Anda di halaman 1dari 21

HAKIM

DAN
PUTUSANNYA
ANGGOTA
KELOMPOK HIKMAH NUR FITRI
ADIN FIRMANSYAH
Absen 1-16 HOT SARIDA
AGUNG PRIANTORO
JERI MUSPITA
AHMAD NURHAYAT GOZALI
JUHAEROH
AMIN RAHARJO
ANGGER SATRIO TEGAR UTOMO MIRNA SUNDARI

AVIVA DIANA SHINTAWATI

DANIEL DENIANTO SIANTURI

DYAH AYU PERMATA SARI


ECHA RAHMAWATI
Sistem peradilan merupakan
bagian penting dari sistem
hukum di setiap negara. Hakim
memainkan peran kunci dalam
Sistem peradilan merupakan bagian penting
sistem peradilan, dengan
dari sistem hukum di setiap negara. Hakim
tanggung jawab untuk memainkan peran kunci dalam sistem
memutuskan perkara dan peradilan, dengan tanggung jawab untuk
menegakkan keadilan memutuskan perkara dan menegakkan
keadilan
alam menjalankan tugasnya, seorang hakim
harus menggunakan hukum tertulis sebagai
dasar putusannya. Namun, jika dalam hukum
tertulis tidak ditemukan atau dirasa tidak
cukup, maka hakim dapat melakukan
penafsiran hukum
apa itu hakim?

Hakim dan hakim


konstitusi adalah pejabat
negara yang melakukan
kekuasaan kehakiman
sebagaimana diatur
dalam undang-undang
Hakim bertindak sebagai
pengawas independen dalam
persidangan dan bertugas
untuk mencapai keputusan
yang adil berdasarkan fakta
dan hukum yang berlaku
kualifikasi hakim

Warga negara Indonesia

Berusia minimal 25 tahun

Sehat jasmani dan rohani

Memiliki ijazah Sarjana Hukum atau Sarjana


Hukum Islam untuk hakim di Pengadilan Agama

Tidak pernah dihukum penjar karena melakukan


tindak pidana yang diancam dengan pidana
penjara lima tahun atau lebih
Penafsiran hakim dan hakim konsti-
Sebagai pejabat negara yang melakukan
kekuasaan kehakiman, tolak ukur hakim dan
tusi terhadap peraturan perundang-
hakim konstitusi dalam undangan yang terkait dengan
mempertanggungjawabkan jaminan perkara yang sedang diadilinya
diimplementasikannya asas penyelenggaraan sangatlah penting karena dari
kekuasaan kehakiman dapat dilihat dari
penafsiran hakim tersebutlah yang
putusan yang dibuatnya
akan menen- tukan putusan yang
akan dibuat oleh hakim dan hakim
konstitus
Putusan sebagai mahkota
hakim dalam pemahaman
Putusan adalah yang artifisial dapat
mahkota hakim
dimaknai sebagai, harga
diri dan wibawa seorang
hakim dapat dilihat dan
dinilai dari putusannya
putusan-putusan hakim

Putusan hakim adalah suatu pernyataan


yang dibuat oleh hakim sebagai pejabat
negara yang diberi wewenang untuk itu,
diucapkan di persidangan dan bertujuan
untuk mengakhiri atau menyelesaikan
suatu perkara atau masalah antar pihak
Putusan hakim merupakan cerminan kemampuan seo- rang
hakim dalam memeriksa, mengadili, dan memutus perkara.
Putusan yang baik harus disusun dari fakta peristiwa dan fakta
hukum yang lengkap, rinci, jelas dan akurat yang diperoleh
dalam persidangan yang termuat dalam Berita Acara
Persidangan (BAP).
Ada beberapa istilah dalam putusan
hakim yang perlu dipahami

konsideran

Konsideran adalah bagian amar putusan berisi


pertimbangan hukum yang
putusan hakim
menjadi dasar pertimbangan
hakim dalam memutuskan
perkara
Ada beberapa istilah dalam putusan
hakim yang perlu dipahami

putusan

preparatoir
putusan akhir
putusan sela

insidentil
Putusan akhir adalah putusan
Putusan sela dikenal juga yang dijatuhkan oleh hakim
dengan putusan provisional setelah proses persidangan
selesai dan menjadi putusan
provinsional putusan yang dijatuhkan
sehubungan dengan tuntutan yang mengakhiri suatu
dalam pokok perkara perkara
Dalam hal menafsirkan ini, selain
memperhatikan unsur kepastian
dari putusan yang akan dibuatnya,
hakim juga harus tetap
Tugas penting dari hakim
memperhatikan unsur rasa
adalah menyesuaikan pera-
keadilan di masyarakat
turan perundang-undangan
dengan hal-hal nyata di masya-
rakat. Apabila peraturan
perundang-undangan tidak
dapat dijalankan menurut arti
katanya, hakim harus
menafsirkannya
Dalam putusan hakim harus dipertimbangkan
segala aspek yang bersifat yuridis, sosiologis, dan
filosofis, sehingga keadilan yang ingin dicapai,
diwujudkan, dan dipertanggungja- wabkan dalam
putussan hakim adalah keadilan yang berorien-
tasi pada keadilan hukum (legal justice), keadilan
masyarakat (social justice), dan keadilan moral
(moral justice)

Penafsiran hukum
merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh ahli hukum
atau pengadilan dalam
memutuskan
Satjipto Rahardjo mengemukakan, salah satu sifat
yang melekat pada perundang-undangan atau hukum
tertulis adalah sifat otoritatif dari rumusan-rumusan
peraturannya. Namun demikian, pengutaraan dalam
bentuk tulisan atau litera scripta itu sesungguhnya
hanyalah bentuk saja dari usaha untuk
menyampaikan sesuatu ide atau pikiran. Ide atau
pikiran yang hendak dikemukakan itu ada yang
menyebutnya sebagai semangat dari suatu
peraturan.
Hukum yang tidak atau kurang jelas tidak dapat
dijadi- kan alasan penolakan bagi hakim terhadap
suatu perkara yang diajukan pencari keadilan.
Asas ini dikenal dengan istilah Ius Curia Novit atau
hakim dianggap mengetahui akan hukumnya

Sebagai pejabat negara yang mela- kukan fungsi


kekuasaan kehakiman di Indonesia,
menafsirkan peraturan perundang-undangan
sudah menjadi hal yang tidak bisa dilepaskan
dari hakim. Akan tetapi terhadap suatu
peraturan perundang-undangan yang sama,
antara hakim yang satu dengan yang lainnya
menfasirkan peraturan perundang- undangan
tersebut secara berbeda
Hakim sebagai pemegang kekuasaan yudikatif, ia berke- wajiban
memberikan pertimbangan dalam pelaksanaan pera- turan perundang-
undangan yang berlaku sebagai peraturan umum. Dalam memberikan
pertimbangan, ada kalanya hakim menambah peraturan perundang-
undangan, maka hal ini berarti bahwa hakim memenuhi ruang kosong
(leemten) dalam sistem hukum formal dari tata hukum yang berlaku

Penafsiran hakim terhadap suatu perundang- undangan itu


sangatlah penting karena dalam memutus suatu perkara yang
dipimpinnya, hakim mendasarkan putusannya tersebut
terhadap peraturan perundang-undangan yang ter- kait
dengan perkara yang sedang dipimpinnya
Hakim dalam menafsirkan peraturan terkait perkara yang sedang diadilinya
dapat berpijak kepada beberapa macam interpretasi hukum seperti diatas.
Dalam penggunaan- nya, interpretasi hukum yang dilakukan oleh hakim
sering kali melahirkan suatu hukum yang baru. Penemuan hukum
(rechtsvinding) sering terjadi pada perkara yang tergolong baru dan belum
ada peraturan jelas yang mengatur tentang hal tersebut atau dengan kata
lain perkara yang mendahului hukum.
Dalam teori hukum, keseluruhan pandangan yang meru- muskan secara eksplisit kebebasan hakim
untuk menetapkan putusannya dinamakan Freirechtsbewegung (gerakan hukum bebas). Aliran
pemikiran ini menolak pandangan sempit ten- tang proses penemuan hukum, mengakui sumbangan
(kontribusi) atau masukan dari hakim yang menilai (waar- derende inbreng) ke dalam proses
tersebut dan memperjuang- kan pengakuan terhadap kedudukan mandiri dari peradilan berhadapan
dengan Undang-Undang dan sistem hukum
Aliran Freirechtsbewegung ini banyak mendapat kritik, karena terlalu memberi kebebasan yang
teramat besar kepada hakim dalam mengambil keputusan, sehingga dapat mengaki batkan
ketidakpastian hukum dan membuka kemungkinan atau peluang bagi subyektivitas hakim serta
menimbulkan persoalan tentang legitimitasi. Di samping itu aliran pemikiran hukum bebas ini tidak
didukung oleh suatu wawasan metodo- logikal yang memadai. Dengan cara bagaimanakah hakim
harus menilai dan menimbang-nimbang berbagai kepentingan yang berhasil diungkap yang satu
terhadap yang lainnya, ukuran atau standar penilaian apakah yang menjadi landasan pijaknya, dan
metode interpretasi manakah yang harus dipilih.
Pembuat Undang-undang tidak menetapkan suatu sis- tem tertentu yang harus
dijadikan pedoman bagi hakim dalam menafsirkan undang-undang. Oleh karenanya
hakim bebas dalam melakukan penafsiran. Dalam melaksanakan penafsiran
peraturan perundang-undangan pertama-tama selalu dilaku- kan penafsiran
gramatikal, karena pada hakikatnya untuk memahami teks peraturan perundang-
undangan harus dime- ngerti lebih dahulu arti kata-katanya. Apabila perlu
dilanjutkan dengan penafsiran otentik atau penafsiran resmi yang ditaf- sirkan oleh
pembuat undang-undang itu sendiri, kemudian dilanjutkan dengan metode
penafsiran lainnya yang dianggap perlu dilakukan oleh hakim dan relevan dengan
apa yang hakim butuhkan pada saat hendak menafsirkan peraturan perundang-
undangan
T h a nk
yo u!
ada pertanyaan?

Anda mungkin juga menyukai