Anda di halaman 1dari 12

CABANG KEKUASAAN

EKSEKUTIF

EKSEKUTIF
Dalam arti luas adalah kepala negara/pemerintahan,
pegawai pemerintah, birokrasi, dengan tugas penegakan
hukum/aturan, menginisiasi kebijakan serta melakukan
hubungan internasional
 Dalam arti sempit sebagai simbol persatuan negara serta
penyedia kepemimpinan dalam sistem politik.
 Lebih banyak terekspos di dalam acara ceremonial;
rapat dengan legislatif, membuka acara, menerima tamu
negara/duta besar, menandatangani dokumen resmi.

(Politics, the basic. Tansey and Jackson, New York,


Routledge, 2008)
menjalankan kebijakan yang telah dibuat bersama dan kekuasaannya
dipegang oleh eksekutif itu sendiri.

Bagian dari tugas-tugas eksekutif menurut (miriam budiharjo) :


 Administratif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang dan
perundangan lainnya dan menyelenggarakan administrasi negara.
 Legislatif, yaitu membuat rancangan undang-undang dan
membimbingnya dalam badan perwakilan rakyat sampai menjadi
undang-undang.
 Keamanan, artinya kekuasaan untuk mengatur polisi dan angkatan
bersenjata, menyelenggarakan perang, pertahanan negara, serta
keamanan dalam negeri.
 Yudikatif, yaitu memberi grasi, amnesti dan sebagainya.
 Diplomatik, yaitu kekuasaan untuk menyelenggarakan hubungan
 fungsi lembaga eksekutif
sebagai penerapan dan juga pembuat perincian dan
pedoman pelaksanaan peraturan.

 fungsi pemerintah dalam memajukan kesejahteraan


umum khusunya meliputi 4 penerapan (menurut
ramlan subekti)
1. pengarahan ekonomi
2. pengaturan kegiatan ekonomi swasta
3. redistribusi pendapatan
4. pengadaan barang jasa untuk kepentingan umum
DALAM LEMBAGA EKSEKUTIF
TERDAPAT 2 SISTEM KABINET
PEMERINTAHAN
 sistem kabinet parlementer
Ciri sistem parlementer :
1. anggotanya parlemen dipilih secara langsung oleh
warga negara yang berhak memilih
2. perdana menteri dan para menteri dipilih oleh
parlemen dan anggota kabinet juga anggota parlemen
3. kabinet dapat bertahan selama mendapat dukungan
dan parlemen
4. perdana menteri membubarkan parlemen
 sistem kabinet presidensil
ciri-ciri presidensil :
1. lembaga legislatif dan eksekutif memiliki kedudukan yang
independen dan dipilih oleh rakyat secara terpisah
2. kepemimpinan dalam melaksanakan kebijakan ditangan
presiden
3. kebijakan yang komperensif jarang dapat dibuat
4. jabatan kepala negara dan pemerintah berda pada satu
tangan
SEJARAH CABANG KEKUASAAN
EKSEKUTIF
 Demokrasi Parlementer
Kedudukan lembaga eksekutif sangat dipengaruhi oleh
lembaga legislatif. Hal ini terjadi karena lembaga eksekutif
bertanggung jawab kepada lembaga legislatif. Dengan
demikian, lembaga legislatif memiliki kedudukan yang kuat
dalam mengontrol dan mengawasi fungsi dan peranan lembaga
eksekutif. Dalam pertanggungjawaban yang diberikan lembaga
eksekutif maka para anggota parlemen dapat mengajukan mosi
tidak percaya kepada eksekutif jika tidak melaksanakan
kebijakan dengan baik. Apabila mosi tidak percaya diterima
dalam parlemen maka lembaga eksekutif harus menyerahkan
mandat kepada Presiden.
 Demokrasi Terpimpin
Peranan lembaga eksekutif jauh lebih kuat bila dibandingkan
dengan peranannya di masa sebelumnya. Peranan dominan
lembaga eksekutif tersentralisasi di tangan Presiden Soekarno.
Lembaga eksekutif mendominasi sistem politik, dalam arti
mendominasi lembaga-lembaga tinggi negara lainnya maupun
melakukan pembatasan atas kehidupan politik. Eksekutif bisa
membuat undang-undang dan seolah-olah semua terpusat
pada lembaga ini.
 Masa Orde Baru
Kedudukan lembaga eksekutif tetap dominan. Dominasi
kedudukan eksekutif ini pada awalnya ditujukan untuk
kelancaran proses pembangunan ekonomi. Untuk berhasilnya
program pem-bangunan tersebut diperlukan stabilitas politik.
Eksekutif memiliki kedudukan yang lebih kuat dibandingkan
dengan kedudukan lembaga legislatif maupun yudikatif.
Pembatasan jumlah partai politik maupun partisipasi masyarakat
ditujukan untuk menopang stabilitas politik untuk
pembangunan dan kuatnya kedudukan lembaga eksekutif di
bawah Presiden Soeharto.
 Masa Reformasi
Di masa Reformasi yang dimulai dari tumbangnya rezim
autoritarian yang dipimpin oleh Soeharto, kedudukan
lembaga eksekutif setara dengan lembaga pemerintahan yang
lain, yaitu lembaga legislatif dan lembaga yudikatif. Dalam
perkembangannya, lembaga eksekutif yang dipimpin oleh
presiden tidak menjadi lembaga paling kuat dalam
pemerintahan, karena lembaga eksekutif diawasi oleh
lembaga legislatif, masyarakat (terutama mahasiswa, ormas,
LSM, dan media massa) dalam menjalankan pemerintahan,
serta akan ditindaklanjuti oleh lembaga yudikatif jika terjadi
pelanggaran, sesuai dengan Undang-Undang.
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
Syarat, Masa Jabatan, dan Wewenang Presiden/Wakil Presiden

Calon Presiden dan calon Wakil Presiden dan Wakil Presiden


Presiden harus seorang warga dipilih dalam satu pasangan
negara Indonesia sejak secara langsung oleh rakyat
kelahirannya dan tidak pernah [Pasal 6A (1)***]
menerima kewarganegaraan
lain karena kehendaknya Presiden/ Presiden dan Wakil Presiden
sendiri, tidak pernah
mengkhianati negara, serta Wakil Presiden memegang jabatan selama
lima tahun, dan sesudahnya
mampu secara rohani dan dapat dipilih kembali dalam
jasmani untuk melaksanakan jabatan yang sama, hanya
tugas dan kewajiban sebagai untuk satu kali masa jabatan.
Presiden dan Wakil Presiden. (Pasal 7 *)
[Pasal 6 (1)***]

Wewenang, Kewajiban, dan Hak


Antara lain tentang:
 memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD [Pasal 4 (1)];
 berhak mengajukan RUU kepada DPR [Pasal 5 (1)*];
 menetapkan peraturan pemerintah [Pasal 5 (2)*];
 memegang teguh UUD dan menjalankan segala UU dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa [Pasal 9 (1)*];
 memegang kekuasaan yang tertinggi atas AD, AL, dan AU (Pasal 10);
 menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR [Pasal 11 (1)****];
 membuat perjanjian internasional lainnya… dengan persetujuan DPR [Pasal 11 (2)***];
 menyatakan keadaan bahaya (Pasal 12);
 mengangkat duta dan konsul [Pasal 13 (1)]. Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 13 (2)*];
 menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 13 (3)*];
 memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan MA [Pasal 14 (1)*];
 memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 14 (2)*];
 memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan UU (Pasal 15)*;
 membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden (Pasal 16)****;
 pengangkatan dan pemberhentian menteri-menteri [Pasal 17 (2)*];
 pembahasan dan pemberian persetujuan atas RUU bersama DPR [Pasal 20 (2)*] serta pengesahan RUU [Pasal 20 (4)*];
 hak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti UU dalam kegentingan yang memaksa [Pasal 22 (1)];
 pengajuan RUU APBN untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD [Pasal 23 (2)***];
 peresmian keanggotaan BPK yang dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD [Pasal 23F (1)***];
 penetapan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh KY dan disetujui DPR [Pasal 24A (3)***];
 pengangkatan dan pemberhentian anggota KY dengan persetujuan DPR [Pasal 24B (3)***];
 pengajuan tiga orang calon hakim konstitusi dan penetapan sembilan orang anggota hakim konstitusi [Pasal 24C (3)***].

Anda mungkin juga menyukai