Anda di halaman 1dari 28

IDENTIFIKASI RESIKO KESELAMATAN PASIEN

(PATIENT SAFETY) DI RUMAH SAKIT

Oleh : Tri setyaningsih, M.Kep.Sp.Kep.J

Stikes RS Husada Jakarta


Jln. Mangga Besar Raya 137-139
IDENTIFIKASI RESIKO KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY) DI RUMAH SAKIT

Keselamatan pasien adalah suatu disiplin baru dalam pelayanan kesehatan yang
mengutamakan pelaporan, analisis, dan pencegahan medical error yang sering
menimbulkan Kejadian Tak Diharapkan (KTD) dalam pelayanan kesehatan.

Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) membentuk Komite Keselamatan


Pasien Rumah Sakit (KKP-RS) pada tanggal 1 Juni 2005. Selanjutnya Gerakan Keselamatan
Pasien Rumah Sakit ini kemudian dicanangkan oleh Menteri Kesehatan RI pada Seminar
Nasional PERSI pada tanggal 21 Agustus 2005, di Jakarta Convention Center Jakarta.

Pada tahun 2011 Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan Permenkes 1691 tahun 2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit sebagai pedoman bagi penerapan Keselamatan
Pasien di rumah sakit.
Dalam permenkes 1691 tahun 2011 dinyatakan bahwa rumah sakit dan tenaga kesehatan
yang bekerja di rumah sakit wajib melaksanakan program dengan mengacu pada
kebijakan nasional Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Kebijakan nasional Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
1.    Setiap rumah sakit wajib membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(TKPRS) yang ditetapkan oleh kepala rumah sakit sebagai pelaksana kegiatan
keselamatan pasien.
2.    TKPRS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada kepala
rumah sakit.
3.   Keanggotaan TKPRS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari manajemen
rumah sakit dan unsur dari profesi kesehatan di rumah sakit.
4.   TKPRS melaksanakan tugas:
a. Mengembangkan program keselamatan pasien di rumah sakit sesuai dengan
kekhususan rumah sakit tersebut
b. Menyusun kebijakan dan prosedur terkait dengan program keselamatan pasien
rumah sakit
c. Menjalankan peran untuk melakukan motivasi, edukasi, konsultasi, pemantauan
(monitoring) dan penilaian (evaluasi) tentang terapan (implementasi) program
keselamatan pasien rumah sakit.
d. Bekerja sama dengan bagian pendidikan dan pelatihan rumah sakit untuk melakukan
pelatihan internal keselamatan pasien rumah sakit

e. Melakukan pencatatan, pelaporan insiden, analisa insiden serta mengembangkan solusi


untuk pembelajaran

f. Memberikan masukan dan pertimbangan kepada kepala rumah sakit dalam rangka
pengambilan kebijakan keselamatan pasien rumah sakit

g. Membuat laporan kegiatan kepada kepala rumah sakit, Dalam pelaksanaannya,


Keselamatan Pasien akan banyak menggunakan prinsip dan metode manajemen risiko
mulai dan identifikasi, asesmen dan pengolahan risiko.
Diharapkan, pelaporan & analisis insiden keselamatan pasien akan meningkatkan
kemampuan belajar dan insiden yang terjadi untuk mencegah terulangnya kejadian
yang sama di kemudian hari.
 Keselamatan pasien dan manajemen risiko klinis

Tugas RS adalah meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil (Kemenkes RI, 2011).

Risiko adalah “peristiwa atau keadaan yang mungkin terjadi yang dapat berpengaruh negatif
terhadap perusahaan.” Enterprise risk management  (ERM) berpengaruh dan  berdampak
terhadap kondisi : Sumber Daya (human and capital), Produk dan jasa , Pelanggan, Dapat
juga berdampak eksternal seperti; masyarakat, pangsa pasar atau lingkungan.

Risiko adalah “fungsi dari probabilitas dari suatu kejadian yang tidak diinginkan, dan tingkat
keparahan atau besarnya dampak dari kejadian tersebut.

Risk = Probability (of the event) X Consequence


Risiko di Rumah Sakit:
Risiko klinis adalah semua isu yang dapat berdampak terhadap pencapaian pelayanan
pasien yang bermutu tinggi, aman dan efektif.
Kategori risiko di rumah sakit ( Categories of Risk ) :
1. Patient care care-related risks (terkait perawatan pasien)
2. Medical staff staff-related risks (terkait staf medis )
3. Employee Employee-related risks (terkait Karyawan)
4. Property Property-related risks (terkait property)
5. Financial risks ( Terkait keuangan)
6. Other risks ( resiko lainnya)

Manajemen risiko rumah sakit adalah kegiatan berupa identifikasi, monitoring dan
evaluasi untuk mengurangi risiko cedera dan kerugian pada pasien, karyawan rumah
sakit, pengunjung dan organisasinya sendiri.
Manajemen Risiko Terintegrasi adalah proses identifikasi, penilaian, analisis  dan
pengelolaan semua risiko yang potensial dan kejadian keselamatan pasien.

Manajemen risiko terintegrasi diterapkan terhadap semua jenis pelayanan dirumah sakit
pada setiap level.

Jika risiko sudah dinilai dengan tepat, maka proses (manajemen Resiko ) ini membantu
rumah sakit, pemilik dan para praktisi untuk menentukan prioritas dan perbaikan dalam
pengambilan keputusan untuk mencapai keseimbangan optimal antara risiko, keuntungan dan
biaya.

Manajemen risiko terintegrasi bertujuan :


a. Menjamin bahwa rumah sakit menerapkan system yang sama untuk mengelola semua fungsi-
fungsi manajemen risikonya, seperti patient safety, kesehatan dan keselamatan kerja,
keluhan, tuntutan (litigasi) klinik, litigasi karyawan, serta risiko keuangan dan lingkungan.
a. Lanjutan……
b. Melakukan perbaikan, modernisasi dan clinical governance,  manajemen risiko menjadi
komponen kunci untuk setiap desain proyek tersebut.

c. Menyatukan semua sumber informasi yang berkaitan dengan risiko dan keselamatan, contoh:
insiden patient safety, tuntutan litigasi klinis, keluhan, dan insiden kesehatan dan keselamatan
kerja, hasil dari penilaian risiko; menggunakan pendekatan yang konsisten untuk pelatihan,
manajemen, analysis dan investigasi dari semua risiko yang potensial dan kejadian aktual.

d. Menggunakan pendekatan yang konsisten dan menyatukan semua penilaian risiko dari semua
jenis risiko di rumah sakit pada setiap level.

e. Memadukan semua risiko ke dalam program penilaian risiko dan risk register

f. Menggunakan informasi yang diperoleh melalui penilaian risiko dan insiden untuk menyusun
kegiatan mendatang dan perencanaan strategis.
Identifikasi risiko adalah usaha mengidentifikasi situasi yang dapat menyebabkan
cedera, tuntutan atau kerugian secara finansial.
Identifikasi akan membantu langkah-langkah yang akan diambil manajemen
terhadap risiko tersebut.

Instrument:
a. Laporan KejadianKejadian(KTD+KNC (kejadian nyaris cidera)+ Kejadian Sentinel+ dan
lain-lain)

b. Review
Rekam Medik (Penyaringan Kejadian untuk memeriksa dan mencari
penyimpangan-penyimpangan pada praktik dan prosedur)

c. Pengaduan (Complaint) pelanggan

d. Survey/Self Assesment, dan lain-lain


Pendekatan terhadap identifikasi risiko meliputi:
a. Brainstorming
b. Mapping out proses dan prosedur perawatan atau jalan keliling dan menanyakan
kepada petugas tentang identifikasi risiko pada setiap lokasi.
c. Membuat checklist risiko dan menanyakan kembali sebagai umpan balik

RS harus punya Standard yang berisi Program Risk Assessment tahunan, yakni Risk
Register:
d. Risiko yg teridentifikasi dalam 1 tahun
e. Informasi Insiden keselamatan Pasien, klaim litigasi dan komplain, investigasi eksternal
& internal, external assessments dan Akreditasi
f. Informasi potensial risiko maupun risiko actual (menggunakan RCA (Root Cause
Analysis) & FMEA (Failure Mode & Effect Analysis)
Manfaat manajemen risiko terintegrasi untuk rumah sakit :
a. Informasi
yang lebih baik sekitar risiko sehingga tingkat dan sifat risiko terhadap
pasien dapat dinilai dengan tepat.

b. Pembelajaran dari area risiko yang satu, dapat disebarkan di area risiko yang lain.

c. Pendekatan yang konsisten untuk identifikasi, analisis dan investigasi untuk semua
risiko, yaitu menggunakan RCA.

d. Membantu RS dalam memenuhi standar-standar terkait, serta kebutuhan clinical


governance.

e. Membantu perencanaan RS menghadapi ketidakpastian, penanganan dampak dari


kejadian yang tidak diharapkan, dan meningkatkan keyakinan pasien dan masyarakat.
Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Standar I. Hak pasien
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil
pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden.
Kriteria:
a.  Harus ada perawat penanggung jawab pelayanan.
b.  Perawat penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan.
c. Perawat penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar
kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan, perawatan atau prosedur
untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya insiden.

Standar II. Mendidik pasien dan keluarga


Standar:
Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung
jawab pasien dalam asuhan pasien.
Kriteria Hasil :
a. Mendapatkan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
b. Tahu kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
c. Mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak
dimengerti.
d. Faham dan menerima konsekuensi pelayanan.
e. Patuh instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit.
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
Standar III. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
Rumah Sakit menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan dan
menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriteria:
a. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan
dan saat pasien keluar dari rumah sakit

b. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan


kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap
pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.

c. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk


memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial,
konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.

d.  Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga


dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
Standar IV.    Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
Standar:
Rumah sakit harus, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan
kinerja serta keselamatan pasien.
Kriteria :
    a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (desain) yang baik, bagi
pasien sesuai dengan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
    
b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain terkait
dengan: pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan,
keuangan.
c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua insiden,
dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis untuk
menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien
terjamin.
Standar V.     Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standar:
a. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan  pasien
secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Rumah Sakit “.

b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko


keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi insiden.

c. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.

d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji,


dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan keselamatan pasien.

e. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan


kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.
Kriteria:
a. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
b. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden.
c. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah sakit
terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.
d. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien
yang terkena musibah.
e. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden
termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar Masalah
f. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden.
g.  Terdapat kolaboratoriumorasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar
h.  Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan perbaikan
kinerja rumah sakit
i.  Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif
untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit
Standar VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standar:
Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisipliner dalam pelayanan pasien.
Kriteria:
a. Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi
bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya
masing-masing.

b. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam


setiap kegiatan in-service training dan memberi pedoman yang jelas tentang
pelaporan insiden.

c. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama


kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan interdisipliner dan
kolaboratoriumoratif dalam rangka melayani pasien.
Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan
pasien
Standar:
Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan
pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.

Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.


Kriteria:
a. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen
untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan
pasien.

b. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi


manajemen informasi yang ada.
Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit

1. Membangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien


a. Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan peran dan akuntabilitas
individual bilamana ada insiden.

b. Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di rumah saki

c. Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian keselamatan pasien.

Bagi Unit/Tim:
d.    Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara
e.  mengenai kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden.     
f. Demonstrasikan kepada tim untuk memastikan semua laporan dibuat secara terbuka
dan terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan/solusi yang tepat.
2. Memimpin Dan Mendukung Staf
Membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan Pasien di rumah
sakit.
Untuk Rumah Sakit:
a. Pastikan
ada anggota Direksi atau Pimpinan yang bertanggung jawab atas
Keselamatan Pasien
b. Identifikasi
di tiap bagian rumah sakit, orang-orang yang dapat diandalkan untuk
menjadi “penggerak” dalam gerakan Keselamatan Pasien
c. Prioritaskan
Keselamatan Pasien dalam agenda rapat Direksi/Pimpinan maupun
rapat-rapat manajemen rumah sakit
d. Masukkan Keselamatan Pasien dalam semua program latihan staf rumah sakit anda
dan pastikan pelatihan ini diikuti dan diukur efektivitasnya.
Untuk Unit/Tim:
a. Nominasikan “penggerak” dalam tim anda sendiri untuk memimpin Gerakan Keselamatan
Pasien
b. Jelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya serta manfaat bagi mereka dengan
menjalankan gerakan Keselamatan Pasien
c. Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden.

3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko


Untuk Rumah Sakit:
d. Telaah kembali struktur dan proses yang ada dalam manajemen risiko klinis dan
nonklinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan terintegrasi dengan
Keselamatan Pasien dan karyawan.
e. Kembangkan indikator-indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko yang
dapat dimonitor oleh direksi/pimpinan rumah sakit.
f. Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan
insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara proaktif meningkatkan kepedulian
terhadap pasien.
Untuk Unit/Tim:
a. Diskusikan
isu-isu Keselamatan Pasien guna memberikan umpan balik kepada
manajemen yang terkait.

b. Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses asesmen risiko rumah
sakit.

c. Ambillah langkah-langkah yang tepat untuk memperkecil risiko tersebut.

d. Pastikan
penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke proses asesmen
dan pencatatan risiko rumah sakit.
4. Mengembangkan Sistem Pelaporan

Untuk Rumah Sakit:


Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden ke dalam maupun ke luar,
yang harus dilaporkan ke Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

Untuk Unit/Tim:
Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktif melaporkan setiap
insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, karena
mengandung bahan pelajaran yang penting.
5.   Melibatkan dan Berkomunikasi dengan Pasien
Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.
Untuk Rumah Sakit:
a. Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang secara jelas menjabarkan cara-cara komunikasi
terbuka selama proses asuhan tentang insiden dengan para pasien dan keluarganya.
b. Pastikan pasien dan keluarga mendapat informasi yang benar dan jelas bilamana terjadi insiden.
c. Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar selalu terbuka kepada
pasien dan keluarganya.

Untuk Unit/Tim:
d. Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan keluarganya bila telah
terjadi insiden
e. Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bilamana terjadi insiden, dan segera
berikan kepada mereka informasi yang jelas dan benar secara tepat
f. Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati kepada pasien dan keluarganya.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan Pasien
Mendorong staf untuk melakukan analisis akar masalah

Untuk Rumah Sakit:


a. Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden secara tepat, yang
dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab.

b. Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas criteria pelaksanaan Analisis Akar
Masalah (root cause analysis/RCA) yang mencakup insiden yang terjadi dan minimum satu kali
per tahun melakukan Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) untuk proses risiko tinggi.

Untuk Unit/Tim:
c. Diskusikan pengalaman dari hasil analisis insiden.
d. Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di masa depan dan bagilah
pengalaman tersebut secara lebih luas.
7. Mencegah Cedera Melalui Implementasi Sistem Keselamatan Pasien

Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan perubahan pada
sistem pelayanan.
Untuk Rumah Sakit:
a. Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan, asesmen
risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis, untuk menentukan solusi setempat.

b. Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang system (struktur dan proses),
penyesuaian pelatihan staf dan/atau kegiatan klinis, termasuk penggunaan instrumen yang
menjamin keselamatan pasien.

c. Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang direncanakan.

d. Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah
Sakit.

e. Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas insiden yang
dilaporkan.            
  Untuk Unit/Tim:
a. Libatkan tim anda dalam mengembangkan berbagai cara untuk membuat asuhan
pasien menjadi lebih baik dan lebih aman.
b. Telaah kembali perubahan-perubahan yang dibuat tim anda dan pastikan
pelaksanaannya.
c. Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang
insiden yang dilaporkan.

Anda mungkin juga menyukai