DIKSI JULI 2021 MANUSKRIP BALI RUKMINI TATWA
DIKSI JULI 2021 MANUSKRIP BALI RUKMINI TATWA
Gb. Lontar
Penggunaan lontar sebagai media tulis menurut Prasasti Sukawana penggunaan lontar
sudah dikenal yakni pada masa Bali Kuna yaitu
tahun 976 Saka (1054 M) atau bahkan lebih awal sebelum prasasti
Sukawana tahun 882 Masehi (Rema dan Putra (2018:6-7).
Suryadarma (2010)
Mendeskripsikan Jirnaya (2011)
Kirtiningat (2003) Keanekaragaman Jenis Mendeskripsikan Perawatan
Mengkaji Struktur dan Tumbuhan dan Organ-organ Kecantikan Pria
fungsi teks Rukmini Tatwa mendeskripsikan sasaran dan wanita
Terapi
PEMBAHASAN
memiliki kekhasan pada ranahnya (genre), sebagai (1) Sang Rukmini matakawn ri Bhatara Saci, prastawaniran
teks sastra prosa dengan estetika sastra gaya kinasihan de Sang Hyang Indra,
narasi dan dialog (tokoh Rukmini dan Dewi Saci)
‘Sang Rukmini bertanya kepada Bhatara Saci, sebab bagimu
dikasihi oleh Sanghyang Indra’.
Teks Manuskrip Rukmini Tatwa yang alur ceritanya
ditampilkan menggunakan bahasa Jawa Kuna Sumahur Bhatara Saci, ling nira ndhak warah kita Sang
bercampur bahasa Bali sebagai media untuk Rukmini, matangnyan ghara ring kendran Hanung tang
mengungkap nilai sastra yang menilik fungsi mahala ring nganakebi, tan wruh ring lapena, matangyan tan
komunikaif, memuat informasi dengan modus kinasihan, ndening lakinya
Rukmini Tatwa besifat skematis- Kata panglanang berasal dari kata bahasa Jawa
simbolis,yang memunyai makna kuna, akar katanya lanang ‘laki-laki’, dan
panglanang berarti ‘alat untuk menambah kekuatan’
kultural, mesti dipahami dalam konteks atau ‘yang menyebabkan/menimbukan kelaki-lakian’
(karena prefiks pa(N)- adalah kausatif
budaya Hindu Bali.
Yoni merupakan representasi simbolis Kata purus berarti kelamin laki-laki atau penis
(Zoetmulder dan Robson, 2004:886).
wanita; kata yoni secara leksikal berasal
Sedangkan kata pasta berasal dari bahasa Sanskerta
dari bahasa Sanskerta yang berarti rahim
yang berarti ‘bagian yang dalam’, ‘bagian terdalam’,
atau tempat lahir, bagian atau tempat ‘tempat yang tertutup rapat ‘dan kelamin’ (Zoetmulder
dan Robson 2004:886).
kandungan untuk melahirkan
(Zoetmulder, dan Robson, 2004:1494).
Bersinerginya lingga dan yoni adalah pertemuan
Lanjutan antara laki-laki (purusa) dan perempuan
(pradhana) merupakan oposisi biner sebagai wujud
keseimbangan jiwa dan keharmonis sebagai
lambang kesuburan, sehingga muncul kehidupan
Lingga dan yoni jalur keseimbangan energi ilahi di baru (kelahiran). .
tubuh manusia dan di alam manusia. http://phdi.or.id/artikel/lingga-yoni.
Dalam mitologi Hindu visualisasi lingga adalah
alat kelamin laki-laki yang merupakan lambang
dari Dewa Siwa sebagai dewa alam semesta, dan
yoni adalah alat kelamin wanita yang merupakan
lambang dari Dewi Parvati istri dari Dewa Siwa
sebagai simbol kesuburan yang terkait dengan
unsur kewanitaan.
(Sumber:
http://gamabali.com/lingga-yoni/lingga-yoni-2/)
Secara kontekstual sosial budaya, fitur teks Ada dua hal yang perlu
lontar Rukmini Tatwa ini terkait dengan konsep digarisbawahi terkait dengan konsep
budaya ‘tabu’, tabu.
adalah pelarangan sosial terhadap sesuatu yang Pertama, ini terkait dengan mitigasi
tidak pantas atau tidak sopan diucapkan di efek psikologis dan rasa ketabuan ini
depan umum sesuai dengan etika dan norma- Kedua, topik yang tabu ini dan
norma yang ada dalam kehidupan penggunaan bahasa Jawa Kuna bisa
bermasyarakat. Hal ini dikarenakan seks menjelaskan ketiadaan diseminasi
menyangkut masalah yang sangat pribadi. yang meluas dan transmisi yang
berkelanjutan di ranah umum terkait
dengan pengetahuan dalam lontar
Rukmini Tatwa.
Kesimpulan
Manuskrip lontar Rukmini tatwa merupakan salah satu bentuk karya Dari sudut penggunaan leksikon terkait dengan simbol-simbol
sastra yang memuat uraian tentang pemanfaatan ramuan rempah dan religi dan budaya Hindu Bali (seperti yoni, untuk representasi
tumbuhan berkhasiat obat untuk pengobatan dan perawatan
(kelamin) wanita, dan dialog dua tokoh Rukmini dan Bhatara
terimplementasi pada pengobatan dan perawatan pada pria dan wanita
yang sudah berumah tangga seperti organ reproduksi. Saci), serta adanya mantra-mantra magis, bisa dianalisis dari
perspektif kognitif komunikatif dalam linguistik untuk
Dari sudut sastra dan kognitif linguistik mengungkapkan beberapa butir argumentasi efek pengalaman (rasa) estetika religius sekaligus
temuan. mitigasi ‘tabu’ dalam eksposisi masalah seks dan kebahagiaan
seksual yang ada dalam manuskrip lontar Rukmini Tatwa sangat
Pertama, dari aspek fenomenologi, fokus isi manuskrip lontar ini terkait
penting, tetapi tampaknya informasi ini masih terpendam dalam
dengan tema seks, yang bersifat privasi, intim, yang ‘tabu’.
lontar yang belum terdesiminasi secara luas, dan karenanya
Kedua, terkait erat dengan yang pertama, dari sudut strategi belum termanfaatkan secara optimal.
penyampaiannya, teks Lontar Rukmini Tatwa menunjukkan fitur-fitur
bahasa ragam (genre) sastra yang secara linguistik terlihat dari Pengetahuan tradisional ini tidak bisa dipungkiri merupakan
penggunaan berbagai majas dan eksploitasi sumber daya linguistik nilai-nilai budaya warisan leluhur yang masih sangat relevan
diglosia (bahasa Jawa Kuna dan bahasa Bali.
dalam dunia modern, dan perlu diketahui dan transmisinya
dipertahankan untuk generasi yang akan datang.
TERIMA
KASIH