Anda di halaman 1dari 24

SEKSUALITAS DAN SASTRA REMPAH

DALAM MANUSKRIP LONTAR RUKMINI


TATWA

Ni Wayan Sumitri dan I Wayan Arka


OUTLINE
 Pendahuluan
- Manuksrip Lontar dan lontar Rukmini Tatwa
 Data, metode, dan pendekatan
 PEMBAHASAN
1) Karakterstik Manuskrip Lontar Rukmini Tatwa
2) Lontar Rukmini Tatwa dari Sudut Fenomenologi dan sastra
a) Pengetahuan Etobotani Rempah Untuk Kesehatan dan kebahagiaan
Suami istri
b) Aspek fenomenologi dan Estetika Sastra Lontar Rukmini Tatwa
c) Lontar Rukmini Tatwa sebagai karya sastra dari perspektif linguistik
kognitif dan kajian Budaya
 kESIMPULAN
1. PENDAHULUAN

 Bali: terkenal memiliki keunikan tradisi budaya


adiluhung yang diwariskan leluhurnya dari
generasi ke genrasi termasuk manuskrip lontar.

Gb. Lontar
 Penggunaan lontar sebagai media tulis menurut Prasasti Sukawana penggunaan lontar
sudah dikenal yakni pada masa Bali Kuna yaitu
tahun 976 Saka (1054 M) atau bahkan lebih awal sebelum prasasti
Sukawana tahun 882 Masehi (Rema dan Putra (2018:6-7).

 Manuksrip Lontar : ritual/mantra agama, nasihat, aristektur,, kedokteran,


pertanian, peternakan, hukum, ekonomi, kuliner, astronomi, kosmologi,
lingkungan, sejarah, cerita rakyat, (verbal) seni dan sastra (Rai Putra 2012:3;
Suarka, 2016: 24 ).
 Salah satu manuskrip lontar tersebut yang berjudul Rukmini Tatwa yang
menjadi objek kajian
Penelitian Rukmini Tatwa sudah pernah dilakukan

Suryadarma (2010)
Mendeskripsikan Jirnaya (2011)
Kirtiningat (2003) Keanekaragaman Jenis Mendeskripsikan Perawatan
Mengkaji Struktur dan Tumbuhan dan Organ-organ Kecantikan Pria
fungsi teks Rukmini Tatwa mendeskripsikan sasaran dan wanita
Terapi
PEMBAHASAN

1. Karakteristik Lontar Rukmini Tatwa


2. Rukmini Tatwa dari sudut feneomenologi dan sastra
- Pengetahuan Etnobotani Rempah untuk kesehatan
dan kebahagiaan suami istri
- Aspek fenomenologi dan estetika Sastra Lontar
Rukmini Tatwa
- Lontar Rukmini Tatwa sebagai karya sastra dari
perspektif Linguistik Kognitif dan Kajian Budaya
1. Karakteristik Manuskrip Lontar Rukmini
Tatwa
2.Rukmini Tatwa dari Sudut Fenomenologi
dan Sastra
Pengetahuan Etnobotani Rempah untuk Kesehatan dan
Kebahagiaan Suami-Istri
 1) Inventarisasi Pemanfaatan tanaman rempah  2) Cara Merama dan cara Pengobatan:
dan tanaman obat untuk pengobatan:  Ramuan rempah dan tanaman obat
 Akar, umbi, kulit kayu dan batang, duri, daun, bunga, buah dikombinasi dengan bahan material lainnya,
dan biji. seperti minyak kelapa, bagian dari binatan,
 Bagian tanaman rempah yang paling banyak dimanfaatkan garam, madu dll
adalah dari jenis daun (42 jenis), buah/biji (35 jenis), umbi  Cara pengobatan : dioleskan, dibedak, atau
(21 jenis), bunga (14 jenis), kulit kayu dan batang (7 jenis),
akar (7 jenis), getah (3 jenis), dan duri (1 jenis) (bdk lulur, dikunyah dan diminum
Suryadarma, 2010).  Ada juga pengobatan disertai mantra dan
 Frekuensi penggunaan jenis rempah yang paling tinggi rerjahan yang bersifat religius magis,
adalah lada atau merica (50 kali), kencur (12 kali), kunyit menggarisbawahi salah satu aspek khas etno-
(10 kali), dan jahe (8 kali). botani-medis dalam manuskrip ini sebagai
pengobatan alternatif tradisional, yang
mengandalkan keampuhan performatif
(performative efficacy) (Tambiah, 1990), yakni
kekuatan kepercayaan (belief), imajinasi, simbol,
dan harapan
ttps://www.bukalapal.com/p/hobi-koleksi/berkebun/bibit-
tanaman_tanaman/971pve-jual—merica
 3) Sasaran Terapi
 b) Untuk Pria
 Pengobatan dan Perawatan Pada Pria dan
Wanita yang Sudah Berumah Tangga  Pengobatan: organ reproduksi/ penis
(panglanang, purus, dan pasta) yaitu: (1)
 a) Untuk Wanita:
untuk menegangkan penis; (2)
 Pengobatan: organ reprodukasi/vagina (yoni) memperpanjang penis; (3) memperbesar
yaitu: (1) Vagina (berbau, berdarah, dan penis; (4) menyuburkan sperma; (5)
berlendir; (2) pengobatan vagina jika jika paruh menyembuhkan penis yang kena ilmu
baya menjadi gadis; (3) pengobatan lubang hitam; (6) ejakulasi dini; (7) mengobati
vagina; (4) pengobatan vagina menambah rasa penis keluar nanah; (8) mengobati
nikmat saat senggama; (5) obat tidak punya impotensi; (9) mengobati kencing menetes
keturunan; (6) menghilangkan penyakit terus-menerus; dan (10) menambah rasa
keputihan. nikmat dalam senggama.
 Perawatan: (1) perawatan lubang vagina untuk  Perawatan, yaitu: (1) pemutih Wajah laki-
menjadi lentur; (2) perawatan wajah, yaitu laki supaya bercahaya, (2) untuk
untuk menghilangkan jerawat, menghilangkan menghilangkan bau mulut dan
keriput dan memperhalus kulit. tenggorokan, serta membuat gigi menjadi
kuat
Contoh isi teks pegobatan
 ….nihan pamahayunari kulit juuk purut, jahe kling,  …Pangundang kama, sa. skar
phalaraja, babakan kamaloko sama bhaga, pipis pahalit, jeruju.kasuna manunggal, ma.”
lepana yoni, uttama, wyadining yoni ngaranya, abwa Dhananjaya gigilutaning hulun, rasanya
mangrah, malyud, yatika hilang dening lepana mwang
den kadi dewi mijil, saking kapurusing
hulun” gigiluakna (lbr 11a.
amuhara kasubhagyana ngwang deny, mwah atal, akah
tabya bun, lengis pehan sama bhaga curnnangkrattha   
wedaknya…(lbr 1b)  ‘…Menyuburkan sperma sarana bunga
jeruju, bawang putih tunggal, disertai
 ‘…'Ini obat mempercantik diri, kulit jeruk purut, jahe pahit, mantra, Sangyang Dhananjaya kekunyahan
buah pala, kulit batang kamuloka, setiap bagian sama hamba, rasanya seperti dewi muncul, dari
banyaknya, dilumatkan sampai halus, oleskan pada bagian kemaluan hamba, kemudian dikunyah’
vagina sangat baik menghilangkan vagina berbau,
berdarah, berlendir. Semua penyakit akan hilang karena
ramuan salep tersebut, serta kebahagiaan datang terus
menerus’
 Pangageng purus, sa, batun lenga, lengis tanusan dhadah ring klaras, dedes,
iti rajahnya

Ma, “Ong sang purus agung, kulitna lot,


lbakna lajer

‘Membuat kemaluan laki-laki (penis) menjadi besar, sarana biji


wijen, minyak kelapa, dipanaskan di atas daun pisang kering,
secara terus menerus ini rajahnya, mantra “Ong Sang
Purus agung kulitnya lot, ibakna lajer’
Contoh Sasaran Terapi dan Cara Meramu atau
Pengolahan Ramuan Rempah dan Tanaman obat dalam
Teks Rukmini Tatwa
 Terapi Bagian Tubuh : Yoni/Vagina  Terapi Bagian Tubuh : Ejakulasi dini
berbau, berdarah, berlendir  Nama bahan Ramuan Rempah : 1)
 Nama bahan Ramuan Rempah : 1) kulit Pohon gambir, 2) Pinang, 3) Jebug sari
jeruk purut/jeruk purut 2) Jahe kling/Jahe  Bagian tumbuhan : bunga, buah, buah
hitam 3) Phalaraja/pohon pala 4)
Kamaloko  Cara Pengolahan : Semua bahan dengan
porsi yang sama dihaluskan, kemudian
 Bagian tumbuhan : 1) jeruk purut, 2)
dioleskan pada kemaluan laki-laki.
Rimpang, 3) Buah , 4) kulit
 Cara Pengolahan : sama porsi,
dilumatkan sampai halus. Berupa salep
kemudian oleskan pada kelamin
Aspek Fenomenologi dan Estetika Sastra
Manuskrip Rukmini Tatwa
 Secara tekstual manuskrip lontar Rukmini Tatwa Dialog Tokoh

memiliki kekhasan pada ranahnya (genre), sebagai (1) Sang Rukmini matakawn ri Bhatara Saci, prastawaniran
teks sastra prosa dengan estetika sastra gaya kinasihan de Sang Hyang Indra,
narasi dan dialog (tokoh Rukmini dan Dewi Saci)
 ‘Sang Rukmini bertanya kepada Bhatara Saci, sebab bagimu
dikasihi oleh Sanghyang Indra’.
 Teks Manuskrip Rukmini Tatwa yang alur ceritanya
ditampilkan menggunakan bahasa Jawa Kuna Sumahur Bhatara Saci, ling nira ndhak warah kita Sang
bercampur bahasa Bali sebagai media untuk Rukmini, matangnyan ghara ring kendran Hanung tang
mengungkap nilai sastra yang menilik fungsi mahala ring nganakebi, tan wruh ring lapena, matangyan tan
komunikaif, memuat informasi dengan modus kinasihan, ndening lakinya

kalimat pertanyaan yaitu menggunakan kata sebab


 ‘menjawab Bhatara Saci, kata beliau, aku akan menasihati
sebagai penggambaran suasana kejiwaan pembicara. kamu Sang Rukmini, sebagai seorang istri di istana, adapun
halangan dalam hidup bersuami istri tidak tahu merawat diri
sebabnya tidak dikasihi oleh suami’
 dan kemudian dilanjutkan dengan memberikan resep untuk
 Tokoh Rukmini yang dihadirkan dalam teks
mempercantik diri yang tampak juga pada lanjutan data (1)
berikut: manuskrip ini diangkat dari cerita dalam kakawin
Hariwangsa karangan Mpu Panuluh, dan kakawin
 nihan pamahayun-ari kulit juuk purut, jahe kling, phalaraja, Krsnayana karangan Mpu Triguna. Diikisahkan
babakan kamaloko sama bhaga, pipis pahalit, lepana yoni, bahwa Dewi Rukmini adalah reinkarnasi dari
uttama, wyadining yoni ngaranya, abwa mangrah, malyud, permaisuri Wisnu yaitu Dewi Sri yang sangat cantik
yatika hilang dening lepana mwang amuhara kasubhagyana dan mulia sebagai Dewi kesuburan, dan Kresna
ngwang denya, adalah reinkarnasi dari Dewa Wisnu (Zoetmulder,
1985:354‒362).
 ‘Ini obat mempercantik diri, kulit jeruk purut, jahe hitam,
buah phala, kulit batang kamuloka, setiap bagian sama
 Tokoh Bhatara Saci (Bulan) yang dihadirkan sering
banyaknya, dilumatkan sampai halus, oleskan pada bagian
vagina’ sangat baik menghilangkan vagina berbau, berdarah, dikenal dengan sebutan Dewi Ratih sebagai istri dari
berlendir. Semua penyakit akan hilang karena ramuan salep Sanghyang Indra yang dilukiskan sangat cantik dan
tersebut, serta kebahagiaan datang terus menerus. mulya diangkat dari kakawin Semarandhana
karangan Mpu Darmaja
Rukmini Tatwa sebagai Karya Sastra dari Perspektif
Linguistik Kognitif dan Kajian Budaya

 Manuksrip lontar Rukmini Tatwa  Ini terlihat utamanya dalam pemilihan


memperlihatkan penggunaan bahasa leksikal terkait dengan simbol,
yang tipikal dalam majas (gaya bahasa) metonimia dan eufemisme dengan
sastra, misalnya untuk menimbulkan memanfaatkan fitur sosiolinguistik
efek kognitif ‘penghalusan’ dan diglosia dan simbol-simbol budaya
‘kesucian/magis’ terkait dengan Hindu (Bali).
topik/fenomena pengalaman seks yang
dibahas.  Fenomena seks terkait dengan
pengalaman manusia yang bersifat sangat
intim dan pribadi, yang terlalu tabu dan
vulgar jika dibahas langsung
 Secara semantik-kultural, teks
 Efek kesucian dan magis dicapai dalam teks manuskrip
manuskrip lontar Rukmini Tatwa
Rukmini lewat manipulasi sumber daya bahasa
menunjukkan tingginya penggunaan
(linguistic resource) yang besifat diglosia yakni
bahasa secara simbolik sosial yang sarat
penggunaan dua bahasa (bahasa Jawa Kuna bercampur
dengan lambang dan isi pengetahuan
bahasa Bali).
yang terkait dengan kebugaran,
 Situasi diglosia ini terkait dengan pembagian fungsi kekuatan, dan kesehatan bagian-bagian
Bahasa dalam konteks kedwibahsaaan. Istilah diglosia tubuh yang bersifat pribadi (private)
mengacu pada dua ragam Bahasa yang berada orang dewasa untuk kepentingan
berdampingan yang masing-masing mempunyai fungsi keharmonisan seksual suami-istri.
soail tertentu (Ferguson (1959)
 Dalam hal ini Bahasa Jawa Kuna sebagai ragam tinggi
dan Bahasa Bali sebagai Bahasa ragam rendah.
 Sedangkan organ seksual pada laki-laki disebut
 Dari perspektif linguistik kognitif,
dengan berbagai istilah, panglanang, purus, dan
penggunaan istilah yoni dalam lontar pasta

Rukmini Tatwa besifat skematis-  Kata panglanang berasal dari kata bahasa Jawa
simbolis,yang memunyai makna kuna, akar katanya lanang ‘laki-laki’, dan
panglanang berarti ‘alat untuk menambah kekuatan’
kultural, mesti dipahami dalam konteks atau ‘yang menyebabkan/menimbukan kelaki-lakian’
(karena prefiks pa(N)- adalah kausatif
budaya Hindu Bali.
 Yoni merupakan representasi simbolis  Kata purus berarti kelamin laki-laki atau penis
(Zoetmulder dan Robson, 2004:886).
wanita; kata yoni secara leksikal berasal
 Sedangkan kata pasta berasal dari bahasa Sanskerta
dari bahasa Sanskerta yang berarti rahim
yang berarti ‘bagian yang dalam’, ‘bagian terdalam’,
atau tempat lahir, bagian atau tempat ‘tempat yang tertutup rapat ‘dan kelamin’ (Zoetmulder
dan Robson 2004:886).
kandungan untuk melahirkan
(Zoetmulder, dan Robson, 2004:1494).
 Bersinerginya lingga dan yoni adalah pertemuan
Lanjutan antara laki-laki (purusa) dan perempuan
(pradhana) merupakan oposisi biner sebagai wujud
keseimbangan jiwa dan keharmonis sebagai
lambang kesuburan, sehingga muncul kehidupan
 Lingga dan yoni jalur keseimbangan energi ilahi di baru (kelahiran). .
tubuh manusia dan di alam manusia. http://phdi.or.id/artikel/lingga-yoni.
 Dalam mitologi Hindu visualisasi lingga adalah   
alat kelamin laki-laki yang merupakan lambang
dari Dewa Siwa sebagai dewa alam semesta, dan
yoni adalah alat kelamin wanita yang merupakan
lambang dari Dewi Parvati istri dari Dewa Siwa
sebagai simbol kesuburan yang terkait dengan
unsur kewanitaan.

 (Sumber:
http://gamabali.com/lingga-yoni/lingga-yoni-2/)
 
 Secara kontekstual sosial budaya, fitur teks  Ada dua hal yang perlu
lontar Rukmini Tatwa ini terkait dengan konsep digarisbawahi terkait dengan konsep
budaya ‘tabu’, tabu.
 adalah pelarangan sosial terhadap sesuatu yang  Pertama, ini terkait dengan mitigasi
tidak pantas atau tidak sopan diucapkan di efek psikologis dan rasa ketabuan ini
depan umum sesuai dengan etika dan norma-  Kedua, topik yang tabu ini dan
norma yang ada dalam kehidupan penggunaan bahasa Jawa Kuna bisa
bermasyarakat. Hal ini dikarenakan seks menjelaskan ketiadaan diseminasi
menyangkut masalah yang sangat pribadi. yang meluas dan transmisi yang
berkelanjutan di ranah umum terkait
dengan pengetahuan dalam lontar
Rukmini Tatwa.
Kesimpulan
 Manuskrip lontar Rukmini tatwa merupakan salah satu bentuk karya Dari sudut penggunaan leksikon terkait dengan simbol-simbol
sastra yang memuat uraian tentang pemanfaatan ramuan rempah dan religi dan budaya Hindu Bali (seperti yoni, untuk representasi
tumbuhan berkhasiat obat untuk pengobatan dan perawatan
(kelamin) wanita, dan dialog dua tokoh Rukmini dan Bhatara
terimplementasi pada pengobatan dan perawatan pada pria dan wanita
yang sudah berumah tangga seperti organ reproduksi. Saci), serta adanya mantra-mantra magis, bisa dianalisis dari
perspektif kognitif komunikatif dalam linguistik untuk
 Dari sudut sastra dan kognitif linguistik mengungkapkan beberapa butir argumentasi efek pengalaman (rasa) estetika religius sekaligus
temuan. mitigasi ‘tabu’ dalam eksposisi masalah seks dan kebahagiaan
seksual yang ada dalam manuskrip lontar Rukmini Tatwa sangat
 Pertama, dari aspek fenomenologi, fokus isi manuskrip lontar ini terkait
penting, tetapi tampaknya informasi ini masih terpendam dalam
dengan tema seks, yang bersifat privasi, intim, yang ‘tabu’.
lontar yang belum terdesiminasi secara luas, dan karenanya
 Kedua, terkait erat dengan yang pertama, dari sudut strategi belum termanfaatkan secara optimal.
penyampaiannya, teks Lontar Rukmini Tatwa menunjukkan fitur-fitur
bahasa ragam (genre) sastra yang secara linguistik terlihat dari Pengetahuan tradisional ini tidak bisa dipungkiri merupakan
penggunaan berbagai majas dan eksploitasi sumber daya linguistik nilai-nilai budaya warisan leluhur yang masih sangat relevan
diglosia (bahasa Jawa Kuna dan bahasa Bali.
dalam dunia modern, dan perlu diketahui dan transmisinya
dipertahankan untuk generasi yang akan datang.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai