Anda di halaman 1dari 52

Saluran Transmisi

Pendahuluan
Sistem Per Unit
Komponen Simetris
Pendahuluan
Pendahuluan Struktur Instalasi

Sistem Tenaga Listrik bertugas


memasok energi listrik sesuai dengan kebutuhan pengguna akhir

BOILER GENERATOR

TURBIN

TRANSFORMATOR
GARDU DISTRIBUSI

Struktur Instalasi:
Penggerak awal Generator Tansformator Transmisi Distribusi Beban
Sistem Proteksi dan Koordinasi Isolasi
Pendahuluan Reliability

Reliability
Reliability terkait dengan ketiadaan pasokan
secara total atau tegangan secara total
Reliability dinyatakan dengan indeks yang dihitung per tahun
dengan memasukkan faktor-faktor jumlah pelanggan, beban
terpasang, durasi ketiadaan pasokan, jumlah daya (kVA) yang
terputus, serta seringnya daya terputus.

SAIFI (System Average Interruption Frequency Index)


SAIDI (System Average Interruption Duration Index)
CAIDI (Customer Average Interruption Duration Index)
MAIFI (Momentary Average Interruption Frequency Index)
Pendahuluan Kriteria Kualitas Listrik

Kriteria Kualitas Listrik


Tegangan konstan
Frekuensi konstan
Bentuk gelombang sinus

Pada pembebanan yang selalu berubah, deviasi


tegangan tidak boleh melebihi batas tertentu.
Demikian pula halnya dengan frekuensi. Selain
deviasi frekuensi tidak melebihi batas tertentu,
total durasi deviasi frekuensi juga tidak melebihi
batas tertentu, misalnya tidak lebih dari 2 detik
dalam 24 jam
Bentuk gelombang tegangan dan arus sedapat
mungkin mendekati bentuk sinus murni.
Kandungan harmonisa tidak melebihi batas
tertentu Total Harmonic Distortion (THD)
Pendahuluan Permasalahan Kualitas Daya

Permasalahan Kualitas Daya


Perkembangan teknologi menghasilkan peralatan-peralatan
sensitif yang menuntut pasokan daya dengan kualitas lebih baik.
Permasalahan kualitas daya kemudian mencakup:

Power Surges
Voltage Sag
Undervoltage
Brownouts
Blackouts
Transients / Interruptions
High-Voltage Spikes
Frequency Variation
Electrical Line Noise
Harmonics
Pendahuluan Pembangkitan Energi Listrik

Pembangkitan Energi Listrik


Macam-macam Sumber Energi Primer
Thermal: Batubara
Minyak
Gas
Surya (konsentrator)
Geothermal
Biomassa
Nuklir (Fisi dan Fusi)

Nonthermal: Hidro
Pasang-Surut
Bayu
Gelombang Laut
Surya
Pendahuluan Produksi Energi Listrik

Produksi Energi Listrik


Beberapa industri memproduksi listrik untuk
keperluan sendiri dan lokal
PLN memproduksi listrik untuk keperluan
nasional. Kita akan melihat sistem tenaga listrik
mengacu pada sistem PLN
Sampai saat ini PLN memproduksi listrik dengan
memanfaatkan sumber energi primer
Batubara
Minyak
Gas Alam
Air (Hidro)
Geothermal

Sumber energi alternatif telah pula mulai


dikembangkan dan dimanfaatkan
Pendahuluan Produksi PLN s/d 2005

Produksi PLN s/d 2005

Gb.3. Produksi
Produksi
140,000
127,367
120,000
100,000
77,905
80,000
GWh

60,000
40,000
20,000 25,623

0
1 2 3 4 5 6
98 7 05
04
Akhir REPELITA & Tahun

Sumber: Statistik PLN


Pendahuluan Produksi Total PLN

Produksi total PLN terdiri dari produksi sendiri dan


pembelian energi dari pihak lain

Pertumbuhan Produksi
Prod Sendiri Energi Beli
Tahun Total GWh GWh tumbuh % GWh tumbuh %
1998
77,903 74,421 3,482
1999 84,775 80,023 7.5 4,752 36.5
2000 93,326 83,504 4.3 9,822 106.7
2001 101,654 87,635 4.9 14,019 42.7
2002 108,361 88,069 0.5 20,292 44.7
2003 112,972 90,166 2.4 22,806 12.4
2004 120,244 93,113 3.3 27,132 19.0
2005 127,370 98,177 5.4 29,193 7.6

Sumber: Statistik PLN


Pendahuluan Komposisi Produksi

Gb.6.a.Komposisi ProduksiEnergi
Komposisi Produksi
40,000
36,547
35,000
33,253
30,000
25,000 26,092
GWh

20,000
15,000 15,540

10,000 9,831
5,000
3,006
0
1994 1996 1998 2000 2002 2004
Tahun
BBM Tenaga Air Batu Bara Panas Bumi
Gas Alam Pembelian Sew a Diesel

Sumber: Statistik PLN


Pendahuluan Komposisi Energi Primer

Gb.6.b. Komposisi Pemakaian Energi Primer


45.00
40.00
35.00
30.00
25.00
%

20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
1994 1996 1998 2000 2002 2004
Tahun
BBM Tenaga Air Batu Bara Panas Bumi
Gas Alam Pembelian Sewa Diesel

Sumber: Statistik PLN


Cadangan Sumber Energi Primer Indonesia
Pendahuluan Cadangan Batubara
Pendahuluan Cadangan Gas Bumi
Pendahuluan Cadangan Minyak Bumi
Pendahuluan Lokasi Panas Bumi
Pendahuluan Beban

Beban
Pelanggan PLN dikelompokkan menjadi 4 kelompok:
Rumah Tangga, Industri, Bisnis, dan Lainnya

Gb.1. Jumlah Pelanggan


34,559,353
35,000,000

30,000,000
Pelanggan RT
26,433,489 93% dari total
25,000,000
Pelanggan

20,000,000
15,157,409
15,000,000

10,000,000

5,000,000

0
1 2 3 4 5 6
98 704 05
Akhir REPELITA & Tahun
Rumah Tangga Industri Bisnis Lain-lain Jumlah

Sumber: Statistik PLN


Pendahuluan Energi Terjual

Energi Terjual [GWh]:

Tahun Plg RT Plg Industri Plg Bisnis Plg Lainnya


1996 19,550.80 27,948.90 6,225.70 3,206.60
1997 22,739.30 30,768.90 7,249.60 3,553.70
1998 24,866.50 27,984.80 8,666.70 3,743.40
1999 26,883.90 31,338.10 9,330.00 3,780.10
2000 30,563.40 34,013.20 10,576.00 4,012.20
2001 33,340.00 35,593.00 11,395.00 4,192.00
2002 33,993.60 36,831.30 11,845.00 4,418.80
2003 35,753.05 36,497.25 13,223.84 4,966.81
2004 38,588.28 40,324.26 15,257.73 5,927.20
2005 41,188.00 42,453.00 17,018.00 6,374.00
Sumber: Statistik PLN

Total konsumsi RT berimbang dengan Industri


Pendahuluan

Pernyataan Besaran Listrik


Pernyataan Besaran Listrik Analisis Sistem Tenaga

Analisis Sistem Tenaga


Analisis sistem tenaga pada umumnya dilakukan
dengan menyatakan bentuk galombang sinus
dalam fasor yang merupakan besaran kompleks.
Dengan menyatakan tegangan dan arus dalam
fasor maka pernyataan elemen-elemen rangkaian
sistem tenaga menjadi impedansi yaitu
perbandingan fasor tegangan dan fasor arus

V fasor tegangan
Zx  x
Ix fasor arus
impedansi
Pernyataan Besaran Listrik Resistor, Induktor, Kapasitor

Resistor : VR
VR  RI R ZR  R
IR

VL
Induktor : VL  jL I L ZL   jL
IL

VC 1 1
Kapasitor : I C  jC VC Z C   j
IC j C C

Perhatikan: relasi-relasi ini adalah relasi linier.


Dengan bekerja di kawasan fasor kita terhindar
dari perhitungan integro-diferensial.
Pernyataan Besaran Listrik Tentang Fasor dan Impedansi

• Perhatian : Walaupun impedansi merupakan pernyataan yang


berbentuk kompleks, akan tetapi impedansi bukanlah fasor.
Impedansi dan fasor merupakan dua pengertian dari dua konsep
yang berbeda.
– Fasor adalah pernyataan dari sinyal sinus
– Impedansi adalah pernyataan elemen.
Pernyataan Besaran Listrik

Daya
Karena tegangan dan arus dinyatakan dalam fasor
yang merupakan bilangan kompleks maka daya yang
merupakan perkalian tegangan dan arus juga
merupakan bilangan kompleks
Pernyataan Besaran Listrik Daya Kompleks

Tegangan, arus, dan daya di kawasan waktu:


v  Vm cos(t   v ) ; i  I m cos(t  i ) ; p  vi

Tegangan, arus, di kawasan fasor:

V  Vrms  v ; I  I rms i ; I   I rms   i besaran kompleks

Daya Kompleks :
didefinisikan sebagai Im
S  VI *
S  VI *  Vrms I rms ( v  i ) jQ

S  P  jQ I*
 P
P  S cos   Vrms I rms cos 
Re
Q  S sin   Vrms I rms sin 

Segitiga daya
Pernyataan Besaran Listrik Faktor Daya & Segitiga Daya

Faktor Daya dan Segitiga Daya:

P
faktor daya  cos  
S

Im I* Im S  VI *
V jQ
 Re 
Re
I (lagging) P
Faktor daya lagging

Im Im
I (leading) P
Re
 V 
Re  jQ
I* S  VI *
Faktor daya leading
Pernyataan Besaran Listrik Daya Kompleks dan Impedansi Beban

Daya Kompleks dan Impedansi Beban

V
ZB  atau V  ZBI
I

S  VI * S  P  jQ
2 2 2
*
 ZBI I  ZB I  R B I rms  jX B I rms
2
 RB  jX B I rms
2 P  R B I rms dan
2
2
 RB I rms 2
 jX B I rms Q  X B I rms

Daya reaktif
Daya nyata
Sistem Tiga Fasa Seimbang
Sistem Tiga Fasa Seimbang Diagram Fasor sumber tiga
Fasa

Diagram fasor sumber tiga fasa

Im
Diagram fasor
C VCN tegangan
+ VCN
 120o
N + A
VBN  Re
+ VAN 120 o

B
VBN
Sumber terhubung Y
VAN  VAN 0 o

VBN  VBN   120o


Keadaan Seimbang VCN  VCN   240o
V AN  VBN  VCN
Sistem Tiga Fasa Seimbang Beban Terhubung Y

Beban Terhubung Y,

IA
Z=R+jX
A
IB
Z=R+jX
B
Vff
Z=R+jX
C
IC
N
IN
Sistem Tiga Fasa Seimbang Beban Terhubung Segitiga

Beban Terhubung ,

IA
A
IB Z=R+jX

Z=R+jX
B
Vff Z=R+jX

C
IC
Sistem Tiga Fasa Seimbang Peubah Sinyal dlm Sistem 3 Fasa

Dalam sistem tiga fasa kita berhadapan dengan paling sedikit


6 peubah sinyal, yaitu 3 tegangan dan 3 arus.
IA
A
VAB VCA IB
B
Jaringa VBC IC Jaringa
nX C nY
V A VB VC
IN

Dalam keadaan
seimbang: VA  VB  VC  V f I A  I B  IC  I L IN  0

VAB  VBC  VCA  VLL  V f 3    A   B  C

S 3 f  3V f I *f  3VA I *A S3 f  3V f I f  VLL I L 3

S3 f  P3 f  jQ3 f P3 f  S3 f cos   3V f I f cos   VLL I L 3 cos 


Q3 f  S3 f cos   3V f I f sin   VLL I L 3 sin 
Komponen Simetris
Komponen Simetris Fortesque

Sistem tiga fasa tidak selalu dalam keadaan seimbang. Pada


waktu-waktu tertentu, misalnya pada waktu terjadi hubung
singkat satu fasa ke tanah, sistem menjadi tidak seimbang.

Analisis sistem tiga fasa tidak seimbang, dilakukan dengan


memanfaatkan komponen simetris.

Pada 1918, C.L. Fortesque memaparkan dalam papernya,


bahwa tegangan (ataupun arus) dalam sistem tak seimbang
dapat dinyatakan sebagai jumlah dari tegangan-tegangan
(atau arus-arus) yang seimbang. Tegangan-tegangan (atau
arus-arus) yang seimbang ini disebut komponen simetris.

Dengan menggunakan komponen simetris, tegangan dan arus


tiga fasa yang dalam keadaan tak seimbang di-
transformasikan ke dalam komponen-komponen simetris.
Setelah analisis dilaksanakan pada setiap komponen simetris,
dilakukan transformasi balik dan kita dapatkan solusi dari
keadaan tak seimbang.
Komponen Simetris 3 kemungkinan fasor seimbang

IA
A
IB
B
Jaringa IC Jaringa
nX C nY
V A VB VC
IN

Hanya ada 3 kemungkinan fasor seimbang yang bisa menjadi komponen simetris
yaitu:
V A  V f 0 o VA  V f 0 o VA  V f 

VB  V f   120o VB  V f   120o VB  V f 
VC  V f 
VC  V f   240o VC  V f   240o
VA  VB  VC
Im Im
VC VB Im
VA= VB= VC
120o 120o

120o VA Re 120o VA Re Re

VB VC

Urutan Positif Urutan Negatif Urutan Nol


Komponen Simetris Operator a

Operator a Im
aVA

a  1120o 120o

120o VA Re

a 2 VA

Badingkan dengan operator j yang sudah kita kenal Im


jVA

j   1  190o j 2 VA
Re
VA
j 3 VA
Komponen Simetris Fasor Urutan

Uraian fasor VA , VB , VC yang tak seimbang ke dalam komponen-


komponen simetris dengan menggunakan operator a
VA  VA0  VA1  VA2  V0  V1  V2
VB  VB 0  VB1  VB 2  V0  a 2 V1  aV2
VC  VC 0  VC1  VC 2  V0  aV1  a 2 V2

Urutan nol
Urutan positif
Urutan negatif

Im Im
aV2
Im aV1
V0 120o
120o

Re Re
120o V1 120o V2

a 2 V1 a 2 V2
VA  VB  VC  3V0
V1  a 2 V1  aV1  0 V2  aV2  a 2 V2  0
 
V0  VA  VB  VC / 3
Komponen Simetris Mecari Komponen Simetris

VA  V0  V1  V2 Mencari komponen simetris


VB  V0  a 2 V1  aV2 dari fasor tak seimbang
VC  V0  aV1  a 2 V2
+
  
VA  VB  VC  3V0  1  a 2  a V1  1  a  a 2 V2   
V0  VA  VB  VC / 3

0 0
VA  V0  V1  V2
aVB  aV0  a 3 V1  a 2 V2  aV0  V1  a 2 V2
a 2 VC  a 2 V0  a 3 V1  a 4 V2  a 2 V0  V1  aV2
+

  
VA  aVB  a 2 VC  1  a  a 2 V0  3V1  1  a 2  a V2  
V1  VA  aVB  a 2 VC / 3 
VA  V0  V1  V2
a 2 VB  a 2 V0  a 4 V1  a 3 V2  a 2 V0  aV1  V2
aVC  aV0  a 2 V1  a 3 V2  aV0  a 2 V1  V2
+
   
VA  a 2 VB  aVC  1  a 2  a V0  1  a  a 2 V1  3V2 
V2  VA  a 2 VB  aVC / 3 
Komponen Simetris Contoh

Contoh: Carilah komponen simetris dari tiga fasor arus tak


seimbang berikut ini.

I A  960o ; I B  9  60o ; I C  0

I1  ( I A  aI B  a 2 I C ) / 3  (960o  9(120o  60o )  0) / 3


 360o  360o  660o

I 2  ( I A  a 2 I B  aI C ) / 3  (960o  9(240o  60o )  0) / 3


 360o  3180o  3(cos 60  j sin 60)  3
 3120o

I 0  ( I A  I B  I C ) / 3  (960o  9  60o  0) / 3
 360o  3  60o  30 o
Komponen Simetris Bentuk Matriks

Transformasi fasor tak seimbang ke dalam komponen simetrisnya dapat


dituliskan dalam bentuk matriks sebagai:

 VA  1 1 1   V0  Fasor tak seimbang


Fasor tak     
V
seimbang  B   1 a 2
a   V1 
ditulis
V~ ABC   TV~012
VC  1 a
   a 2   V2 
komponen
simetris
komponen simetris
 V0  1 1 1   VA 
Komponen  V   1 1 a
simetris 
1 
2 
a   VB 
 ditulis
V~012  T1 V~ ABC 
3
 V 2 1 a 2 a   VC 
  Fasor tak
seimbang

Dengan cara yang sama, kita peroleh untuk arus:

~I ABC   T~I012 ~I012  T1 ~I ABC 


Fasor tak seimbang Fasor komponen simetris
Komponen Simetris Vabc=ZabcIabc

Karena fasor tak seimbang ditransformasi ke dalam komponen simetrisnya


maka impedansi harus disesuaikan. Sesuai dengan konsep Impedansi di
kawasan fasor, kita dapat menuliskan relasi :

V~ ABC   Z ABC ~I ABC 


Ini adalah matriks impedansi 33
yang memberikan induktansi sendiri
dan induktansi bersama antar fasa

V~ ABC   TV~012 TV~012  Z ABC T~I012


~I ABC   T~I012
V~012 T1 Z ABC T~I012
didefinisikan sebagi Z 012   T Z ABC T
1

V~012 Z 012~I012
relasi komponen simetris
Komponen Simetris Contoh

Contoh: Tentukan Z012


IA

Xm IB

Xm Xm IC

VA VB VC VC VB V A

I A  I B  IC

VA  VA  jX s I A  jX m I B  jX m I C
VB  VB  jX s I A  jX m I B  jX m I C
VC  VC  jX s I A  jX m I B  jX m I C

 VA   VA   Xs Xm X m  I A 
      
 VB    VB  
 VC   VC 
jX m
X m
Xs X m  I B  V~ ABC  V~ ABC
   jZ ABC I ABC 
~

     Xm X s  I C 

~
V
Transformasi: 012  ~
V 
012   Z 012 I012 
 ~
Komponen Simetris Impedansi Urutan

 VA   VA   Xs Xm X m  I A 
   
 VB    VB  

jX m Xs
 
X m  I B  V~ ABC  V~ ABC
   jZ ABC I ABC 
~

 VC   VC  X m Xm X s  I C 
    
~  ~ 
  Z 012 I012
Transformasi: V012  V012 ~ 
1 1 1   Xs Xm X m  1 1 1
Z 012  T1Z ABC T  1 1 a a 2  j  X m Xs X m  1 a 2 a 
3
1 a 2 a   X m Xm X s  1 a a 2 
 (X s  2X m ) (X s  2X m ) (X s  2X m )
 1 1 1
1
 ( X s  aX m  a 2 X m ) ( X m  aX s  a 2 X m ) ( X m  aX m  a 2 X s ) j 1 a 2 a 
3
( X s  a 2 X m  aX m ) ( X m  a 2 X s  aX m ) ( X m  a 2 X m  aX s ) 1 a a 2 
3( X s  2 X m ) 0 0  ( X s  2 X m ) 0 0 
1    j 
 j 0 3 X s  3( X m ) 0   0 (X s  X m) 0 
3
 0 0 3 X s  3 X m   0 0 ( X s  X m )

Z 0  j( X s  2 X m ) Z1  j ( X s  X m ) Z 2  j( X s  X m )

Impedansi urutan nol Impedansi urutan positif Impedansi urutan negatif


Komponen Simetris Rangkaian Urutan

Hasil transformasi merupakan 1 set rangkaian seimbang

Z 0  j( X s  2 X m ) Z1  j ( X s  X m ) Z 2  j( X s  X m )

Impedansi urutan nol Impedansi urutan positif Impedansi urutan negatif

Z0 Z1 Z2
V0 V0 V1 V1 V2 V2

Masing-masing dipecahkan dengan tatacara rangkaian seimbang.


Transformasi balik memberikan pemecahan rangkaian tak seimbang
Daya Pada Komponen Simetris
Komponen Simetris Relasi Umum Daya Kompleks

IA
A
IB
B
Jaringa IC Jaringa
nX C nY
VA VB VC
IN

Secara umum relasi daya S 3 f  VA I A  VB I B  VC I C



kompleks 3 fasa adalah:

 I A 
 
Dalam bentuk matriks jumlah
perkalian ini dinyatakan sebagai: S3 f  VA  VB VC  I B 
I  
 C 
Komponen Simetris Relasi Daya dalam Matriks

 VA 
Jika fasor tegangan dinyatakan ~  
V ABC   VB 
dalam bentuk vektor kolom:
 VC 
 
I A 
dan fasor arus dinyatakan ~  
I ABC  I B 
dalam bentuk vektor kolom:
IC 
 
 I A 
 
maka : 
S3 f  VA VB VC  I B 
I  
 C 
~ ~

dituliskan secara kompak: S 3 f  V ABCt I ABC
Komponen Simetris Relasi Daya dalam Matriks

~ ~ ~ ~
karena V ABC  T V012 dan I ABC  T I012
~ ~
maka S3 f  V ABCt I ABC

 ~

 T V012 t T I012
~
*

~ * ~*
 V012t Tt T I012

1 1 1 1 1 1
Tt T  1 a 2 a  1 a
 a 2 
1 a a 2  1 a 2 a 
3 0 0 1 0 0
 0 3 0  3 0 1 0
0 0 3 0 0 1

~ ~*
sehingga S 3 f  3V012t I012

atau 
S 3 f  3 V0 I 0  V1I1  V2 I 2 
Komponen Simetris Contoh

Contoh:
Tentukan daya kompleks 3 fasa dalam keadaan tak seimbang
dimana fasor tegangan fasa dan arus saluran diberikan dalam
bentuk matriks sbb:
 100   j10 
~ ~
V ABC   100 I ABC   10
 0   10

 VA  I A 
Perhatikan ~   ~  
V ABC   VB  dan I ABC  I B 
bahwa:  VC  I C 
   


 j10   j10
~T
S3 f  V ABC I ABC  100  100 0 10  100  100 0  10 
 10   10 
  j1000  1000  0  1000  j1000
Komponen Simetris Contoh

Contoh:
Tentukan daya kompleks 3 fasa dalam Contoh sebelumnya dengan
menggunakan komponen simetris

1 1 1   100 
~ ~ 1
V012  T1 V ABC  1 a a 2   100
3
1 a 2 a   0 
 100  100  0   0 
1 1
 100  100120o  0   100 3  30o 
3 3
100  100240o  0 100 3  30o 

1 1 1   j10 
~ ~ 1
I012  T1 I ABC  1 a a 2   10
3
1 a 2 a   10
 j10  10  10   j10  20
1 1
  j10  10  60o  1060o    j10  10 
3 3
 j10  1060o  10  60o   j10  10 
Komponen Simetris Contoh

~ ~
S3 f  3V012 I012
  j10  20 
 100 100 o 
 0   30o 30  10 2  45o 
 3 3  10 2  45o 
 


1000 2
3
1  75 o

 1  15o  1000  j1000

Hasil perhitungan sama dengan hasil pada


Contoh sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai