Anda di halaman 1dari 25

ANALISA KOORDINASI ISOLASI ARESTTER PADA

TRANSFORMATOR DI GARDU INDUK PANIKI 150 kV

SKRIPSI

Oleh :
Amelia Lidia Kolompoy
17021103049

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karunia-Nya Sehingga penulis dapat menyelesaiakan proposal skripsi yang
berjudul “Analisa Koordinasi Isolasi Peralatan di Gardu Induk Paniki”.
Proposal ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk
memperoleh gerlar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Elektro pada Fakultas
Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado.
Dalam penyususnan proposal ini penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan baik isi maupun susunanya. Semoga proposal skripsi yang saya susun
boleh bermanfaat bagi saya pribada sebagai penulis dan berfmanfaat bagi para
pembaca.

Penulis

Manado, 2021

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Energi listrik merupakan faktor penting untuk menunjang kehidupan dan


kegiatan masyarakat terutama untuk keperluan penerangan, serta sebagai
sumber utama dalam sektor industry. Sistem tenaga listrik adalah suatu sistem
kesatuan dari tenaga listrik yang terdiri dari pembangkit, transmisi, distribusi,
hingga sampai ke tangan konsumen. Untuk menghubungkan jaringan
transmisi dan jaringan distrbusi ada bagian yang disebut gardu induk listrik
Gardu induk listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik dan
merupakan terminal sistem tenaga karena menghubungkan jaringan transmis
dan jaringan distribusi. Untuk itulah gardu induk merupakan bagian yang
penting dalam penyaluran energy listrik.
Energi listrik yang disalurkan tidak lepas dari adanya gangguan, baik
gangguan dari dalam maupun gangguan dari luar. Salah satu gangguan yang
sering terjadi adalah sambaran petir. Sambaran petir pada saluran transmisi
150 kV dapat menimbulkan tegangan lebih yang akan membahayakan
peralatan-peralatan yang berada pada gardu induk. Untuk itu dalam
melindungi peralatan-peralatan tersebut dalam gardu induk dikenal
“Koordinasi Isolasi”.
Koordinasi Isolasi adalah pemilihan kekuatan isolasi. Tujuan koordinasi
isolasi adalah untuk melindungi peralatan dan penghematan (ekonomis).
Perlindungan peralatan pada gardu induk biasa menggunakan arrester yang
dapat membatasi tegangan surja di bawah tingkat isolasi dasar peralatan.
Setiap isolasi meemiliki BIL (Basic Isolation Level) dari peralatan, dimana
BIL merupakan tingakat isolasi suatu peralatan yang diperoleh dari tegangan
puncak impuls standar, dimana kekuatan isolasi dari peralatan harus sama atau
lebih besar dari BIL.
Penelitian koordinasi isolasi ini dilakukan pada Gardu Induk Paniki
karena adanya gangguan akibat petir yang terjadi pada isolasi, seperti
Tegangan lebih petir (Lightning over voltage), tegangan lebih surja hubung
dan tegangan lebih sementara. Untuk itu perlu dilakukan analisa untuk
menghitung tingkat isolasi serta penentuan BIL dari setiap peralatan untuk
menghindari kegagalan-kegagalan isolasi pada gardu induk ketika bekerja
sehingga konsep perlindungan terhadap peralatan dalam hal ini koordinasi
isolasi dapat tercapai secara optimal.
Untuk itu penulis mencoba membuat penelitan tugas akhir dengan judul
“Analisa Koordinasi Isolasi Peralatan di Gardu Induk Paniki 150 kV”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan masalah
dalam tugas akhir ini adalah :
1. Menghitung BIL (Basic Isolation Level) di GI Paniki akibat tegangan
lebih petir
2. Menghitung tingkat isolasi peralatan, khususnya tingkat isolasi
Transformator
3. Tegangan lebih sementara (temporary over voltage)

1.3. Batasan Masalah


1. Mengenai tingkat isolasi peralatan (BIL)
2. Perhitungan tingkat isolasi transformator di gardu induk
3. Mengenai gangguan-gangguan yang ditimbulkan, khususnya tegangan
lebih akibat petir

1.4. Tujuan Penelitian


1. Mengetahui setting BIL pada Transformator di gardu induk, jika telah
terpasang sesuai standard
2. Untuk menguji kelayakan peralatan isolasi
3. Mengetahui jarak arrester dengan transformator jika sudah sesuai
standar
4. Meminimalkan gangguan tegangan lebih petir terhadap peralatan di
gardu induk, khususnya transformator.

1.5. Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memperdalam pengetahuan tentang
pengaturan BIL dan mempelajari pengujian kelayakan isolasi dari peralatan
yang berada di Gardu Induk Paniki, serta mempelajari gangguan tegangan
lebih petir dan pengaturan arrester di gardu induk.
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Tegangan Sistem


Tegangan sistem adalah tegangan yang membedakan sebuah sistem
dengan sistem lainnya. Tegangan sistem mempunyai tiga harga :
a. Tegangan nominal, yaitu tegangan kawat kira-kira yang membedakan
sebuah sistem dengan yang lain ;
b. Tegangan dasar (rated), yaitu tegangan perencanaan yang dapat ditahan
oleh alat yang bersangkutan dam dimana alat tersebut dapat dipakai secara
kontinu;
c. Tegangan maksimum, yaitu tegangan yang dapat ditahan oleh alat yang
bersangkutan dan diamana arrester dipasang
Umumnya tegangan sistem di gardu induk banyak dioperasikan mendekati
tegangan nominal sistem yang disesuaikan dengan standart. Tegangan sistem
gardu induk dioperasikan pada tegangan maksimum yang besarnya 5-10 % diatas
harga nominal. Tegangan dasar (rating) yang dipakai pada arrester adalah
tegangan maksimum frekuensi rendah (50 c/s) dimana arrester tersebut bekerja
dengan baik. Pada sistem terisolasi, arrester harus mempunyai tegangan dasar
maksimum tidak melebihi tegangan dasar maksimum dari pada sistem. Arrester
demikian ini disebut dengan tegangan dasar penuh atau arrester 100%. Pada
sistem yang dibumikan, tegangan dasar maksimum dari arrester dapat diturunkan
menjadi 80% dari tegangan sistem maksimum. Cara dan aplikasi khusus
memungkinkan pemakaian arrester 75-80%.
Tegangan lebih sementara adalah gangguan yang termasuk pada gangguan
ke tanah, switching, energize saluran, yang disebabkan kondisi abnormal.
Lamanya dari 5 detik sampai beberapa menit. Untuk perencanaan tegangan
maksimum peralatan diambil harga tertinggi dari tegangan maksimum sistem.
Untuk koordinasi isolasi tegangan maksimum sistem diambil dalam satuan p.u
(per unit).

2.1.1 Basic Isulation Level (BIL)


Kekuatan untuk menahan tegangan sering dinyatakan dalam bentuk
tingkat isolasi dasar (BIL). Untuk setiap tegangan sistem memiliki BIL yang telah
ditentukan sesuai dengan standart internasionak yang berlaku. Sebagian besar
peralatan di gardu induk seperti trafo, pemutus daya, saklar pemisah, trafo arus,
trafo tegangan ; dibuat dengan tingakt isolasi yang sama. Kecuali pada trafo yang
kadang-kadang dipakai isolsi yang lebih rendah (reduced insulation) dengan
alasan ekonomis, dan trafo umumnya dilindungi langsung oleh arrester.
Kelas Referensi BIL 80% BIL
(kV) (kV) (kV)
1.2 30 24
8.7 75 60
12 95 76
23 150 120
34.5 200 160
66 250 200
49 350 280
92 450 360
115 550 440
138 650 520
161 750 600
180 825 660
196 900 720
230 1050 840
260 1175 940
287 1300 1040
345 1550 1240
Tabel Tingkat BIL Berdasarkan Tegangan Sistem
Bila tingkat isolasi penuh dinyatakan pada kolom 2 (BIL) pada table diatas, maka
tingkat isolasi yang dikurangi adalah semua tingkat yang kurang dari pada harga-
harga yang ditetapkan dalam kolom-kolom tersebut. Sebagai contoh dalam
penerapan isolasi yang dikurangi pada trafo, maka kolom 3 tertera harga-harga
yang besarnya 80% dari kolom 2 .
2.1.2. Koordinasi Isolasi
Koordinasi Isolasi adalah penentuan tingkat isolasi yang tepat dari
berbagai komponen yang ada pada sistem serta pengaturannya. Kemampuan
tingkat isolasi saluran transmisi harus disesuaikan dengan tegangan sistem serta
isolasi peralatan listrik yang terpasang. Sehingga ketika terjadi kegagalan isolasi,
kerusakannya hanya terjadi dibagian yang mengalami kegagalan dan tidak
mengganggu kerja peralatan lainnya.
Unsur dasar dari koordinasi isolasi adalah menentukan tegangan lebih dari
sistem, mengetahui kekuatan isolasi peralatan spesifik di gardu, memilih
penangkal lonjakan peringkat dan lokasi atau peralatan mitigasi atau operasi
pembatasan, untuk memastikan sistem overvoltage dikenakan tidak melebihi
isolasi pelindung yang sesuai.
Gelombang tegangan akibat dari sambaran petir, tegangannya sangat
tinggi, sehingga hampir tidak mungkin mengisolasi peralatan sistem terhadap
tegangan tersebut. Pengaman petir yang digunakan berupa kawat tanah dan
tahanan tanah yang rendah, sedangkan untuk gelombang yang datang ke gardu
induk digunakan arrester. Peralatan sistem juga harus mempunyai ketahanan
isolasi yang cukup sesuai dengan sistem pengamannya.
Koordinasi isolasi yang baik akan menjamin bahwa kurva V-t dari peralatan
harus selalu berada diatas kurva V-t dari alat pelindung (seperti penangkap
petir/Lightning Arrester) pada seluruh daerah dari kurva V-t tersebut. Selain
fungsi utama ini ada beberapa karakteristik koordinasi isolasi secara umum,
yaitu :
1. Bahwa isolasi peralatan akan mampu menahan tegangan kerja system yang
normal dan tegangan tidak normal yang mungkin timbul dalam system.
2. Bahwa isolasi peralatan akan gagal hanya jika terjadi tegangan lebih luar
3. Bahwa jika kegagalan terjadi, maka hanya pada tempat-tempat yang
menimbulkan kerusakan paling minimum.

2.2. Tegangan Lebih


Tegangan lebih atau biasa disebut over voltage adalah tegangan yang
hanya dapat ditahan dalam waktu terbatas, artinya proteksi hanya mampu
menahan dalam waktu tertentu sesuai dengan tahanan yang ada pada sistem
proteksi.
Tegangan lebih bedasarkan sumbernya, yaitu
 Tegangan lebih petir (Lightning over voltage) pada peralatan listrik di
gardu induk secara langsung, tidak langsung dan induksi. Kenaikan surja
petir lebih cepat yaitu sekitar 1,2/50 µdet.
 Tegangan lebih surja hubung ( Switching over voltage ) pada peralatan di
gardu induk, terjadi karena operasi pemutusan/penyambungan saklar
ketika terjadi gangguan. Kenaikan tegangan surja hubung yaitu sekitar
250/2500 µdet.

 Tegangan lebih sementara (Temporary over voltage) disebabkan gangguan


pada sistem. Ini termasuk gangguan ke tanah, switching, energize saluran,
penyebab frekwensi daya dan lain-lain. Lamanya dari 5 detik sampai
beberapa menit.

2.2.1. Penentuan Isolasi Hantaran


1. Tegangan Lebih Petir
2. Tegangan Lebih Switching
3. Tegangan lebih frekuensi jala-jala
FAKTOR TEGANGAN LEBIH
Tegangan Lebih Tegangan Lebih
Tegangan Sistem
Switching Frekuensi Jala-Jala
150 kV 6.5 Upn 3.0 Upn
220 kV 6.5 Upn 3.0 Upn
400 kV 6.5 Upn 3.0 Upn
500 kV 6.5 Upn 3.0 Upn

2.2.2. Kekuatan Dielektrik Isolasi


Isolasi saluran harus cukup kuat menahan tekanan yang dihasilkan oleh
tegangan lebih sistem. Kekuatan isolasi dinyatakan dalam ketahanan tegangan,
besarannya dihitung dengan test yang berhubungan dengan kondisi yang
diinginkan dan bentuk gelombang yang diinginkan. Itu merupakan tegangan
tertinggi yang dapat ditahan isolasi tanpa mengalami kegagalan atau kerusakan
discharge.
Ketahanan terhadap Tegangan Lebih Ketahanan
Tegangan Petir (peak) terhadapa
Tertinggi untuk tegangan Lebih
Peralatan Um Sementara
List 1 List 2
(r.m.s) (Power freq)
kV (r.m.s)
kV kV kV
3.6 20 40 10
7.2 40 60 20
12 60 75 28
17.5 75 95 38
24 95 125 50
36 145 170 70

Kekuatan ketahanan isolasi bergantung besar pada bentuk gelombang yang


dari tegangan yang diterapkan. Penggunaan dalam waktu Panjangm diperlukan tes
perhitungan frekwensi rendah jika isolasi dapat bekerja secara permanen pada
tegangan system maksimum. Untuk waktu yang pendek, tes frekwensi rendah
memperhitungkan tegangan yang dapat ditahan peralatan untuk satu menit.
Penggunaan tes impuls switching untuk mengevaluasi isolasi ketika
mengalami tekanan yang dihasilkan oleh operasi switching, sedangkan
penggunaan tes impuls petir adalah untuk mengevaluasi bentuk isolasi ketika
dikenakan tegangan pada waktu yang pendek, berdasarkan prinsip yang dihasilkan
oleh petir.

2.3. Lightning Arrester


Lightning arrester atau surge arrester merupakan peralatan yang didesain
untuk melindungi peralatan lain dari tegangan surja (baik surja hubung maupun
surja petir) dan pengaruh follow current. Sebuah arrester harus mampu bertindak
sebagai insulator, mengalirkan beberapa miliampere arus bocor ke tanah pada
tegangan sistm dan berubah menjadi konduktor yang sangat baik, mengalirkan
ribuan ampere arus surja ke tanah, memiliki tegangan yang lebih rendah daripada
tegangan withstand dari peralatan ketika terjadi tegangan lebih, dan menghilangan
arus susulan mengalir dari sistem melalui arrester (power follow current) setelah
surja petir atau surja hubung berhasil didisipasikan.
Karakteristik arrester yaitu :
1. Memiliki tegangan dasar yang tidak boleh dilampaui
2. Memiliki karakteristik yang dibatasi oleh tegangan bila dilalui oleh
berbagai macam arus petir
3. Memiliki batas termis

Selain karakteristik arrester juga memiliki parameter yaitu :


 Tegangan Frekuensi Daya : adalah besaran fasa ke tanah yang
dioperasikan kontinu pada arrester.
 Continuous Operating Voltage : disimbolkan (Uc) sama dengan MCOV
(maximum continuous operating voltage) merupakan nilai tegangan
frekuensi daya dimana arrester dapat terus beroperasi tanpa batasan
tertentu.
 Rated Voltage, Nilai rated mencerminkan kemampuan arrester dalam
menghadapi Temporary Overvoltage. Rated voltage ini hanya boleh
dialami oleh arrester selama durasi tertentu, yaitu 10 detik. Nilainya, Ur =
1,25 x Uc
 Lightning Impuls Protective Level, Nilai ini menunjukkan besar tegangan
diantara kedua ujung arrester ketika nominal discharge current mengalir
melalui arrester. Lightning current impulse bervariasi dari 1,5 kA hingga
20 kA (IEC 60099-4).
Cara kerja arrester yaitu pada kondisi normal arrester berfungi sebagai isolator
dan bila terjadi surja maka berlaku sebagai konduktor dan mengalirkan arus akibat
surja tersebut kedalam tanah, supaya tidak menuju ke peralatan. Arrester juga
harus mampu memutuskan arus ikutan yang nilainya masih cukup besar untuk
merusak peralatan yang dilindungi

2.3.1. Jenis- Jenis Arrester


 Perkembangan teknologi Arrester dapat dilihat sebagai berikut:
 1892 – 1908 : Penggunaan Air Gaps
 1908 – 1930 : Multiple gaps dengan resistan
 1920 – 1930 : Lead Oxide dengan resistor
 1930 – 1960 : Passive Gapped Silicon Carbide
 1960 – 1982 : Active Gapped Silicon Carbide
 1976 – skrg : MOSA tanpa gap
 1985 – skrg : MOSA tanpa gap dengan polymer housings
Dalam penerapannya dilapangan, terdiri dari dua jenis arrester yaitu : jenis
ekspulsi (expulsion type) atau tabung pelindung (protector tube) dan jenis katub
(valve type).
2.3.2. Arrester Jenis Ekspulsi atau Tabung Pelindung
Arrester ini memepunyai dua jenis sela, yaitu sela luar dan sela dalam.
Sela dalam ditempatkan didalam tabung serat, bila diterminal arrester tiba suatu
surja petir maka kedu sela terpercik. Arus saluran yang terjadi memanaskan
permukaan dalam tabung serat, akibatnya tabung mengeluarkan gas. Arus susulan
merupakan arus sinusoidal sehingga pada periode tertentu akan mencapai nilai
nol. Saat arus susulan mencapai nol, gas akan memedamkan arus susulan. Arus
susulan paling lama bertahan dua periode, biasanya sudah padam dalam waktu
setengah periode setelah arus susulan terjadi.

2.3.3. Arrester Jenis Katup


Arrester ini terdiri atas beberapa sela percik yang dihubungkan seri dengan
resistor tak linier. Resistor tak linier mempunyai tahanan yang rendah saat dialiri
arus kecil. Resistor tak linier yang umum digunakan untuk arrester terbuat dari
bahan silicon karbid. Sela percik dan resistor tak linier keduanya ditempatkan
dalam tabung isolasi tertutup, sehingga kerja arrester ini tidak dipengaruhi oleh
keadaan udara sekitar.
2.4. Mekanisme Terjadinya Petir
Petir merupakan peristiwa pelepasan muatan listrik statik di udara yang
dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan ini dapat
terjadi dalam dua kemungkinan, yaitu : lightning flash yaitu pelepasan muatan
dari awan-awan ataupun antara pusat-pusat muatan didalam awan tersebut dan
lightning stroke yaitu pelepasan muatan antara awan bermuatan dengan tanah.
Lebih banyak pelepasan muatan (discharge) terjadi antara awan bermuatan dengan
tanah. Dengan adanya awan yang bermuatan akan timbul muatan induksi pada
muka bumi, hingga timbul medan listrik. Jika medan listrik yang terjadi melebihi
medan tembus udara, maka akan terjadi pelepasan muatan (discharge).
Kuat medan yang diperlukan untuk memulai aliran (streamer) adalah EB =
10-40 kV/m, pada awan yang mempunyai ketinggian 1-2 km diatas tanah dapat
menghasilkan tegangan 100 MV.

BAB III

2.4.1. Rating Pengenal Arrester


Tegangan nominal atau tegangan pengenal (UC) atau Nominal Voltage
Arrester adalah tegangan dimana penangkap petir jmsih dapat bekerja sesuai
dengan karakteristiknya. Namun ini hanyalah pengenal tegangan, pada beberapa
jenis arrester perlu juga disebut pengenal arusnya yang menentukan kapasitas
termal arrester tersebut. Arrester tidak dapat bekerja pada tegangan maksimum
system, namun tetap mampu memutuskan arus ikutan dari system secara efektif.
Tegangan pengenal dari suatu penangkap petir (rating arester) adalah :
UC = Tegangan rms phasa ke phasa tertinggi ×koefisien pentanahan
= Tegangan rms phasa × 1,10 × koefisien Pentanahan
Dimana :
 Tegangan sistem tertinggi umumnya diambil harga 110% dari harga
tegangan nominal sistem.
 Koefisien pentanahan merupakan perbandingan antara tegangan rms phasa
ke tanah dalam keadaan gangguan pada tempat dimana penangkap petir
dipasang, dengan tegangan rms phasa ke phasa tertinggi dari sistem dalam
keadaan tidak ada gangguan.
Pengkap petir umumnya tidak dapat bekerja jika ada gangguan phasa ke tanah
di satu tempat dalam system, karena itu tegangan pengenal dari penangkap
petir harus lebih tinggi dari tegangan phasa sehat ke tanah, jika tidak arrester
akan melakukan arus ikutan system yang terlalu besar dan menyebabkan
penangkap petir rusak.

Lekung-lekung tegangan maksimum tanah untuk system yang diketanahkan


dengan impedansi

2.4.2 Arus Pelepasan Nominal (Nominal Discharge)


Arus pelepasan nominal adalah arus dengan harga puncak dan bentuk
gelombang tertentu yang digunakan untuk menentukan kelas dari arester sesuai
dengan kemampuan arus dan karakteristik pelindungnya.

Berikut merupakan spesifikasi dari Nominal Discharge Current:


- Menurut standar Inggris/Eropa (IEC) 8µdet/20µdet.
- Menurut standar Amerika 10µs/20µs dengan kelas PP 10 kA; 2.5 kA dan 1.5 kA.
a. Kelas arus 10 kA, untuk perlindungan gardu induk yang besar dengan
frekuensi sambaran petir yang cukup tinggi dengan tegangan sistem diatas
70kV.
b. Kelas arus 5 kA, untuk tegangan sistem dibawah 70kV.
c. Kelas arus 2.5 kA, untuk gardu-gardu kecil dengan tegangan sistem dibawah
22 kV, dimana pemakaian kelas 5 kA tidak lagi ekonomis.
d. Kelas arus 1.5 kA, untuk melindungi trafo-trafo kecil.
Untuk arus pelepasan pada saat peristiwa gelombang berjalan menuju gardu
induk dapat ditunjukan dengan persamaan sebagai berikut :

2U d−U A
Ia =
Z
Dimana : Ia = arus pelepasan arrester
Ud = tegangan gelombang dating
UA = tegangan kerja/tegangan sisa
Z = Impedansi surja dari pada kawat saluran

2.4.3 Sistem Perlindungan Terhadap Petir


BAB III
DATA DAN PERHITUNGAN

3.1. Gardu Induk Paniki


Gardu Induk Paniki terletak di daerah Minahasa Utara, Gardu Induk
Paniki merupakan salah satu gardu induk yang termasuk dalam sistem
Minahasa tapatnya pada Tragi Sawangan. Gardu Induk Paniki memiliki
Tegangan Sistem 150 kV (GI Paniki – GI Tanjung Merah) dan 150kV (GI
Paniki – GIS Teling).
GI Paniki memiliki 6 penyulang, yaitu SN 1, SN 2, SN 3, SN 4, SN 5
dan SN 6 digunakan kabel bawah tanah untuk mensuplai energi listrik ke
pelanggan.
Untuk penyetelan koordinasi isolasi peralatan diperlukan data berupa
jumlah sambaran petir, jenis arrester, jenis transformator yang terpasang,
data spesifikasi konduktor saluran udara, serta beberapa data pendukung
lainnya. Adapun data yang diperoleh akan digunakan untuk menganalisa
Koordinasi Isolasi Gardu Induk Paniki.
3.2. Data Teknis Gardu Induk Paniki
Dalam penelitian ini ada beberapa data teknis yang didapatkan dari
Gardu Induk Paniki dan ULTG Sawangan,
Data-data teknis tersebut digunakan sebagai penunjang Analisa
yang saya lakukan sebagai berikut ;

3.2.1. Data Transformator Terpasang di Gardu Induk Paniki


Terdapat dua unit transformator yang terpasang di Gardu Induk
Paniki. Data transformator yang terpasang di gardu induk paniki meliputi,
daya terpasang, tegangan, njilai reaktansi dan hubungan belitan.

No Lokasi Merk Daya Teganga Nilai Hubunan


. Trafo Terpasangan n Reaktansi Belitan
(MVA) (kV) (X) %
1. GI Paniki UNINDO 30 MVA 150/20 12.47 % Y-Y
Unit 1 kV
2. GI Paniki Schneider 60 MVA 150/20 11.66 % Y-Y
Unit 2 Electric kV

3.2.2. Data Spesifikasi Kabel Saluran Udara


Tabel dibawah ini memaparkan tegangan, tipe dan diameter
konduktor yang digunakan Gardu Induk Paniki.

No Nama Tegangan Tipe Diameter


.
1. GI Paniki 150 kV ACSR 240 17.49 mm
3.2.3. Data Arrester Terpasang di GI Paniki
Terdapat 6 unit arrester yang terpasang di Gardu Induk Paniki,
table dibawah ini terdapat merek, letak arrester terpasang, arus dan
tegangan.

No. Merk/Type Terpasang Rated Voltage


Current
ABB/Q144 – XH 170 Bay Tanjung 10 kA 150kV
1.
Merah 1
ABB/Q144 – XH 170 Bay Tajung 10 kA 150 kV
2.
Merah 2
ABB/Q144 – XH 170 Bay GIS 10 kA 150 kV
3.
Teling 1
ABB/Q144 – XH 170 Bay GIS 10 kA 150 kV
4.
Teling 1
5. ABB/Q144 – XH 170 Trafo 1 10 kA 150 kV
6. SIEMENS/LD – CL3 Trafo 2 10 kA 150 kV

3.3 Perhitungan Tegangan Tertinggi Sistem


Untuk menentukan nilai Rating Tegangan Arrester dari Gardu
Induk Paniki, maka diperlukan data serta parameter-parameter untuk
melakukan Analisa. Data-data tersebut berupa, data Tegangan Sistem
Gardu Induk Paniki dan jumlah hari guruh per tahun IKL (Iso Kreamic
Level).

3.3.1 Menentukan Tegangan Tertinggi Sistem


Tegangan tertinggi sistem umumnya diambil dari harga 110%
dari tegangan nominal sistem. Rating tegangan untuk assrester adalah
tegangan maksismum (tegangan bolak-balik) yang diperbolehkan pada
terminal arrester, tegangan inilah yang dapat memutus arus susulan (follow
current) yang terjadi ketika ada percikan pada arrester. Selain itu
penentuan tegangan ini juga berfungsi untuk mengetahui tegangan
maksimum atau tegangan tertinggi yang dapat dihasilkan Gardu Induk
Paniki.

Um = 1.1 x Uff
Ket.
Um = Tegangan maksimum fasa ke netral
Uff = Tegangan sistem fasa ke fasa
Penyelesaian :
Um = 1.1 x Uff
= 1.1 x 150
= 165 kV

3.4 Jumlah Sambaran Petir (NL) pada saluran Transmisi


Dalam menetukan jumlah sambaran petir (NL) pada saluran
transmisi 150kV Paniki-Tanjung Merah dibutuhkan data hari guruh atau
thunderstorm untuk dapat mengetahui banyaknya jumlah hari guruh atau
IKL ( Iso Kreaunic Level ) pada daerah sekitaran saluran transmisi
Paniki-Tanjung Merah. Berdasarkan dengan data hari guruh tahun 2020
nilai IKL=
Januari =
Februari =
Maret =
April =
Mei =
Juni =
Juli =
Agustus =
September =
Oktober =
November =
Desember =
Total =
3.5 Impedansi Surja
Penetuan impedansi surja membutuhkan data berupa jenis kabel transmisi
yang digunakan. Kawat transmisi 150 kV yang digunakan pada
lane/saluran Paniki-Tanjung Merah adalah ACSR 240 dengan diameter
kawat 17.49 mm berdasarkan table.
d (diameter kawat )
r (jari-jari kawat) =
2
17.49mm
=
2
= 8,74 mm
= 8,74 x 10-3 m

2h
z = √ L/C = 60 ln
r

2(28,5)
= 60 ln
8,74 x 10−3

57
= 60 ln
8,74 x 10−3

= 60 ln 6521,739
= 60 x 8,78
= 524,4 Ω
3.6 Tegangan Tembus Isolator Udara
Berdasarkan dengan persamaan diatas, mapa dapat ditentukan tegangan
tembus isolator udara (Ud).
W = Panjang rentangan isolator untuk tegangan 150 kV ( 0,886)
K1 = 0,4 W = 0,4 x 0,886 = 0,35
K2 = 0,7 W = 0,7 x 0,886 = 0,62
t = waktu tegangan berdasarkan waktu muka gelombang 1,2 µdet.

K2
Maka diperoleh Ud = U50% = K 1 + ( t 0,75 ) x 103 kV

K2
(
Ud = U50% = K 1 +
t 0,75 ) x 103

0,62
(
= 0,35+
1,20,75
x 103 )
0,62
(
= 0,35+
1,14
x 103 )
= (0, 35 + 0,544) x 103
= 894 kV
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk Analisa Koordinasi Isolasi Arrester pada Transformator di GI Paniki,


maka telah dilakukan beberapa perhitungan untuk mendapatkan parameter-
parameter yang akan digunakan untuk pnenetuan BIL Transformator Gardu Induk
Paniki, perhitungan tersebut antara lain :

4.1 Penentuan Rating Pengenal Arrester


Berdasarkan dengan penjelasan dalam dasar teori rating arrester
merupakan pengenal tegangan, maka untuk analisa koordinasi isolasi arrester pada
transformator gardu induk paniki membutuhkan beberapa perhitungan sebagai
berikut :

4.1.1 Tegangan Pengenala Arrester (UC)


Tegangan pengenal arrester merupakan karakteristik yang paling penting
dalam perlindungan gardu induk. Tegangan pengenal arrester menentukan tingkat
perlindungan dari arrester, jika tegangan kerja arrester berada dibawah TID dari
peralatan uang dilindungi, maka factor keamana yang optimum terhadapa
peralatan dapat diperoleh.

Diketahui :
 Tegangan Dasar Sistem GI Paniki = 150 kV
 Koefisien Pentanahan GI Paniki =…?

UC = Tegangan Sistem x 1.1 x koefisien pentanahan

Anda mungkin juga menyukai