Anda di halaman 1dari 56

ASESMEN DALAM

KURIKULUM MERDEKA
(FORMATIF DAN SUMATIF)

Oleh
Ruciana Galunggung
Penekanan pada Asesmen Formatif
Fungsi Asesmen Formatif dan
Sumatif
Harapan dengan
Kondisi saat ini kurikulum baru

Assessment Assessment Assessment


for as of
Assessment Assessment Assessment
Learning Learning Learning
of for Learning as Learning
Learning

Mengutamakan assessment as learning dan assessment


Assessment of learning paling dominan dilakukan oleh for learning
Guru
Penekanan pada Asesmen Formatif
Fungsi Asesmen Formatif dan
Sumatif
Penting!
Pada kurikulum ini guru diharapkan memberikan
Asesmen proporsi lebih banyak pada pelaksanaan asesmen
Sumatif formatif daripada menitikberatkan orientasi pada
asesmen sumatif.

Harapannya, ini akan mendukung proses penanaman


Asesmen kesadaran bahwa proses lebih penting daripada
Formatif sebatas hasil akhir.

Proporsi fungsi Assessment as, for, dan of learning.


Penekanan pada Asesmen Formatif
Mengapa Keseimbangan Asesmen Formatif dan Sumatif
penting?
Mengubah paradigma belajar yang
Asesmen menitikberatkan pada nilai
Sumatif menjadi belajar yang
menitikberatkan pada proses.
Asesmen Jika ketergantungan pada asesmen sumatif masih terjadi dengan
Formatif umpan balik yang sedikit, maka dapat menghambat proses
murid untuk “mengalami pengetahuan”.

Proporsi fungsi Assessment as, for, dan of learning.


Jenis, Karakteristik, dan Fungsi Asesmen
Formatif Sumatif
Asesmen adalah
proses pengumpulan
dan pengolahan
informasi untuk
mengetahui
kebutuhan belajar,
perkembangan dan
pencapaian hasil
belajar peserta didik.
Asesmen dalam
1. pembelajaran
Asesmen formatif, a. Asesmen di awal pembelajaran yang dipakai untuk
mengetahui kesiapan peserta didik dalam
yaitu asesmen
mempelajari materi ajar dan mencapai tujuan
yang bertujuan pembelajaran yang direncanakan dikategorikan
untuk memberikan sebagai asesmen formatif karena ditujukan untuk
informasi atau kebutuhan guru dalam merancang pembelajaran,
umpan balik bagi tidak untuk keperluan penilaian hasil belajar
pendidik dan peserta didik yang dilaporkan dalam raport.
peserta didik untuk b. Asesmen di dalam proses pembelajaran, yang
memperbaiki dilakukan selama proses pembelajaran untuk
proses belajar. mengetahui perkembangan peserta didik dan sekaligus
pemberian umpan balik yang cepat. Biasanya
asesmen ini dilakukan sepanjang atau di tengah
kegiatan/langkah pembelajaran, dan dapat juga
dilakukan di akhir langkah pembelajaran. Asesmen ini
juga termasuk dalam kategori asesmen formatif
Asesmen Awal Pembelajaran
UNTUK APA? KAPAN DILAKUKAN? BAGAIMANA DILAKUKAN?
Asesmen awal Pendidik dapat melaksanakan Asesmen pada awal pembelajaran
pembelajaran dapat asesmen awal pembelajaran sesuai diharapkan tidak memberatkan
kebutuhan, misalnya pada awal pendidik atau satuan
dilakukan untuk
tahun pelajaran, pada awal pendidikan. Namun demikian jika
mengidentifikasi
semester, sebelum memulai satu pendidik atau satuan pendidikan
kebutuhan belajar memiliki kemampuan, dapat
lingkup materi (dapat berupa 1
peserta didik, dan melengkapi data tambahan dengan
atau beberapa TP), atau sebelum
hasilnya digunakan menyusun modul ajar secara melakukan asesmen non kognitif
untuk merancang mandiri. Dengan demikian, yang mencakup, kesiapan belajar,
pembelajaran yang asesmen awal pembelajaran tidak minat, profil belajar, latar belakang
sesuai dengan tahap perlu dilakukan setiap mengawali keluarga, riwayat tumbuh kembang,
capaian peserta didik. tatap muka. dll.
Jenis, Karakteristik, dan Fungsi Asesmen
Agar asesmen formatif berfungsi dengan baik dan memberikan
manfaat bagi siswa dan guru, maka perlu memperhatikan:
1. Tidak berisiko tinggi (high stake). Tidak dirancang untuk menentukan nilai rapor, keputusan
kenaikan kelas, kelulusan, atau keputusan penting lainnya
2. Menggunakan berbagai teknik dan/atau instrument
3. Dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga
asesmen formatif dan pembelajaran menjadi suatu kesatuan.
4. Menggunakan metode yang sederhana, sehingga umpan baliknya dapat diperoleh dengan cepat.
5. Terhadap hasil asesmen ini pendidik perlu menyesuaikan/memodifikasi rencana pelaksanaan
pembelajarannya dan/ atau membuat diferensiasi pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan
peserta didik
6. Menginformasikan kekuatan, hal-hal yang masih perlu ditingkatkan oleh peserta didik dan
mengungkapkan cara untuk meningkatkan kualitas tulisan, karya atau performa yangdiberi umpan
balik. Dengan demikian, hasil asesmen tidak sekadar sebuah angka.
Contoh asesmen formatif
1. Pendidik memulai kegiatan tatap muka dengan memberikan pertanyaan berkaitan dengan konsep atau
topik yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya
2. Pendidik mengakhiri kegiatan pembelajaran di kelas dengan meminta peserta didik untuk menuliskan 3
hal tentang konsep yang baru mereka pelajari, 2 hal yang ingin mereka pelajari lebih mendalam, dan 1
hal yang mereka belum pahami.
3. Kegiatan percobaan dilanjutkan dengan diskusi terkait proses dan hasil percobaan, kemudian
pendidik memberikan umpan balik terhadap pemahaman peserta didik.
4. Pendidik memberikan pertanyaan tertulis, kemudian setelah selesai menjawab pertanyaan, peserta didik
diberikan kunci jawabannya sebagai acuan melakukan penilaian diri.
5. Penilaian diri, penilaian antarteman, pemberian umpan balik antar teman dan refleksi. Sebagai contoh,
peserta didik diminta untuk menjelaskan secara lisan atau tulisan (misalnya, menulis surat untuk
teman) tentang konsep yang baru dipelajari.
Asesmen dalam
pembelajaran
2. Asesmen sumatif,
yaitu asesmen yang
- dilakukan di akhir proses pembelajaran
- dapat juga dilakukan sekaligus untuk dua
dilakukan untuk atau lebih TP sesuai pertimbangan
memastikan pendidik atau satuan pendidikan
ketercapaian - menjadi bagian dari perhitungan penilaian
keseluruhan tujuan di akhir semester, akhir tahun ajaran,
pembelajaran dan/atau akhir jenjang.

1. Sumatif lingkup materi (keharusan)


2. Sumatif akhir semester (opsional)
3. Sumatif akhir fase (opsional)
Jenis, Karakteristik, dan Fungsi Asesmen
Jenis, Karakteristik, dan Fungsi Asesmen
Hal yang
sama juga
berlaku
untuk
sumatif
akhir fase
Jenis, Karakteristik, dan Fungsi Asesmen
⮚ Pendidik adalah sosok yangpaling memahami kemajuan belajar peserta
didik sehingga pendidik perlu memiliki kompetensi dan keleluasaan
untuk melakukan asesmen agar sesuai dengan kebutuhan peserta didik
masing- masing.

⮚ Keleluasaan tersebut mencakup perancangan asesmen, waktu


pelaksanaan, penggunaan teknik dan instrumen asesmen,
penentuan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran, dan
pengolahan hasil asesmen. Termasuk dalam keleluasaan ini adalah
keputusan tentang penilaian tengah semester, perlu atau tidaknya
melakukan penilaian tersebut.
Paradigma Asesmen
No. Paradigma Gambaran Umum
Asesmen
1. Penerapan pola Penerapan pola pikir bertumbuh (growth mindset) dalam asesmen diharapkan membangun kesadaran bahwa
pikir proses pencapaian tujuan pembelajaran lebih penting daripada sebatas hasil akhir. Pendidik diharapkan
bertumbuh mampu menerapkan ide dalam Growth Mindset khususnya yang tergambar pada pemberian umpan balik yang
menstimulasi pola pikir bertumbuh, memberikan peserta didik kesempatan untuk melakukan evaluasi diri dan
merefleksikan pembelajarannya, serta melaksanakan moderasi dalam asesmen.

2. Keterpaduan Asesmen sebagai bagian dari pembelajaran mencakup kompetensi pada ranah sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang saling terkait. Rumusan Capaian Pembelajaran telah mengakomodasi tiga ranah tersebut.
Pada saat pendidik melakukan asesmen berdasarkan tujuan pembelajaran yang merupakan turunan dari
Capaian Pembelajaran, maka secara langsung keterpaduan ini terpenuhi. Dengan demikian, pendidik tidak
perlu memilih asesmen berdasarkan ketiga ranah tersebut.

3. Keleluasaan Pendidik memiliki keleluasaan dalam menentukan waktu pelaksanaan asesmen formatif dan sumatif sesuai
dalam dengan karakteristik kompetensi pada tujuan pembelajaran. Karena alur tujuan pembelajaran yang digunakan
menentukan mungkin berbeda, maka waktu pelaksanaan asesmen formatif dan sumatif di setiap kelas mungkin berbeda.
waktu
pelaksanaan
asesmen

4. Keleluasaan dalam Pendidik memiliki keleluasaan dalam merencanakan dan menggunakan teknik dan instrumen asesmen dengan
menentukan mempertimbangkan: karakteristik mata pelajaran, karakteristik dan kemampuan peserta didik, Capaian
teknik dan Pembelajaran dan tujuan pembelajaran, serta sumber daya pendukung yang tersedia.
instrumen
asesmen
Paradigma Asesmen
No. Paradigma Gambaran Umum
Asesmen
5. Keleluasaan Setiap satuan pendidikan dan pendidik akan menggunakan alur tujuan pembelajaran dan modul ajar yang
menentukan berbeda, oleh sebab itu untuk mengidentifikasi ketercapaian tujuan pembelajaran, pendidik akan
kriteria menggunakan kriteria yang berbeda, baik dalam bentuk angka kuantitatif maupun data kualitatif sesuai
ketercapaian dengan karakteristik tujuan pembelajaran, aktivitas pembelajaran, dan asesmen yang dilaksanakan. Kriteria ini
tujuan disebut dengan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran.
pembelajaran Kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran berfungsi untuk merefleksikan proses pembelajaran dan
mendiagnosis tingkat penguasaan kompetensi peserta didik agar pendidik dapat memperbaiki proses
pembelajaran dan atau memberikan intervensi pembelajaran yang sesuai kepada peserta didik.

6. Keleluasaan Mempertimbangkan karakteristik mata pelajaran, Capaian Pembelajaran, alur tujuan pembelajaran, dan aktivitas
dalam pembelajaran, pendidik memiliki keleluasaan untuk mengolah hasil asesmen sesuai dengan kebutuhan serta
mengolah hasil kemampuan pendidik dalam melaksanakan asesmen dan mengolah data hasil asesmen.
asesmen

7. Keleluasaan dalam Pendidik dan satuan pendidikan diberikan keleluasaan untuk menentukan kriteria kenaikan kelas, dengan
menentukan mempertimbangkan:
kenaikan kelas ● Laporan kemajuan belajar
● Laporan pencapaian Projek Profil Pelajar Pancasila
● Portofolio peserta didik
● Ekstrakurikuler/prestasi/penghargaan peserta didik
● Tingkat kehadiran
Observasi Penilaian peserta didik yang dilakukan secara
berkesinambungan melalui pengamatan perilaku yang diamati
secara berkala.
Observasi dapat difokuskan untuk semua peserta didik atau per
individu. Observasi dapat dilakukan dalam tugas atau aktivitas
rutin/harian.
Kinerja Penilaian yang menuntut peserta didik untuk mendemonstrasikan
dan mengaplikasikan pengetahuannya ke dalam berbagai
macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Asesmen
kinerja dapat berupa praktik, menghasilkan produk, melakukan
projek, atau membuat portofolio.
Projek Kegiatan penilaian terhadap suatu tugas meliputi kegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan, yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu.
Contoh Instrumen
Penilaian/Asesmen
Rubrik Pedoman yang dibuat untuk menilai dan mengevaluasi kualitas
capaian kinerja peserta didik sehingga pendidik dapat
menyediakan bantuan yang diperlukan untuk meningkatkan
kinerja. Rubrik juga dapat digunakan oleh pendidik untuk
memusatkan perhatian pada kompetensi yang harus dikuasai.
Capaian kinerja dituangkan dalam bentuk kriteria atau
dimensi yang akan dinilai yang dibuat secara bertingkat dari
kurang sampai terbaik.
Ceklis Daftar informasi, data, ciri-ciri, karakteristik, atau elemen yang
dituju.
Catatan Catatan singkat hasil observasi yangdifokuskan pada performa
Anekdotal dan perilaku yang menonjol, disertai latar belakang kejadian dan
hasil analisis atas observasi yang dilakukan.
Grafik Grafik atau infografik yang menggambarkan
Perkembangan tahap perkembangan belajar.
(Kontinum)
Contoh:

Merancang Asesmen
Formatif dan
Sumatif
Identifikasi
2 bentuk asesmen
yang hendak
dilakukan untuk
mengukur
pembelajaran
secara formatif
maupun sumatif.
Buat instrumen asesmen
3 formatif dan sumatif
bersamaan dengan menyusun
modul ajar.

Jika asesmen berupa kinerja,


pendidik dapat membuat instrumen
dalam bentuk rubrik seperti
berikut:
Pelaksanaan
4
Asesmen
Formatif dan
Sumatif
Menentukan Ketercapaian
Tujuan Pembelajaran
Ketercapaian Tujuan Pembelajaran
“penjelasan (deskripsi) tentang kemampuan apa yang
perlu ditunjukkan/ didemonstrasikan peserta didik sebagai
bukti bahwa ia telah mencapai tujuan pembelajaran”

Tidak disarankan angka mutlak (75, 80, 90 dst)


Paling disarankan adalah deskripsi
Jika diperlukan boleh memakai interval (71-80, 81-90, 91-100)
Beberapa pendekatan untuk mengembangkan
kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran:
1. menggunakan deskripsi
apabila peserta didik tidak mencapai kriteria tersebut maka dianggap
belum mencapai tujuan pembelajaran
2. menggunakan rubrik
Untuk mengidentifikasi sejauh mana peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran,
3. menggunakan skala atau interval nilai,
atau pendekatan lainnya sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan
pendidik dalam mengembangkannya.
Cara Menentukan Ketercapaian Tujuan
Pembelajaran
Contoh cuplikan CP Bahasa Indonesia Fase C:

Contoh rumusan TP
“peserta didik mampu menulis laporan hasil pengamatan
dan wawancara”
Pendekatan 1: Menggunakan deskripsi
Kriteria Tidak memadai Memadai
Laporan menunjukkan kemampuan √ Pendidik dapat
penulisan teks eksplanasi dengan runtut. menggunakan rubrik ini
untuk kriteria dari tujuan
Laporan menunjukkan hasil pengamatan √ pembelajaran seperti
contoh di atas, atau
yang jelas. dapat pula
menggunakan tujuan-
Laporan menceritakan pengalaman secara √ tujuan pembelajaran
jelas. untuk menentukan
ketuntasan CP pada
Laporan menjelaskan hubungan kausalitas √ satu fase.
yang logis disertai dengan argumen yang
logis sehingga dapat meyakinkan
pembaca.
Kesimpulan: Peserta didik dianggap mencapai tujuan pembelajaran jika minimal
3 kriteria memadai. Jika ada dua kriteria masuk kategori tidak tuntas, maka perlu
dilakukan intervensi agar pencapaian peserta didik ini bisa diperbaiki.
Pendekatan 2: menggunakan rubrik
Kriteria 1
Baru berkembang Layak Cakap Mahir

•Belum mampu • Mampu menulis • Mampu menulis • Mampu menulis teks


Isi laporan menulis teks teks eksplanasi teks eksplanasi hasil eksplanasi hasil
eksplanasi hasil hasil pengamatan pengamatan, dan pengamatan, dan
pengamatan dan dan pengalaman pengalaman secara pengalaman secara
pengalaman belum sudah jelas jelas jelas
tertuang jelas • Laporan • Laporan • Laporan menjelaskan
dalam tulisan menunjukkan menjelaskan hubungan kausalitas
• Ide dan hubungan yang hubungan kausalitas yang logis disertai
informasi dalam jelas di sebagian yang logis disertai dengan argumen yang
laporan paragraf. dengan argumen logis sehingga dapat
tercampur yang logis meyakinkan pembaca
• antar paragraf sehingga dapat • serta ada fakta-fakta
tidak berhubungan. meyakinkan pendukung yang
pembaca. relevan.
Pendekatan 2: menggunakan rubrik
Kriteria 2
Baru berkembang Layak Cakap Mahir

Penulisan Belum Sebagian tanda baca Sebagian besar Semua tanda


(tanda baca menggunakan dan huruf kapital tanda baca dan baca dan huruf
dan huruf tanda baca dan digunakan secara huruf kapital kapital digunakan
kapital) huruf kapital atau tepat. digunakan secara secara tepat.
sebagian besar tepat.
tidak digunakan
secara tepat.

Kesimpulan: Peserta didik dianggap sudah mencapai tujuan pembelajaran jika kedua kriteria
di atas mencapai minimal tahap cakap.
Pendekatan 3: menggunakan interval nilai
muncul sudah muncul di terlihat pada
belum
Kriteria Ketuntasan muncul sebagian kecil sebagian besar keseluruhan
(1) (2) (3) teks
(4)
Menunjukkan kemampuan penulisan √
teks eksplanasi dengan runtut

Laporan menunjukkan hasil √


pengamatan yang jelas

Laporan menceritakan pengalaman √


secara jelas.

Laporan menjelaskan hubungan √


kausalitas yang logis disertai dengan
argumen yang logis sehingga
dapat meyakinkan pembaca.
Perhitungan nilai = Skor yang didapat x
100% skor maksimal
=2+3+4+2 x
16 100%
= 69%

Setelah mendapatkan nilai (baik dari rubrik ataupun nilai dari tes), pendidik
dan/atau satuan pendidikan dapat menentukan interval nilai untuk menentukan
ketuntasan dan tindak lanjut sesuai dengan intervalnya.
0 - 40% : belum mencapai, remedial di seluruh bagian
41 - 60% : belum mencapai ketuntasan, remedial di bagian yang
61 - 80% diperlukan
81 - 100% :: sudah
sudah mencapai
mencapai ketuntasan,
ketuntasan, tidak
perlu perlu
pengayaan
remedial
atau tantangan
lebih
Pengolahan dan Pelaporan
Hasil Asesmen
“ Penting untuk diperhatikan agar tidak mencampur penghitungan
hasil asesmen formatif dan sumatif”

karena fungsi keduanya yang berbeda. Asesmen formatif bertujuan untuk


memberikan umpan balik pada proses sehingga asesmen formatif bukan
menjadi penentu atau pembagi untuk nilai akhir.

Dalam mengolah dan menentukan hasil akhir asesmen sumatif, pendidik perlu
membagi asesmennya ke dalam beberapa kegiatan asesmen sumatif
(berdasarkan lingkup materinya) agar peserta didik menyelesaikan asesmen
sumatifnya dalam kondisi yang optimal (tidak terburu-buru atau tidak terlalu
padat).
Nilai akhir merupakan gabungan dari beberapa kegiatan asesmen tersebut.
Pengolahan Hasil Asesmen untuk Rapor
Contoh data kuantitatif
Pelaporan Hasil Belajar
Terdapat 3 opsi dalam menyusun deskripsi capaian kompetensi pada rapor.

1. Deskripsi berdasarkan capaian pembelajaran


2. Deskripsi berdasarkan alur tujuan pembelajaran
3. Deskripsi berdasarkan poin penting pada materi

Dalam penyusunan deskripsi, Pendidik harus mengidentikasi capaian kompetensi


tertinggi dan terendah.
Pada slide ini, untuk melihat Capaian kompetensi tertinggi ditandai dengan warna
hijau dan capaian kompetensi terendah ditantai dengan warna merah.
Capaian tertinggi Capaian terendah
1) Opsi 1
Penyusunan
deskripsi
berdasarkan
Capaian
Pembelajaran
2) Penyusunan deskripsi
berdasarkan Alur
Tujuan Pembelajaran
3) Penyusunan
deskripsi
mengambil dari
poin-poin
penting dari
materi yang
sudah diberikan
Contoh Rapor
SD
Untuk melengkapi pelaporan,
satuan pendidikan dapat juga
menambahkan bentuk laporan
lainnya, seperti portofolio,
diskusi/konferensi, pameran
karya, dan skill passport (SMK).
Mekanisme Kenaikan Kelas
⮚ Satuan pendidikan memiliki keleluasaan
untuk menentukan kriteria kenaikan kelas.

⮚ Penentuan kenaikan kelas dilakukan dengan


mempertimbangkan laporan kemajuan belajar yang
mencerminkan pencapaian peserta didik pada
semua mata pelajaran dan ekstrakurikuler serta
prestasi lain selama 1 (satu) tahun ajaran.
Mekanisme Kenaikan Kelas
pada fase yang sama (misal fase A)
1. Guru kls 1 dan 2 secara kolaboratif menyusun/menyepakati ATP
2. Menyepakati TP manasaja yang perlu dicapai di kelas I dan
TP manasaja yang akan dicapai di kelas 2.
3. Ketika di akhir kelas 1 ada siswa yang tidak dapat mencapai TP tertentu,
guru kelas 1 akan menyampaikan kepada guru kelas 2 agar
pembelajaran di kelas 2 nanti dapat menyesuaikan kebutuhan siswa
4. Di awal tahun ajaran baru, guru kelas 2 melakukan asesmen awal
pembelajaran untuk identifikasi kesiapan siswa belajar di kelas
yang baru.

“Jadi peserta didik tadi dapat terus naik kelas, tidak perlu tinggal kelas di Kelas 1”
Mekanisme Kenaikan Kelas
Pada fase berbeda
Kenaikan kelas dari Kelas IV (Fase B) ke Kelas V (Fase C).
1. Apabila terdapat siswa yang belum mencapai kompetensi dalam
Fase B, perlu diidentifikasi oleh guru Kelas V sejak awal tahun
ajaran.
2. Informasi tentang tahap capaian peserta didik ini perlu
dikomunikasikan oleh guru Kelas IV, dan juga diidentifikasi melalui
asesmen di awal pembelajaran Kelas V.
3. Untuk peserta didik yang belum menuntaskan Fase B, pendidik dapat
mengulang konsep atau materi pelajaran yang belum dikuasai peserta
didik sebelum peserta didik tersebut mempelajari materi yang
terkandung dalam Capaian Pembelajaran Fase C.
“Dengan demikian, peserta didik dapat terus naik kelas”
• Satuan pendidikan tidak perlu menentukan kriteria dan mekanisme kenaikan kelas. Kenaikan kelas dilaksanakan
secara otomatis
• Apabila terdapat tujuan pembelajaran pada mata pelajaran tertentu yang tidak tercapai sampai saatnya kenaikan
kelas, maka pada rapor peserta didik tersebut dituangkan nilai aktual yang dicapai dan dideskripsikan bahwa
peserta didik tersebut masih memiliki tujuan pembelajaran yang perlu ditindaklanjuti di kelas berikutnya.
• Dalam proses penentuan peserta didik tidak naik kelas, perlu dilakukan musyawarah dan pertimbangan
yang matang sehingga opsi tidak naik kelas menjadi pilihan paling akhir apabila seluruh pertimbangan
dan perlakuan telah dilaksanakan.
• Banyak penelitian menunjukkan bahwa tinggal kelas tidak memberikan manfaat signifikan untuk peserta
didik, bahkan cenderung memberikan dampak buruk terhadap citra diri
• Dalam hal terjadi kasus luar biasa, jika terdapat banyak mata pelajaran yang tidak tercapai dan/atau
terkait isu sikap dan karakter peserta didik, maka satuan pendidikan dapat menetapkan mekanisme untuk
menetapkan peserta didik tidak naik kelas. Namun demikian, keputusan ini sebaiknya dipertimbangkan
dengan sangat hati-hati mengingat dampaknya terhadap kondisi psikologis
Mekanisme Kelulusan
Seperti halnya kenaikan kelas, penentuan kelulusan ditentukan oleh
satuan pendidikan. Penentuan kelulusan dari satuan pendidikan dilakukan
dengan mempertimbangkan laporan kemajuan belajar yang
mencerminkan pencapaian peserta didik pada semua mata pelajaran dan
ekstrakurikuler serta prestasi lain pada:
a. kelas V dan kelas VI untuk sekolah dasar atau bentuk lain
yang sederajat; dan
b. setiap tingkatan kelas untuk sekolah menengah pertama atau bentuk
lain yang sederajat dan sekolah menengah atas atau bentuk lain
yang sederajat
Mekanisme Kelulusan

Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan/


program pendidikan setelah:
a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran; dan
b. mengikuti penilaian sumatif yang diselenggarakan oleh
satuan pendidikan.
Pelaporan Kemajuan Belajar
1. Portofolio
2. Diskusi/konferensi
3. Pameran karya
4. Laporan hasil belajar (rapor)
Tanya jawab dan diskusi
TERIMA KASIH
SAMPAI JUMPA

Anda mungkin juga menyukai