Anda di halaman 1dari 38

2022

Imunitas Patogen
Penginfeksi

Apt. Ratna Sari Dewi, M.Farm.


Tujuan Pembelajaran

1. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab timbulnya


infeksi
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan dan
penanganan infeksi
3. Mahasiswa mampu mengemukakan opini dan informasi
berdasarkan literatur iliah secara aktif.
Respon Imun
terhadap Infeksi
Respon Imun
Sistem kekebalan tubuhdapat mendeteksi
patogen melalui Pattern-Recognation Receptors
(PRR)  merangasang respon imun.

Ada beberapa kelas PRR yang berbeda secara


fungsional, salah satunya adalah Toll-like
Receptor (TLRs)

TLRs  mengaktifkan makrofag 


menghasilkan sitokin pro-inflamasi, termasuk
TBF, IL-1β dan IL-6. yang mengkoordinasikan
respon inflamasi lokal dan sistemik.
Respon Imun
Mekanisme pertahanan host dapat diinduksi
secara langsung dengan keterlibatan PRR atau
secara tidak langsung oleh sel T dan/atau
antibodi.

Makrofag dapat diaktifkan baik secara langsung


oleh TLRs atau secara tidak langsung oleh sel
Th1, melalui IFN-ɣ. Ligan CD40 dan sinyal
lainnya.

Respon Imun terhadap patogen melalui


pengenalan PRR
Respon Imun Pertahanan Biokimia
termasuk lisozim, sekresi
sebaseus, asam lambung,
Non-Spesifik (Innate/Native) laktoferin, asam
Disebut non spesifik krn tidak ditujukan terhadap mikroba neuraminik.
tertentu, telah ada dan siap berfungsi sejak lahir 
merupakan pertahanan terdepan sehingga dapat Pertahanan Humoral
memberikan respon langsung. (komplemen, interferon,
CRP) serta pertahananan
Sistem imun non-spesifik terdiri atas pertahanan seluler (fagositosis, sel NK,
fisik/mekanik, yaitu kulit, selaput lendir, silia saluran sel mast, dan basofil)
pernafasan, batuk dan bersin.

Spesifik (Acquired/Adaptive)
- Punya kemampuan untuk mengenal benda yang
dianggap asing bagi tubuh.
- Benda asing yg pertama muncul dalam badan segera
dikenali oleh sistem imun spesifik  terjadi sensitisasi
sel-sel imun tersebut.
- Sistem imun Humoral  sel B melepas antibodi untuk
menyingkirkan mikroba ekstraseluler dan sistem imun
seluler dimana sel T akan mengaktifkan antimikroba atau
mengaktifkan sel Tc (Tcytotoxic) untuk membunuh sel
yang terinfeksi.
Patogen Penginfeksi

Bakteri Parasit

Virus Jamur
Bakteri Penginfeksi
Bakteri Ekstraseluler
Bakteri yang mampu membelah diri di luar sel host,
contohnya pada sirkulasi, ajringan ikat extraselulae,
dan berbagai ruang antar jaringan (ex : saluran GI
dan saluran genitourinaria.

Bakteri Intraseluler
Mampu hidup dan bereplikasi di dalam sel-sel fagosit,
dimana mikroba ini berhasil menemukan tempat yg
tidak dapat dijangkau oleh antibodi. Untuk
mengeliminasinya membutuhkan mekanisme respon
imun seluler yang berbeda dengan mekanisme
respon imun terhadap bakteri ekstrasel.
Contoh Bakteri Extraseluler
Bakteri ektsraseluler menyebabkan
penyakit dengan 2 cara:

1. Menginduksi inflamasi
2. Menghasilkan toksin:
- Endotoksin (lipopolisakarida/LPS)
yg merupakankomponen
dinding sel bakteri yg
merupakan stimulator yg poten
untuk diproduksinya sitokin dan
maktofag
- Eksotoksin yg secara aktif
disekresi oleh bakteri
Imunitas Non-spesifik Bakteri Ekstraseluler
Prinsip utama respon imun terhadap
bakteri ekstraseluler adalah :
Bakteri eksternal dan antigen yg larut
diinternalisasi Antigen Presenting
Cells/APCs (makrofag, sel dendrik, sel
B)  diproses  fragmen yg telah
diproses berasosiasi dengan molekul
Major Histocompability Complex (MCH)
II.

Fungsi afektor CD4+ sel T yg


merespon Ag-protein yang
berhubungan dengan molekul MCH II
tersebut dimediasi oleh sitokin yg
disekresikan yg dapat menstimulasi
produksi antibodi, menginduksi lokal
inflamasi, meningkatkan fagositosis
dan mengaktifkan miicrobial
makrorag
Imunitas Spesifik Bakteri Ekstraseluler
Antibodi merupakan komponen imun protektif utama terhadap bakteri
ekstraseluler yg berfungsi untuk menyingkirkan mikroba dan menetralisasi
toksinnya.

Respon utama pejamu terhadap bakteri ekstraseluler adalah produksi sitokin


oleh maktofag yang diaktifkan menimbulkan infamasi dan syak septik. Toksin
berupa superantigen mampu mengaktifkan banyak sel T sehingga menimbulkan
produksi sitokin dalam jumlah bear.
Imunitas terhadap Bakteri Intraseluler
Imunitas Non-Spesifik
Efektor imunitas non-spesifik utama terhadap bakteri intraseluler adalah fagosit
dan sel NK.

Fagosit (mulanya monosit, kemudian makrofag) menelan dan mencoba


mengahancurkan mikroba tersebut, namun resisten terhadap efek degradasi
fagosit. Bakteri intraseluler dapat mengaktifkan sel NK secara langsung atau
melalui aktvasi makrofag yang memproduksi IL-12, sitokin poten yang
mengaktifkan NK. Sel NK memproduksi IFN- ɣ yang kembali mengaktifkan
makrofag dan meningkatkan daya membunuh bakteri yang dimakan. Jadi sek
NK memberikan respon dini, dan terjadi interaksi antara sel NK dan makrofag
Imunitas terhadap Bakteri Intraseluler
Imunitas Spesifik
Proteksi utama respon imun spesifik terhadap bakteri
intraseluler berupa imunitas selular.

Imunitas seluler terdiri dari 2 tipe reaksi yaitu :


1. Aktivasi makrofag oleh CD4+ Th1 yang memproduksi
IFN-ɣ (DTH) yang memacu pembunuhan mikroba.
2. Lisis sel terinfeksi oleh CD8+/CTL

Bakteri intraseluler seperti Listeria monocytogenes


dimakan makrofag dan dapat hidup dalam fagosom dan
masik dalam sitoplasma. CD4+ memberikan respon
terhadap peptida antigen MHC II, memproduksi IFN- ɣ
yang mengaktifkan makrofag untuk menghancurkan
mikroba dalam fagosom. CD8+ memberikan respon
terhadap peptida MHC I yang berasal dari antigen
sitosol dan membunuh sel yang terinfeksi
Bakteri Mycobacterium tuberculosis
Morfologi
- Bentuk : batang lurus atau sedikit melengkung,
tidak berspora dan tidak berkapsul.
- Ukuran Lebar 0,3 – 0,6 mm dan Panjang 1-4 mm.
- Dinding sel : Terdiri dari lapisan lemak cukup
tinggi (60%). Penyusun utama  asam mikolat,
lilin kompleks, trehalosa dimikolat dan
mucobacterial sulfolipids yang berperan dalam
virulensi.
- Unsur lain di dinding sel : polisakarida.
- Komponen antigen di dinding sel dan sitoplasma
 komonen lipid, polisakarida, dan protein
(ESAT-6, CFP-10)
Struktur dinding sel yg kompleks tersebut
menyebabkan bakteri M.tuberculosis bersifat tahan
asam.
Respon Imun terhadap bakteri Mycobacterium tuberculosis (M.tb)

Respon Non-Spersifik (innate respon)

Droplet yg mengandung M.tb terinhalasi


ke alveoli paru  mengaktivasi NK
untuk mensekresi IFNɣ  aktivasi
makrofag. Fagosit awal oleh neutrofit
dan makrofag akan berusaha
menghancurkan M.tb, namun tidak
mampu mengatasi infeksi karena
resistsen terhadap enzim degradasi.

M.Tb dapat bertahan di dalam makrofag


selama bertahun-tahun dan dapat
mengalami reaktivasi kapan saja khususnya
ketika respon imun tubuh tidak mampu lagi
mengontrol infeksi.
Respon Imun terhadap bakteri Mycobacterium tuberculosis (M.tb)
Respon imun Sensitif (adaptive)
Bakteri M.tb yg belum tereliminasi oleh mekanisme
pertahanan awal (innate )  diambil alih oleh reson
adaptive
1. Sel T CD4+  merekrut fagosit dan
mengaktivasinya melalui kerja ligan CD40
2. Sitokin IFN-ɣ akan mengeliminasi M.tb dengan cara
fagolisosom.

- M.tb yg mampu lepas dari gagoom dan masuk ke


sitoplasma sel terinfeksi  M.tb tidak lagi peka
terhadap mekanisme mikrobisidalfagosit. M.tb akan
mengeradikasi sel yng terinfeksi melalui kerja sel T-
CD8+ yg disebut cytotoxic T llymphosite (CTL)
- Aktivasi sel T  ekskresi IFNɣ dan TNF untuk
mengaktibasi makrofag, meningkatkan kemampuan
fagositosis, dan sebagai respon inflamasi lokal.
- Proses aktivasi yg terus-menerus  terbentuk
granuloma
Imunitas terhadap infeksi Virus
Virus sering merupakan mikroorganisme
intraseluler yang bereplikasi di dalam sel
dengan menggunakan asam nukleat atau
sintesa protein dari hospes.

Beberapa virus dapat berikatan dgn molekul


pada permukaan sel normal (ex: HIV / Human
Immumodeficiency Virus) yg berikatan dengan
molekul CD4 pada limfosit T.

Dengan reseptor permukaan sel, virus masuk


ke dalam sel dan dapay menimbulkan
kerusakan sel dan berbagai macam penyakit 
disebabkan krn replikasi virus yg mengganggu
sintesa protein dan fungsi sel normal
Imunitas Non-Spesifik terhadap Virus
Imunitas Non-Spesifik terhadap Virus
Prinsipnya adalah mencegah
infeksi.

Yg berperan :
1. IFN ɣ diproduksi oleh sel
yg terinfeksi virus untuk
menghambat replikasi
virus.
2. Sel NF merupakan sel
utama yg dapat melisis sel
yang terinfeksi virus tanpa
tergantung pada molekul
MHC.
Imunitas Spesifik terhadap Virus
Imunitas Humoral

- Antibodi merupakan efektor pada imunitas spesifik humoral terhadap


infeksi virus
- Antibodi diproduksi dan hanya efektif terhadap virus pada awal infeksi
dimana vvirus masih terdapat di ekstraseluler sebelum masuk ke sel atau
khusus untuk virus sitopatik, bila virus dilepas oleh sel terinfeksi yang
dihancurkan.
- Antibodi dapat menetralisasi virus, mencegah virus menempel pada sel dan
masuk ke dalam sel panjamu.
- Untuk virus yg masuk ke tubuh melalui mukosa saluran nafas dan saluran
cerna, IgA disekresi untuk melawan virus tersebit.
Imunitas Spesifik terhadap Virus
Imunitas Selulerl

- Imunitas seluler terhadap virus dilakukan oleh sel sitotoksida


- Awalnya diperlihatkan bahwa sel sitotoksik terhadap virus dilakukan
hanya oleh sel CD8. -> ternyata CD4 mampu melakukan fungsi yg sama.
- CD4 akan mengenal vvirus melalui MHC II sedangkan CD8 melalui MHC
I
- CD8 memerlukan sitokin yg diproduksi sel Th CD4 / kostimulaotr yg
diekspresikan pada sil terinfeksi.
- Bila sel terinfeksi adalah sel jaringan dan bukan APC  sel terinfeksi
dimakan oleh APC seperti sel dendritik  memproses antigen virus dan
mempresentasikannya ke sel CD8
- CD8 nerproliferasi secara masif selama infeksi virus.
- Sel T yg diaktifkan berdiferensiasi menjadi CTL -> membunuh setiap sel
bernukleus yg terinfeksi.
Mekanisme Virus menghindari respon imun
● Virus mengubah antigen (mutasi)
Antigen  sasaran antibodi/sel T yg memiliki jumlah yg sangat besar, terdiri dari
strain yg berbeda genetiknya  memicu resistensi terhadap respon imun yang
ditimbulkan oleh infeksi sebelumnya.
● Virus mengahmbat presentasi antigen protein sitosolik yang berhubungan
dengan molekul MHC I  akibatnya sel yg terinfeksi tidak dapat dikenali oleh sel
CD8/CTL  sel NK dapat membunuh sel terinfeksi dengan virus teradaptasi tersebut,
krn sel NK dapat diaktifkan tanpa bantuan molekul MHCI
● Virus memproduksi molekul yg dapat mengikat beberapa sitokin dan molekul-
molekul tersebut dapat dilepas oleh sel terinfeksi dan dapat berfungsi sebagai
antagonis sitokin. Ex : CMV (cytomegalo virus  memproduksi molekul yg homolog
dengan protein MHCI dan dapat berfungsi kompetitif untuk mengikat dan
mempresentasikan antigen peptida,
● Virus dapat menginfeksi, membunuh atau mengaktifkan sel imunokompeten
● HIV dapat tetap hidup dengan menginfeksi dan mengeliminasi sel T CD4 -> yg
merupakan kunci regulatorrespon imun terhadap antigen protein.
Imunitas terhadap Human Immunodeficiency Virus (HIV)

● Untuk berikatan dengan CD4, HIV


difasilitasi oleh sel dendritik.
● CD4 + HIV  mengganggu kerja dari CD4
 mencakup induksi untuk mengativasi
makrofag, sel T sitotoksik, sel NK, sel B,
dan juga mengganggu sekresi dari faktor
pertumbuhan/Growth Factor (GF) dari sel
darah dan sel limfoid  penderita HIV
terjadi penurunan kekebalan imun yg
drastis dan dapat terjadi infeksi-ifeksi lain
yang menyerang penderita.
Imunitas terhadap Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Fase infeksi Primer Fase Laten


- Penyebaran virus pada seluruh - Virus tetap bertumbuh dan
organ tubuh lewat aliran berkembang namun sama sekali
limfatik. tidak menimbulkan gejala pada
- Sistem imun menganggapi penderita HIV.
keberadaan HIV pada awal - Terkadi akibat kepasifan dari sel
minggu 1-3 setelah infeksi terhadap infeksi krn adanya
- Sel dendritik menangkap blokadeyg secara langsung
antigendan menstimulasi terjadi ketika reverse
terjadinya proses imun  transcription terjadi  DNA tidak
sitokin dilepas  merangsang terbentuk
sel T.
- Di fase awal, jumlah CD4 ↓
disirkulasi karena berikatan
dengan HIV.
- Sistem imun membersihkan
infeksi tp tidak sepenuhnya 
infeksi masih ada
Imunitas terhadap Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Fase Manifestasi Klinik


- Terjadi replikasi HIV yang terjadi secara terus menerus.
- Fase ini dapat berlangsung selama 10 tahun bahkan bisa lebih atau
kurang tergantung dari ketahanan tubuh penderita.
- Dapat menimbulkan manifestasi klinis yang dirasakan oleh
penderita
- Fase ini HIV dapat berlanjut menjadi Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS) ketika CD4 barada pada kisaran <200 sel/mm 3
Imunitas terhadap Infeksi
Jamur
Endemik Oportunistik

Infeksi jamur dari Infeksi oleh jamur jika


lingkungan terjadi penurunan sistem
imun 
Immunocompromised
Imunitas Non-Spesifik terhadap Infeksi Jamur

● Makrofag  Fagositosis
● Neutrofil
- Mengahsilkan Fungisidal, seperti Reactive Oxygen
Intermediate dan enzim lisosom.
- Fagositosis
- Cyptococcus neofarmans  menghambat produksi sitokin
TNF dan IL-12 oleh makrofag; merangsang pelepasan IL-
10  mengahmbat aktivasi makrofag.
- Pasien Neutropenia  rentan terhadap infeksi
oportunistik.
Imunitas Spesifik terhadap Infeksi Jamur

● Cellular Mediated Immunity (CMI)  efektor spesifik utama


● CD4+ + CD8+  menyingkirkan Cryptococcus neofarmans, yg
cenderung mengkolonisasi paru dan otak pada penderita
immunocompromised.
- Respon Th1  protektif  reaksi granulomatous
- Respon Th2  memperparah penyakit  menghasilkan
IL-10
● Kandida sering mulai pda permukaanmukosa dan CMI
diduga dapat mencegah penyebarannya.
Respon imun
terhadap
Infeksi Jamur
Respon imun pada Candida albicans
Imunitas terhadap Infeksi Parasit
Infeksi Parasit

Helmintes Protozoa

Satu ciri infeksi cacing  produksi Trypanosoma cruzi


IgE me↑  menunjukkan adanya Leishmaniasis major
reaksi hipersensitivitas tipe cepat. Plasmodium falcifarum

Schistosoma mansoni
Nippostrongylus brasiliensis
Filaria
Imunitas terhadap Infeksi
Parasit
Helmintes Protozoa
● Innate  Makrofag & Neutrofil  ● Innate  Fagositosis  sebagian
mikrobisidal (banyak cacing memiliki
besar protozoa tahan terhadap
lapisan permukaan yg tebal  resisten
terhadap mekanisme sitosidal neutrofil fagositosis / resisten terhadap efek
& makrofag bakterisidal makrofag, bahkan ada
- Beberapa cacing  Aktivasi beberapa dapat hidup dalam
komplemen makrofag

● Adaptive  Ig-Mediated Immunity ● Adaptive  Ig-Mediated Immunity


- Antibody Dependent Cell-Mediated
- Antibody Dependent Cell-Mediated
(ADCC) via Eusinofil
(ADCC)
Imunitas Spesifik terhadap Helmentes
● Produksi IgE disebabkan sifat cacing yg merangsang sel Th2
CD4+  IL-4 dan IL-5 dikelurakan.
● IL-4  merangsang produksi IgE
● IL-5  merangsang perkembangan dan aktivasi eosinofil.
● Eosinofil >> efektif dibanding leukosit lain  krn mengandung
granul yg >> toksik dibanding enim proteolitik dan Reaktive
Oxygen Intermediate yg diproduksi neutrofil dan makrofag.
Imunitas Spesifik terhadap Protozoa
Trypanosoma cruzi -> penyebab penyakit Chages
● Difagositosis oleh Makrofag  bentuk tripomastigot berunah
menjadi bentuk amastigot yg dapat menghindar dari
pembentukan pagosom sel dan terbebas dari serangan
lisosom.  protozoa dapat berkembang bebas.
● Pada aktivasi Makrofag karena IFN-ɣ  pagosom berdifusi
dengan lisosom  menghancurkan protozoa.
● TNF  menghambat replikasi protozoa dalam makrofag.
● IL-1  me↑kan respon sel T pada infeksi protozoa
● Bentuk tripomastigot dapat dinetralisir oleh antibodi dengan
cara aktivasi komplemen, ADCC  meningkatkan daya
pengahancur makrofag
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai