Anda di halaman 1dari 10

1

ANALISA KOORDINASI ISOLASI ARRESTER


PADA TRANSFORMATOR DI GARDU INDUK
PANIKI 150 kV
Amelia Lidia Kolompoy 1), Lily S. Patras 2) , Glany M. Ch. Mangindaan 3),
Jurusan Teknik Elektro,Universitas Sam RatulangiManado,Jl. Kampus Bahu, 95115, Indonesia
Email: ameliakolompoy018@gmail.com, patraslilys48@gmail.com, mangindaan@gmail.com

I. PENDAHULUAN
Abstract - Paniki Substation with a system voltage of 150 kV, plays an Energi listrik merupakan faktor penting untuk
important role in the distribution of electricity. With the existing
menunjang kehidupan dan kegiatan masyarakat terutama
insulation coordination, it is necessary to re-evaluate whether it is still
untuk keperluan penerangan, serta sebagai sumber utama
effective or not to protect substation equipment, especially
transformers of disturbances such as lightning overvoltage. Remember dalam sektor industry. Sistem tenaga listrik adalah suatu
that in 2020 there were 154 lightning strikes around the Paniki area, sistem kesatuan dari tenaga listrik yang terdiri dari
North Minahasa. The ultimate protection for lightning strikes is the pembangkit, transmisi, distribusi, hingga sampai ke tangan
Lightning Arrester. Where to determine or choose a reliable arrester, konsumen. Untuk menghubungkan jaringan transmisi dan
it is necessary to pay attention to the arrester rated value whether it is jaringan distrbusi ada bagian yang disebut gardu induk
appropriate for use at 150 kV panic substations. From the results of listrik. Gardu induk listrik merupakan bagian dari sistem
the analysis at the Paniki substation, the highest system voltage is 170 tenaga listrik dan merupakan terminal sistem tenaga karena
kV where this voltage becomes a parameter for the arrester to work,
menghubungkan jaringan transmis dan jaringan distribusi.
then the rated voltage Uc = 138 kV, and based on the rated voltage of
Untuk itulah gardu induk merupakan bagian yang penting
the arrester, then obtained that the working voltage/discharge voltage
of the arrester UA = 460 kV, current arrester discharge Ia = 2.53 kA, dalam penyaluran energy listrik. Energi listrik yang
protection factor (FP) = 22 % and BIL for transformers (1 and 2) = disalurkan tidak lepas dari adanya gangguan, baik gangguan
650 kV and the maximum distance between arresters and transformers dari dalam maupun gangguan dari luar. Salah satu gangguan
allowed is 28.5 meters. yang sering terjadi adalah sambaran petir. Sambaran petir
pada saluran transmisi 150 kV dapat menimbulkan tegangan
Keywords: Insulation Coordination, Lightning Arrester, lebih yang akan membahayakan peralatan-peralatan yang
Substation berada pada gardu induk. Untuk itu dalam melindungi
peralatan-peralatan tersebut dalam gardu induk dikenal
Abstrak – Gardu Induk Paniki dengan tegangan sistem 150 kV,
“Koordinasi Isolasi”. Koordinasi Isolasi adalah pemilihan
memegang peranan penting dalam penyaluran listrik. Dengan
koordinasi isolasi yang sudah ada, maka perlu dievaluasi kembali kekuatan isolasi. Tujuan koordinasi isolasi adalah untuk
apakah masih efektif atau tidak untuk melindungi peralatan gardu melindungi peralatan dan penghematan (ekonomis).
induk khususnya transformator dari gangguan seperti tegangan Perlindungan peralatan pada gardu induk biasa
lebih petir. Mengingat pada tahun 2020 ada 154 kali sambaran petir menggunakan arrester yang dapat membatasi tegangan surja
disekitar daerah Paniki, Minahasa Utara. Proteksi utama untuk di bawah tingkat isolasi dasar peralatan. Setiap isolasi
sambaran petir adalah lightning arrester. Dimana, untuk memiliki BIL (Basic Isolation Level) dari peralatan, dimana
menentukan atau memilih arrester yang handal perlu diperhatikan BIL merupakan tingakat isolasi suatu peralatan yang
nilai pengenal/rating arrester apakah sudah tepat digunakan pada
diperoleh dari tegangan puncak impuls standar, dimana
gardu induk Paniki 150 kV. Dari hasil analisa di gardu induk Paniki
kekuatan isolasi dari peralatan harus sama atau lebih besar
diperoleh tegangan tertinggi sistem 170 kV, dimana tegangan ini
menjadi parameter untuk arrester bekerja, kemudian tegangan
dari BIL. Penelitian koordinasi isolasi ini dilakukan pada
pengenal UC =138 kV dan berdasarkan tegangan pengenal arrester Gardu Induk Paniki karena adanya gangguan akibat petir
maka diperoleh juga tegangan kerja arrester U A = 460 kV, arus yang sering terjadi pada isolasi, seperti tegangan lebih petir
pelepasan IA = 2.53 kA, dengan faktor perlindungan 22% dan BIL (Lightning over voltage) dan tegangan lebih surja hubung .
Trafo 650 kV dan jarak arrester dengan transformator yang Untuk itu perlu dilakukan analisa untuk menghitung tingkat
diperbolehkan yaitu 28.5 meter. isolasi serta penentuan BIL dari setiap peralatan untuk
menghindari kegagalan-kegagalan isolasi pada gardu induk
Kata kunci : Koordinasi Isolasi, Lightning Arrester, Gardu Induk
ketika bekerja sehingga konsep perlindungan terhadap
peralatan dalam hal ini koordinasi isolasi dapat tercapai
secara optimal. Untuk itu penulis mencoba membuat
2

penelitan tugas akhir dengan judul “Analisa Koordinasi


Isolasi Arrester pada Transformator di Gardu Induk Paniki
150 kV”

A. Landasan Teori

1) Tingkat Isolasi Dasar

Kekuatan untuk menahan tegangan sering dinyatakan Gambar 1 : Kurva Koordinasi Isolasi.[15]
dalam bentuk tingkat isolasi dasar (TID) atau Basic
Insulation Level (BIL). Untuk setiap tegangan sistem
Koordinasi isolasi yang baik akan menjamin bahwa
memiliki BIL yang telah ditentukan sesuai dengan standart
kurva V-t (Gambar 1) dari peralatan harus selalu berada
internasional yang berlaku. Sebagian besar peralatan di diatas kurva V-t dari alat pelindung (seperti penangkap
gardu induk seperti trafo, pemutus daya, saklar pemisah, petir/Lightning Arrester) pada seluruh daerah dari kurva V-t
trafo arus, trafo tegangan ; dibuat dengan tingakt isolasi yang tersebut. Selain fungsi utama ini ada beberapa karakteristik
sama. Kecuali pada trafo yang kadang-kadang dipakai isolsi
koordinasi isolasi secara umum [6], yaitu :
yang lebih rendah (reduced insulation) dengan alasan
ekonomis, dan trafo umumnya dilindungi langsung oleh 1. Bahwa isolasi peralatan akan mampu menahan
arrester [1]. tegangan kerja system yang normal dan tegangan
Tingkat isolasi dasar untuk peralatan dengan tegangan tidak normal yang mungkin timbul dalam system.
tertinggi kelas B (52 kV ≤ Um < 300 kV), tingkat isolasinya 2. Bahwa isolasi peralatan akan gagal hanya jika
berdasarkan tegangan ketahanan impuls petir dan tegangan terjadi tegangan lebih luar
frekuensi jala-jala . 3. Bahwa jika kegagalan terjadi, maka hanya pada
Untuk menentukan tingkat isolasi dasar (TID) dari tempat-tempat yang menimbulkan kerusakan
peralatan yang dilindungi maka dapat menggunakan paling minimum.
persamaan sebagai berikut ;
BIL Trafo = LPL + 20% (faktor perlindungan) (1)
Dimana, 3) Lightning Arrester
LPL = U A  110% (2)
Lightning arester atau surge arrester merupakan
Dimana, LPL = tingkat perlindungan petir (kV) peralatan yang didesain untuk melindungi peralatan lain dari
UA = tegangan kerja arrester (kV) tegangan surja (baik surja hubung maupun surja petir) dan
pengaruh follow current. Sebuah arrester harus mampu
bertindak sebagai insulator, mengalirkan beberapa
2) Koordinasi Isolasi miliampere arus bocor ke tanah pada tegangan sistem dan
berubah menjadi konduktor yang sangat baik, mengalirkan
Koordinasi Isolasi adalah penentuan tingkat isolasi ribuan ampere arus surja ke tanah, memiliki tegangan yang
yang tepat dari berbagai komponen yang ada pada sistem lebih rendah daripada tegangan withstand dari peralatan
serta pengaturannya. Kemampuan tingkat isolasi saluran ketika terjadi tegangan lebih, dan menghilangan arus susulan
transmisi harus disesuaikan dengan tegangan sistem serta mengalir dari sistem melalui arrester (power follow current)
isolasi peralatan listrik yang terpasang. Sehingga ketika setelah surja petir atau surja hubung berhasil didisipasikan.
terjadi kegagalan isolasi, kerusakannya hanya terjadi Pada Gambar 2 diperlihatkan skematik diagram level
dibagian yang mengalami kegagalan dan tidak mengganggu tegangan yang mungkin timbul pada perlatan gardu induk
kerja peralatan lainnya [2]. baik yang menggunakan LA atau tidak.
Unsur dasar dari koordinasi isolasi adalah menentukan Cara kerja arrester yaitu pada kondisi normal arrester
tegangan lebih dari sistem, mengetahui kekuatan isolasi berfungi sebagai isolator dan bila terjadi surja maka berlaku
peralatan spesifik di gardu, memilih penangkal lonjakan sebagai konduktor dan mengalirkan arus akibat surja tersebut
peringkat dan lokasi atau peralatan mitigasi atau operasi kedalam tanah, supaya tidak menuju ke peralatan. Arrester
pembatasan, untuk memastikan sistem overvoltage juga harus mampu memutuskan arus ikutan yang nilainya
dikenakan tidak melebihi isolasi pelindung yang sesuai . masih cukup besar untuk merusak peralatan yang dilindungi
[7].
3

ekonomi dan keandalan penyediaan tenaga tidak boleh


diabaikan dalam usaha penanggulangan bahaya petir. Karena
akhir-akhir ini kemampuan dari arrester telah banyak
diperbaiki, maka perencanaan peralatan dalam usaha
penanggulangan terhadap petir dengan keandalan yang
tinggi dapat dipermudah [14].
Iso Keraunic Level (IKL) adalah ukuran kepadatan
petir di suatu tempat tertentu yang dihitung berdasarkan
jumlah hari guruh dibagi banyaknya hari selama satu tahun
yang dinyatakan dalam persamaan :
hg
IKL = (3)
Gambar 2 : Skematik diagram level tegangan yang mungkin 365
timbul pada peralatan gardu induk, menggunakan LA
maupun tidak. [10]
Semakin besar harga dari kepadan sambaran petir pada
Arrester memiliki karakteristik yaitu : suatu daerah, maka kegagalan dari perlindungan gardu induk
1. Memiliki tegangan dasar yang tidak boleh dilampaui semakin besar. Untuk Indonesia yang terletak di sekitar
2. Memiliki karakteristik yang dibatasi oleh tegangan bila daerah khatulistiwa dengan iklim tropis, jumlah petir per km2
dilalui oleh berbagai macam arus petir per tahun dinyatakan dalam persamaan :
3. Memiliki batas termis
N = 0,15 IKL (4)
Selain karakteristik arrester juga memiliki parameter, yaitu :
Dimana,
• Tegangan Frekuensi Daya : adalah besaran fasa ke
tanah yang dioperasikan kontinu pada arrester. IKL = Iso Keraunic Level
• Continuous Operating Voltage : disimbolkan (Uc) N = jumlah sambaran petir per km2 per tahun
sama dengan MCOV (maximum continuous operating
voltage) merupakan nilai tegangan frekuensi daya Hg = haru guruh
dimana arrester dapat terus beroperasi tanpa batasan
tertentu. 5) Rating Pengenal Arrester
• Rated Voltage, Nilai rated mencerminkan kemampuan
arrester dalam menghadapi Temporary Overvoltage. Tegangan nominal atau tegangan pengenal (UC) atau
Rated voltage ini hanya boleh dialami oleh arrester Nominal Voltage Arrester adalah tegangan dimana
selama durasi tertentu, yaitu 10 detik. Nilainya, Ur = penangkap petir masih dapat bekerja sesuai dengan
1,25 x Uc karakteristiknya. Namun ini hanyalah pengenal tegangan,
• Lightning Impuls Protective Level, Nilai ini pada beberapa jenis arrester perlu juga disebut pengenal
menunjukkan besar tegangan diantara kedua ujung arusnya yang menentukan kapasitas termal arrester tersebut.
arrester ketika nominal discharge current mengalir Arrester tidak dapat bekerja pada tegangan maksimum
melalui arrester. Lightning current impulse bervariasi system, namun tetap mampu memutuskan arus ikutan dari
dari 1,5 kA hingga 20 kA (IEC 60099-4). [7] system secara efektif [2].

UC = Tegangan rms phasa ke phasa tertinggi × koefisien


pentanahan
4) Jumlah Sambaran Petir
= Tegangan rms phasa × 1,10 × koefisien Pentanahan
(5)
Dalam perencanaan pengamanan peralatan gardu induk
Dimana :
terhadap sambaran petir, hal yang perlu diketahui adalah hari
guruh dari daerah setempat. Hari guruh atau thunder storm • Tegangan tertinggi sistem umumnya diambil harga
day adalah hari terjadinya petir tanpa memperhatikan 110% dari harga tegangan nominal sistem. (kV)
frekuensi kejadiannya [8]. Pada umumnya adanya G.I. di • Koefisien pentanahan merupakan perbandingan antara
daerah yang banyak hari guruhnya dan saluran transmisi tegangan rms phasa ke tanah dalam keadaan gangguan
yang melalui daerah itu memerlukan usaha penanggulangan pada tempat dimana penangkap petir dipasang, dengan
terhadap petir yang cukup dibandingkan dengan daerah yang • tegangan rms phasa ke phasa tertinggi dari sistem
kurang banyak hari guruhnya. Meskipun demikian, segi dalam keadaan tidak ada gangguan. (kV)
4

Dimana :
Ia = arus pelepasan arrester (kA)
Ud = tegangan gelombang dating (kV)
UA = tegangan kerja/tegangan sisa (kV)
Z = Impedansi surja dari pada kawat saluran (Ω)

7) Tegangan Pelepasan / Tegangan Kerja (UA)

Tegangan kerja atau tegangan pelepasan merupakan


salah satu faktor yang menetukan tingkat perlindungan dari
penangkap petir. Jika tegangan kerja dari penangkap petir
ada dibawah BIL dari peralatan yang dilindungi, maka faktor
keamanan yang cukup untuk perlindungan peralatan yang
optimum dapat diperoleh [1].

8) Impedansi Surja
Gambar 3 : Lekung-lekung tegangan maksimum tanah untuk
system yang diketanahkan dengan impedansi.[2] Impedansi surja adalah nilai impedansi yang didapat
pada saat terjadi surja, baik surja petir maupun surja hubung.
Impedansi surja juga dipengaruhi oleh konstanta L dan C
Pengkap petir umumnya tidak dapat bekerja jika ada yang merambat pada kawat penghantar, dimana kedua
gangguan phasa ke tanah di satu tempat dalam system, konstanta itu juga dipengaruhi oleh karakteristik dari kawat
karena itu tegangan pengenal dari penangkap petir harus itu juga [12].
lebih tinggi dari tegangan phasa sehat ke tanah, jika tidak Impedansi surjra untuk kawat udara adalah sebagai berikut :
arrester akan melakukan arus ikutan system yang terlalu 2h
besar dan menyebabkan penangkap petir rusak. z= L / C = 60 ln  (7)
r
dimana : r adalah jari-jari kawat (diameter kawat /2)
6) Arus Pelepasan Nominal
h adalah tinggi kawat diatas tanah (28.5 m)
Arus pelepasan nominal adalah arus dengan harga
puncak dan bentuk gelombang tertentu yang digunakan
9) Tegangan Tembus Isolator
untuk menentukan kelas dari arester sesuai dengan
kemampuan arus dan karakteristik pelindungnya [4] Merupakan tegangan yang timbul pada isolator
Berikut merupakan spesifikasi dari Nominal Discharge disaluran transmisi, tergantung terhadap puncak dan
Current menurut standar Inggris/Eropa (IEC) 8µdet/20µdet, kecuraman dari gelombang petir. Namun tidak semua
menurut standar Amerika 10µs/20µs dengan kelas PP 10 kA; sambaran petir mengakibatkan lompatan api (flashover) pada
2.5 kA dan 1.5 kA. [6]; [13] isolator, karena bergantung juga terhadap besar tegangan
a. Kelas arus 10 kA, untuk perlindungan gardu induk yang yang timbul dan tidakmelebihi tegangan tembus isolator
besar dengan frekuensi sambaran petir yang cukup udara. [8]; [12]
tinggi dengan tegangan sistem diatas 70kV. 
U 50% =  K1 +
K2   103 kV
b. Kelas arus 5 kA, untuk tegangan sistem dibawah 70kV.  (8)
 t
0,75

c. Kelas arus 2.5 kA, untuk gardu-gardu kecil dengan
Dimana,
tegangan sistem dibawah 22 kV, dimana pemakaian
U50% = tegangan tembus isolator (kV)
kelas 5 kA tidak lagi ekonomis.
K1 = 0,4W
d. Kelas arus 1.5 kA, untuk melindungi trafo-trafo kecil.
K2 = 0,71W
Untuk arus pelepasan pada saat peristiwa gelombang
W = Panjang rentang isolator untuk tegangan 150 kV,
berjalan menuju gardu induk dapat ditunjukan dengan
0.886 meter
persamaan sebagai berikut :
t = Tegangan yang dihitung berdasarkan muka gelombang
1,2 µdet
2U d − U A
Ia = (6)
Z
5

10) Jarak Lindung Arrester


FP = BIL Peralatan – Tingkat Perlindungan LA (10)
Umumnya alat-alat pelindung harus diletakan sedekat
mungkin dengan peralatan yang akan dilindungi, khususnya
Dimana,
pada ujung transmisi dimana terdapat gardu atau
Tingkat Perlindungan Arrester = UA x 110 % (Panjang kawat
transformator. Berdasarkan SPLN-7:1978 untuk sirkit ganda
+ toleransi)
sistem tegangan 150 kV jarak antara arrester dan
transformator tidak melebihi 80 meter dan untuk sirkit
tunggal adalah seperdua dari jarak tersebut [13]. Apabila
gelombang mencapai transformator, terjadi pantulan total II. METODE PENELITIAN
dan gelombang itu kembali ke kawat dengan polaritas yang
sama. Waktu yang dibutuhkan oleh gelombang untuk A. Prosedur Penelitian
merambat Kembali ke arrester sama dengan 2S/v. Jarak • Studi literatur, yaitu mengumpulkan literatur-literatur
maksimum arrester dan trafo bila dihubungkan langsung yang berhubungan dengan koordinasi isolasi
dengan saluran udara dan trafo dianggap sebagai jepit • Pengambilan data yang berhubungan dengan
terbuka, dimana koefisien terusan sama dengan 2. Dapat koordinasi isolasi peralatan Gardu Induk Paniki di PT.
dilihat pada Gambar 4. Berikut merupakan persamaan untuk PLN (Persero) Wilayah Suluttenggo.
menghitung jarak antaran arrester dengan transformator : • Diskusi dengan dosen pembimbing, dosen-dosen lain,
v ( E p − Ea ) teman-teman mahasiswa mengenai masalah-masalah
S= (9) yang berhubungan dengan penuisan
2A
• Pengolahan data berdasarkan teori yang diambil dari
Dimana,
literatur dan data yang ada
EP = tegangan pada jepit trafo setelah pantulan [kV]
• Penarikan kesimpulan
Ea = tegangan pada jepit arrester [kV]
S = jarak arrester dari trafo [m]
B. Data Teknis
V = kecepatan rambat gelombang diudara [300 m/µs]
Adapun data-data yang dikumpulkan didalam penelitian
A = tegangan lebih masuk dari saluran transmisi [kV]
ini, adalah sebagai berikut :
1. Data Transformator terpasang di G.I Paniki dapat
dilihat pada tabel I
11) Faktor Perlindungan (Protection Margin)
2. Data Arrester terpasang di G.I Paniki, dapat dilihat
Faktor perlindungan adalah besar perbedaan tegangan pada tabel II
BIL dari peralatan yang dilindungi dengan tegangan kerja 3. Data spesifikasi kabel saluran udara dimana tipe yang
dari arrester. Pada saat menentukan tingkat perlindungan digunakan G.I Paniki adalah ACSR 240, dapat dilihat
peralatan yang dilindungi oleh arrester umumnya diambil pada tabel III
harga 10 % diatas tegangan kerja dari arrester, ini bertujuan 4. Data hari guruh atau thunderstorm pada tahun 2020,
untuk mengatasi kenaikan tegangan pada kawat penghubung data ini diperoleh dari stasiun Geofisika dan dapat
dan toleransi pabrik. Besar faktor perlindungan ini umumnya dilihat pada tabel IV
20 % dari BIL peralatan untuk arrester yang dipasang dekat 5. Data penentuan tegangan kerja arrester (UC) dari
peralatan yang dilindungi [14]. arrester dan kecuraman gelombang datang (du/dt),
dapat dilihat pada tabel V
6. Data standar penetapan Tingkat Isolasi Dasar (TID)
atau Basic Insulation Level (BIL). Dalam penelitian ini
peralatan yang dilindungi adalah transformator.

TABEL I
Data Transformator Terpasang

Gambar 4: Arrester dan transformator.[5]


6

TABEL II
Data Arrester Terpasang di GI Paniki
TABEL IV
Data Hari Guruh Tahun 2020

Bulan Tahun Jumlah Sambaran

Januari 2020 0
Februari 2020 0
Maret 2020 0
April 2020 59
Mei 2020 5
Juni 2020 3
Juli 2020 2
Agustus 2020 1
TABEL III
September 2020 32
Data Spesifikasi Kabel Saluran Udara Oktober 2020 11
November 2020 9
No. Nama Tegangan Tipe Diamater Desember 2020 32
Total 154 kali dalam tahun 2020
GI Paniki 150 kV ACSR 17.49 mm
1.

GI Paniki 150 kV ACSR 17.49 mm TABEL VI


2.
Penetapan Tingkat Isolasi Dasar

TABEL IV
Maximum Impulse Spakover Test Voltage

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Didalam menganasslisa koordinasi isolasi arrester pada
transformator di GI Paniki, maka telah dilakukan beberapa
perhitungan untuk mendapatkan parameter-parameter yang
akan digunakan untuk pnenetuan BIL Transformator Gardu
Induk Paniki, perhitungan tersebut antara lain :
7

r ( jari-jari kawat) = d (diameterkawat )


A. Menentukan Tegangan Tertinggi Sistem 2

Tegangan tertinggi sistem umumnya diambil dari harga 17, 49mm


=
110% dari tegangan normal sistem. Rating tegangan untuk 2
arrester adalah tegangan maksimum (tegangan AC) yang = 8, 74mm
diperbolehkan pada terminal arrester, tegangan inilah yang = 8, 74  10 −3 m
dapat memutus arus susulan (Follow Current) yang terjadi
ketika ada percikan pada arrester. Selain itu penentuan Dari perhitungan diatas diperoleh r = 8,74 x 10 -3 m,
tegangan ini juga berfungsi untuk mengetahui tegangan setelah itu dilanjutkan dengan menghitung impedansi surja ;
maksimum atau tegangan tertinggi sistem yang dapat
2h
dihasilkan Gardu Induk Paniki. z = L / C = 60 ln
r
U m = 1,1  Uff 2(28,5)
= 60 ln
8, 74 10−3
Ket.
57
Um = Tegangan maksimum fasa ke netral = 60 ln
8, 74 10−3
Uff = Tegangan sistem fasa ke fasa
= 60 ln 6521, 739
Penyelesaian :
= 60  8, 78
U m = 1,1 Uff = 524, 4
= 1,1150
= 165 kV
D. Tegangan Tembus Isolator
Berdasarkan standar PLN tegangan tertinggi peralatan
dapat mencapai 170 kV, sehingga untuk tegangan sistem Berdasarkan dengan persamaan (8) , mapa dapat
150kV dipilih tegangan tertinggi peralatan Um = 170 kV. ditentukan tegangan tembus isolator udara (Ud).

W = Panjang rentangan isolator untuk tegangan 150 kV


( 0,886)
B. Jumlah Sambaran Petir K1 = 0,4 W = 0,4 x 0,886 = 0,35
K2 = 0,7 W = 0,7 x 0,886 = 0,62
Dalam menetukan jumlah sambaran petir (NL) pada t = waktu tegangan berdasarkan waktu muka gelombang
saluran transmisi 150kV Paniki-Tanjung Merah dibutuhkan 1,2 µdet.
data hari guruh atau thunderstorm untuk dapat mengetahui Maka diperoleh ;
banyaknya jumlah hari guruh atau IKL (Iso Kreaunic Level)  K 
pada daerah sekitaran saluran transmisi Paniki-Tanjung U d = U 50% =  K1 + 0,752  103
 t 
Merah. Berdasarkan dengan data hari guruh tahun 2020 nilai
 0, 62 
IKL= 154 kali =  0,35 + 0,75   103
 1, 2 

C. Impedansi Surja  0, 62 
=  0, 35 +  10
3

Penetuan impedansi surja membutuhkan data berupa  1,1 4 


jenis kabel transmisi yang digunakan. Kawat transmisi 150
kV yang digunakan pada lane/saluran Paniki-Tanjung Merah = ( 0, 35 + 0,544 ) x 103
adalah ACSR 240 dengan diameter kawat 17.49 mm = 894 kV
berdasarkan tabel III. Dan untuk menghitung impedansi surja
maka digunakan persamaan (7) sebagai berikut ;
E. Penentuan Tegangan Pengenal Arrester (UC)
Namun sebelum menentukan z, terlebih dahulu
harus menentukan jari-jari kawat ( r ) ;
Karakteristik yang paling penting untuk perlindungan
gardu induk adalah tegangan pengenal arrester. Tegangan
8

pengenal arrester menentukan tingkat perlindungan dari 1328 = 2,53 kA


=
arrester, jika tegangan kerja arrester berada dibawah TID 524, 4
dari peralatan uang dilindungi, maka factor keamana yang Arus pelepasan arrester GI Paniki yaitu 2,53 kA dan
optimum terhadapa peralatan dapat diperoleh. Sesuai dengan memiliki tegangan sistem 150 kV dan digunakan kelas
dasar teori Sistem yang dibumikan secara langsung koefisien arrester 10 kA.
pembumiannya (ղ ) adalah 0,8 (arrester 80%). Menggunakan
persamaan (5).

UC = Tegangan Sistem x 1.1 x koefisien pentanahan H. Faktor Perlindungan (FP)


= 150 kV x 1.1 x 0.8 Berdasarkan dengan teori yang dijelaskan pada dasar
= 132 kV teori, faktor perlindungan adalah nilai tolak uju dari tingkat
Berdasarkan perhitungan tegangan pengenal perlindungan yang ada pada gardu induk. Faktor
arrester adalah 132 kV, tetapi nilai tegangan pengenal 132 perlindungan umumnya bernilai 20% dan perlindungan yang
kV tidak ada, sehingga digunakan tegangan pengenal dengan baik tidak boleh berada dibawah 20%.
nilai 138 kV.
FP = BIL Peralatan – Tingkat Perlindungan Arrester
F. Penentuan Tegangan Kerja Arrester (UA) Dimana,
Tingkat Perlindungan Arrester = UA x 10 %
Tegangan kerja atau tegangan pelepasan arrester = 460 x 1.1
ditentukan berdasarkan tabel Maximum Residual Voltage = 506 kV
dan tabel penetapan tingkat isolasi transformator dan Sehingga, FP = 650 – 506
penetapan penangkap petir sesuai lampiran. Untuk = 144
tegangan sistem 150 kV dan tegangan pengenal 138 kV, = 144 / 650
tegangan pelepasan arrester adalah UA = 460 kV
= 0.22
= 22 %

G. Penentuan Arus Pelepasan Arrester (IA) I. Penentuan BIL Transformator


Untuk menentukan arus pelepasan arrester maka Berdasarkan dengan analisa diatas, maka nilai
diperlukan parameter-parameter berupa nilai tegangan parameter-parameter untuk menentukan BIL Gardu Induk
gelombang dating (Ud), impedansi surja (z) dan tegangan
pelepasan/tegangan kerja arrester (UA). Dimana nilai Ud Paniki telah memenuhi syarat, sehingga BIL gardu induk
dapat diambil dari nilai U50% yang telah diperoleh pada paniki berdasarkan persamaan (1) dan (2) adalah sebagai
perhitungan tegangan tembus isolator, dikarenakan berikut ;
tegangan tembus isolator memiliki nilai yang sama dengan BIL Trafo = LPL + 20%
nilai tegangan kawat penghantar sehingga tegangan dari LPL = U A 110%
kawat merupakan tegangan gelombang yang datang ke
gardu induk. = 460 1,1
Berikut perhitungan arus pelepasan arrester = 506kV
menggunakan persamaan (6) sebagai berikut ; Sehingga ,
Dimana , BIL Trafo = LPL + 20%
Ud = U50% = 894 kV = 506 + 20%
UA = 460 kV
z = 524.4 Ω = 607, 2kV
TID atau BIL yang direkomendasikan yaitu dipilih
2U − U a BIL trafo yang ≥ 607,2 kV = 650 kV, dengan ketahanan
Ia = d
z frekuensi jala-jala = 275 kV berdasarkan tabel 2.2.

2(894) − 460
= BIL Tegangan lebih switching = 150  6,5
524, 4 3
= 562,9 kV
1788 − 460
=
524, 4 BIL Tegangan lebih sementara = 150  3, 0 = 259,8 kV
3
9

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


J. Penentuan Jarak Arrester
A. Kesimpulan
Dalam praktek penempatan arrester sering ditempatkan
sejarak S dari transformator. Trafo merupakan peralatan Berdasarkan dari hasil analisa dan pembahasan
yang penting dalam gardu induk maka dari itu untuk dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut ;
keperluan koordinasi isolasi, maka arrester sebagai peralatan 1. Tegangan tertinggi (Um) yang dapat diterima
pelindung diletakan dengan trafo. Jarak arrester dengan trafo Gardu Induk Paniki adalah 170 kV. Nilai
dihitung berdasarkan persamaan (9). tegangan ini menjadi parameter arrester untuk
bekerja.
Dimana, 2. Hasil perhitungan nilai pengenal atau rating
Ep = BIL Trafo = 650 kV arrester pada Gardu Induk Paniki dengan
Ea = UA = 460 kV tegangan sistem 150 kV, diperoleh hasil sebagai
v = 300 m/µdet berikut;
A = 1000 dv/dt • Tegangan Pengenal (UC) = 138 kV
• Arus Pelepasan Arrester (Ia) = 10 kA
300(650 − 460)
S= • Faktor Perlindungan GI Paniki = 22%
2(1000)
• BIL Transformator = 650 kV
3. Spesifikasi arrester yang terpasang di Gardu
300(190)
S= Induk Paniki telah memenuhi kriteria kebutuhan
2000
dari sistem untuk melindungi tranformator dari
dari surja petir maupun tegangan lebih, sehingga
57000
S= perlindungan yang diberikan arrester sudah
2000
optimal.
S = 28,5m
B. Saran
Berdasarkan perhitungan diatas, jarak arrester terhadap
transformator adalah 28,5 m. Semakin dekat jarak antara Pembahasan dan hasil analisa untuk nilai
arrester dengan transformator maka semakin baik. Jarak pengenal atau rating arrester pada Gardu Induk
arrester yang terpasang di GI Paniki adalah 3 meter. Paniki 150 kV, kiranya dapat menjadi referensi
untuk menentukan jenis arrester yang akan
TABEL VII digunakan. Dan untuk pengembangan penelitian ini
TABEL HASIL PERHITUNGAN KOORDINASI ISOLASI
kiranya dapat diaplikasikan pada gardu induk
BERDASARKAN ANALISA KONDISI lainnya.
No. Parameter Koordinasi Isolasi Jumlah
Arrester :
• Tegangan Pengenal (Uc),
138 kV
(kV) V. KUTIPAN
• Tegangan Kerja (UA), 460 kV
1. (kV) [1] Arismunandar, Artono. 1990. Teknik Tegangan Tinggi.
• Kelas arus pelepasan 10 kA Jakarta: Pradnya Paramita
impuls petir (kA)
28,5 m [2] Arismunandar, Artono. 1990. Teknik Tenaga Listrik
• Jarak arrester dari trafo
(m) Jilid 3 Gardu Induk. Jakarta: Pradnya Paramita
- BIL Trafo (kV) 650 kV
[3] BMKG Stasiun Geofisika Kelas 1 Winangun, Manado.
- Ketahanan Frekuensi Jala-jala 275 kV
- BIL Tegangan Lebih Switching 562,9 kV [4] Gonen, T. 1988. “Electric Power Transmission System
2.
- BIL Tegangan Lebih Sementara 259,8 kV Engineering: Analysis and Design”. California State
University Sacramento : A Wiley Initerscience
Publication, California.
10

[5] Hajar, Ibnu dan Eko Rahman. 2017. “Kajian


Pemasangan Lightning Arrester Pada Sisi HV TENTANG PENULIS
Transformator Daya Unit Satu Gardu Induk Teluk
Betung”. Teknik Elektro, Sekolah Tinggi Teknik PLN. Penulis bernama lengkap
Jakarta Amelia Lidia Kolompoy, anak
pertama dari dua bersaudara
[6] Hileman, Andrew R. 1999. Insulation Coordination for
Yonatan Imanuel Kolompoy (adik)
Power Systems. New York : Marcel Dekker, Inc.
dari pasang suami istri Elia
Kolompoy (Ayah) dan Riny Lakoy
[7] IEC Publication 71-2. 1970. “Lightning Arrester”. Part
(Ibu). Lahir di Modoinding 1 April
1 : Non-linear resistor type arrester for a.c. system
1999. Sebelum menempuh jenjang
pendidikan di Fakultas Teknik
[8] IEC Publication 71-2. 1976. “Insulation Coordintion”.
Universitas Sam Ratulangi, penulis
Part 2 : Application Guide.
telah menempuh pendidikan secara berturut-turut di SD
[9] Paraisu, M.S. 2013. “Analisa Rating Lightning Arrester GMIM Pinasungkulan Kec. Modoinding (2005-2011), SMP
Pada Jaringan Transmisi 70 kV Tomohon-Teling”. Negeri 2 Modoinding (2011-2014), SMA Katolik Theodorus
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Kotamobagu (2014-2017).
Sam Ratulangi. Manado Pada tahun 2017, penulis memulai pendidikan di
Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado di
[10] PT. PLN (Persero), Lightning Arrester Jurusan Teknik Elektro, dengan mengambil kosentrasi minat
Tenaga Listrik. Pada tahun 2020 penulis melaksanakan Kerja
[11] PT. PLN (Persero) UPT MANADO. 2019. SOP Praktek (Magang) di PT. Jago Elfah Anugerah.
Peralatan Gardu Induk Paniki. Manado Selama menempuh pendidikan penulis aktif dalam
kegiatan dan organisasi di dalam dan luar kampus, terutama
[12] Ranti, Brando Alexander. 2018. “Analisa Koordinasi dalam kegiatan di Laboratorium Tenaga Listrik UNSRAT,
Isolasi Peralatan Di Gradu Induk Teling 70 kV”. UPK Kristen FT. UNSRAT (Panitia RP3 2018 dan Panitia
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, UNSRAT. BC 2018-2020) dan Himpunan Mahasiswa Elektro FT.
Manado UNSRAT (Bid.Akademik 2019-2020 dan Bendahara 2020-
2021). Penulis selesai menempuh pendidikan di Fakultas
[13] SPLN 7-1978, Pedoman Pemilihan Tingkat Isolasi Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado pada Bulan
Transformator dan Penangkap Petir November 2021, dengan judul Analisa Koordinasi Isolasi
Arrester pada Transformator di Gardu Induk Paniki 150 kV.
[14] Wullur Fenny. 2005. “Evaluasi Koordinasi Isolasi
pada Peralatan Gardu Induk 150 kV Lopana”. Jurusan
Teknik Elektro, Fakultas Teknik, UNSRAT. Manado

[15] Zoro, R., 1987. “Masalah Tegangan Tinggi”. Badan


Pelaksana Prokerma PLN-ITB Pendidikan Sarjana
Teknik Elektro ITB

Anda mungkin juga menyukai