Menurut Konstitusi RIS, lembaga kepresidenan yang bersifat personal terdiri atas
seorang presiden. Presiden dipilih oleh Dewan Pemilih (Electoral College) yang
terdiri atas utusan negara-negara bagian dengan syarat-syarat tertentu. Sebelum
menjalankan tugasnya, presiden bersumpah di hadapan Dewan Pemilih.
Konstitusi RIS mengatur tentang kedudukan dan kekuasaan, tugas dan kewenangan, serta
hak dan kewajiban lembaga kepresidenan lebih terperinci dibandingkan dengan UUD
1945. Selain itu, dalam UUD RIS 1949 kedudukan presiden hanya sebagai kepala negara.
Sementara kekuasaan pemerintahan dijalankan oleh kabinet yang dibawah kekuasaan
Perdana Menteri. Dalam sistematika Konstitusi RIS, hal-hal yang mengatur tentang
Lembaga Kepresidenan tidak terletak dalam satu bab khusus melainkan tersebar di
berbagai pasal. Sayangnya Lembaga Kepresidenan dalam periode Konstitusi RIS berumur
pendek. RI dan RIS mencapai kesepakatan pada 19 Mei 1950 untuk kembali ke bentuk
negara kesatuan.
Periode 1949-1950
Pada periode 27 Desember 1949 – 15 Agustus 1950, RI bergabung dalam
negara federasi Reoublik Indonesia Serikat dengan kedudukan sebagai
negara bagian. Hal ini mengakibatkan berlakunya 2 konstitusi secara
bersamaan di wilayah negara bagian RI, yaitu Konstitusi RIS dan UUD
1945.
Menurut Konstitusi RIS, lembaga kepresidenan yang bersifat personal terdiri atas
seorang presiden. Presiden dipilih oleh Dewan Pemilih (Electoral College) yang
terdiri atas utusan negara-negara bagian dengan syarat-syarat tertentu. Sebelum
menjalankan tugasnya, presiden bersumpah di hadapan Dewan Pemilih. Berbeda
dengan UUD 1945, Konstitusi RIS mengatur kedudukan dan kekuasaan, tugas dan
kewenangan, serta hak dan kewajiban lembaga kepresidenan secara lebih rinci.
Selain itu dalam sistematika Konstitusi RIS, hal-hal yang mengatur tentang
Lembaga Kepresidenan tidak terletak dalam satu bab khusus melainkan tersebar di
berbagai pasal.
Berlainan dengan UUD 1945, Konstitusi RIS mengatur posisi dan kekuasaan,
tugas dan kewenangan, serta hak dan kewajiban lembaga kepresidenan secara
semakin rinci. Selain itu dalam sistematika Konstitusi RIS, hal-hal yang
mengatur tentang lembaga kepresidenan tidak terletak dalam satu bab khusus
melainkan tersebar di berbagai pasal. Menurut Konstitusi RI
● Presiden adalah sebagai kepala negara
● Presiden adalah anggota dari pemerintah [pasal 68 (1) dan (2), pasal 70, dan
pasal 72 (1)]
● Presiden tidak dapat diganggu-gugat dan segala pertanggung jawaban berada
di tangan kabinet (pasal 74 (4), pasal 118 (2), dan pasal 119)
● Presiden dilarang: (a). rangkap posisi dengan posisi apapun patut di dalam
ataupun di luar federasi, (b). turut serta atau menjadi penanggung perusahaan
yang disediakan negara federal maupun negara anggota, (c). dan ada piutang
atas tanggungan negara [pasal 79 (1), (2), dan (3)]. Larangan (b) dan (c) tetap
berjalan selama tiga tahun setelah presiden meletak posisinya [pasal 79 (4)]
● Presiden maupun mantan presiden diadili oleh Mahkamah Agung atas
pelanggaran posisi atau pelanggaran lainnya yang dilakukan dalam masa
posisinya [pasal 148 (1)]
● Hal keuangan presiden diatur dalam UU federal [pasal 78]
● Presiden dengan persetujuan Dewan Pemilih membentuk Kabinet Negara
[pasal 74 (1) – (4)]
● Presiden menyaksikan pelantikan kabinet [pasal 77]
● Presiden menerima pemberitahuan kabinet mengenai urusan penting [pasal 76 (2)]
● Presiden menyaksikan pelantikan anggota Senat [pasal 83]
● Presiden mengangkat ketua Senat [pasal 85 (1)] dan menyaksikan pelantikannya
[pasal 86]
● Presiden menyaksikan pelantikan anggota DPR [pasal 104]
● Presiden mengesahkan pemilihan ketua dan wakil-wakil ketua DPR [pasal 103 (1)];
● Presiden memerankan secara administratif/protokoler dalam urusan legislatif [pasal
128 (1) dan (2), pasal 133-135, pasal 136 (1) dan (2), pasal 137, dan pasal 138 (3)]
● Presiden memerankan secara administratif/protokoler dalam urusan konstitutif [pasal
187 (1) dan pasal 189 (3)].
● Presiden dengan pertimbangan Senat mengangkat Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota-
anggota Mahkamah Agung untuk pertama kalinya [pasal 114 (1)] dan melepas mereka
atas permintaan sendiri [pasal 114 (4)]
● Presiden dengan pertimbangan Mahkamah Agung memberi grasi dan amnesti [pasal
160]
● Presiden dengan pertimbangan Senat mengangkat Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota-
anggota Dewan Pengawas Keuangan untuk pertama kalinya [pasal 116 (1)] dan
melepas mereka atas permintaan sendiri [pasal 116 (4)]
● Presiden mengadakan dan mengesahkan akad internasional atas kuasa UU federal
[pasal 175]
● Presiden mengangkat dan menerima misi diplomatik [pasal 178]
● Presiden memegang kekuasaan militer [pasal 183 (1) dan (3)]
● Presiden memberikan tanda kehormatan menurut UU federal [pasal 126].
Selain memerankan secara khusus, sebagai anggota dari pemerintahan dalam
fungsi administratif/protokoler, presiden, menurut konstitusi, antara lain: