Keselamatan pasien adalah suatu disiplin baru dalam pelayanan kesehatan yang
mengutamakan pelaporan, analisis, dan pencegahan medical error yang sering
menimbulkan Kejadian Tak Diharapkan (KTD) dalam pelayanan kesehatan.
Pada tahun 2011 Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan Permenkes 1691 tahun 2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit sebagai pedoman bagi penerapan Keselamatan
Pasien di rumah sakit.
Dalam permenkes 1691 tahun 2011 dinyatakan bahwa rumah sakit dan tenaga kesehatan
yang bekerja di rumah sakit wajib melaksanakan program dengan mengacu pada
kebijakan nasional Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Kebijakan nasional Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
1. Setiap rumah sakit wajib membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(TKPRS) yang ditetapkan oleh kepala rumah sakit sebagai pelaksana kegiatan
keselamatan pasien.
2. TKPRS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada kepala
rumah sakit.
3. Keanggotaan TKPRS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari manajemen
rumah sakit dan unsur dari profesi kesehatan di rumah sakit.
4. TKPRS melaksanakan tugas:
a. Mengembangkan program keselamatan pasien di rumah sakit sesuai dengan
kekhususan rumah sakit tersebut
b. Menyusun kebijakan dan prosedur terkait dengan program keselamatan pasien
rumah sakit
c. Menjalankan peran untuk melakukan motivasi, edukasi, konsultasi, pemantauan
(monitoring) dan penilaian (evaluasi) tentang terapan (implementasi) program
keselamatan pasien rumah sakit.
d. Bekerja sama dengan bagian pendidikan dan pelatihan rumah sakit untuk melakukan
pelatihan internal keselamatan pasien rumah sakit
f. Memberikan masukan dan pertimbangan kepada kepala rumah sakit dalam rangka
pengambilan kebijakan keselamatan pasien rumah sakit
Tugas RS adalah meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil (Kemenkes RI, 2011).
Risiko adalah “peristiwa atau keadaan yang mungkin terjadi yang dapat berpengaruh negatif
terhadap perusahaan.” Enterprise risk management (ERM) berpengaruh dan berdampak
terhadap kondisi : Sumber Daya (human and capital), Produk dan jasa , Pelanggan, Dapat
juga berdampak eksternal seperti; masyarakat, pangsa pasar atau lingkungan.
Risiko adalah “fungsi dari probabilitas dari suatu kejadian yang tidak diinginkan, dan tingkat
keparahan atau besarnya dampak dari kejadian tersebut.
Manajemen risiko rumah sakit adalah kegiatan berupa identifikasi, monitoring dan
evaluasi untuk mengurangi risiko cedera dan kerugian pada pasien, karyawan rumah
sakit, pengunjung dan organisasinya sendiri.
Manajemen Risiko Terintegrasi adalah proses identifikasi, penilaian, analisis dan
pengelolaan semua risiko yang potensial dan kejadian keselamatan pasien.
Manajemen risiko terintegrasi diterapkan terhadap semua jenis pelayanan dirumah sakit
pada setiap level.
Jika risiko sudah dinilai dengan tepat, maka proses (manajemen Resiko ) ini membantu
rumah sakit, pemilik dan para praktisi untuk menentukan prioritas dan perbaikan dalam
pengambilan keputusan untuk mencapai keseimbangan optimal antara risiko, keuntungan dan
biaya.
c. Menyatukan semua sumber informasi yang berkaitan dengan risiko dan keselamatan, contoh:
insiden patient safety, tuntutan litigasi klinis, keluhan, dan insiden kesehatan dan keselamatan
kerja, hasil dari penilaian risiko; menggunakan pendekatan yang konsisten untuk pelatihan,
manajemen, analysis dan investigasi dari semua risiko yang potensial dan kejadian aktual.
d. Menggunakan pendekatan yang konsisten dan menyatukan semua penilaian risiko dari semua
jenis risiko di rumah sakit pada setiap level.
e. Memadukan semua risiko ke dalam program penilaian risiko dan risk register
f. Menggunakan informasi yang diperoleh melalui penilaian risiko dan insiden untuk menyusun
kegiatan mendatang dan perencanaan strategis.
Identifikasi risiko adalah usaha mengidentifikasi situasi yang dapat menyebabkan
cedera, tuntutan atau kerugian secara finansial.
Identifikasi akan membantu langkah-langkah yang akan diambil manajemen
terhadap risiko tersebut.
Instrument:
a. Laporan KejadianKejadian(KTD+KNC (kejadian nyaris cidera)+ Kejadian Sentinel+ dan
lain-lain)
b. Review
Rekam Medik (Penyaringan Kejadian untuk memeriksa dan mencari
penyimpangan-penyimpangan pada praktik dan prosedur)
RS harus punya Standard yang berisi Program Risk Assessment tahunan, yakni Risk
Register:
d. Risiko yg teridentifikasi dalam 1 tahun
e. Informasi Insiden keselamatan Pasien, klaim litigasi dan komplain, investigasi eksternal
& internal, external assessments dan Akreditasi
f. Informasi potensial risiko maupun risiko actual (menggunakan RCA (Root Cause
Analysis) & FMEA (Failure Mode & Effect Analysis)
Manfaat manajemen risiko terintegrasi untuk rumah sakit :
a. Informasi
yang lebih baik sekitar risiko sehingga tingkat dan sifat risiko terhadap
pasien dapat dinilai dengan tepat.
b. Pembelajaran dari area risiko yang satu, dapat disebarkan di area risiko yang lain.
c. Pendekatan yang konsisten untuk identifikasi, analisis dan investigasi untuk semua
risiko, yaitu menggunakan RCA.
c. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.
b. Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di rumah saki
Bagi Unit/Tim:
d. Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara
e. mengenai kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden.
f. Demonstrasikan kepada tim untuk memastikan semua laporan dibuat secara terbuka
dan terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan/solusi yang tepat.
2. Memimpin Dan Mendukung Staf
Membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan Pasien di rumah
sakit.
Untuk Rumah Sakit:
a. Pastikan
ada anggota Direksi atau Pimpinan yang bertanggung jawab atas
Keselamatan Pasien
b. Identifikasi
di tiap bagian rumah sakit, orang-orang yang dapat diandalkan untuk
menjadi “penggerak” dalam gerakan Keselamatan Pasien
c. Prioritaskan
Keselamatan Pasien dalam agenda rapat Direksi/Pimpinan maupun
rapat-rapat manajemen rumah sakit
d. Masukkan Keselamatan Pasien dalam semua program latihan staf rumah sakit anda
dan pastikan pelatihan ini diikuti dan diukur efektivitasnya.
Untuk Unit/Tim:
a. Nominasikan “penggerak” dalam tim anda sendiri untuk memimpin Gerakan Keselamatan
Pasien
b. Jelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya serta manfaat bagi mereka dengan
menjalankan gerakan Keselamatan Pasien
c. Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden.
b. Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses asesmen risiko rumah
sakit.
d. Pastikan
penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke proses asesmen
dan pencatatan risiko rumah sakit.
4. Mengembangkan Sistem Pelaporan
Untuk Unit/Tim:
Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktif melaporkan setiap
insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, karena
mengandung bahan pelajaran yang penting.
5. Melibatkan dan Berkomunikasi dengan Pasien
Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.
Untuk Rumah Sakit:
a. Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang secara jelas menjabarkan cara-cara komunikasi
terbuka selama proses asuhan tentang insiden dengan para pasien dan keluarganya.
b. Pastikan pasien dan keluarga mendapat informasi yang benar dan jelas bilamana terjadi insiden.
c. Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar selalu terbuka kepada
pasien dan keluarganya.
Untuk Unit/Tim:
d. Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan keluarganya bila telah
terjadi insiden
e. Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bilamana terjadi insiden, dan segera
berikan kepada mereka informasi yang jelas dan benar secara tepat
f. Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati kepada pasien dan keluarganya.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan Pasien
Mendorong staf untuk melakukan analisis akar masalah
b. Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas criteria pelaksanaan Analisis Akar
Masalah (root cause analysis/RCA) yang mencakup insiden yang terjadi dan minimum satu kali
per tahun melakukan Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) untuk proses risiko tinggi.
Untuk Unit/Tim:
c. Diskusikan pengalaman dari hasil analisis insiden.
d. Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di masa depan dan bagilah
pengalaman tersebut secara lebih luas.
7. Mencegah Cedera Melalui Implementasi Sistem Keselamatan Pasien
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan perubahan pada
sistem pelayanan.
Untuk Rumah Sakit:
a. Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan, asesmen
risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis, untuk menentukan solusi setempat.
b. Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang system (struktur dan proses),
penyesuaian pelatihan staf dan/atau kegiatan klinis, termasuk penggunaan instrumen yang
menjamin keselamatan pasien.
d. Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah
Sakit.
e. Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas insiden yang
dilaporkan.
Untuk Unit/Tim:
a. Libatkan tim anda dalam mengembangkan berbagai cara untuk membuat asuhan
pasien menjadi lebih baik dan lebih aman.
b. Telaah kembali perubahan-perubahan yang dibuat tim anda dan pastikan
pelaksanaannya.
c. Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang
insiden yang dilaporkan.