekati”
L.
Limit Tak Hingga

Untuk , definisi limit dapat


dituliskan sebagai berikut.

Definisi 6. Fungsi f dikatakan mempunyai


limit L untuk x mendekati ─∞ , ditulis

jika untuk nilai x yang “sangat besar tak


terbatas” arah negatif berakibat f(x)
“mendekati” L.
Limit Tak Hingga

Definisi 7. Fungsi f dikatakan mempunyai


limit tak hingga untuk x mendekati c , ditulis

jika untuk nilai x yang “sangat dekat” dengan


c, tetapi berakibat nilai f(x) menjadi
“besar tak terbatas” arah positif.
Limit Tak Hingga

Definisi 8. Fungsi f dikatakan


mempunyai limit negatif tak hingga
untuk x mendekati c , ditulis

jika untuk nilai x yang “sangat dekat”


dengan c, tetapi berakibat nilai
f(x) menjadi “besar tak terbatas” arah
negatif.
Limit Tak Hingga

Definisi 9. Fungsi f dikatakan


mempunyai limit tak hingga untuk x
mendekati tak hingga , ditulis

jika untuk nilai x yang “cukup besar”


arah positif, berakibat nilai f(x) menjadi
“besar tak terbatas” arah positif.
Limit Tak Hingga

Untuk limit-limit

didefinisikan secara sama.


Limit Tak Hingga

Dari definisi-definisi di atas, mudah


dipahami:
Contoh-contoh
Contoh-contoh

1. Hitunglah

Penyelesaian:
Perhatikan bahwa

Hal ini berakibat nilai limit yang


ditanyakan menjadi susah dikatakan.
Apakah limit tersebut tak ada?
Contoh-contoh

Perhatikan bahwa

Oleh karena itu, menggunakan sifat limit


diperoleh
14
2

HUKUM-HUKUM
DIFERENSIAL

Matematika Ekonomi
143

Hukum 1: Diferensial Fungsi Pangkat.


Fungsi pangkat (power function) y = xn
y + Δy = (x + Δx)n
Δy = (x + Δx)n – y
Δy = (x + Δx)n – xn
Ingat kembali bilangan Binom Newton
(a + b)2 = a2 + 2ab + b2
(a + b)4 = a4 + 4a3b + 6a2b2 + 4ab3 + b4
= C(0, 4)a4 + C(1, 4)a3b +
C(2, 4)a2b2 + C(3, 4)ab3+C(4,4)b3
Matematika Ekonomi
144

C(i, n)  baca kombinasi tingkat i dari n unsur.


C(i, n)  adalah teori kombinasi yang menyatakan memilih
sebanyak i unsur dari suatu himpunan untuk menjadi
anggota himpunan bagiannya.
C(0, 4)  berarti kombinasi tingkat 0 dari 4 unsur.

C(i, n) =

n!
i ! (n – i)!

Matematika Ekonomi
145

n! = n(n-1)(n-2)(n-3) …
4! = 4. 3.2.1 = 24
0! = 1
Sekarang: Δy = (x + Δx)n – xn
= C(0, n)xn + C(1, n)xn-1Δx +
C(2, n)xn-2Δx2 +
C(3, n)xn-3Δx3 +
C(4, n)xn-4Δx4 +
………… +
C(n-1, n)xΔxn-1 - xn

Matematika Ekonomi
146

n! n.n-1.n-2.n-3. …
C(0, n) = ------------- = ----------------------------- = 1
0!(n- 1.n.n-1.n-2.n-3 …
0)!
n! n.n-1.n-2.n-3. …
1!(n- 1.n-1.n-2.n-3. …
C(1, n) = ----------
1)! = ------------------------- =n
n! n.n-1.n-2.n-3. … n.n-1

2!(n- 2.1.n-2.n-3. … 2
2)!
C(2, n) = ----------------- = -------------------------- = ---------

Matematika Ekonomi
147

Δy = (x + Δx)n – xn
= xn + nxn-1Δx + n(n-1)xn-2Δx2 +
2
C(3, n)xn-3Δx3 +
C(4, n)xn-4Δx4 +
…… +
C(n-1, n)xΔxn-1 - xn
= nxn-1Δx + n(n-1)xn-2Δx2 +
2 C(3, n)xn-3Δx3 +
C(4, n)xn-4Δx4 +
…… +
C(n-1, n)xΔxn-1

Matematika Ekonomi
148

Δy = nxn-1+ n(n-1)xn-2Δx +
Δx 2 C(3, n)xn-3Δx2 +
C(4, n)xn-4Δx3 +
…… +
C(n-1, n)xΔxn-2

Lim Δy = lim nxn-1 atau


---- dy/dx = nxn-1
Δx0 Δx Δx0

Contoh: y = x5
dy/dx = 5x4.
Mis C = total cost, q = output  C = q3
diferensial C thdp dC/dq = 3q2.

Matematika Ekonomi
149

Hukum 2:
Diferensial untuk Perkalian dengan Sebuah Konstanta .
Contoh
y = f(x)= cx2, c adalah konstanta, bagaimana dy/dx..?
y + Δy = c(x + Δx)2
Δy = cx2 + c2xΔx + c(Δx)2 – cx2
Δy = c2xΔx + c(Δx)2 dibagi dengan Δx

Δy
------ = c2x + c(Δx)
Δx

lim ----- = Δx0


Δx0 lim c2x , Jadi dy/dx = c2x

Matematika Ekonomi
150

Contoh:
y =f(x) = 5x2
f’(x) = 5(2)x2-1 = 10x

Hukum 3a:
Diferensial untuk Sebuah Penjumlahan Fungsi
f(x) = g(x) + h(x)
Dengan pembuktian yang sama spt hukum (1) dan
(2) diperoleh:
f’(x) = g’(x) + h’(x)
Demikian juga untuk:
f(x) = g(x) + h(x) + k(x)
f’(x) = g’(x) + h’(x) + k’(x)

Matematika Ekonomi
151

Hukum 3b:
Diferensial untuk Sebuah Pengurangan Fungsi

f(x) = g(x) – h(x);


f’(x) = g’(x) – h’(x).

Contoh:
Cari derivatif f(x) = (7x4 + 2x3)– (3x + 37)
g(x) = 7x4 + 2x3 g’(x) = 28x3 + 6x2
h(x) = 3x + 37; h’(x) = 3
jadi f’(x) = 28x3 + 6x2 – 3.

Matematika Ekonomi
15 Latihan 3
2

 Jika y = , carilah
 Jika w = , dan z= carilah

Matematika Ekonomi
153 Hukum 4:
Diferensial Sebuah Perkalian Fungsi
Fungsi hasil kali berbentuk
y = f(x) = g(x).h(x)
f’(x) = g(x).h’(x) + h(x).g’(x)

Contoh: y = f(x) = (2x + 3)(3x2)


g(x) = (2x + 3); g’(x) = 2
h(x) = 3x2; h’(x) = 6x
Jadi:
f’(x) = (2x + 3)(6x) + (3x2)(2)
= 12x2 + 18x + 6x2
= 18x2 + 18x.
Matematika Ekonomi
154
Hukum 5:
Diferensial dari sebuah Pembagian Fungsi
Bentuk umum hasil bagi dua fungsi:

y = f(x) = g(x)/h(x).

f’(x) = g’(x)h(x) – g(x)h’(x)


[h(x)]2

Matematika Ekonomi
155

Contoh: f(x) = (2x – 3)/(X + 1).


g(x) = 2x – 3; g’(x) = 2
h(x) = x + 1; h’(x) = 1

f’(x) = (2)(x + 1) – (1)(2x – 3)

= 2x + 2 – 2x + 3 = 5
(x + 1)2 (x +
1)2

(x +
1)2

Matematika Ekonomi
15 Latihan 4
6

 Jika y = , w = , dan z=
 Carilah
 Carilah

Matematika Ekonomi
Hukum 6:
157 Fungsi berantai bentuknya sbb:
y = f(u)
u = g(x)

Dicari diferensial y terhadap x atau dy/dx.


Dari u = g(x) didpt du/dx.
Dari y = f(u) didpt dy/du, Maka dy
= dy . du
dx du dx

Dengan cara yang sama

y = f(z) dy dy dz du
= dz
z = g(u) dx du dx
u = h(x)

Matematika Ekonomi
158
Contoh: Jika y = uv, dimana u = s3 dan s = 1 – x.
v = t2 dan t = 1 + x2

u = s3,  du/ds = 3s2


v = t2,  dv/dt = 2t
s = 1 – x  ds/dx = -1
t = 1 + x2  dt/dx = 2x

y = uv, adalah bentuk hasil kali berarti


dy/dx = u.dv/dx + v.du/dx
= u(dv/dt)(dt/dx) + v(du/ds)(ds/dx)
= s3(2t)(2x) + t2(3s2)(-1)
= 4s3tx -3t2s2 = s2t(4sx – 3t)
Substitusi, dy/dx = (1-x)2(1+x2)[4(1-x)(x) – 3(1+x2)]

Matematika Ekonomi
159

Contoh: Jika y = (1 + x2)3, dapatkan dy/dx.


Dengan memakai derivatif fungsi berantai:
Mis u = 1 + x2, dan oleh karena itu y = u3
dy/dx = (dy/du)(du/dx) = (3u2)(2x) = 6x(1 + x2)2.

Matematika Ekonomi
16 Latihan 5
0

 Jika y = , w = , dan z=
 Carilah
 Carilah

Matematika Ekonomi
16
1

DIFERENSIAL ORDE TINGGI

Matematika Ekonomi
162

1.5. Diferensial Orde Tinggi


Jika y = f(x), maka derivatif pertama dicatat
sebagai dy/dx atau f’(x). Derivatif kedua
dilambangkan dengan:
d2y/dx2 atau f”(x) atau y”
Demikian seterusnya untuk derivatif yang
lebih tinggi. Semua hukum-hukum yang
sudah dibahas, berlaku untuk mencari
derivatif orde yang lebih tinggi.
Contoh: Hitung derivatif y = f(x) = x3 – 3x2
+ 4, dan hitung nilainya untuk x = 2.

Matematika Ekonomi
163

f(x) = x3 – 3x2 + 4, f(2) = 8 – 12 + 4 = 0


f’(x) = 3x2 – 6x, f’(2) = 12 – 12 = 0
f”(x) = 6x – 6 f”(2) = 6
f”’(x) = 6 f”’(2) = 6.

Matematika Ekonomi
16 Latihan 6
4

 Jika y = , w = x, dan z=
 Carilah, dan

Matematika Ekonomi
165

1.5 Aplikasi dalam ekonomi


1) Elastisitas permintaan
Elastisitas permintaan adalah persentase
perubahan jumlah komoditi diminta apabila
terdapat perubahan harga.
Jika q = komoditi yg diminta,
Δq = perubahannya
p = harga komoditi;
Δp = perubahannya

Matematika Ekonomi
166

Δq/ Δq/ Δ p p
Ed = ------
q = lim -------
q = lim q---- -- =d ---- --
Δp/ Δp->0 Δp/ Δp->0 Δ q q
q
d
p p p
p
Contoh: Umpamakan fungsi permintaan q = 18 -
2p2 hitung elastisitas permintaan jika harga
berkurang 5% (bukan mendekati nol) dari p = 2,
q = 10. Bandingkan hasil kedua pendekatan:
definisi dan derivatif.
Pendekatan definisi: p = 2; Δp = 0.05 berarti
p1 = 2 – 2(0.05) = 1.9
Untuk p1 = 1.9, q = 18-2p2 = 18 – 2(1.9)2 =
10.78 untuk p = 2, q = 18-2p 2 = 18 – 2(2)2
= 10. berarti Δq = 10.78 – 10 =
0.78

Matematika Ekonomi
167

Jadi menurut pendekatan definisi


Ed = 7.8%/-5% = - 1.56

Dengan pendekatan derivatif:


Ed = (dq/dp)(p/q) = (-4p)(p/q) = - 4p2/q
pada harga p = 2, dan q = 10
Ed = -4(2)2/10 = - 1.60.
Perhatikan dengan derivatif, Δp mendekati nol, sementara
menurut definisi, Δp = 0.05%, jadi hasilnya sedikit berbeda.

Matematika Ekonomi
168

2) Total Cost, Average cost and marginal cost


TC = f(q),
merupakan fungsi biaya dimana TC = total cost, dan q = produk
yang dihasilkan.
TC/q = f(q)/q
merupakan fungsi biaya rata-rata.

MC = dTC/dq
merupakan derivatif dari TC, sebagai biaya marginal. Biaya
marginal adalah tambahan biaya yg dibutuhkan per satuan
tambahan produk.

Matematika Ekonomi
169

Hubungan TC, AC dan MC, seperti kurva dibawah


ini. T
Rp C

A
M C
C

F
C

Matematika Ekonomi
Contoh dengan data diskrit

q FC VC TC AC MC
1 100 10 110 110.00 -
2 100 16 116 58.00 6.0
3 100 21 121 40.33 5.0

4 100 26 126 31.50 5.0


5 100 30 130 26.00 4.0
6 100 36 136 22.67 6.0
7 100 45.5 145.5 20.78 9.5
8 100 56 156 19.50 10.5
9 100 72 172 19.10 16 170

Matematika Ekonomi
171

Contoh dengan fungsi biaya:


TC = q3 – 4q2 + 10q + 75.
FC = Fixed Cost = 75
VC = Variable cost = q3 – 4q2 + 10q

MC = dTC/dq = 3q2 – 8q + 10
AC = TC/q = q2 – 4q + 10 + 75/q

Matematika Ekonomi
172

3) Revenue and Marginal revenue


Apabila fungsi permintaan diketahui, maka Total
Revenue (TR) adalah jumlah produk yang diminta
dikali harga.

Matematika Ekonomi
173

Jadi jika q = kuantitas diminta dan p = harga


dengan q = f(p) maka:
TR = qp = f(p).p
Marginal Revenue (MR) = dTR/dq.

Contoh: MR = dTR/dq
Fungsi Permintaan; = 9/2 – 3q
3q + 2p = 9;
TR, MR, p
2p = 9 – 3q atau
p = 9/2 – (3/2)q 4
M
R
TR = p.q atau
p
TR = (9/2)q – (3/2)q2

0 3
q

Matematika Ekonomi
174
INTEGRAL
PENGERTIAN DASAR

 Invers dari diferensial/derivatif


Anti diferensial/derivatif
 Kegunaan :
 Mencari fungsi asal jika diketahui fungsi
turunannya
 integral tak tentu (indefinite integral)
 Menentukan luas bidang dari sebuah kurva yang
dibatasi sumbu X
 integral tertentu (definite integral)
17
6

TEOREMA DAN HUKUM INTEGRAL

Matematika Ekonomi
Teorema 1

 Jika n bilangan rasional dan n ≠ 1, maka


, c adalah konstanta.
Teorema 2

 Jika f fungsi yang terintegralkan dan k suatu konstanta, maka


Teorema 3

 Jika f dan g fungsi-fungsi yang terintegralkan, maka


Teorema 4

 Jika f dan g fungsi-fungsi yang terintegralkan, maka


Teorema 5

 Aturan integral substitusi


 Jika u suatu fungsi yang dapat didiferensialkan
dan r suatu bilangan rasional tak nol maka

 dimana c adalah konstanta dan r ≠ -1.


Teorema 6

 Aturan integral parsial


 Jika u dan v fungsi-fungsi yang dapat didiferensialkan, maka
METODE SUBTITUSI
Dalam menyelesaikan masalah integrasi pertama - tama kita mengusahakan
mengubahnya menjadi bentuk rumus dasar dengan menggunakan variabel lain
( subtitusi )
Contoh :

Jawab :
u = x2 + 4 du = 2x dx
INTEGRAL PARSIAL
Misalkan u dan v fungsi yang differensiabel
terhadap x, maka :
d(u.v) = v.du + u.dv
u.dv = d(u.v) – v.du

yang perlu diperhatikan pada metode ini adalah :


(1). Bagian yang terpilih sebagai dv harus mudah diintegral.

(2).
harus lebih mudah dari
Contoh :

Jawab :

dv = dx v=x
Jadi :

= x lnx -

= x ln x – x + c
Integral TerTentu

 Integral tertentu adalah integral dari suatu fungsi yang


nilai-nilai variabel bebasnya (memiliki batas-batas)
tertentu.

 Jika fungsi terdefinisi pada interval tertutup [a,b] , maka


integral tertentu dari a ke b dinyatakan oleh :
 Dimana :

 f(x) : integran
a : batas bawah
b : batas atas
HUKUM-HUKUM INTEGRAL TERTENTU
HUKUM-HUKUM INTEGRAL TERTENTU
APLIKASI INTEGRAL DALAM
ILMU EKONOMI
Hitung integral dalam aplikasi
ekonomi

 Diket = MC = 2x + 30, dan untuk x=40, maka TC = 7800


 Hitung TC , Kalau X = 60
jawab

 MC = 2X + 30
 Untuk x = 40
 TC =∫MC. dx
 TC= 7800=402 + (30)X(40) + c
 ∫(2x+30).dx
2  C=7800-2800
 X + 30 X + C
= 5000
2
JADI FUNGSI TC =X + 30 X + 5000
=RP. 10.400,-
Aplikasi Integral
1. Menghitung Fungsi Total jika diketahui
Fungsi Marginal
Fungsi Biaya (TC) = hubungan fungsional
antara jumlah biaya dalam proses produksi
dengan sejumlah output dalam jangka waktu
tertentu
Total Cost (TC) terdiri atas Fixed Cost (FC) dan
Variabel Cost (VC)
FC selalu konstan selama jangka waktu tertentu
VC adalah biaya variabel yang berubah menurut
jumlah barang yang diproduksi
Lanjutan…

TC = f(x) + k ,
dimana k = FC dan f(x) = VC
MC = TC’
TC =  MC
MC (Marginal Cost) : Biaya ekstra yang harus
dikeluarkan untuk memperoleh tambahan output
sebanyak satu unit.
Fungsi Konsumsi C = F(Y)
C = jumlah konsumsi dalam satuan Rupiah untuk setiap
tingkat pendapatan Y Rupiah
Turunan dari C’ = F’(Y) atau C’ = MPC
MPC (Marginal Prospensity To Consume)
Jika MPC diketahui dan fungsi konsumsi (C) tidak diketahui
maka :
C =  MPC atau C =  F’(Y) dy = F(Y) + c
c = autonomous consumption
MATRIKS
DEFINISI MATRIKS

Apakah yang dimaksud dengan


Matriks ?
kumpulan bilangan yang disajikan
secara teratur dalam baris dan kolom
yang membentuk suatu persegi
panjang, serta termuat diantara
sepasang tanda kurung.
NOTASI MATRIKS

 Nama matriks menggunakan huruf besar


 Anggota-anggota matriks dapat berupa huruf
kecil maupun angka
 Digunakan kurung biasa atau kurung siku

 Ordo matriks atau ukuran matriks merupakan


banyaknya baris (garis horizontal) dan banyaknya
kolom (garis vertikal) yang terdapat dalam
matriks tersebut.
NOTASI MATRIKS

 Jadi, suatu matriks yang mempunyai m baris dan n


kolom disebut matriks berordo atau berukuran m x
n.
Notasi A = (aij)

 Memudahkan menunjuk anggota suatu matriks

Dengan
i = 1,2,...,m
A= j = 1,2,...,n
MATRIKS

 Contoh : Matriks A merupakan matriks berordo 4 x 2

 Bilangan-bilangan yang terdapat dalam sebuah


matriks dinamakan entri dalam matriks atau disebut
juga elemen atau unsur.
NOTASI MATRIKS Bar
is

Kolo
m Unsur
Matriks
Matriks berukuran m x n
atau berorde m x n

2
0
2
MATRIKS BARIS DAN KOLOM

 Matriks baris adalah matriks yang hanya mempunyai


satu baris

 Matriks kolom adalah matriks yang hanya mempunyai


satu kolom.
Dua buah matriks A dan B dikatakan sama (A =
B) apabila A dan B mempunyai jumlah baris dan
kolom yang sama (berordo sama) dan semua
unsur yang terkandung di dalamnya sama.

aij = bij dimana


- aij = elemen matriks A dari baris i dan kolom j
- bij = elemen matriks
MATRIKS A = B B dari baris i dan kolom j

A = B
dan

A ≠ B

dan
PENJUMLAHAN MATRIKS

 Apabila A dan B merupakan dua matriks yang


ukurannya sama, maka hasil penjumlahan (A
+ B) adalah matriks yang diperoleh dengan
menambahkan bersama-sama entri yang
seletak/bersesuaian dalam kedua matriks
tersebut.

 Matriks-matriks yang ordo/ukurannya berbeda


tidak dapat ditambahkan.

dan
PENJUMLAHAN MATRIKS

 Contoh Soal
PENGURANGAN MATRIKS

 A dan B adalah suatu dua matriks yang ukurannya


sama, maka A-B adalah matriks yang diperoleh dengan
mengurangkan bersama-sama entri yang
seletak/bersesuaian dalam kedua matriks tersebut.

 Matriks-matriks yang ordo/ukurannya berbeda tidak


dapat dikurangkan.

dan
PENGURANGAN MATRIKS

 Contoh :
PERKALIAN MATRIKS
DENGAN SKALAR

Jika k adalah suatu bilangan skalar dan matriks A=(aij ) maka


matriks kA=(kaij ) adalah suatu matriks yang diperoleh dengan
mengalikan semua elemen matriks A dengan k.

Mengalikan matriks dengan skalar dapat dituliskan di depan


atau dibelakang matriks.

[C]=k[A]=[A]k
PERKALIAN MATRIKS
DENGAN SKALAR

Sifat-sifat perkalian matriks dengan skalar :


k(B+C) = kB + kC
k(B-C) = kB-kC
(k1+k2)C = k1C + k2C
(k1-k2)C = k1C – k2C
(k1.k2)C = k1(k2C)
PERKALIAN MATRIKS
DENGAN SKALAR

Contoh :

dengan k = 2,
maka

K(A+B) = 2(A+B) = 2A+2B

TERBUKTI
PERKALIAN MATRIKS
DENGAN SKALAR

Contoh :

dengan k1 = 2 dan k2 = 3, maka


TERBUKTI
(k1+k2)C = k1.C + k2.C
 Perkalian matriks dengan matriks pada
umumnya tidak bersifat komutatif.
 Syarat perkalian adalah jumlah banyaknya
kolom pertama matriks sama dengan
jumlah banyaknya baris matriks kedua.
 Jika matriks A berukuran mxn dan matriks B
berukuran nxp maka hasil dari perkalian
A*B adalah suatu matriks C=(cij ) berukuran
mxp dimana
PERKALIAN MATRIKS

 Contoh :
PERKALIAN MATRIKS

 Apabila A merupakan suatu matriks persegi, maka A² =


A.A ; A³=A².A dan seterusnya
 Apabila AB = BC maka tidak dapat disimpulkan bahwa A=C
(tidak berlaku sifat penghapusan)
 Apabila AB = AC belum tentu B = C
 Apabila AB = 0 maka tidak dapat disimpulkan bahwa A=0
atau B=0
 Terdapat beberapa hukum perkalian matriks :
1. A(BC) = (AB)C
2. A(B+C) = AB+AC
3. (B+C)A = BA+CA
4. A(B-C)=AB-AC
5. (B-C)A = BA-CA
6. A(BC) = (aB)C= B(aC)
7. AI = IA = A
PERPANGKATAN MATRIKS

Sifat perpangkatan pada matriks


sama seperti sifat perpangkatan
pada bilangan-bilangan untuk
setiap a bilangan riil, dimana
berlaku :

A2 = A A
A3 = A2 A
A4 = A3 A
A5 = A4 A; dan seterusnya
PERPANGKATAN MATRIKS

Tentukan hasil A² dan A³


PERPANGKATAN MATRIKS

Tentukan hasil 2A² + 3A³


LATIHAN
Jika:

dengan k = 2, maka hitunglah

1. k(A+B)
2. K(B+A)
3. A*B
4. B*A
JENIS –JENIS MATRIKS

 Matriks bujursangkar (persegi) adalah matriks yang


berukuran n x n

 Matriks nol adalah matriks yang setiap entri atau


elemennya adalah bilangan nol

Sifat-sifat dari matriks nol :


-A+0=A, jika ukuran matriks A = ukuran
matriks 0
-A*0=0, begitu juga 0*A=0.
JENIS –JENIS MATRIKS

 Matriks Diagonal adalah matriks persegi yang semua


elemen diatas dan dibawah diagonalnya adalah nol.
Dinotasikan sebagai D.
Contoh :

 Matriks Skalar adalah matriks diagonal yang semua


elemen pada diagonalnya sama
JENIS –JENIS MATRIKS

 Matriks Identitas adalah matriks skalar yang elemen-


elemen pada diagonal utamanya bernilai 1.
Sifat-sifat matriks identitas :
A*I=A
I*A=A

 Matriks Segitiga Atas adalah matriks persegi yang


elemen di bawah diagonal utamanya bernilai nol
 Matriks Segitiga Bawah adalah matriks persegi yang
elemen di atas diagonal utamanya bernilai nol
Setiap matriks persegi atau
bujur sangkar memiliki nilai
determinan
Nilai determinan dari suatu
matriks merupakan suatu
skalar.
Jika nilai determinan suatu
matriks sama dengan nol,
maka matriks tersebut
disebut matriks singular.
NOTASI DETERMINAN

Misalkan matriks A merupakan


sebuah matriks bujur sangkar
Fungsi determinan dinyatakan
oleh det (A)
Jumlah det(A) disebut determinan
A
det(A) sering dinotasikan |A|
NOTASI DETERMINAN

 Pada matriks 2x2 cara menghitung nilai


determinannya adalah :

 Contoh :
Pada matriks 3x3 cara
menghitung nilai
determinannya adalah
menggunakan Metode Sarrus
Metode Sarrus hanya untuk
matrix berdimensi 3x3
METODE SARRUS
METODE SARRUS

 Contoh :

 Nilai Determinan dicari menggunakan metode


Sarrus
det(A) = (-2·1 ·-1) + (2 ·3 ·2) + (-3 ·-1 ·0) – (-3 ·1 ·2) –(-2
·3 ·0)-(2 ·-1 ·-1)
= 2 +12+0+6-0-2
= 18
LATIHAN
Jika:

maka carilah

1. det(A)
2. det(B)
Yang dimaksud dengan MINOR
unsur aij adalah determinan yang
berasal dari determinan orde ke-n
tadi dikurangi dengan baris ke-i
dan kolom ke-j.
Dinotasikan dengan Mij
Contoh Minor dari elemen a₁₁

MINOR
MINOR

 Minor-minor dari Matrik A (ordo 3x3)


KOFAKTOR MATRIKS

 Kofaktor dari baris ke-i dan kolom ke-j dituliskan


dengan

 Contoh :
Kofaktor dari elemen a23
Contoh: Carilah kofaktor matriks B = 4 1 -1
0 3 2
3 0 7
Matriks kofaktor K= 3 2 0 2 0 3 = 21 6 -
-
9
0 7 3 7 3 0 -7 31
3 1 -1 4 -1 4 1 5 -8
- -
12
0 7 3 7 3 0

1 -1 4 -1 4 1
-
3 2 0 2 0 3

Matematika Ekonomi
TEOREMA LAPLACE

Determinan dari suatu matriks


sama dengan jumlah perkalian
elemen-elemen dari sembarang
baris atau kolom dengan
kofaktor-kofaktornya
Determinan dengan Ekspansi
Kofaktor Pada Baris
Misalkan ada sebuah matriks A
berordo 3x3

TEOREMA LAPLACE

Determinan Matriks A dengan


metode ekspansi kofaktor baris
pertama
|A|
Determinan Matriks A dengan
metode ekspansi kofaktor baris
kedua
|A|
TEOREMA LAPLACE

Determinan Matriks A dengan


metode ekspansi kofaktor baris
ketiga
|A|
TEOREMA LAPLACE

Determinan dengan Ekspansi Kofaktor Pada Kolom


 Misalkan ada sebuah matriks A berordo 3x3

 Determinan Matriks A dengan metode ekspansi


kofaktor kolom pertama
|A|
TEOREMA LAPLACE
 Determinan Matriks A dengan metode ekspansi kofaktor kolom
kedua
|A|

 Determinan Matriks A dengan metode ekspansi kofaktor kolom


ketiga
|A|
DET MATRIKS SEGITIGA

 Jika A adalah matriks segitiga bujur sangkar berupa


segitiga atas atau segitiga bawah maka nilai det(A)
adalah hasil kali diagonal matriks tersebut

 Contoh
LATIHAN
Jika:

maka carilah

Kofaktor (C)
TRANSPOSE MATRIKS
 Jika A adalah suatu matriks m x n, maka
tranpose A dinyatakan oleh A ͭ dan didefinisikan
dengan matriks n x m yang kolom pertamanya
adalah baris pertama dari A, kolom keduanya
adalah baris kedua dari A, demikian juga
dengan kolom ketiga adalah baris ketiga dari A
dan seterusnya.
 Contoh :
matriks A : berordo 2 x
3

transposenya : berordo 3 x 2
TRANSPOSE MATRIKS

Beberapa Sifat Matriks Transpose :


TRANSPOSE MATRIKS

Pembuktian aturan no1 :

TERBUKTI
TRANSPOSE MATRIKS

Pembuktian aturan no 2 :

TERBUKTI
MATRIKS SIMETRI

Sebuah matriks dikatakan simetri apabila hasil dari transpose


matriks A sama dengan matriks A itu sendiri.

Contoh :
1. 2.
Matriks invers dari suatu matriks A
INVERS MATRIKS adalah matriks B yang apabila
dikalikan dengan matriks A
memberikan satuan I
AB = I
Notasi matriks invers :
Sebuah matriks yang dikalikan
matriks inversenya akan
menghasilkan matrik satuan

Jika

Maka
Langkah-langkah untuk
INVERS MATRIX mencari invers matriks M yang
berordo 3x3 adalah :
- Cari determinan dari M
- Transpose matriks M
sehingga menjadi
- Cari adjoin matriks
- Gunakan rumus
Contoh Soal :

INVERS MATRIX

- Cari Determinannya :
det(M) = 1(0-24)-2(0-20)+3(0-
5) = 1
- Transpose matriks M
INVERS MATRIX
- Temukan matriks kofaktor
dengan menghitung minor-
minor matriksnya

- Hasilnya :

==> ==>

Anda mungkin juga menyukai