Anda di halaman 1dari 28

EFEK ION

BERSAMAAN
Dosen Pengampu : Zidny Azizati, M.Si
Mata Kuliah : Praktikum Kimia Anorganik Dasar
KELOMPOK
1.
3A
Septi Diah Indriyani (2208036031)
2. Bagas Putra Setiawan (2208036038)
3. Dinata Istiqomah (2208036048)
4. Bella Cintya (2208036051)
Topik PEMBAHASAN

TUJUAN
01
MSDS
04
DASAR TEORI
02
CARA KERJA 05
ALAT & BAHAN
03
Tujuan
1. Menentukan nilai kelarutan dan harga tetapan hasil kali
kelarutan Ca(OH)2
2. Mempelajari pengaruh keberadaan ion kalsium pada kelarutan
Ca(OH)2
Dasar Teori
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut
dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam
suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan
perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Kelarutan dapat diartikan jumlah maksimum zat yang dapat larut
dalam sejumlah tertentu zat pelarut atau larutan yang satuannya M, sedangkan hasil kali kelarutan (Ksp) dapat
didefinisikan sebagai hasil kali kosentrasi ion-ion dari larutan elektrolit jenuh atau sukar dipangkatkan
koefisiennya (Rivai,1994).

Hasil kali kelarutan adalah hasil kali kosentrasi ion-ion dalam larutan jenuh garam yang sukar larut
dalam air. Nilai Ksp untuk elektrolit besar menunjukkan semakin mudah larut. Sebuah atom atau molekul
disebut ion, apabila dari kondisi yang stabil atom atau molekul tersebut melepaskan atau menangkap sebuah
electron. Ion dikatakan sebagai ion positif atau negative tergantung dari jumlah electron dan proton yang
dimilikinya. Ion negative adalah ion yang memiliki jumlah electron lebih banyak dari jumlah proton,
sedangkan ion positif adalah sebaliknya. Dalam larutan AgCl contohnya, hasil kali ion [Ag+][Cl-] sama dengan
Ksp. Misalkan larutan yang mengandung dua zat terlarut yang memiliki ion senama seperti AgCl dan AgNO3
(Chang, 2005).
Nilai Ksp berguna untuk menentukan keadaan senyawa ion dalam larutan, apakah belum jenuh, atau
lewat jenuh, yaitu dengan membandingkan hasil kali ion dengan hasil kali kelarutan, kriterianya
adalah
sebagai berikut:
1. Apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan dengan koefisiennya masing-masing kurang dari
nilai Ksp maka larutan belum januh daan tidak terjadi endapan
2. Apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan koefisiennya masing-masing sama dengan nilai Ksp
maka kelarutannya tepat, tidak terjadi endapan.
3. Apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan koefisiennya lebih dari nilai Ksp, maka larutan
disebut lewat jenuh dan terbentuk endapan (Syukri, 1999).
Alat dan Bahan

Labu ukur

Corong Erlenmeyer
gelas Alat

Buret Pipet volume


Alat dan Bahan
Bahan

1. Larutan Ca(OH)2 0,1 M


2. Larutan CaCl2 0,1 M
3. HCl 0,01 N
4. Larutan baku primer
Na2B4O7 0,01 N
5. Indikator BTB
6. Indikator MR
MSDS
Ca(OH)2 CaCl2
Bentuk : Padat Bentuk : Padat
Warna : Putih Warna : Putih
Bau : Tidak berbau Bau : Tidak berbau
PH : 8-10 g/liter 20 °C PH : 8-10 g/liter 20 ⁰C
Densitas : 2,15 g/cm3 20 °C Densitas : 2,15 g/cm3 20 ⁰C
Identifikasi bahaya: Menyebabkan iritasi Indetifikasi bahaya: Iritasi mata

Penanganan Penanganan
• Kontak kulit: bilas dengan air • Kontak mata : Bilas dengan air
• Kontak mata : bilas dengan air • Kontak kulit: Bilas kulit dengan air
• Terhirup : hirup udara segar • Tertelan : beri air minum
• Tertelan :beri air minum • Terhirup : Hirup udara segar
MSDS

HCl Na2B4O7 10H2O


Bentuk : Cair Bentuk : Kristal
Warna : Tidak berwarna Warna : Putih
Bau : Pedih Bau : Tak berbau
PH : <1 pada 20 ⁰C PH : 9,2 pada 47 g/liter 20 ⁰C
Densitas : 1,09 g/cm3 pada 20 ⁰C Densitas : 1, 72 g/cm3 pada 20 ⁰C
Identifikasi bahaya: iritasi dan nafas tersenga Identifikasi bahaya: Iritasi ringan pada kulit

Penanganan Penanganan
• Kontak kulit: Bilas dengan air • Kontak kulit: Bilas dengan air
• Kontak mata : Bilas dengan air • Kontak mata : Bilas dengan air
• Tertelan : Beri minum air putih • Tertelan : Beri minum air putih
• Terhirup : hirup udara segar • Terhirup : Hirup udara segar
MSDS
BTB MR
Bentuk : Padat Bentuk : Kristal
Warna : Ungu Warna : Merah gelap
PH : 6 – 7,6 Densitas : 0,791 g/cm3
Densitas : 1.25 g/cm3 PH : 4,4
Identifikasi bahaya : Tidak berbahaya Identifikasi bahaya: Tidak berbahaya

Penanganan Penanganan
• Kontak kulit: Bilas dengan air • Kontak kulit: Bilas dengan air
• Kontak mata : Bilas dengan air • Kontak mata : Bilas dengan air
• Tertelan : Beri minum air putih • Tertelan : Beri minum air putih
• Terhirup : Hirup udara segar • Terhirup : Hirup udara segar
CARA KERJA

A. Standarisasi larutan HCl

Dibilas buret 50 ml dengan larutan HCl 0,01 N, diisi buret dengan larutan HCl
tersebut.

Diambil 10 ml larutan Na2B4O7.10H2O 0,01 N masukkan ke Erlenmeyer,


lalu di tambahkan 2-3 tetes indikator MR. catat temperaturnya

Dititrasi larutan hingga berubah warna, lalu Hitung molaritas HCl

Diulangi percobaan sebanyak tiga kali


B. Penentuan konstanta hasil kali kelarutan Ca(OH)2

Dimasukkan 10 ml larutan Ca(OH)2 0,1 M ke erlenmeyer, lalu di


tambahkan 2-3 tetes indikator BTB. Catat temperaturnya

Dititrasi dengan larutan HCl sampai terjadi perubahan warna dan


catat volume HCl yang digunakan

Dihitung kelarutan dan nilai Ksp Ca(OH)2

Diulangi percobaan sebanyak tiga kali


C. Pengaruh [Ca2+] terhadap kelarutan Ca(OH)2

Dimasukkan 25 ml larutan Ca(OH)2 0,1 M ke gelas beaker, ditambahkan


larutan CaCl2 0,1 M hingga larutan jenuh

Dipipet 10 ml larutan tersebut ke erlenmeyer

Ditambahkan 2-3 tetes dengan indikator BTB. Catat temperaturnya

Dititrasi dengan larutan HCl sampai perubahan warna, catat volume HCl yang
digunakan

Dihitung kelarutan Ca(OH)2

Diulangi percobaan sebanyak tiga kali


Hasil Pengamatan
Perlakuan Pengamatan

Larutan Na2B4O7 10H2O 10 ml ditambah


indicator MR
Percobaan pertama Terjadi perubahan warna bening kuning

Percobaan kedua Terjadi perubahan warna bening kuning

Percobaan ketiga Terjadi perubahan warna bening kuning

Titrasi larutan dengan HCl

Percobaan pertama Terjadi perubahan warna bening pink

Percobaan kedua Terjadi perubahan warna bening pink

Percobaan ketiga Terjadi perubahan warna bening pink

Menghitung Molaritas HCl Vrata-rata = 5.76 ml = 0,00576 l


M HCl = 0.0173
Hasil Pengamatan
Perlakuan Pengamatan

Larutan Ca(OH)2 10 ml ditambah indicator


BTB
Percobaan pertama Terjadi perubahan warna bening biru

Percobaan kedua Terjadi perubahan warna bening biru

Percobaan ketiga Terjadi perubahan warna bening biru

Titrasi larutan dengan HCl

Percobaan pertama Terjadi perubahan warna bening kuning

Percobaan kedua Terjadi perubahan warna bening kuning

Perocbaan ketiga Terjadi perubahan warna bening kuning

Menghitung kelarutan dan nilai ksp Ca(OH)2 Vrata-rata = 20,56 ml = 0,02056 l


S (kelarutan) = 0,01775
Nilai ksp = 0,002236 = 2.236 x 10-5
Hasil Pengamatan
Perlakuan Pengamatan

Larutan Ca(OH)2 25 ml ditambah CaCl2 10 ml Warna putih keruh, terbentuk endapan


Ca(OH)2 + CaCl ditambah indicator BTB
Percobaan pertama Perubahan warna putih keruh biru pekat

Percobaan kedua Perubahan warna putih keruh biru

Percobaan ketiga Perubahan putih keruh biru

Titrasi larutan dengan HCl

Percobaan pertama Terjadi perubahan warna biru hijau

Percobaan kedua Terjadi perubahan warna bening hijau tua

Perocbaan ketiga Terjadi perubahan warna bening hijau tua

Menghitung kelarutan Ca(OH)2 Vrata-rata = 19,83 ml = 0,01983 l


S (kelarutan) = 0,01715
Analisis data
 Larutan Na2B4O7 10 H2O 10 ml ditambahkan indicator MR dan dititrasi dengan HCl
Menghitung molaritas HCl
 Larutan Ca(OH)2 10 ml ditambahkan indicator BTB dan dititrasi dengan HCl
Menghitung kelarutan (s)

Nilai ksp Ca(OH)2


Analisis data
 Larutan Ca(OH)2 10 ml + CaCl ditambah indicator BTB dan dititrasi dengan HCl
Menghitung kelarutan Ca(OH)2
Pembahasan
Percobaan ini membahas mengenai efek ion bersamaan yang mana bertujuan untuk mengetahui nilai
kelarutan dan harga tetapan hasil kelarutan Ca(OH)2 dan juga mempelajari pengaruh keberadaan ion
kalsium pada kelarutan Ca(OH)2. Efek ion bersamaan merupakan suatu keadaan dimana apabila
ditambahkan ion senama kedalam suatu larutan maka kesetimbangan akan bergeser kekiri dan
membentuk endapan. Nilai ksp berguna untuk menentukan keadaan senyawa ion dalam larutan, dengan
membandingkan hasil kali.

Pada Percobaan pertama dilakukan standarisasi larutan HCl 0.0I N. Standarisasi adalah suatu proses
yang digunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi suatu larutan,sedangkan larutan standar
adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. Dengan menggunakan baku primer natrium boraks
Sehingga reaksi pada saat titrasi: Na2B4O7.10H2O + 2HCl H2BO3 + 2NaCl. Na2B4O7.10H2O yang
ditetesi Indikator MR dan dititrasi menggunakan HCl menunjukan reaksi yang positif yaitu telah terjadi
perubahan warna dari kuning menjadi merah muda, percobaan ini dilakukan sebanyak 3 kali. Dan pada
akhir percobaan dihitung molaritas HCl adalah 0.0173 M.
Pembahasan
Percobaan kedua ini adalan 0.00757 M. adalah penentuan konstanta hasil dari kelarutan Ca(OH)2.
Percobaan ini dilakukan dengan menitrasi Ca(OH)2 yang ditambah beberapa indikator BTB dengan larutan HCl.
Berdasarkan asas Le Chatcher, Jika konsentrasi zat pada kesetimbangan diubah maka akan terjadi pergeseran
kesetimbangan. Dalam Percobaan ini adanya ion H+ dari HCl akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke arah
Ca(OH)2, maka Kelarutan Ca(OH)2 berkurang. Pada saat Ca(OH)2 ditambahkan BTB terjadi perubahan warna
dari bening menjadi biru. Kemudian dilakukan titran menggunakan HCl dan berubah warna dari biru menjadi
kuning Ketika titik ekuivalen tercapai. Percobaan ini dilakukan sebanyak 3 kali. Rata rata volume HCl yang
diperlukan adalah 20,56 mL, Di dalam perhitungan di dapatkan nilai “S” atau kelarutan Sebesar 0,01775 dan nilal
Ksp sebesar 2,236 × 10-5. Dari hasil data tersebut disimpulkan bahwa nilai "S “atau kelarutan lebih besar dari
nilai ksp sehingga nilai ini termasuk kedalam larutan jenuh.

Pada Percobaan ketiga adalah Pengaruh (Ca2+) terhadap kelarutan Ca(OH) 2, Pada campuran 25 ml
Ca(OH)2 ditambah CaCl 10 ml lalu ditambahkan indikator BTB sehingga terjadi perubahan warna yang awalnya
putih keruh menjadi biru. Selanjutnya dititrasi dengan HCl yang secara teori akan terjadi perubahan warna dari
biru menjadi kuning ketika mencapai titik ekuivalen. Pengujian ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan
dengan data yang cukup jauh jaraknya masing masing 26,8 ml, 19,7 ml, 13 ml dengan volume rata rata 19,83 ml.
serta didapatkan nilai kelarutan sebesar 0,01715. Hal ini sesuai dengan teori nilai kelarutan semakin kecil apabila
terdapat ion senama dilihat dari kelarutan awal 0,01775 akan tetapi terjadi penurunan menjadi 0,001715 Ketika
ditambah ion senama. Dengan reaksi : Ca2+ + 2 HCl CaCl2 + 2 H+
Kesimpula
n
1. Nilai kelarutan Ca(OH)2 didapatkan 0,01775 dan nilai Ksp Ca(OH)2 pada
percobaan kali ini adalah 2,236 x 10-5
2. Keberadaan ion senama dalam suatu larutan memperkecil nilai kelarutan.
Nilai kelarutan Ca(OH)2 sebelum adanya ion senama adalah 0,01775
sedangkan nilai kelarutan Ketika ditambah ion senama menjadi 0,01715
Lampiran

Alat dan sampel bahan Proses Proses


yang digunakan pada pembilasan buret pengambilan
percobaan efek ion dengan larutan sampel natrium
bersamaan HCl boraks
Lampiran

Perubahan warna yang Proses titrasi Perubahan warna yang Proses


terjadi ketika natrium natrium boraks terjadi Ketika natrium
pengambilan
boraks ditetesi indikator boraks dititrasi dengan
MR sampel Ca(OH)2
HCl
Lampiran

Perubahan warna yang Perubahan warna Ca(OH)2 + CaCl


terjadi ketika Ca(OH)2 yang terjadi Ketika Ketika ditetesi
ditetesi indikator BTB Ca(OH)2 dititrasi indikator BTB

Proses dan perubahan warna yang Perubahan warna yang terjadi


terjadi ketika ditetesi indikator BTB ketika dititrasi dengan HCl
DAFTAR PUSTAKA

Rivai, H.1994. Asas Pemeriksaan Kimia. UI-Press,

Chang, R. 2005.Konsep Dasar Kimia. Erlangga, Jakarta

Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung, ITB.


TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai