Anda di halaman 1dari 25

Dinas Kesehatan

Kabupaten Lebak

KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Disampaikan pada:

PELATIHAN PENINGKATAN KOMPETENSI TEKNIS


PERAWAT PUSKESMAS DALAM PENANGANAN
KASUS GAWAT DARURAT, KRISIS KESEHATAN DAN
WABAH (BENCANA)
19 Juni-23 Juni 2023
DI HOTEL AZANA GREEN PEAK PUNCAK BOGOR

Oleh: Yeni Srimulyani, S.Kep., Ners


A. Pengertian
Komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang memiliki makna
terapeutik bagi klien dan dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien mencapai
kembali kondisi yang adaptif dan positif.
B. Fungsi Komunikasi Terapeuti k
1. Komunikasi Intrapersonal
Digunakan untuk berpikir, belajar, merenung, meningkatkan
motivasi, introspeksi diri.
2. Komunikasi Interpersonal
Digunakan untuk meningkatkan hubungan interpersonal,
menggali data atau masalah, menawarkan gagasan, memberi
dan menerima informasi.
3. Komunikasi Publik
Mempengaruhi orang banyak, menyampaikan informasi,
menyampaikan perintah atau larangan umum (publik).
C. Tujuan Komunikasi Terapeutik
1. Realisasi diri, penerimaan diri dan
peningkatan penghormatan diri

Melalui komunikasi terapeutik diharapkan


terjadi perubahan dalam diri klien. Klien yang
menderita penyakit kronis umunya
mengalami perubahan dalam dirinya, ia tidak
mampu menerima keberadaan dirinya,
mengalami gangguan gambaran diri, penurunan
harga diri, merasa tidak berarti dan pada
akhirnya merasa putus asa dan depresi
2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial
dan saling tergantung dengan orang lain

Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar


bagaimana menerima dan diterima orang lain.
Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan
menerima klien apa adanya, perawat dan klien
dapat meningkatkan kemampuan dalam
membina hubungan saling percaya (Hibdon, 2000).
3. Peningkatan fungsi dan kemampuan Terkadang klien menetapkan
untuk menentukan kebutuhan serta
tujuan terlalu tinggi tanpa
mengukur kemampuannya. Taylor,
mencapai tujuan yang realistis.
Lilis dan La Mone (1997)
mengemukakan bahwa individu
yang merasa bahwa dirinya
mendekati ideal, memiliki harga
diri yang tinggi sedangkan
individu yang merasa kenyataan
hidupnya jauh dari ideal akan
merasa rendah diri.
4. Identitas diri yang jelas dan peningkatan
integritas diri Klien yang mengalami
gangguan identitas diri
biasanya tidak mempunyai rasa
percaya diri.
Melalui komunikasi terapeutik
diharapkan perawat dapat
membantu klien meningkatkan
integritas dirinya dan identitas
diri yang jelas.
D. Unsur-unsur Komunikasi Pesan yang diterima kemudian akan
Terapeutik diproses oleh komunikan, proses ini disebut
dengan decoding. Setelah komunikan
memahami pesan yang diterimanya, ia pun
melakukan proses encoding (transformasi
informasi menjadi sebuah bentuk pesan
yang dapat disampaikan kepada orang
lain) dalam dirinya untuk
menyampaikan umpan balik (feedback)
terhadap pesan yang diterimanya. Demikian
proses ini akan terus berulang sampai
pada akhirnya tujuan dari komunikasi
yang dilakukan tercapai oleh keduanya.
E. Prinsip Dasar Komunikasi 1. Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik
Terapeutik yang saling ,menguntungkan, didasarkan pada prinsip humanity
of nurses and clients. Hubungan ini tidak hanya sekedar
hubungan seorang perawat dengan kliennya, tetapi hubungan
anatar manusia yang bermartabat (Dult Battey, 2004).
2. Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai
perbedaan karakter, memahami perasaan dan perilaku klien
dengan melihat perbedaan latar belakang keluarga, budaya dan
keunikan setiap individu.
3.Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat
menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan,
dalam hal ini perawat harus mampu menjaga harga
dirinya dan harga diri klien.

4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya


hubungan saling percaya (trust) harus dicapai
terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan
memberikan alternatif pemecahan masalah (Stuart,
1991). Hubungan saling percaya antara perawat dan
klien adalah kunci dari komunikasi terapeutik.
F. Hubungan Perawat dan Klien Menurut Roger (1991), ada
beberapa karakteristik seorang
helper (perawat) yang dapat
memfasilitasi tumbuhnya
hubungan yang terapeutik,
yaitu:

1. Kejujuran
Kejujuran sangat penting, karena
tanpa adanya kejujuran mustahil
bisa terbina hubungan saling
percaya.
2.Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
Dalam berkomunikasi dengan klien, perawat sebaiknya
menggunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh klien dan
tidak menggunakan kalimat yang berbelit-belit.
3.Bersikap positif
Bersikap positif terhadap apa saja yang dikatakan dan
disampaikan lewat komunikasi nonverbal sangat penting baik
dalam membina hubungan saling percaya maupun dalam
membuat rencana tindakan bersama klien
4.Empati bukan simpati
Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan
keperawatan, karena dengan sikap ini perawat akan
mampu merasakan dan memikirkan permasalahan
klien seperti yang dirasakan dan dipikirkan klien
(Brammer, 1990 dalam Suryani, 2005).

5.Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien


perawat harus mampu untuk melihat permasalahan
yang sedang dihadapi klien dari sudut pandang klien.
Untuk mampu melakukan hal ini perawat harus
memahami dan memiliki kemampuan mendengarkan
dengan aktif dan penuh perhatian.
1. Ta h a p
G. Tahapan Komunikasi Persiapan/Pra-interaksi
a. Mengeksplorasi perasaan, mendefinisikan harapan dan
Terapeuti k mengidentifikasi kecemasan.
b. Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri.
c. Mengumpulkan data tentang klien.
d. Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.

2.Tahap Perkenalan/Orientasi
a. Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan
komunikasi terbuka.
b. Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik
pembicaraan) bersama-sama dengan klien dan menjelaskan atau
mengklarifikasi kembali kontrak yang telah disepakati bersama.
c. Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien
yang umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik
komunikasi pertanyaan terbuka.
d. Merumuskan tujuan interaksi dengan klien.
e. Sangat penting bagi perawat untuk melaksanakan tahapan ini
dengan baik karena tahapan ini merupakan dasar bagi
hubungan terapeutik antara perawat dan klien.
3. Tahap Kerja

Tahap kerja merupakan tahap yang


terpanjang dalam komunikasi terapeutik
karena didalamnya perawat dituntut
untuk membantu dan mendukung klien
untuk menyampaikan perasaan dan
pikirannya dan kemudian menganalisa
respons ataupun pesan komunikasi
verbal dan non verbal yang disampaikan
oleh klien.
Dalam tahap ini pula perawat
mendengarkan secara aktif dan dengan
penuh perhatian sehingga mampu
membantu klien untuk mendefinisikan
masalah yang sedang dihadapi oleh klien,
mencari penyelesaian masalah dan
mengevaluasinya.
4. Tahap Terminasi
a. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari
interaksi yang telah dilaksanakan evaluasi objektif.
Brammer dan McDonald (1999) menyatakan bahwa apa
yang telah didiskusikan merupakan sesuatu yang sangat
berguna pada tahap ini.
b. Melakukan evaluasi subjektif dengan cara
menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi dengan
perawat.
c. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang
telah dilakukan. Tindak lanjut yang disepakati harus
relevan dengan interaksi yang baru saja dilakukan atau
dengan interaksi yang akan dilakukan selanjutnya.
Tindak lanjut dievaluasi dalam tahap orientasi pada
pertemuan berikutnya.
H. Sikap d alam M elakukan K om unikasi T er apeutik

1. Ber h adapan dengan law an bicara


Dengan posisi ini perawat menyatakan kesiapannya "saya
siap untuk anda”.
2. Sikap tangan terbuka (tidak bersilangan)
Sikap tubuh yang terbuka menunjukkan bahwa perawat
bersedia untuk mendukung terciptanya komunikasi.
3. Menunduk/memposisikan t u b u h searah/lebih dekat
dengan l a w a n bicara. Hal ini menunjukkan bahwa perawat
bersiap untuk merespon dalam komunikasi (berbicara-
mendengar).
4. Pertahankan kontak mata 'sejajar' dan
natural
Dengan posisi mata sejajar perawat
menunjukkan kesediaannya untuk
mempertahankan komunikasi.
5. Bersikap tenang
Tidak terburu-buru saat berbicara dan
menggunakan gerakan/bahasa tubuh yang
natural.
TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK

1. Penerimaan
Penting untuk membuat pasien merasa didengarkan
untuk mempermudah menerima perawatan. Perlu
diingat bahwa penerimaan tidak selalu sama dengan
kesepakatan. Bentuk penerimaan bisa dengan
melakukan kontak mata dan berkata, “ya, saya paham
maksud Anda.”
2. Diam atau hening
Keheningan dapat memberikan waktu dan ruang bagi
pasien untuk mengutarakan pikiran dan perasaan ke
dalam kalimat.
3. Menawarkan diri
Menyediakan waktu dan perhatian untuk menemani
pasien tanpa diminta. Hal ini dapat membantu 
meningkatkan suasana hati pasien.
TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK

4. Memberi penghargaan
Memberi penghargaan tanpa memberi pujian
berlebihan. Misalnya dengan mengatakan, “Saya
perhatikan Anda selalu semangat menjalani terapi.” Hal
ini akan mendorong pasien tetap melakukan tindakan
tanpa memerlukan pujian.
5. Aktif mendengarkan
Perawat yang aktif mendengarkan akan menunjukkan
minat dan memberikan reaksi secara verbal atau
nonverbal yang dapat mendorong pasien membuka
dirinya. Pasien dapat merasakan bahwa perawat tertarik,
mendengarkan, dan memahami pembicaraannya.
6. Membuka komunikasi
Mengawali percakapan dengan topik terbuka seperti,
“Apa yang sedang Anda pikirkan?” teknik komunikasi
terapeutik ini akan memberikan kesempatan bagi pasien
untuk memilih topik pembicaraan.
TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK

7.Meminta pasien mengurutkan peristiwa sesuai waktu


Bertanya mengenai urutan-urutan waktu atas peristiwa
yang diceritakan, dapat membantu perawat lebih
memahami cerita lebih jelas. Selain itu, teknik ini juga
membantu pasien mengingat sesuatu yang sempat
dilupakan.
8. Mencari klarifikasi
Meminta klarifikasi pasien saat mereka mengatakan
sesuatu yang membingungkan atau ambigu untuk
menghindari kesalahpahaman.
9. Melakukan pengamatan
Pengamatan terhadap pasien dapat membantu
mengidentifikasi masalah yang tidak disadari
sebelumnya. Misalnya, saat pasien mengalami
perubahan selera makan, bisa jadi mengarah pada
penemuan gejala baru.
TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK
10. Konfrontasi
Teknik konfrontasi pada komunikasi terapeutik dapat
dilakukan setelah perawat mampu membangun
kepercayaan dengan pasien.
Ini adalah tindakan verbal dari perawat yang
menunjukkan ketidaksesuaian antara perkataan dan
tindakan pasien. Jika digunakan dengan benar, hal ini
dapat membantu pasien menghentikan rutinitas yang
merusak dan memahami situasi mereka sendiri.
11. Mendorong pasien untuk mengungkapkan pandangannya
Minta pasien untuk menjelaskan pandangannya. Teknik
komunikasi terapeutik ini dapat membantu perawat
memahami perspektif pasien.
12. Membuat ringkasan
Perawat dapat membuat ringkasan di akhir percakapan
sehingga pasien mengetahui bahwa perawat mendengar
dan menyimak pembicaraan. Teknik komunikasi
terapeutik ini memungkinkan pasien untuk memberikan
koreksi jika perawat membuat kesimpulan yang salah.
TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK
13. Merefleksikan
Refleksi mendorong pasien untuk mengenali dan 
menerima perasaannya sendiri. Misalnya saat pasien
bertanya, “Apakah saya harus membicarakannya dengan
dokter?” Perawat dapat merespons dengan, “Menurut
Anda, apakah Anda harus membicarakannya dengan
dokter?”
14. Memberikan harapan dan humor
Memberikan harapan kepada pasien bahwa mereka
dapat melalui situasi yang tengah dijalani dan
meringankan suasana dengan humor dapat membantu
perawat membangun hubungan yang baik dengan
pasien. Kedua hal ini dapat membuat pikiran pasien
lebih positif.
15. Mendorong pasien untuk melakukan perbandingan
Perawat dapat mendorong pasien untuk melakukan
perbandingan dari beberapa pengalaman sebelumnya.
Hal ini dapat membantu pasien menemukan solusi
untuk masalah mereka.
TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK

16. Mengungkapkan keraguan


Mengekspresikan ketidakpastian tentang kenyataan
dalam persepsi pasien. Dengan mengungkapkan
keraguan, perawat dapat memaksa pasien untuk
memeriksa asumsi mereka.
17. Fokus
Perhatikan isi percakapan dengan pasien dengan fokus.
Bisa saja pasien memberikan suatu pernyataan penting
yang perlu didiskusikan lebih lanjut.
THANK YOU!

Anda mungkin juga menyukai