Anda di halaman 1dari 68

FARMAKOLO

GI

DOSEN PENGAMPU :
Hari Waluyo S.Kep., S.Farm., Apt
CERITA ANTARA KAKEK DAN CUCU

 Pada pagi hari kakek membawa seekor burung


ditaruh di belakang punggungnya. Kemudian
Tanya kepada cucunya spt berikut :
 Kakek : CU….. Burung yg di bawa kakek ini hidup
atau mati ?
 Cucu : ……… menjawab apa ?

Tergantung kakek mau


dibikin hidup atau mati.
1. Mampu dan Mau 2. Mampu tidak Mau

TIPE
MANUSIA DI
DUNIA

4. Tidak Mau dan Tidak Mampu


3. Mau tidak Mampu

Anda termasuk tipe yang mana?


Kontrak Perkuliahan
 Penilaian:
UTS : 35 %
UAS : 35 %
Presensi : 10 %
Aktivitas kedisiplinan : 10 %
Tugas dan Keaktifan : 10 %

Syarat mengikuti UTS dan UAS :


min kehadiran 75% dan menyelesaikan semua tugas yang telah diberikan

Syarat mengikuti perkuliahan :


Keterlambatan max 10 menit
SUB MATERI FARMAKOLOGI
 Farmakodinamik
 Farmakokinetik
 Penggolongan Obat-obatan
 Indikasi dan Kontra Indikasi obat
 Efektivitas dan Efek samping obat
 Interaksiobat
 Toxicologi Obat
 Cara Pemberian dan Perhitungan dosis
 Obat-obat Tradisional
FARMAKOLOGI
Ilmu yang mempelajari pengetahuan obat dengan
seluruh aspeknya baik sifat kimiawi maupun
fisiknya, kegiatan fisiologi, resorpsi dan nasibnya DEFINISI
dlm organisme hidup

Untuk menyelidiki semua interaksi antara obat dgn tubuh manusia serta peggunaan
pada pengobatan penyakit disebut FARMAKOLOGI KLINIS.

FARMAKODI
BIOFARMASI
NAMIK

Terdiri dari: TOKSIKOLO


FARMAKOKI GI
NETIK
FARMAKOG FARMAKOTE
NOSI RAPI
FARMAKODINAMIKA

 Studi tentang pengaruh obat


DEFINISI terhadap jaringan tubuh.
 Farmakodinamika
mempelajari efek obat
terhadap fisiologi dan
biokimia berbagai organ
tubuh serta mekanisme kerja
obat tersebut didalam tubuh.
1. Mekanisme Kerja 2. Hubungan antara
Obat struktur dan aktivitas

CAKUPAN
FARMAKODINAMIKA

3.Hubungan antara
dosis obat dengan
respon
1. Mekanisme
Kerja Obat
• Pada permulaan abad ke-20, Ehrlich &
Langley menyatakan bahwa suatu obat
harus berinteraksi dengan suatu receptive
substance (reseptor) pada jaringan untuk
menghasilkan efek pada jaringan
tersebut.

• Clark (1937) menyatakan bahwa


molekul berikatan dengan reseptor-
reseptor dengan kecepatan yang
proporsional dengan konsentrasi
obat dalam larutan dan jumlah
reseptor bebas.
 Berdasarkan penelitian dilaboratorium,
Clark berpendapat bahwa jumlah reseptor
yang diikat oleh obat menentukan besarnya
respon jaringan terhadap obat.

 Bila 50% dari seluruh reseptor ditempati obat,


maka terjadi respon yang besarnya 50% dari
respon maksimal.
 Respon maksimal bisa dicapai bila seluruh
reseptor diikat obat. Teori ini disebut teori
“occupancy” dari Clark.
karena interaksi obat dgn reseptor
Efek pada sel suatu organisme
obat
timbul
 Interaksi obat dgn reseptor perubahan biokimiawi
& fisiologi merupakan respon terhadap suatu obat.
 Obat yang mnyerupai senyawa endogen disebut
AGONIS.
 Obat yang tdk mmpunyai aktivitas intrinsik shg
menimbulkan efek dgn menghambat kerja agonis
disebut ANTAGONIS.
1. Secara fisis
Cth : Anastetika 2. Secara kimiawi
Spray/Inhalasi, Laksansia dan Cth : Antasida, Zat zat Chelasi
Diuretika Osmosis (Chelator)

GOLONGAN
MEKANISME
OBAT

3. Melalui proses metabolisme


cth : Antibiotik merusak 4.Secara kompetisi (saingan)
dinding sel kuman, sintesa Reseptor spesifik atau enzim.
protein, asam nukleinat
Mekanisme Kerja Obat Non Spesifik

Obat bekerja tanpa kombinasi dengan reseptor.


Contoh:
 Anastesi umum yang volatil (misal: eter, kloroform,

halotan) Interaksi dengan membran sel menekan


eksitabilitasefek anastesi.
 Netralisasi asam lambungantasida.

 Analog dari konstituen biologis yang digabungkan ke

dalam komponen selanalog purin (merkaptopurin)


dan pirimidin (fluorourasil) yang dipakai kemoterapi.
 ManitolMeningkatkan osmolaritas cairan tubuh

meningkatkan diuresis atau mengurangi udema otak.


R E S E PTO R

 Reseptor adalah setiap molekul target yang harus diikat


oleh obat supaya obat tersebut dapat menghasilkan
efeknya yang spesifik atau dengan kata lain reseptor
adalah tempat kerja obat (site of action).

 Obat + Reseptor Komplek Obat-Reseptor Efek

Ligan Mekanisme Kunci dan Gembok


 Aktivitas suatu obat merupakan hasil dari :
 1.Afinitas : Kemampuan untuk mengikat reseptor.
 2.Aktivitas Intrinsik (Efikasi) : Kemampuan suatu
obat untuk menimbulkan suatu efek.

Agonis Penuh
Antagonis
Agonis Parsial
3 TIPE LIGAN
1. Agonis Penuh : bila obat tersebut dapat menimbulkan respon maksimal
walaupun tidak semua reseptor diduduki, karena agonis penuh
memiliki efikasi yang tinggi.

2. Antagonis : bila obat tidak menimbulkan efek apa-apa karena efikasi


antagonis adalah NOL dan hanya mempunyai afinitas kepada reseptor
saja.

3. Agonis Parsial : bila obat memiliki efikasi yang rendah dan memiliki
sifat-sifat yang terletak diantara agonis penuh dan antagonis
obat-obat yang memiliki efikasi rendah dapat menghasilkan suatu respon
yang kurang dari maksimal walaupun hampir semua reseptor
diikatnya.
Agonis dan Antagonis
Berdasarkan aktivasi reseptor sampai terjadi
respon seluler dikenal 4 tipe reseptor:
1. Reseptor untuk neurotransmiter cepat yg berhubungan
dengan ion kanal.
Contoh : reseptor asetilkolin nikotinik,reseptor GABA-A
dan reseptor glutamat.
2. Reseptor untuk hormon hormon dan neurotransmiter
lambat dan mekanisme tranduksinya melibatkan G-
protein
Contoh : reseptor asetilkolin muskarinik, reseptor
adrenergik, reseptor histamin, reseptor
dopaminergik dan reseptor serotonin.
3. Reseptor untuk insulin  4. Reseptor – reseptor
dan faktor-faktor steroid yg terletak
pertumbuhan yg intraseluler disebut
langsung berhubungan sebagai “intraseluler
dgn aktivasi tirosin steroid/thyroid type”
Contoh – contoh reseptor
Reseptor Agonis Antagonis
Nikotinik Asetikolin, Tubokurarin
nikotin Alfa-bungarotoksin

Beta-adrenoseptor Noradrenalin Propanolol


Histamin H Histamin Mepiramin
Estrogen Etinilestradiol Tamoksifen
Progesteron Noretisteron Danazol
Histamin H2 Histamin Simetidin, Ranitidine
Opioid(mu-receptor) Morfin Nalokson
Dopamin(D2-receptor) Dopamin Khlorpromazin
Bromokriptin
Receptor 5-HT 5-HT Ketanserin
Reseptor insulin Insulin Tidak diketahui
KANAL ION
Kanal Ion Bloker Modulator
Kanal Na bergerbang Anestetik lokal Veratridin
voltase
Kanal Na tubuli ginjal Amilorid Aldosteron
Kanal Ca bergerbang Kation divalen(mis. Cd++) Dihidropiridin
voltase
Kanal K sensitif ATP (pada Sulfonilurea ATP
sel beta pankreas)
Kanal Ca bergerbang Pikrotoksin Benzodiazepin
GABA
Kanal kation bergerbang MK801 Glisin
glutamat
ENZIM SEBAGAI TARGET KERJA OBAT
Enzim Inhibitor Substrat palsu
Asetilkolinesterase Neostigmin
Organofosfat
Siklooksigenase Aspirin
Xatin oksidase Alopurinol
Angiotensin converting Kaptopril
enzyme
Dopa dekarboksilase Metildopa
Dihidrofolat reduktase Trimtropim, Metotreksat
HMG-CoA reduktase Lovastatin
Karbonik anhidrase Asetazolamid
Monoamin oksidase A Iproniazid
Monoamin oksidase B Selegilin
Kolin asetiltransferase Hemikolinium
DNA polimerase Sitarabin Sitarabin
Enzim untuk sintesis DNA Azatioprin
Enzim pembekuan darah Heparin
MOLEKUL PEMBAWA
Pembawa Inhibitor Substrat palsu
Ambilan noradrenalin 1 Antidepresan trisiklik
Kokain
Pembawa kolin(ujung Hemikolinium
saraf)
Ambilan Reserpin
noradrenalin(vesikular)
Pembawa asam Probenesid
lemah(tubuli ginjal)
Kotransporter Diuretika loop
Na+/K+/2CI(ansa henle)
Pompa proton(mukosa Omeprazol
lambung)
2. HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR KIMIA
& AKTIVITAS

 Afinitas & aktivitas intrinsik obat terhadap suatu


komponen makro molekul spesifik -->Hub erat dgn
struktur kimia
 Modifikasi molekul obat --> pengaruh perubahan
farmakologi --> efek obat berubah
 Harapan merubah konfigurasi molekul --> sentesis
turunan --> mempunyai indek terapi lebih baik,
minim efek samping.
3. HUBUNGAN ANTARA DOSIS
DGN EFEK OBAT

Pada umumnya adanya peningkatan dosis obat yang diberikan,


akan diikuti dengan terjadinya peningkatan respon.
“Dosis berbanding lurus dengan respon”
DOSIS DALAM RESEP -Kepatuhan penderita
- Medication error
-Kecepatan/banyak absorpsi
-ukuran dan komposisi tubuh
DOSIS DIMINUM
-distribusi obat -ikatan protein
plasma&jaringan -kecepatan eliminasi
-fisiologi
tubuh -faktor patologis
KONSENTRASI PADAgenetik
-faktor -
TEMPAT KERJA OBAT
interaksi obat -timbulnya toleransi

INTENSITAS EFEK -interaksi obat-reseptor


-keadaan fungsional
-efek plasebo
Pengaruh Umur

 Terutama terkait dengan fungsi ginjal dan hati.


 Fungsi Ginjal neonatus hanya kira-kira 20% dari
orang dewasa. Mulai dari usia 20 tahun keatas,
fungsi ginjal turun perlahan-lahan menjadi berkurang
25% pada usia 50 tahun dan 50% pada usia 75 tahun.
 Metabolisme obat pada neonatus belum berkembang
seperti orang dewasa dan aktivitas enzim di hati
menurun perlahan-lahan dengan bertambahnya umur.
Faktor Genetik

 Berdasarkan penemuan dari penelitian yang


dilakukan pada kembar identik dan kembar non-
identik, diketahui bahwa faktor genetik berperan
dalam menentukan metabolisme obat dalam tubuh.
 Contoh : eliminasi isoniazid tergantung pada
asetilasi yang melibatkan enzim asetil-CoA dan
enzim asetiltransferase. Populasi manusia dibagi
mejadi asetilator cepat dan asetilator lambat yang
ditentukan oleh suatu gen yang berkaitan dengan
aktivitas asetiltransferase.
Reaksi Idiosinkrasi

 Suatu efek obat yang secara kualitatif berbeda dari


biasanya (abnormal) dan umumnya berbahaya, yang
terjadi pada sebagian kecil individu.
 Biasanya idiosinkrasi disebabkan oleh kelainan genetik.
 Contoh : primakuin (obat antimalaria) yang umumnya
aman bagi kebanyakan penderita, namun pada 5-10%
laki-laki kulit hitam , menyebabkan hemolisis eritrosit
sehingga menimbulkan anemia berat
 Defisiensi enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase
mencegah hemolisis.
Interaksi Obat

 Pemberian suatu obat (Obat A) dapat mengubah aksi


dari suatu obat lainnya (Obat B) dengan cara :
 Mengubah aksi farmakologik obat B tanpa mengubah
konsentrasi obat B pada tempat kerjanya Interaksi
Farmakodinamika.
 Mengubah aksi farmakologik obat B dengan mengubah
konsentrasi obat B pada tempat kerjanya Interaksi
Farmakokinetika.
 Contoh :
- Interaksi Farmakodinamika
- Obat antibakteri yang bersifat bakteriostatik
berfungsi mencegah pembelahan sel-sel bakteri.
Obat-obat bakterisid berfungsi membunuh bakteri
ketika proses membelah diri. Jadi, obat-obat
bakterisid akan tidak efektif bila diberikan
bersamaan dengan obat bakteriostatik.
INDEKS TERAPEUTIK

 Indeks terapeutik suatu obat adalah


rasio dari dosis yang menghasilkan
toksisitas dengan dosis yang
menghasilkan suatu respon yang
efektif dan diinginkan secara klinik
dalam suatu populasi individu.
 Jadi, Indeks terapeutik merupakan
suatu ukuran keamanan obat karena
nilai yang besar menunjukkan
bahwa terdapat suatu batas yang
luas/lebar diantara dosis-dosis yang
efektif dan dosis-dosis yang toksik.
Transmisi sinyal biologis
Proses yg menyebabkan suatu substansi ektraseluler
(extracelluler chemical messenger) menimbulkan suatu
respons seluler fisiologis yg spesifik.
-Penempatan hormone/neurotransmiter pada
reseptor ,membran sel dan sitoplasma.
Ada 5 jenis reseptor fisiologik. Empat dari reseptor
terdapat pada permukaan sel dan yg satu terdapat pada
sitoplasma. Dari 4 reseptor dipermukaan sel, satu
reseptor meneruskan sinyal yg disampaikan ligandnya
dr permukaan sel kedalam sitoplasma dan inti sel.
Reseptor bentuk enzim terdiri dari 2 jenis:

1.Yang menimbulkan fosforilasi protein efektor yg


merupakan bagian reseptor tersebut pada
membrane sel bagian dalam, berupa tirosin
kinase,tirosin pospatase,serin kinase atau guanili
kinase.
2. Reseptor sitokin yg mempunyai ligand growth
hormone, eritropoeitin,interperon&ligand lain yg
mengatur pertumbuhan dan diferensiasi.
 Reseptor yg terdapat dalam sitoplasma merupakan
protein terlarut pengikat DNA yg mengatur
transkripsi gen tertentu.
 Second messenger sitoplasma. Penghantar sinyal
biologis dalam sitoplasma dilangsungkan dengan
kerja second messenger berupa siklik-AMP
(cAMP), ion Ca²+, inositol trifosfat(IP3),
diasligliserol (DAG), dan NO.
Pengaturan fungsi reseptor.
Reseptor tdk hanya berfungsi dalam pengaturan fisiologis dan
biokimia, tetapi juga diatur oleh mekanisme homeostatic lain.
Bila suatu sel dirangsang oleh agonisnya terus menerus maka
terjadi desensitisasi (refrakterisasi/down regulation)yg
menyebabkan efek perangsangan selanjutnya oleh kadar obat
yg sama berkurang.
- Bila rangsangan pada reseptor berkurang secara kronik
misalnya pada pemberian b-bloker jangka panjang, seringkali
terjadi hipereaktivitas karena supersensivitas terhadap agonis.
Interaksi Farmakodinamik
Dapat terjadi dgn berbagai cara dan dpt mengakibatkan berkurang atau
bertambah efek obat B dgn keberadaan obat A. Contoh2 berikut ini :
. Antagonis Resptor beta ( propanolol) mengurangi agonis reseptor beta
salbutamol)
. Deuretika tiazid (HCT) menimbulkan hipokalemia -->dapat
menguatkan efek glikosida jantung (digoksin) serta memudahkan
imbulnya toksisitas
. Inhibitor monoamin oksidasi (fenelzin) meningkatkan jumlah
oradrenalin pada ujung-ujung saraf andrenergik --> memperkuat efek
bat-obat seperti efedrin dan tiramin --> bekerja melepaskan noradrenalin
. Sulfonamid mencegah sintesis dihidrofolat oleh bakteri. Trimetoprim
mnghambat reduksi dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat (kedua obat ini
ikombinasikan memberikan efek sinergis yang kuat untuk anti bakteri)
. Obat anti bakteri yang bersifat bakteriostatika (chloramfenicol,
ulfonamide) mencegah pembelahan sel-sel bakteri tidak efektif bila
iberikan bersama dengan anti bakteri yang bersifat bakteriside (penicillin)
• Ikatan antara obat dengan reseptor terdiri dari berbagai
ikatan lemah (ikatan ion,hydrogen,hidrofilik,vanderwalls),
mirip ikatan antara subtract dgn enzim, jarang terjadi ikatan
kovalen
Antagonisme Obat
Antagonisme obat adalah suatu keadaan ketika efek dari satu
obat menjadi berkurang atau hilang sama sekali yang
disebabkan oleh keberadaan satu obat lainnya.
 Menurut mekanisme terjadinya, antagonisme dapat
diklasifikasikan menjadi 5 macam :
1.Antagonisme Kimiawi
2.Antagonisme Farmakokinetik
3.Antagonisme dengan Blokade Reseptor
4.Antagonisme Non-Kompetitif
5.Antagonisme Fisiologik
1. Antagonisme Kimiawi
Terjadi ketika dua obat bergabung sehingga efek obat
yang aktif menjadi hilang.
Contoh : inaktifasi logam-logam berat atau untuk
penanganan keracunan logam berat dengan cara
pemberian suatu “Chelating Agent” atau senyawa
pembentuk khelat/kompleks, misal dimercaprol yang
mengikat erat ion-ion logam tersebut membentuk suatu
kompleks tidak aktif.
2. Antagonisme Farmakokinetika
Antagonisme farmakokinetika menjelaskan keadaan-keadaan
dengan obat-obat antagonisme secara efektif mengurangi
konsentrasi obat aktif pada tempat kerjanya.
Hal ini bisa terjadi dengan cara :
1.Meningkatkan metabolisme obat aktif pengurangan efek
antikoagulan warfarin dengan meningkatkan metabolismenya di
hepar dengan fenobarbital.
2.Mengurangi kecepatan absorpsi obat aktif di saluran cerna atau
meningkatkan kecepatan ekskresi pemberian Na-bikarbonat
untuk alkalinisasi urine pada keracunan fenobarbital.
 3. Antagonisme dengan Blokade Reseptor
 Antagonisme Kompetitif Reversibel
Antagonisme terjadi antara agonis dan antagonis yang berkompetisi
untuk menduduki reseptor yang sama dimana antagonis mengikat
tempat ikatan agonis pada reseptornya secara reversibel dimana
jumlah reseptor yang diduduki antagonis kompetitif dapat dikurangi
dengan cara meningkatkan konsentrasi agonis.
 Diperlukan dosis agonis yang lebih tinggi untuk memperoleh efek
yang sama.
 Contoh : antagonisme oleh atropin terhadap asetilkolin pada
reseptor kolinergik muskarinik.
 Antagonisme Kompetitif yang Irreversible
 Agonis dan antagonis menduduki reseptor yang sama, namun
antagonis membentuk suatu ikatan yang kuat
dengan reseptor sehingga sangat sulit untuk lepas dari reseptor
jumlah reseptor yang inaktif meningkat karena diduduki oleh
antagonis pada saat agonis diberikan.
 Pada kondisi ini, berapapun besarnya konsentrasi agonis yang
diberikan efek akhirnya akan tetap karena terjadi inaktivasi total
dari reseptor oleh antagonis.
  Contoh : antagonisme fenoksibenzamin terhadap noradrenalin
pada alfa adrenoreseptor.
 4. Antagonisme Non-Kompetitif
Antagonisme ini adalah suatu keadaan ketika obat
antagonis memblokade suatu tempat tertentu dari
rangkaian kejadian yang diperlukan untuk menghasilkan
respon suatu agonis.
Contoh : verapamil dan nifedipin akan memblokade
kanal kalsium sehingga akan menghambat kontraksi otot
polos yang disebabkan obat-obat lain.
 5. Antagonisme Fisiologik
Antagonisme fisiologik digunakan untuk menerangkan
interaksi dari dua obat yang mempunyai efek yang
berlawanan didalam tubuh dan cenderung meniadakan satu
sama lain. Hal ini disebabkan karena dua obat tersebut
bekerja pada 2 macam reseptor yang berbeda dan
menghasilkan efek yang saling berlawanan.
Contoh : adrenalin meningkatkan tekanan arteri sedangkan
histamin menurunkan tekanan arteri atau insulin
menurunkan kadar glukosa darah sedangkan glukagon
meningkatkan kadar glukosa darah.
Desensitisasi, Takifilaksis, Toleransi dan Resistensi Obat

 Saat suatu obat diberikan secara berulang, efek obat


tersebut seringkali menurun seiring dengan waktu. Jika
penurunan efek terjadi secara cepat (dalam beberapa
menit), hal ini disebut takifilaksis atau desensitisasi.
 Sedangkan Toleransi menunjukkan penurunan respon yang
lebih lambat (dalam beberapa hari atau minggu) pada
penggunaan obat yang berulang-ulang, sehingga diperlukan
dosis yang lebih tinggi untuk menghasilkan efek yang sama.
 Resistensi obat merupakan istilah yang digunakan pada
hilangnya efektivitas antibiotika terhadap suatu bakteri.
Kerja obat yang tidak diperantarai Reseptor

1. Efek nonspesifik dan gangguan pada membran


2. Perubahan sifat osmotic
3. Diuretic osmotic (urea,manitol), misalnya meningkatkan
osmolaritas filtrate glomerulus sehingga mengurangi
reabsorpsi air di tubuli ginjal dgn akibat terjadi efek
diuretic.
4. Perubahan sifat asam/basa
kerja ini diperlihatkan oleh antacid dalam menetralkan
asam lambung.
5. Kerusakan nonspesifik
Zat perusak nonspesifik yg digunakan sebagai
antiseptik&disinfektan, dan kontrasepsi. Contohnya:
detergen merusak integritas membrane lipoprotein.
6. Gangguan fungsi membrane
Anestetik umum yg mudah menguap misalnya
eter,halotan,enfluran,dan metoksifluran bekerja dengan
melarut dalam lemak membrane sel di SSP sehingga
eksitabilitasnya menurun.
7. Interaksi dengan molekul kecil atau ion
Kerja ini diperlihatkan oleh kelator (chelating agents)
misalnya CaNa2 EDTA yg mengikat Pb2+ bebas menjadi
kelat yg inaktif pada keracunan Pb.
8. Masuk ke dalam komponen sel
Obat yg merupakan analog purin atau pirimidin dapat
berinkoporasi ke dalam asam nukleat sehingga
mengganggu fungsinya. Obat yg bekerja seperti ini disebut
antimetabolit misalnya 6-merkaptopurin atau mikroba lain.
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai