Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Warga negara diartikan sebagai orang-orang yang menjadi bagian dari suatu


penduduk yangmenjadi unsur negara. Istilah warga negara lebih sesuai dengan
kedudukannya sebagaiorangmerdeka dibandingkan dengan istilah hamba atau
kawula negara karena warga negaramengandung arti peserta, anggota, atau warga
dari suatu negara, yakni peserta darisuatu persekutuan yang didirikan dengan
kekuatan bersama. Untuk itu, setiap warga negaramempunyai persamaan hak di
hadapan hukum. Semua warga negara memiliki kepastian hak, privasi, dan
tanggung jawab . Negara adalah suatu daerah atau wilayah yang ada di permukaan
bumi di mana terdapat pemerintahan yang mengatur ekonomi, politik, sosial,
budaya, pertahanan keamanan, dan lain sebagainya

Negara Indonesia adalah Negara demokrasi yang berdasarkan asas hukum, oleh
karena itusegala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara diatur
dalam suatu system peraturan perundang-undangan. Dalam pengertian inilah
maka Negara dilaksanakan berdasarkan pada suatu konstitusi atau Undang-
Undang Dasar Negara. Pembagiankekuasaan, lembaga-lembaga tinggi Negara,
hak dan kewajiban warga Negara, keadilansosial dan lainnya diatur dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara. Hal inilah yangdimaksud dengan pengertian
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia.Dalam pembahasan
ini tidak dapat dilepaskan dengan eksistensi Pembukaan UUD 1945,yang
merupakan deklarasi bangsa dan negar Indonesia, yang memuat Pancasila sebagai
dasar Negara, tujuan Negara serta bentuk Negara Republik Indonesia memiliki
kedudukan yangsangat penting karena merupakan suatu staasfundamentalnorm,
dan berada pada hierarkhi tertib hukum tertinggi Negara Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sistem Ketatanegaraan Indonesia menurut UUD 1945
a. Pengertian Sistem Pemerintahan
Pada prinsipnya sistem pemerintahan itu mengacu pada bentuk hubungan
antara lembaga legislatif dengan lembaga eksekutif (Sri Soemantri,
1981:76). Sir Walter Bagehot (1955) kemudian membedakan antara sistem
pemerintahan parlementer dan sistem pemerintahan presidensial.
Meskipun sebenarnya Bagehot hanya sekedar mencoba untuk
memperbandingkan antara sistem yang berlaku di Inggris dan di Amerika
Serikat, namun pembedaan ini lalu menjadi klasifikasi pokok bagi sistem
pemerintahan itu sendiri.
Namun demikian uraian tentang sistem pemerintah Indonesia di sini akan
sedikit diperluas. Tidak hanya meliputi hubungan antara Presiden yang
merupakan lembaga eksekutif dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
sebagai lembaga legislatif semata. Uraian di sini juga akan meliputi
penjelasan sekedarnya tentang lembaga-lembaga ketatanegaraan Indonesia
yang lain.
Sistem Ketatanegaraan menurut UUD 1945 dibagi dalam beberapa massa:
 Sistem Ketatanegaraan menurut UUD 1945 sebelum amandemen
 Sistem Ketatanegaraan menurut konstitusi RIS
 Sistem Ketatanegaraan menurut UUD sementara 1950
 Sistem Ketatanegaraan menurut UUD 1945 sesudah amandemen

b. Struktur Kelembagaan Negara RI sebelum UUD amandemen


 Tugas MPR : Mengangkat dan memberhentikan Presiden dan
Wakil Presiden dalam masa jabatannya, Melantik Presiden dan
Wakil Presiden, Melakukan amandemen terhadap UUD 1945
 Tugas DPR   : Bersama Presiden menetapkan Undang-Undang,
Bersama Presiden menetapkan APBN, Melakukan pengawasan
terhadap Presiden dan jika DPR menganggap bahwa Presiden
melanggar haluan negara yang telah ditetapkan UUD atau oleh
MPR, maka dapat diundang untuk persidangan istimewa untuk
meminta pertanggungjawaban Presiden.
 DPA               : Dewan Pertimbangan Agung adalah Badan
Penasihat Pemerintah yang memiliki kewajiban memberi jawab
atas pertanyaan Presiden serta wajib memberikan pertimbangan
kepada Presiden dan memiliki hak mengajukan usul kepada
Presiden.
 BPK               : Badan Pemeriksa Keuangan memiliki tugas
memeriksa semua pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja
negara. Hasil pemeriksaan diberitahukan kepada DPR.
 MA                : Mahkamah Agung memiliki tugas memberikan
nasihat hukum kepada Presiden untu kpemberian atau penolakan
grasi, memberikan pertimbangan-pertimbangan dalam bidang
hukum baik diminta atau tidak kepada lembaga-lembaga tinggi
negara.
c. Sistem ketatanegaraan Negara RI periode RIS
Periode ini ditandai dengan berlakunya Negara republic Indonesia
Serikat sebagai akibat Sistem Pemerintahan Pada Masa Konstitusi RIS
1949. Sistem pemerintahan Indonesia menurut Konstitusi RIS, dalam
kurun waktu 27 Desember 1949 sampai dengan 17 agustus 1950
adalah parlementen Penerapan sistem pemerintahan parlementer oleh
Konstitusi RIS ini didasarkan pada:

a. Pasal 691ayat 1 KRIS


Presiden ialah kepala negara
b Pasal 118 ayat 1 KRIS
Presiden tldak dapat diganggu gugat
c Pasal 118 ayat 2 KRIS

Menteri menteri bertanggungjawab atas seluruh kebuaksanaan


pemerintah baik bersama sama untuk seluruhnya maupun masmg
masmg untuk bagiannya sendiri sendiri dalam hal ltu

Namun sistem pemerintahan yang dianut pada masa Konstitusi RIS


bukan kabinet parlementer murni melainkan Sistem Pariementer
Kabinet semu (Quasi Parlementer). Karena dalam sistem parlementer
murni, parlemen (legislatif) mempunyai kedudukan yang sangat
menentukan terhadap kekuasaan pernerintah (eksekutif), tapi
kenyataan parlemen kedudukannya hanya terbatas pada hal-hal
tertentu saja.

Sistem pemerintahan parlementer, kabinet semu (Quasi Parlementer)


yang dianut oleh Konstitusi RIS, dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pengangkatan perdana menteri dilakukan oleh presiden, bukan


oleh parlemen sebagaimana Iazimnya (Pasal 74 ayat 2).
b. Kekuasaan perdana menteri masih dicampur tangani oleh
presiden. Hal itu dapat dilihat pada  ketentuan bahwa presiden dan
menteri-menteri bersama-sama merupakan pemerintah. Seharusnya
presiden hanya sebagai kepala negara, sedangkan kepala
pemerintahannya dipegang oleh perdana menteri (Pasal 68 ayat 1).
c. Kabinet dibentuk oleh presiden, bukan oleh parlemen (Pasal 74).
d. Pertanggungjawaban menteri baik secara perorangan maupun
bersama-sama adalah kepada DPR, namun harus melalui keputusan
pemerintah (Pasal 74 ayat 5).
e. Parlemen tidak mempunyai hubungan erat dengan pemerintah
sehingga DPR tidak punya pengaruh besarterhadap pemerintah.
DPR juga tidak dapat menggunakan mosi tidak percaya terhadap
Kabinet (Pasal 118 dan 122).
f. Presiden RIS mempunyai kedudukan rangkap, yaitu sebagai
kepala negara dan kepala pemerintahan
(Pasal 68 dan 69).
d. Sistem Pemerintahan pada Masa UUDS 1950 

Sistem pemerintahan yang dianut oleh Undang-Undang Sementara


1950 yang berlaku antara 17 Agustus 1950 sampai dengan 5 Juli 1959
adalah parlementer. Hai ini dijelaskan dalam pasal-pasal berikut.
a. Pasal 45 ayat1 UUDS 1950
"Presiden adalah kepala negara"
b. Pasal 83 ayat1 UUDS 1950
"Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat diganggu gugat"
c. Pasal 83 ayat 2 UUDS 1950
"Menteri-menteri beitanggungjawab atas keseluruhan
kebijaksanaan pemerintah baik bersama-sama untuk seluruhnya,
maupun masing-masing untuk bagiannya sendiri-sendiri"
d. Pasal 84 UUDS 1950 .
"Presiden berhak membubarkan DPR, keputusan presiden yang
menyatakan pembubaran itu, memerintahkan pula untuk
mengadakan pemilihan DPR dalam 30 hari"

Namun sistem pemerintahan yang dianut UUDS 1950, tidak jauh berbeda
dengan yang dianut oleh Konstitusi RIS 1949 yaitu sistem parlementer
semu (Quasi parlementer). Ketidakmurnian (semu)
parlementer pada masa UUDS 1950 ditandai dengan ciri-ciri sebagai
berikut:

a. perdana menteri diangkat oleh presiden (seharusnya oleh


parlemen) (Pasal 51 ayat 2).
b. kekuasaan perdana menteri sebagai ketua dewan menteri masih
dicampurtangani oleh presiden (seharusnya presiden hanya sebagai
kepala negara dan kepala pemerintahannya adalah perdana
menteri) (Pasal 46 ayat 1)
c. pembentukan kabinet dilakukan oleh presiden dengan menunjuk
seseorang atau beberapa orang pembentuk kabinet (lazimnya oieh
parlemen) (Pasal 50 jo 51 ayat 1).
d. pengangkatan atau penghentian menteri-menteri dan kabinet
dilakukan dengan keputusan presiden (lazimnya oleh parlemen)
(Pasal 51 ayat 5).
e. Presiden dan wakil presiden berkedudukan selain sebagai kepala
negara juga sebagai kepala pemerintahan (seharusnya terpisah)
(Pasal 45 jo 46 ayat berdasarkan penjelasan di atas, ditunjukkan
bahwa sistem pemerintahan dalam UUDS 1950, adalah sistem
parlementer yang masih terdapat pula ciri-ciri Kabinet presidensiil.
Danjuga sistem pemerintahan yang dianut dalam konstitusi RIS,
masih dapat ditemukan dalam UUDS 1950.
Pada tanggal 1 April 1953, Undang-Undang tentang Pemiiihan
Umum yaitu UU No. 7 tahun 1953 diumumkan selanjutnya tanggal
29 september 1955 diadakan pemilihan umum (pemilu) yang
pertama kali di Indonesia, pemilu ini diselenggarakan untuk
memilih anggota DPR. Pada tanggal 10 November 1956
Konstituante hasil pemilu 1955 mulai menggelar sidangnya di
Bandung. Dalam sidang ini agenda utama adalah menetapkan
_UUDS 1950. Namun seteiah bersidang selama tiga tahun, badan
yang bertugas membuat konstitusi tersebut gagai membuat UUD
baru. Kegagalan ini disebabkan karena adanya perdebatan panjang
diseputar persoalan dasar negara. Pada tanggal 25 April 1950,
presiden Soekarno memberikan amanatnya dalam sidang
Konstituante agar menetapkan UUD 1945 sebagai pengganti
UUDS 1950. Seianjutnya tanggal 29 Mei 1950 konstituante
kembali bersidang, namun perdebatan tentang dasar negara
Republik Indonesia masih saja terjadi. Karena konstituante telah
dianggap gagal menetapkan UUD 1945, akhirnya tanggal 5 Juli
1959 presiden Soekamo mengeluarkan Dekrit yang berisi antara
Iain bahwa konstituante dibubarkan dan kembali ke UUD 1945.

e. Struktur Kelembagaan Negara RI setelah UUD amandemen


Undang-Undang Dasar 1945 berdasarkan Pasal II Aturan Tambahan
terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal. Tentang sistem pemerintahan
negara republik Indonesia dapat dilihat di dalam pasal-pasal sebagai
berikut :
 Negara Indonesia adalah negara Hukum.
Tercantum di dalam Pasal 1 ayat (3), tanpa ada penjelasan.
 Sistem Konstitusional
Secara eksplisit tidak tertulis, namun secara substantif dapat dilihat
pada pasal-pasal sebagai berikut :
- Pasal 2 ayat (1)
- Pasal 3 ayat (3)
- Pasal 4 ayat (1)
- Pasal 5 ayat (1) dan (2)
- Dan lain-lain
 Kekuasaan negara tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan
Rakyat.
Sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) bahwa MPR terdiri dari anggota DPR
dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD). MPR berdasarkan
Pasal 3, mempunyai wewenang dan tugas sebagai berikut :
- Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar.
- Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.
- Dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam
masa jabatannya menurut UUD.
 Presiden ialah penyelenggara peme-rintah Negara yang tertinggi
menurut UUD.
Masih relevan dengan jiwa Pasal 3 ayat (2), Pasal 4 ayat (1) dan ayat
(2).
 Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Dengan memperhatikan pasal-pasal tentang kekuasaan pemerintahan
negara (Presiden) dari Pasal 4 s.d. 16, dan Dewan Perwakilan Rakyat
(Pasal 19 s.d. 22B), maka ketentuan bahwa Presiden tidak
bertanggung jawab kepada DPR masih relevan. Sistem pemerintahan
negara republik Indonesia masih tetap menerapkan sistem
presidensial.
 Menteri negara ialah pembantu Presiden, menteri negara tidak ber-
tanggungjawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara. Menteri-menteri
diangkat dan diberhentikan oleh presiden yang pembentukan,
pengubahan dan pembubarannya diatur dalam undang-undang Pasal
17).
 Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas.
Presiden sebagai kepala negara, kekua-saannya dibatasi oleh undang-
undang. MPR berwenang memberhentikan Presiden dalam masa
jabatanya (Pasal 3 ayat 3). Demikian juga DPR, selain mempunyai
hak interpelasi, hak angket, dan menyatakan pendapat, juga hak
mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat serta hak
imunitas (Pasal 20 A ayat 2 dan 3).
2. Hak Asasi Manusia

Hubungan antara Hak asasi manusia dengan Pancasila dapat dijabarkan di


setiap sila-sila dalam pancasila dan kita sebagai warga negara yang baik di
harapkan dapat mengamalkannya di kehidupan sehari-hari sehingga tidak
ada lagi pelanggaran-pelanggaran HAM di Indonesia. Hak-hak asasi
manusia dalam Pancasila dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945 dan
terperinci di dalam batang tubuh UUD 1945 yang merupakan hukum dasar
konstitusional dan fundamental tentang dasar filsafat negara Republik
Indonesia serat pedoman hidup bangsa Indonesia, terdapat pula ajaran
pokok warga negara Indonesia. Yang pertama ialah perumusan ayat ke 1
pembukaan UUD tentang hak kemerdekaan yang dimiliki oleh segala
bangsa didunia.Oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Berikut ini
hubungan antara Hak asasi manusia dengan butir-butir Pancasila dapat
dijabarkan sebagai berikut :
 Sila ketuhanan yang maha Esa menjamin hak kemerdekaan untuk
memeluk agama , melaksanakan ibadah dan menghormati perbedaan
agama.
 Sila kemanusiaan yang adil dan beradab menempatkan hak setiap
warga negara pada kedudukan yang sama dalam hukum serta serta
memiliki kewajiban dan hak-hak yang sama untuk mendapat jaminan
dan perlindungan undang-undang.
 Sila persatuan indonesia mengamanatkan adanya unsur pemersatu
diantara warga Negara dengan semangat rela berkorban dan
menempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan
pribadi atau golongan, hal ini sesuai dengan prinsip HAM dimana
hendaknya sesama manusia bergaul satu sama lainnya dalam semangat
persaudaraan.
 Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan dicerminkan dalam kehidupan
pemerintahan, bernegara, dan bermasyarakat yang demokratis.
Menghargai hak setiap warga negara untuk bermusyawarah mufakat
yang dilakukan tanpa adanya tekanan, paksaan, ataupun intervensi
yang membelenggu hak-hak partisipasi masyarakat.
 Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengakui hak milik
perorangan dan dilindungi pemanfaatannya oleh negara serta memberi
kesempatan sebesar-besarnya pada masyarakat.
PANCASILA DALAM KONTEKS
KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

Oleh:
Kelompok 11
1. Riska Safitri (1410931011)
2. Intan Nuru Chika (1410931015)
3. M. Rizki Ashari (1410932003)
4. M. Aldy Al Khairi (1410932031)

Jurusan Teknik Industri


Fakultas Teknik
Universitas Andalas
Padang
2015
Daftar Pustaka

https://ramdhany578.wordpress.com/2014/05/07/hak-asasi-menurut-pancasila/

http://www.academia.edu/5154223/
Pancasila_dalam_konteks_ketatanegaraan_republik_indonesia

http://blog.umy.ac.id/suhe08/2011/12/14/pancasila-dalam-konteks-
ketatanegaraan-republik-indonesia/

http://islamiyahindah.blogspot.com/2012/07/sistem-ketatanegaraan-ri-
berdasarkan.html

Anda mungkin juga menyukai