Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN IDEOLOGI NASIONAL

A. Pancasila Dalam Pendekatan Filsafat


Untuk mengetahui secara mendalam tentang Pancasila, perlu pendekatan filosofis.
Pancasila dalam pendekatan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mendalam mengenai
Pancasila. Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan
rasional tentang Pancasila dalam bangunan bangsa dan Negara Indonesia (Syarbaini; 2003)

1. Nilai-nilai yang terkandung pada Pancasila


Rumusan Pancasila sebagaimana terdapat dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV adalah
sebagai berikut :
Ketuhanan yang maha esa
Kemanusiaan yang adil dan beradab
Persatuan Indonesia
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
Nilai-nilai yang merupakan perasaan dari sila-sila Pancasila tersebut adalah :
1)      Nilai Ketuhanan
2)      Nilai kemanusiaan
3)      Nilai persatuan
4)      Nilai kerakyata
5)      Nilai keadilan

Nilai adalah suatu penghargaan atau suatu kualitas terhadap suatu hal yang dapat menjadi
dasar Negara penentu tingkah laku manusia, karena suatu itu :
-          Berguna (useful)
-          Keyakinan (belief)
-          Memuaskan (satisfying)
-          Menarik (interesting)
-          Menguntungkan (profitable)
-          Menyenangkan (pleasant)

Ciri-ciri dari nilai adalah sebagai berikut :


-    Suatu realitas abstrak
-     Bersifat normatif
-      Sebagai motivator (daya dorong) manusia dalam bertindak

Nilai bersifat abstrak, seperti sebuah ide, dalam arti tidak dapat ditangkap melalui indra,
yang dapat ditangkap adalah objek yang memiliki nilai. Contohnya lagi keadilan, kecantikan,
kedermawanan, kesederhanaan adalah hal-hal yang abstrak. Meskipun abstrak, nilai merupakan
suatu realitas, sesuatu yang ada dan dibutuhkan manusia.

Nilai juga mengandung harapan akan sesuatu yang diinginkan. Misalnya nilai keadilan,
kesederhanaan. Menurut Prof. Notonegoro, nilai ada 3 (tiga) macam, yaitu sebagai berikut :
1. Nilai materiil, sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia
2. Nilai vital, sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat melaksanakan kegiatan
3. Nilai kerhanian yang dibedakan menjadi 4 (empat) macam:
- Nilai kebenaran bersumber pada akal piker manusia (rasio, budi, cipta)
- Nilai estetika (keindahan) bersumber pada rasa manusia
- Nilai kebaikan atau nilai moral bersumber pada kehendak keras, karsa hati, nurani manusia
- Nilai religious (ketuhanan) bersifat mutlak bersumber pada keyakinan manusia.

Dalam ilmu filsafat, nilai dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :


1. Nilai logika yaitu nilai tentang benar-salah
2. Nilai etika yaitu nilai tentang baik-buru, dan
3. Nilai estetika yaitu nilai tentang indah-jelek

Menurut tinggi rendahnya, nilai dapat dikelompokan dalam tingkatan sebagai berikut :
a. Nilai-nilai kenikmatan
Dalam tingkat ini terdapat deretan nilai yang mengenakkan ataupun tidak mengenakan, yang
menyebabkan orang senang atau tidak senang.
b. Nilai kehidupan
Dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai yang penting dalam kehidupan, seperti kesejahteraan,
keadilan, kesegaran
c. Nilai-nilai kejiwaan
Dalam tingkatan ini terdapat nilai kejiwaan yang sama sekali tidak bergantung pada keadaan
jasmani atau lingkungan. Contohnya, keindahan, kebenaran, kebaikan dan pengetahuan
murni.
d. Nilai-nilai kerohanian
Dalam tingkatan ini terdapat modalitas nilai yang suci dan tidak suci. Nilai semacam ini
terutama terdiri dari nilai-nilai pribadi.

Dalam filsafat Pancasila juga disebutkan bahwa 3 (tiga) tingkatan nilai, yaitu nilai dasar, nilai
instrumental dan nilai praktis.
a. Nilai dasar
Nilai yang mendasari nilai instrumental. Nilai dasar yaitu asas-asas yang kita terima sebagai
dalil yang bersifat sedikit banyak mutlak.
b. Nilai instrumental
Nilai sebagai pelaksanaan umum dari nilai dasar. Umumnya berbentuk norma sosial dan
norma hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme
lembaga-lembaga Negara.
c. Nilai praktis
Nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan.

Nilai-nilai Pancasila tersebut termasuk nilai etik atau nilai moral. Nilai-nilai dalam pancasila
termasuk dalam tingkatan nilai dasar. Nilai kemanusian yang adil dan beradab mengandung arti
kesadaran sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas
dasar tuntutan hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya.
Nilai persatuan Indonesia mengandung makna usaha kea rah bersatu dalam kebulatan rakyat
untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara kesatuan republik Indonesia.
Adanya perbedaan bukan sebagai sebab perselisihan tetatpi justru dapat menciptakan
kebersamaan. Kesadaran ini tercipta dengan bik bila sesanti “Bhineka Tunggal Ika” sungguh-
sunggh dihayati.
Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat
dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga perwakilan. Hal
ini diupayakan dengan menjabarkan nilai-nilai Pancasila tersebut kedalam UUD 1945 dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan ini
selanjutnya menjadi pedoman penyelenggaraan bernegara

.
2. Mewujudkan Nilai Pancasila sebagai Norma Bernegara
Ada hubungan antara nilai dengan norma. Norma atau kaidah adalah aturan pedoman bagi
manusia dalam berperilaku sebagai perwujudan dari nilai. Tanpa dibuatkan norma, nilai tidak
bias praktis artinya tidak mampu berfungsi konkret dalam kehidupan sehari-hari. Akhirnya yang
tampak dalam kehidupan dan melingkupi kehidupan kita adalah norma. Norma yang kita kenal
dalam kehidupan sehari-hari ada 4 (empat) yaitu sebagai berikut.

a.Norma agama
Norma ini disebut juga dengan norma religi atau kepercayaan. Norma kepercayaan atau
keagamaan ditujukan kepada kehidupan beriman. Tuhanlah yang mengancam pelanggaran-
pelanggaran norma kepercayaan atau agama itu dengan sanksi.
b.Norma moral (etik)
Norma ini disebut dengan norma kesusilaan atau etika atau budi pekerti. Norma moral atau
etika adalah norma yang paling dasar. Asal atau sumber norma kesusilaan adalah dari
manusia sendiri yang bersifat otonom dan tidakditunjukan kepada sifat lahir, tetapi ditujukan
kepada sikap batin manusia. Sanksi atas pelanggaran norma moral berasal dari diri sendiri.
c.Norma kesopanan
Norma kesopanan disebut juga norma adat, sopan santun, tata karma atau norma fatsoen.
Norma sopan santun didasarkan atas kebiasaan, kepatuhan atau kepantasan yang berlaku
dalam masyarakat. Sanksi atas pelanggaran norma kesopanan berasal dari masyarakat
setempat
d.Norma hukum
Norma hukum berasal dari luar diri manusia. Norma hukum berasal dari kekuasaan luar diri
manusia yang memaksakan kepada kita. Dalam hal ini pengadilanlah sebagai lembaga yang
mewakili masyarakat resmi untuk menjatuhkan hukuman.

Pengalaman sejarah pernah menjadikan Pancasila sebagai semacam norma etik bagi
perilaku segenap warga bangsa. Ketetapam MPR No.II/MPR/1978 tentang P4 dapat
dianggap sebagai etika sosial dan etika politik bagi bangsa Indonesia yang didasarkan atas
nilai-nilai Pancasila (Achmad Fauzi, 2003). Para pejabat Negara malahan banyak
menyimpang dari apa yang ia pidatokan kepada warga Negara. Di era sekarang ini,
tampaknya kebutuhan akan norma etik untuk kehidupan bernegara masih perlu bahkan amat
penting untuk ditetapkan. Hal ini terwujud dengan keluarnya ketetapan MPR
No.VI/MPR/2001 tentang etika kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.
6
a.Etika sosial dan budaya
Etika ini bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam dengan menampilkan kembali
sikap jujur, saling peduli, saling memahami, saling menghargai, saling mencintai dan tolong
menolong di antara sesama manusia dan anak bangsa. Senapas dengan itu juga
menghidupsuburkan kembali budaya malu, yakni malu berbuat kesalahan dan semua yang
bertentangan dengan moral agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa.

b.Etika pemerintahan dan politik


Etika ini dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, efisien, dan efektif
serta menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang bercirikan keterbukaan, rasa
tanggungjawab, tanggap akan aspirasi rakyat, menghargai perbedaan, jujur dalam persaingan,
kesediaan untuk menerima pendapat yang lebih benar walau datang dari orang per orang ataupun
kelompok orang, serta menjujung tinggi hak asasi manusia.

c.Etika ekonomi dan bisnis


Etika ini dimaksudkan agar prinsip dan perilaku ekonomi, baik oleh pribadi, institusi maupun
pengambil keputusan dalam bidang ekonomi, dapat melahirkan kondisi dan realitas ekonomi
yang bercirikan: persaingan yang jujur, berkeadilan, mendorong berkembangnya etos kerja
ekonomi, daya tahan ekonomi dan kemampuan saing dan terciptanya suasana kondusif untuk
pemberdayaan ekonomi rakyat melalui usaha-usaha bersama secara berkesinambungan.

d.Etika penegakan hukum yang berkeadilan


Etika ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran bahwa tertib social, ketenangan
dan keteraturan hidup bersama hanya dapat diwujudkan dengan ketaatan hukum dan seluruh
peraturan yang ada.

e.Etika keilmuan dan disiplin kehidupan


Etika keilmuan diwujudkan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai ilmu pengetahuan dan
teknologi agar mampu berfikir rasional, kritis, logis dan objektif. Etika disiplin kehidupan
menegaskan pentingnya budaya kerja keras dengan menghargai dan memanfaatkan waktu,
disiplin dalam berfikir dan berbuat, serta menepati janji dan komitmen diri untuk mencapai hasil
terbaik.

Dengan berpedoman pada etika kehidupan berbangsa tersebut, penyelenggara Negara dan
warga Negara dapat bersikap dan berpeilaku secara baik bersumber pada nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupannya. Etika kehidupan berbangsa ini dapat kita pandang sebagai norma etik
bernegara sebagai perwujudan dari nilai-nilai dasar Pancasila . untuk operasional lebih lanjut,
pokok-pokok etika kehidupan berbangsa ini dijabarkan lagi dalam berbagai etika profesi atau
kode etik profesi.

Norma etik atau moral memiliki kelemahan, yaitu tidak memiliki sanksi yang kuat dan
memuaskan terutama untuk mengatur perilaku hidup bernegara. Hukum pada dasarnya adalah
norma, yaitu norma hukum. Secara teoritis kehidupan bermasyarakat membutuhkan norma
hukum sebab sanksi dari ketiga norma yaitu agama, etik dan kesopanan belum cukup
memuaskan, dan efektif melindungi keteraturan masyarakat serta masih adanya
kepentinga/perilaku lain yang dibutuhkan masyarakat yang perlu dibuat karena tidak ada dalam
ketiga norma di atas. Misalnya, perilaku di jalan raya.

B. MAKNA PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA


1. Landasan Yuridis dan Historis Pancasila sebagai Dasar Negara
Kedudukan pokok Pancasila bagi Negara kesatuan republik Indonesia adalah sebagai
dasar Negara. Kedudukan pancasila sebagai dasar Negara ini merupakan kedudukan yuridis
formal oleh karena tertuang dalam ketentuan hukum Negara, dalam hal ini UUD 1945 pada
bagian pembukaan alinea IV. Penegasan akan berkedudukan Pancasila sebagai dasar Negara
semakin kuat dengan keluarnya ketetapan MPR No.XVIII/MPR/1998 tentang penegasan
Pancasila sebagai dasar Negara dan pencabutan ketetapan MPR No.II/MPR/1978 tentang P4
pasal 1 ketetapan MPR tersebut menyatakan bahwa Pancasila sebagaimana dimaksud dalam
pembukaan undang-undang dasar 1945 adalah dasar Negara dari Negara kesatuan republik
Indonesia yang harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara.
Pancasila sebagai dasar Negara yang dimaksud adalah sebagai dasar filsafat atau dasar falsafah
Negara (philosophische grondslag) dari Negara Indonesia. Pancasila sebagai dasar filsafat oleh
karena Pancasila merupakan rumusan filsafati atau dapat dikatakan nilai-nilai Pancasila adalah
nilai-nilai filsafat. Oleh karena itu, harus dibedakan dengan dasar hukum Negara yang dalam hal
ini adalah UUD 1945. Pancasila adalah dasar (filsafat) Negara, sedang UUD 1945 adalah dasar
(hukum) Negara Indonesia.

2.Makna Pancasila sebagai dasar Negara


Pancasila sebagai dasar (filsafat) Negara mengandung makna bahwa nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila menjadi dasar atau pedoman bagi penyelenggaraan bernegara. Nilai-nilai
Pancasila pada dasarnya adalah nilai-nilai filsafat yang sifatnya mendasar.
Pancasila sebagai dasar Negara berarti nilai-nilai pancasila menjadi pedoman normative bagi
penyelanggaraan bernegara. Konsekuensi dari rumusan demikian berarti seluruh pelaksanaan dan
penyelenggaraan pemerintahan Negara Indonesia termasuk peraturan perundang-undangan
merupakan pencerminan kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan dan nilai keadilan.
Pereduksian dan pemaknaan atas Pancasila dalam pengertian yang sempit dan politis ini
berakibat pada : Pancasila dipahami sebagai sebuah mitos
1. Pancasila dipahami sebagai sebuah mitos
2. Nilai-nilai Pancasila menjadi nilai yang disotopia tidak sekadar otopia
Dewasa ini khususnya di era reformasi, ada keinginan berbagai pihak dan kalangan untuk
melakukan penafsiran kembali atas Pancasila dalam kedudukannya bagi bangsa dan Negara
Indonesia.
Dr. Koentowijoyo dalam tulisannya mengenai radikalisasi Pancasila (1998) menyatakan
perlunya kita memberi ruh baru pada Pancasila, sehingga ia mampu menjadi kekuatan yang
menggerakan sejarah. Selama ini Pancasila hanya jadi lip service, tidak ada pemerintah yang
sungguh-sungguh melaksanakannya.
Pancasila sebagai dasar Negara mengandung makna bahwa Pancasila harus kita letakkan dalam
keutuhannya dengan pembukaan UUD 1945, dieksplorasi pada dimensi-dimensi yang melekat
padanya, yaitu :
1. Dimensi realitasnya, dalam arti nilai yang terkandung di dalamnya dikonkretisasikan
sebagai cerminan objektif yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat;
2. Dimensi idealitasnya, dalam arti idealisme yang terkandung di dalamnya bukanlah
sekadar otopi tanpa makna, melainkan diobjektifkan sebagai sebuah “kata kerja” untuk
menggairahkan masyarakat dan terutama para penyelenggara Negara menuju esok yang
lebih baik.
3. Dimensi fleksibilitasnya, dalam arti Pancasila bukan barang yang beku, dogmatis dan
sudah selesai. Pancasila terbuka bagi penafsiran baru untuk memenuhi kebutuhan zaman
yang terus berubah. Pancasila tanpa kehilangan nilai dasarnya yang hakiki tetap actual,
relevan dan fungsional sebagai tiang penyangga kehidupan berbangsa dan bernegara.

C. IMPLEMENTASI PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA


Pancasila adalah dasar Negara dari Negara kesatuan republik Indonesia. Menurut
teori jenjang norma (stufentheorie) yang dikemukakan oleh Hans Kelsen seorang ahli
filsafat hukum, dasar Negara berkedudukan sebagai norma dasar (grundnorm) dari suatu
Negara atau disebut norma fundamental Negara (staatsfundamentalnorm). Grundnorm
merupakan norma hukum tertinggi dalam Negara. Hans Kelsen menyebutkan bahwa
norma-norma hukum itu berjenjang dan berlapis-lapis dalam suatu hierarki tata susunan
tertentu. Suatu norma yang lebih rendah berdasar, bersumber dan berlaku pada norma
yang lebih tinggi, norma yang lebih tinggi berdasar, bersumber dan berlaku pada norma
lebih tinggi lagi.

Teori Hans Kelsen ini dikembangkan oleh muridnya yang bernama Hans
Nawiasky. Hans Nawiasky menghubungkan teori jenjang norma hukum dalam kaitannya
dengan Negara. Hans Nawiasky berpendapat bahwa kelompok norma hukum Negara
terdiri atas 4 (empat) kelompok besar, yaitu :
1. Staatsfundamentalnorm atau norma fundamental Negara
2. Staatgrundgesetz atau aturan dasar/pokok Negara
3. Formellgesetz atau undang-undang
4. Verordnung dan autonome satzung atau aturan pelaksana dan aturan otonom

Jenjang kelompok norma itu digambarkan sebagi berikut :


Di Indonesia, norma tertintti ini adalah Pancasila sebagaimana tercantum dalam
pembukaan UUD 1945. Jadi, Pancasila sebagai dasar Negara dapat disebut sebagai :
1. Norma dasar
2. Staatsfundamentalnorm
3. Norma pertama
4. Pokok kaidah Negara yang fundamental
5. Cita hukum (rechtsidee)
Dalam berbagai buku mengenai Pancasila dikemukakan bahwa pembukaan UUD
1945 merupakan pokok kaidah Negara yang fundamental. Hal ini disebabkan pembukaan
UUD 1945 memuat didalamnya Pancasila sebagai intinya. Untuk membedakannya, Prof.
Notonagoro menyatakan bahwa pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah Negara
yang fundamental, sedangkan Pancasila sebagai unsure pokok kaidah Negara yang
fundamental.
Tata urutan peraturan perundang-undangan tersebut diatur dalam ketetapan MPR
No.III/MPR/2000 tentang sumber hukum dan tata urutan perundang-undangan. Adapun tata
urutan perundangan adalah sebagai berikut :
1. Undang-undang Dasar 1945
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
3. Undang-undang
4. Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang (perpu)
5. Peraturan Pemerintah
6. Keputusan Presiden
7. Peraturan Daerah

Undang-undang No.10 tahun 2004 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan juga


menyebutkan adanya jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan sebagai berikut :
1. UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945
2. Undang-undang/peraturan pemerintah pengganti undang-undang
3. Peraturan pemerintan
4. Peraturan presiden
5. Peraturan daerah

B.     MAKNA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL


Pancasila selain sebagai dasar Negara Indonesia juga berkedudukan sebagai ideology nasional
Indonesia.
1. Pengertian Ideologi
Ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita, dan
logos berarti ilmu. Secara harfiah ideologi berarti ilmu tentang pengertian dasar ide. Hubungan
manusia dengan cita-citanya disebut dengan ideologi. Ideologi berisi seperangkat nilai, dimana
nilai-nilai itu menjadi cita-citanya atau manusia bekerja dan bertindak untuk mencapai nilai-nilai
tersebut. Berikut diberikan beberapa pengertian ideologi.
a. Patrick Corbett menyatakan ideologi sebagai setiap struktur kejiwaan yang tersusun oleh
seperangkat keyakinan mengenai penyelenggaraan hidup bermasyarakat beserta
pengorganisasiannya, seperangkat keyakinan mengenai sifat hakiki manusia dan alam
semesta yang ia hidup didalamnya,
13
 suatu pernyataan pendirian bahwa kedua perangkat keyakinan tersebut independen, dan suatu
dambaan agar keyakinan-keyakinan tersebut dihayati dan
1.  pernyataan pendirian itu diakui sebagai kebenaran oleh segenap orang yang menjadi
anggota penuh dari kelompok sosial yang bersangkutan.
2. A.S. Hornby menyatakan bahwa ideologi adalah seperangkat gagasan yang membentuk
landasan teori ekonomi dan politik atau yang dipegangi oleh seseorang atau sekelompok
orang.
3. Soejono Soemargono menyatakan secara umum “ideology” sebagai kumpulan gagasan,
ide, keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis yang menyangkut bidang :
1)      Politik
2)      Sosial
3)      Kebudayaan, dan
4)      Agama
1. Gunawan Setiardja merumuskan ideology sebagai seperangkat ide asasi tentang manusia
dan seluruh realitas yang dijadikan pedoman dan cita-cita hidup.
2. Frans Magnis Suseno mengatakan bahwa ideology sebagai suatu system pemikiran dapat
dibedakan menjadi ideologi tertutup dan terbuka.
1)      Ideologi tertutup, mempunyai ciri sebagai berikut :
-          Merupakan cita-cita suatu kelompok orang untuk mengubah dan memperbarui
masyarakat.
-          Atas nama ideology dibenarkan pengorbanan-pengorbanan yang dibebankan kepada
masyarakat.
-          Isinya bukan hanya nilai-nilai dan cita-cita tertentu, melainkan terdiri dari tuntutan-
tuntutan konkret dan operasional yang keras, yang diajukan dengan mutlak.
14
2)      Ideologi tertuka, merupakan suatu pemikiran yang terbuka. Ideologi terbuka mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
-          Bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dapat dipaksakan dari luar melainkan digali dan
diambil dari moral, budaya masyarakat itu sendiri.
-          Dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang melainkan hasil musyawarah dari
consensus masyarakat tersebut.
-          Nilai-nilai itu sifatnya dasar, secara garis besar saja sehingga tidak langsung operasional.
Ada dua fungsi utama ideology dalam masyarakat (Ramlan Surbakti, 1999). Pertama, sebagai
tujuan atau cita-cita yang hendak dicapai secara bersama oleh suatu masyarakat. Kedua, sebagai
pemersatu masyarakat dan karenanya sebagai prosedur penyelesaian konflik yang terjadi
dimasyarakat. Tujuan hidup bermasyarakat adalah untuk mencapai terwujudnya nilai-nilai dalam
Ideologi itu. Adapun dalam kaitannya yang keduaa, nilai dalam Ideologi itu merupakan nilai
yang disepakati bersama sehingga dapat mempersatukan masyarakat itu, serta nilai bersama
tersebut dijadikan acuan bagi penyelesaian suatu masalah yang mungkin timbul dalam kehidupan
masyarakat yang bersangkutan.
1. Landasan dan Makna Pancasila sebagai Ideologi Bangsa
Ketetapan bangsa Indonesia bahwa Pancasila adalah ideologi bagi Negara dan bangsa Indonesia
adalah sebagaimana tertuang dalam Ketetapan MPR No.XVIII/MPR/1998 tentang pencabutan
ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila
(Eka Prasetya Pancakarsa) dan Penetapan tentang penegasan Pancasila sebagai dasar Negara.
Catatan risalah/penjelasan yang merupakan bagian tak terpisahkan dari ketetapan tersebut
menyatakan bahwa dasar Negara yang dimaksud dalam ketetapan didalamnya mengandung
makna ideologi nasional sebagai cita-cita dan tujuan Negara.
15
Adapun makna pancasila sebagai ideologi nasional menurut ketetapan tersebut adalah bahwa
nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi pancasila menjadi cita-cita normatif penyelenggaraan
bernegara.  Pancasila sebagai ideologi nasional yang berfungsi sebagai cita-cita adalah sejalan
dengan fungsi utama dari sebuah ideologi sebagaimana dinyatakan di atas. Pancasila merupakan
tawaran yang dapat menjembatanii perbedaan dikalangan anggota BPUPKI saat itu.
Menurut Adnan Buyung Nasution (1995) telah terjadi perubahan fungsi asli Pancasila. Pancasila
yang meskipun sebutannya muluk-muluk sebagai Philosophische grondslag, atau
weltanschauung sebenarnya dimaksudkan sebagai platform demokratis bagi semua golongan di
Indonesia. Ideologi pancasila menjadi ideologi yang khas yang berbeda dengan ideologi lain.
Pernyataan Soekarno ini menjadi ruh berkembang dan berbeda dengan pernyataan yang
disampaikan oleh Prof. Notonagoro pada tahun 1951, 1955, dan 1959. Dari sudut politik,
Pancasila adalah sebuah consensus politik, suatu persetujuan politik bersama antargolongan di
Indonesia. Dengan diterimanya Pancasila, berbagai golongan dan aliran pemikiran bersedia
bersatu dalam Negara kebangsaan Indonesia.
Berdasarkan uraian diatas, Pancasila sebagai ideologi nasional Indonesia memiliki makna
sebagai berikut :
1)      Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi cita-cita normative penyelenggaraan
bernegara;
2)      Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan nilai yang disepakati bersama dan
oleh karena itu menjadi salah satu sarana pemersatu (integrasi) masyarakat Indonesia.

C.    IMPLEMENTASI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL


Pancasila sebagai ideologi nasional yang berarti sebagai cita-cita bernegara dan sarana
yang mempersatukan masyarakat perlu perwujudan yang konkret, dan operasional aplikatif
sehingga tidak menjadi slogan belaka.
16
Dalam ketetapan MPR No. XVIII/MPR/1998 dinyatakan bahwa Pancasila perlu diamalkan
dalam bentuk pelaksanaan yang konsisten dalam kehidupan bernegara.

1. Perwujudan ideologi Pancasila sebagai cita-cita bernegara.


Perwujudan Pancasila sebagai ideology nasional yang berarti menjadi cita-cita
penyelenggaraan bernegara terwujud melalui ketetapan MPR No. VII/MPR/2001 tentang
visi Indonesia Masa Depan terdiri dari tiga visi, yaitu :
a. Visi ideal, yaitu cita-cita luhur sebagaimana termaktub dalam pembukaan undang-
undang dasar Negara republik Indonesia tahun 1945 yaitu pada alinea kedua dan
keempat;
b. Visi antara, yaitu visi Indonesia 2020 yang berlaku sampai dengan tahun 2020;
c. Visi lima tahunan, sebagaimana termaktub dalam garis-garis besar haluan Negara.
Pada visi antara dikemukakan bahwa visi Indonesia 2020 adalah terwujudnya
masyarakat Indonesia yang religious, manusiawi, bersatu, demokratis, adil dipergunakan
indikator-indikator utama sebagai berikut :
1. Religius
2. Manusiawi
3. Bersatu
4. Demokratis
5. Adil
6. Sejahtera
7. Maju
8. Mandiri
9. Baik dan bersih dalam penyelenggaraan Negara
17
2. Perwujudan Pancasila sebagai kesepakatan atau nilai integratif bangsa
Pancasila sebagai nilai integratif, sebagai sarana pemersatu dan prosedur penyelesaian
konflik perlu pula dijabarkan dalam praktik kehidupan bernegara. Pancasila sebagai sarana
pemersatu dalam masyarakat dan prosedur penyelesaian konflik itulah yang terkandung
dalam nilai integrative Pancasila. Kedudukan nilai sosial bersama di masyarakat untuk
menjadi sumber normative bagi penyelesaian konflik bagi para anggotanya adalah hal
penting. Masyarakat membutuhkan nilai bersama untuk dijadikan acuan manakala konflik
antaranggota terjadi.

Pancasila adalah kata kesepakatan dalam masyarakat bangsa. Kata kesepakatan ini
mengandung makna pula sebagai konsensus bahwa dalam hal konflik maka lembaga politik
yang diwujudkan bersama akan memainkan peran sebagai penengah. Nilai-nilai Pancasila
hendaknya mewarnai setiap prosedur penyelesaian konflik yang ada di masyarakat. Secara
normatif dapat dinyatakan sebagai berikut; bahwa penyelesaian suatu konflik hendaknya
dilandasi oleh nilai-nilai religious, menghargai derajat kemanusiaan, mengedepankan
pesatuan, mendasarkan pada prosedur demokratis dana berujung pada terciptanya keadilan.

D.    PENGAMALAN PANCASILA


Tiba saatnya akhir uraian mengenai pancasila ini pada kata “pengamalan Pancasila”.
Sering sekali kita dengar terutama sejak masa orde baru perlunya Pancasila diamalkan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Namun, selalu saja terkesan slogan belaka
dan tidak membumi. Pada ketetapan MPR No.XVIII/MPR/1998 dinyatakan bahwa Pancasila
sebagaimana dimaksud dalam pembukaan undang-undang dasar 1945 adalah dasar Negara dari
Negara kesatuan republik Indonesia yang harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan
bernegara. Dalam GBHN terakhir 1999-2004 disebutkan pula bahwa misi pertama
penyelenggaraan bernegara adalah pengamalan pancasila secara konsisten dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bagaimana sesungguhnya melakanakan atau
mengamalkan pancasila secara konsisten dalam kehidupan bernegara itu?
18
1. Pengamalan secara objektif
Pengamalan secara okjektif adalah dengan melaksanakan dan menaati peraturan perundang-
undangan sebagai norma hukum Negara yang berlandaskan pada pancasila.
2. Pengamalan secara subjektif
Pengamalan secara subjektif adalah dengan menjalankan nilai-nilai Pancasila yang berwujud
norma etik secara pribadi atau kelompok dalam bersikap dan bertingkah laku pada kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Disamping mengamalkan secara objektif, secara subjektif warga Negara dan penyelenggara
Negara wajib mengamalkan pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Dalam rangka pengamalan secara subjektif ini, pancasila menjadi sumber etika dalam
bersikap dan bertingkah laku setiap warga Negara dan penyelenggara Negara. Etika kehidupan
berbangsa dan bernegara yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila sebagaimana tertuang dalam
ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 adalah norma-norma etik yang dapat kita amalkan.
Melanggar norma etik tidak mendapatkan sanksi hukum tetapi sanksi yang berasal dari diri
sendiri. Adanya pengamalan secara subjektif ini adalah konsekuensi dari mewujudkan nilai dasar
pancasila sebagai norma etik berbangsa dan bernegara
BAB II
IDENTITAS NASIONAL

A. HAKIKAT BANGSA

1. Bangsa dalam arti sosiologis antropologis


Adalah perkumpulan orang yang saling membutuhkan dan berinteraksi untuk mencapai
tujuan bersama dalam suatu wilayah. Persekutuan hidup dalam suatu negara bisa
merupakan persekutuan hidup mayoritas dan minoritas. Bangsa dalam arti sosiologis
antropologis diikat oleh ikatan – ikatan seperti ras, tradisi, sejarah, adat istiadat, agama
atau kepercayaan, bahasa dan daerah. Ikatan ini disebut ikatan primordial.

2. Bangsa dalam arti politis


Adalah suatu masyarakat dalam suatu daerah yang sama dan tunduk pada kedaulatan negara sebagai
satu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam. Bangsa dan negara sudah bernegara dan mengakui serta
tunduk pada kekuasaan negara yang bersangkutan. Bangsa dalam arti politik diikat oleh sebuah
organisasi kekuasaan yaitu negara dan pemerintahannya. Mereka juga diikat oleh suatu kesatuan
wilayah nasional, hukum, dan perundangan yang berlaku di negara tersebut.
1.    Bangsa dalam Arti Sosiologis Antropologis

Bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis adalah persekutuan hidup masyarakat yang
berdiri sendiri yang masing-masing anggota persekutuan hidup tersebut merasa satu kesatuan ras,
bahasa, agama, dan adat istiadat. Misalnya, Amerika Serikat terdiri dari bangsa Negro, bangsa
Indian, bangsa Cina, bangsa Yahudi, dan lain-lainnya.
2.    Bangsa dalam Arti Politis
Bangsa dalam pengertian politik adalah suatu masyarakat dalam suatu daerah yang sama dan
mereka tunduk pada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke
dalam. Misalnya, kemunculan bangsa Indonesia (arti politis) setelah terciptanya negara
Indonesia.
3.    Cultural Unity dan Political Unity
Cultural unity adalah bangsa dalam pengertian antropologi/sosiologi. Cultural unity terjadi
karena suatu masyarakat itu merupakan satu persekutuan hidup berdiri sendiri yang merasa satu
kesatuan dalam hal ras, religi, bahasa, sejarah, dan adat istiadat. Cultural unity sudah menyebar
di banyak negara, yang hal ini disebabkan oleh adanya migrasi, akulturasi, dan naturalisasi.
Contoh, Jepang dan Israel.
Political unity adalah bangsa dalam pengertian politik kenegaraan. Anggota sebuah political
unity, mungkin berbeda corak dan  latar belakang kebudayannya, tetapi mereka menjadi satu
bangsa dalam pengertian politik. Contohnya, bangsa Indonesia, bangsa India, dan Malaysia.
4.    Proses Pembentukan Bangsa-Negara
Secara umum dikenal adanya dua proses pembentukan bangsa-negara, yaitu model ortodoks dan
model mutakhir (Ramlan Surbakti, 1999). Pertama, model ortodoks yaitu bermula dari adanya
suatu bangsa terlebih dahulu untuk kemudian bangsa itumembentuk satu negara tersendiri.
Contoh, bangsa Yahudi berupaya mendirikan negara Israel untuk satu bangsa Yahudi. Kedua,
model mutakhir yaitu berawal dari adanya negara terlebih dahulu yang terbentuk melalui proses
tersendiri, sedangkan penduduk negara merupakan sekumpulan bangsa dan ras.
Kedua model ini berbeda dalam empat hal. Pertama, ada tidaknya perubahan unsur dalam
masyarakat. Kedua, lamanya waktu yang diperlukan dalam proses pembentukan bangsa-negara.
Ketiga, kesadaran politik masyarakat. Keempat, derajat partisipasi politik dan rezim politik

BAB IV
NEGARA DAN KONSTITUSI

A. KONSTITUSIONALISME

A. KONSTITUSIONALISME

1. Gagasan tentang Konstitusionalisme

Gagasan bahwa kekuasaan negara harus dibatasi serta hak-hak dasar rakyat dijamin dalam suatu
konstitusi negara dinamakan konstitusionalisme. Carl J. Friedrich berpendapat
"konstitusionalisme adalah gagasan bahwa pemerintah merupakan suatu kumpulan aktivitas
yang diselenggarakan atas nama rakyat, tetapi yang tunduk pada beberapa pembatasan yang
dimaksud untuk memberi jaminan bahwa kekuasaan yang diperlukan untuk pemerintahan tidak
disalahgunakan oleh mereka yang mendapat tugas untuk memerintah. Pembatasan yang
dimaksud termaktub dalam konstitusi”. (Taufiqurrohman Syahuri, 2004)

Di dalam gagasan konstitusionalisme, undang-undang dasar sebagai lembaga mempunyai fungsi


khusus yaitu menentukan dan membatasi kekuasaan di satu pihak dan di pihak lain menjamin
hak-hak asasi warga negara (Mirriam Budiardjo, 1977). Jadi dapat disimpulkan, di dalam
gagasan konstitusionalisme, isi daripada konstitusi negara bercirikan dua hal pokok, yaitu
sebagai berikut.

a. Konstitusi itu membatasi kekuasaan pemerintah atau penguasa agar tidak bertindak
sewenang-wenang terhadap warganya.

b. Konstitusi itu menjamin hak-hak dasar dan kebebasan warga negara.

2. Negara Konstitusional

Setiap negara memiliki konstitusi sebagai hukum dasar. Negara konstitusional bukan sekadar
konsep formal, tetapi juga memiliki makna normatif. Di dalam gagasan konstitusionalisme,
konstitusi tidak hanya merupakan suatu dokumen yang menggambarkan pembagian dan tugas-
tugas kekuasaan tetapi juga menentukan dan membatasi kekuasaan agar tidak disalahgunakan.
Sementara itu di lain pihak konstitusi juga berisi jaminan akan hak-hak asasi dan hak dasar
warga negara. Negara yang menganut gagasan konstitusionalisme inilah yang disebut negara
konstitusional (Constitutional State).

B. KONSTITUSI NEGARA

1. Pengertian Konstitusi

Konstitusi berasal dari istilah bahasa Prancis "constituer" yang artinya membentuk. Pemakaian
istilah konstitusi dimaksudkan untuk pembentukan suatu negara atau menyusun dan menyatakan
suatu negara.

Konstitusi juga dapat diartikan sebagai hukum dasar. Para pendiri Negara kita (the founding
fathers) menggunakan istilah hukum dasar.
Konstitusi dapat diartikan secara luas dan sempit, sebagai berikut.

a. Konstitusi (hukum dasar) dalap arti luas meliputi hukum dasar tertulis dan tidak tertulis.

b. Konstitusi (hukum dasar) dalam arti sempit adalah hukum dasar tertulis, yaitu undang-
undang dasar. Dalam pengertian ini undang-undang dasar merupakan konstitusi atau hukum
dasar yang tertulis.

Di negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi konstitusional, undang-undang dasar


mempunyai fungsi khas, yaitu membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga
penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat semena-mena. Hak-hak warga negara akan lebih
dilindungi. Gagasan ini dinamakan konstitusionalisme. Pada prinsipnya, tujuan konstitusi adalah
untuk membatasi kesewenangan tindakan pemerintah, untuk menjamin hak-hak yang diperintah
dan merumuskan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat.

2. Kedudukan Konstitusi

Konstitusi menempati kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan ketatanegaraan suatu
negara karena konstitusi menjadi barometer kehidupan bernegara dan berbangsa yang sarat
dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu. Konstitusi secara umum berisi hal-hal yang
mendasar dari suatu negara. Hal-hal mendasar itu adalah aturan-aturan atau norma-norma dasar
yang dipakai sebagai pedoman pokok bernegara.

Meskipun konstitusi yang ada di dunia ini berbeda-beda baik dalam hal tujuan, bentuk dan
isinya, tetapi umumnya mereka mempunyai kedudukan formal yang sama, yaitu sebagai (a)
hukum dasar, dan (b) hukum tertinggi.

a. Konstitusi sebagai Hukum Dasar

Konstitusi berkedudukan sebagai Hukum Dasar karena ia berisi aturan dan ketentuan tentang
hal-hal yang mendasar dalam kehidupan suatu negara. Jadi, konstitusi menjadi (a) dasar adanya
dan (b) sumber kekuasaan bagi setiap lembaga negara. Oleh karena konstitusi juga mengatur
kekuasaan badan legislatif (pembuat undang-undang), maka UUD juga merupakan (c) dasar
adanya dan sumber bagi isi aturan hukum yang ada di bawahnya.
b. Konstitusi sebagai Hukum Tertinggi

Konstitusi lazimnya juga diberi kedudukan sebagai hukum tertinggi dalam tata hukum negara
yang bersangkutan.

3. Isi, Tujuan, dan Fungsi Konstitusi Negara

Konstitusi merupakan tonggak atau awal terbentuknya suatu negara. Hal-hal yang diatur dalam
konstitusi negara umumnya berisi tentang pembagian kekuasaan negara, hubungan antarlembaga
negara, dan hubungan negara dengan warga negara.

Menurut Mirriam Budiardjo dalam bukunya Dasar-Dasar Ilmu Politik, konstitusi atau undang-
undang dasar memuat ketentuan-ketentuan sebagai berikut.

1. Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan eksekutif, legislatif, dan
yudikatif.

2. Hak-hak asasi manusia.

3. Prosedur mengubah undang-undang dasar.

4. Adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat-sifat tertentu dari undang-undang


dasar.

Hal-hal yang diatur dalam UNDANG-UNDANG DASAR 1945 antara lain:

1. Hal-hal yang sifatnya umum, misalnya tentang kekuasaan dalam Negara dan identitas-
identitas negara.

2. Hal yang menyangkut lembaga-lembaga negara, hubungan antarlembaga negara, fungsi,


tugas, hak, dan kewenangannya.

3. Hal yang menyangkut hubungan antara negara dengan warga negara, yaitu hak dan
kewajiban negara terhadap warganya ataupun hak dan kewajiban warga negara terhadap
negara, termasuk juga hak asasi manusia.
4. Konsepsi atau cita negara dalam berbagai bidang, misalnya bidang pendidikan,
kesejahteraan, ekonomi, sosial, dan pertahanan.

5. Hal mengenai perubahan undang-undang dasar.

6. Ketentuan-ketentuan peralihan atau ketentuan transisi.

Sejalan dengan sifat membatasi kekuasaan pemerintahan maka konstitusi secara ringkas
memiliki 3 tujuan, yaitu :

a. memberi pembatasan sekaligus pengawasan terhadap kekuasaan politik;

b. melepaskan kontrol kekuasaan dari penguasa itu sendiri;

c. memberi batasan-batasan ketetapanbagi para penguasa dalam menjalankan

kekuasaannya (ICCE UIN, 2000).

Konstitusi negara memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut (Jimly Asshiddiqie,2002).

a. Fungsi penentu atau pembatas kekuasaan negara.

b. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antarorgan negara.

c. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antara organ negara dengan warga negara.

d. Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun kegiatan
penyelenggaraan kekuasaan negara.

e. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli (dalam
demokrasi adalah rakyat) kepada organ negara.

f. Fungsi simbolik yaitu sebagai sarana pemersatu, (symbol of unity),sebagai rujukan


identitas dan keagungan kebangsaan (identity of nation) serta sebagai center of ceremony.
g. Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat (social control), baik dalam arti sempit
yaitu bidang politik dan dalam arti luas mencakup bidang sosial ekonomi.

h. Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat (social engineering atau
social reform).

C. UUD 1945 SEBAGAI KONSTITUSI NEGARA INDONESIA

Konstitusi negara Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945 yang untuk pertama kali
disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonegia (PPKI) pada tanggal l8 Agustus 1945.

1. Konstitusi yang Pernah Berlaku di Indonesia

Sidang PPKI pertama berlangsung tanggal 18 Agustus 1945 yang menghasilkan 3 keputusan
penting, yaitu sebagai berikut.

a. Mengesahkan Rancangan Pembukaan Hukum Dasar Negara dan Hukum Dasar sebagai
UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Memilih Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden.

c. Membentuk sebuah Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) untuk membantu presiden.

Penetapan UUD 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia oleh PPKI dilakukan dalam dua tahap,
yaitu sebagai berikut.

a. Pengesahan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terdiri dari 4


alinea.

b. Pengesahan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terdiri atas 16
bab,37 pasal, 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat aturan tambahan.

Jadi, pada waktu itu yang disahkan PPKI adalah UUD negara Indonesia yang terdiri atas dua
bagian yaitu bagian pembukaan dan bagian batang tubuh atau pasal-pasalnya.
Konstitusi RIS atau UUD RIS 1949 terdiri atas:

a. Mukadimah yang terdiri atas 4 alinea.

b. Bagian batang tubuh yang terdiri atas 6 bab, 197 pasal dan lampiran.

Beberapa ketentuan pokok dalam UUD RIS 1949 antara lain:

a. Bentuk negara adalah serikat, sedang bentuk pemerintahan adalah republik

b. Sistem pemerintahan adalah parlementer. Dalam Sistem Pemerintahan ini, kepala


pemerintahan dijabat oleh seorang perdana menteri Perdana Menteri RIS saat itu adalah
Moh. Hatta

UUDS 1950 terdiri atas :

a. Mukadimah yang terdiri dari 4 alinea.

b. Batang Tubuh yang terdiri atas 6 bab dan 146 pasal.

Isi pokok yang diatur dalam UUDS 1950 antara lain:

a. Bentuk negam kesatuan dan bentuk pemerintahan republik;

b. Sistem pemerintahan adalah parlementer menurut UUDS 1950;

c. Adanya badan Konstituante yang akan menyusun undang-undang dasar tetap sebagai
pengganti dari UUDS 1950 Pendidikan Kewarganegaraan

pada tanggal 5 Juli 1959 presiden Soekarno mengeluarkan dekrit yang isinya

sebagai berikut:

a. Menetapkan pembubaran Konstituante;

b. Menetapkan berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950;
c. Pembentukan MPRS dan DPAS.

2. Proses Amandemen UUD 1945

Istilah perubahan konstitusi itu sendiri mencakup dua pengertian (Taufiqurohman

Syahuri,2004), yaitu

a. amandemen konstitusi (constitutional amendment);

b. pembaruan konstitusi (constitutional reform).

Amandemen atas UUD 1945 dimaksudkan untuk mengubah dan memperbarui konstitusi negara
Indonesia agar sesuai dengan prinsip-prinsip negara demokrasi. Mengapa UUD 1945 perlu
diamandemen atau diubah? Secara filosofis, konstitusi suatu negara dalam jangka waktu tertentu
harus diubah.

Tentang perubahan undang-undang dasar dinyatakan pada Pasal 37 UUD 1945


sebagaiberikut.

(1) Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakan dalam sidang
Majelis Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari
jumlah anggota Majelis Permusyawatalan Rakyat.

(2) Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara tertulis dan
ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.

(3) Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, Sidang Majelis Permusyawaratan


Rakyat dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah. anggota Majelis
Permusyawaratan Rakyat.

(4) Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar dilakukan dengan


persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh
anggota Majelis Permusyaw ar atan Rakyat.
(5) Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan
perubahan.

Perubahan atau amandemen terhadap UUD 1945 dilakukan pertama kali oleh MPR pada Sidang
umum MPR tahun 1999 dan mulai berlaku sejak tanggal 19 Oktober 1999. Amandemen atas
UUD 1945 dilakukan oleh MPR sebanyak 4 kali. Dengan demikian UUD 1945 telah mengalami
4 kali perubahan yaitu sebagai berikut.

(a) Amandemen Pertama Terjadi pada Sidang Umum MPR Tahun 1999, Disahkan 19
Oktober 1999

(b) Amandemen Kedua Terjadi pada Sidang Tahunan MPR, Disahksn 18 Agustus 2000

(c) Amandemen Ketiga Terjadi pada Sidang Tahunan MPR Disahkan 10 November 2001

(d) Amandemen Keempat Terjadi pada sidang Tahunan MPR, Disahkan 10 Agustus 2002

3. Isi Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Tahun 1945

UUD 1945 sekarang ini hanya terdiri atas dua bagian, yaitu bagian pembukaan dan bagian pasal-
pasal. Pembukaan UUD 1945 merupakan bagian yang penting dalam konstitusi negara
Indonesia. Pembukaan UUD 1945 berisi 4 alinea sebagai pernyataan

luhur bangsa Indonesia. Selain berisi pernyataan kemerdekaan, ia juga berisi cita-cita dan
keinginan bangsa Indonesia dalam bernegara yaitu mencapai masyarakat yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil, dan makmur.

D. SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

Sistem ketatanegaraan Indonesia menurut UUD 1945 adalah sebagai berikut :

a. Bentuk negara adalah kesatuan.

b. Bentuk pemerintahan adalah republik.


c. Sistem pemerintahan adalah presidensiil.

d. Sistem politik adalah demokrasi atau kedaulatan rakyat.

1. Bentuk Negara Kesatuan

UUD 1945 menetapkan bahwa bentuk susunan negara Indonesia adalah kesatuan bukan serikat
atau federal. Dasar penetapan ini terluang dalam Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan
"Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik".

Secara teori, ada dua klasifikasi bentuk negara yaitu bentuk negara serikat atau federal dan
bentuk negara kesatuan. Negara kesatuan adalah negara yang bersusunan tunggal. Maka di dalam
negara kesatuan hanya terdapat seorang kepala negara, satu Undang-Undang Dasar Negara yang
berlaku untuk seluruh warga negaranya, satu kepala pemerintahan, dan satu parlemen (badan
perwakilan rakyat). Pemerintah dalam negara kesatuan memiliki kekuasaan untuk mengatur
seluruh urusan pemerintahan dalam negara tersebut.

2. Bentuk Pemerintahan Republik

UUD 1945 menetapkan bahwa bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik bukan monarki
atau kerajaan. Dasar penetapan ini tertuang dalam Pasal 1 ayat ( 1 ) UUD 1945 yang menyatakan
"Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik". Berdasarkan pasal tersebut
dapat diketahui bahwa "kesatuan" adalah bentuk negara, sedang "republik" adalah bentuk
pemerintahan.

3. Sistem Pemerintahan Presidensiil

Berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam UUD 1945, Indonesia menganut sistem pemerintahan


presidensiil. Secara teoretis, sistem pemerintahan dibagi dalam dua klasifikasi besar, yaitu sistem
pemerintahan parlementer dan sistem pemerintahan presidensiil.

Adapun ciri-ciri sistem pemerintahan presidensiil adalah sebagai berikut.


1. Penyelenggara negara berada di tangan presiden, Presiden adalah kepala negara dan
sekaligus kepala pemerintahan. Presiden tidak dipilih oleh parlemen, tetapi dipilih langsung
oleh rakyat atau oleh suatu dewan/majelis.

2. Kabinet (dewan menteri) dibentuk oleh presiden. Kabinet bertanggung jawab kepada
presiden dan tidak bertanggung jawab kepada parlemen/legislatif.

3. Presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen. Hal ini karena presiden tidak dipilih
oleh parlemen.

4. Presiden tidak dapat membubarkan parlemen seperti dalam sistem parlementer

5. Parlemen memiliki kekuasaan legislatif dan sebagai lembaga perwakilan. Anggota


parlemen dipilih oleh rakyat.

6. Presiden tidak berada di bawah pengawasan langsung parlemen.

4. Sistem Politik Demokrasi

Sistem politik yang dianut negara Indonesia adalah sistem politik demokrasi. Hal ini secara jelas
dinyatakan dalam Pasal 1 ayal (2) UUD 1945 bahwa "Kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar". Hakikat demokrasi itu sendiri adalah kekuasaan
dalam negara berada di tangan rakyat.

Secara teoretis, klasifikasi sistem politik di era modern ini terbagi dua yaitu sistem politik
derirokrasi dan sistem politik otoritarian. Samuel Huntington dalam buku Gelombang
Demokratisasi Ketiga (2001) mernbuat pembedaan antara sistem politik demokrasi dan sistem
politik nondemokrasi. Sistem politik nondemokrasi atau otoriter ini mencakup: monarki absolut,
rezim militer, kediktatoran, rezim komunis, rezim otoritarian, dan fasis.

Pembagian atas sistem politik demokrasi dan sistem politik otoriter ini didasarkan atas:

1. kewenangan pemerintah terhadap aspek-aspek kehidupan warganya;

2. tanggung jawab pemerintah terhadap warga negara


BAB V
DDEMOKRASI DAN PENDIDIKAN DEMOKRASI

A. HAKIKAT DEMOKRASI

1. Pengertian Etimologis Demokrasi


Dari sudut bahasa (etimologis), demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu demos
yang berarti rakyat dan cratosatau cratein yang berarti pemerintahan atau kekuasaan. Jadi secara
bahasa demis-cratein ataudemos-cratos berarti pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat.

Alasan demokrasi sulit dilaksanakan sebagai berikut :


a.       Tidak ada tempat yang menampung seluruh warga yang jumlahnya cukup banyak.
b.      Untuk melaksanakan musyawarah dengan baik dengan jumlah yang banyak sulit di lakukan.
c.       Hasil persetujuan secara bulat mufakat sulit tercapai, karena sulitnya memungut suara dari
peserta yang hadir.
d.      Masalah yang di hadapi negara semakin kompleks dan rumit sehingga membutuhkan orang-
orang yang secara khusus berkecimpung dalam penyelesaian masalah tersebut.

Maka untuk menghindari kesulitan seperti di atas dan agar rakyat tetap memegang
kedaulatan tertinggi, di bentuklah badan perwakilan rakyat. Badan inilah yang menjalankan
demokrasi. Namun pada prinsipnya rakyat tetap merupakan pemegang kekuasaan tertinggi
sehingga mulailah dikenal “demokrasi tidak langsung” atau “demokrasi perwakilan”.

Jadi, Demokrasi atas dasar penyaluran kehendak rakyat ada dua macam yaitu :
a.       Demokrasi langsung
Demokrasi langsung adalah paham demokrasi yang mengikut sertkan seriap warga negaranya
dalam permusyawaratan untuk menentukan kebijaksanaan umum dan undang-undang.
b.      Demokrasi tidak langsung
Demokrasi tidak langsung adalah paham demokrasi yang dilaksanakan melalui sistem
perwakilan.

Untuk negara-negara modern penerapan demokrasi tidak langsung dilakulakan karena berbagai
alasan, antara lain :
a.       Penduduk yang selalu bertambah sehingga pelaksanaan musyawarah pada suatu tempat tidak
dimungkinkan.
b.      Masalah yang di hadapi semakin kompleks karena kebutuhan dan tantangan hidup semakin
banyak.
c.       Setiap warga negara mempunyai kesibukan sendiri-sendiri didalam menyurus kehidupannya
sehingga masalah pemerintahan cukup di serahkan pada orang yang berminat dan memiliki
keahlian dibidang pemerintahan negara.
2.      Pengertian Terminologis Demokrasi
Berikut ini beberapa definisi tentang demokrasi :
a.       Menurut Harris Soche
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena itu kekuasaan pemerintahan itu melekat
pada diri rakyat diri orang banyak dan merupakan hak bagi rakyat atau orang banyak untuk
menagtur, mempertahankan dan melindungi dirinya dari paksaan dan pemerkosaan orang lain
atau badan yang diserahi untuk memerintah.
b.      Menurut Hennry B. Mayo
Sistem politik demokratis adalah sistem yang menunjukan bahwa kebijaksanaan umum
ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang secara diawasi secara efektif oleh rakyat
dalam pemiliha-pemilihan yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan
dalam suasana terjainnya kebebasan politik.
c.       Menurut International Commission for Jurist
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan dimana hak untuk membuat keputusan-keputusan
politik diselenggarankan oleh warga negara melalui wakil-wakil yang dipilih oleh mereka dan
yang bertanggung jawab kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yang bebas.
d.      Menurut C.F Strong
Suatu sistem pemerintahan dalam mana mayoritas anggota dewasa dari masyarakat politik ikut
serta dalam atas dasar sistem perwakilan yang menjamin bahwa pemerintah akhirna
mempertanggung jawabkan tindakan- tindakan kepada mayoritas itu.
e.       Menerut Samuel Huntington
Sistem politik sebagai demokratis sejauh para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat
dalam sistem itu di pilih melaui pemilihan umum yang adil, jujur, dan berkala dan didalam
sistem itu para calon bebas bersaing untuk memperoleh suara dan hampir semua penduduk
dewasa berhak memberikan suara.

Ada satu pengertian mengenai demokrasi yang di anggap paling populer diantara pengertian
yang ada. Pengertian tersebut dikemukakan pada tahun 1863 oleh Abraham Lincoln yang
mengatakan demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat
(government of the people, by the people, and for the peolple). Pemerintahan dari rakyat berarti
pemerintahan negara itu mendapat mandat dari rakyat untuk menyelenggarakan perintahan.
Pemerintahan oleh rakyat berarti pemerintahan negara itu dijalankan oleh rakyat. Pemerintahan
untuk rakyat berarti pemerintahan itu menghasilkan dan menjalankan kebijakan-kebijakan yang
di arahkan untuk kepentingan dan kejahteraan rakyat.

Secara substantif, prinsip utama dalam demokrasi ada dua (Maswadi Rauf, 1997) yaitu :
a.       Kebebasan/persamaan (freedom/equality)
Kebebasan dan persamaan adalah pondasi demokrasi. Kebebsan di anggap sebagai sarana
mencapai kemajuan dengan memberikan hasil maksinal dari usaha orang tanpa adanya
pembatasan dari pengguasaan.
b.      Kedaulatan rakyat (people’s soverignty)
Dengan konsep kedaulatan rakyat, pada hakikatnya kebijakan yang dibuat adalah kehendak
rakyat dan untuk kepentingan rakyat.
3. Demokrasi Sebagai Bentuk Pemerintahan
Secara klasik, pebagian bentuk pemerintahan menurut Plato, dibedakam menjadi :
a.       Monarki, yaitu suatu bentuk pemerintaham yang dipegang oleh seseorang sebagai pemimpin
tertinggi dan dijadikan utuk kepentingan rakyat banyak.
b.      Tirani, yaitu suatu bentuk pemerintahan yang di pegang oleh seseorang sebagai pemimpin
tertimggi dan di jadikan utuk kepentingan pritar.
c.       Aristokrasi, yaitu suatu bentuk pemerintahan yank dipegang oleh sekelompok orang yank
memimpin dan dijadikan untuk kepentingan rakyat banyak.
d.      Oligarki, yaitu suatu bentuk pemerintahan yank dipegang oleh sekelompok dan dijadikan untuk
kelompok itu sendiri.
e.       Demokrasi, yaitu suatu bentuk pemerintahan yank dipegang oleh rayat dan dijalankan untuk
kepentigan rakyat banyak.
f.       Mobokrasi/Okhlokrasi, yaitu suatu bentuk pemerintahan yang di pegang oleh rakyat tetapi
rakyat yang tidak tahu apa-apa, rakyat yang tidal berpendidikan, dan rakyat yang tidak paham
tentang pemerintahan, yank akhirnya pemerimtahan yang dijalankan tidak berhasil untuk
kepentingan rakyat banyak.

Bentuk pemerinthan monarki, aristokrasi, dan demokrasi dikatakan sebagai bentuk


pemerintahan yang baik, sedangkan bentuk tirani, origarfi dan mobograsi adalah bentuk yang
buruk dari pemerinthan.
Adapun bentuk pemerinthan yang di anut atau diterima adalah bentuk perinthan moderen
menurut Nicollo Machiavelli :
a.       Monarki adalah bentuk pemerintahan yang bersifat kerajaan. Pemimpin negara umumnya
bergelar raja, ratu, kaisar atau sultan.
b.      Republik adalah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh seorang presiden
atau perdana menteri.

4.      Demokrasi Sebagai Sistem Politik


Beberapa ahli telah mendefinisikan demokrasi sebagai sistem politik :
a.       Hendry B. Mayor, menyatakan demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem yang
menunjukan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang
diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan yang berkala yang didasar kan atas prinsip
kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.
b. Samuel Huntington, menyatakan bahwa sistem politik sebagai demokratis sejauh para pembuat
keputusan kolektif yang paling kuat dalam sistem itu dipilih melalui pemilihan yang adil, jujur,
dan berkala dan di dalam sistem itu para calon bebas bersaing untuk memperoleh suara dan
hampir semua penduduk dewasa berhak memberikan suara.

Sistem politik dewasa ini dibedakan menjadi dua (Huntington, 2001), yaitu sistem politik
demokrasi dan sistem politik nondemokrasi. Termasuk sistem politik nondemokrasi adalah
sistem politik otoriter, totaliter, sistem diktator, rezim militer, rezim satu partai, monarki absolut,
dan sistem komunis. Sistem politik (pemerintahan) demokrasi adalah sistem pemerintahan dalam
suatu negara yang menjalankan prinsip-prinsip demokrasi.

Sukarna dalam buku Demokrasi vs Kediktaktoran (1981) mengemukakan prinsip-prinsip dari


sistem poltik demokrasi, sebagai berikut :
a.       Pebagian kekuasana; kekuasanan esekutif, legislatid dan yudikatif
b.      Pemerintahan konstitusional
c.       Pemerintahan berdasarkan hukum (Rule of Low)
d.      Pemerintahan mayoritas
e.       Pemerintahan dengan diskusi
f.       Pemerinthan umum yang bebas
g.      Partai politik lebih dari satu dan mampu melaksanakan fungsinya
h.      Manajemen yang terbuka
i.        Pers yang bebas
j.        Pengakuan terhadap hak-hak minoritas
k.      Perlindungan terhadap hak asasi manusia
l.        Peradilan yang bebas dan tidak memihak
m.    Pengawasan terhadap administrasi Negara
n.      Mekanisme politik yang beruba anatar kehidupan politik masyarakat dengan kehidupan plolitik
pemerintahan
o.      Kebijakan pemerintah dibuat oleh badan perwakilan politik tanpa paksaan dari lembaga
manapun
p.      Penempatan pejabat pemerintahan dengan merit sistem bukan poll system
q.      Penyelesaain secara damai buka dengan kompromi
r.        Jaminan terhadap kebebasan individu dalam batas-batas tertentu
s.       Konstitui/UUD yang demokratis
t.        Prinsip persetujuan

Prinsip nondemokrasi yaitu sebagai berikut :


a.       pemusatan kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif, kekuasaan esekutif dan kekuasaan yudikatif
menjadi satu.
b.      Pemerintahan tidak berdasarkan konstitusi yang sifatnya yang konstisional, tetapi
pemerintahan dijalankan berdasarkan kekuasaan.
c.       Rule of Power atau prinsip negara kekuasaan yang ditandai dengan supremasi kekuasaan dan
ketidak samaan didepan hukum.
d.      Pembentukan pemerintahan tidak berdasarkan musyawarah, tetapi melalui dekrit
e.       Pemilihan umum yang tidak demokratis.
f.       Terdapat satu partai politik, yaitu partai pemerintah atau ada beberapa partai, tapi ada sebuah
partai yang memonopoli kekuasaan.
g.      Manajeman dan kepemimpinan yang tertutup dan tidak bertanggung jawab.
h.      Menekan dan tidak mengakui hak-hak minoritas warga negara.
i.        Tidak adanya kebebasan berdapat, berbicara dan kebebasan pers.
j.        Tidak ada perlindungan terhadap hak azazi manusia, bahkan sering terjadi pelanggaran atas
hak asasi manusia.
k.      Badan peradilan yang tidak bebas dan bisa di interfensi oleh penguasa.
l.        Tidak ada kontrol atau pengendalian terhadap administrasi dan birokrasi.
m.    Mekanisme dalam kehidupan politik dan sosial tidak dapat berubah dan bersifat sama.
n.      Penyelesaian pemecahan atau perbedaan dengan cara kekerasan dan penggunaan paksaan.
o.      Tidak ada jaminan terhadap hak-hak dan kebebsan indufidu dalam batas tertentu.
p.      Prinsip dogmatisme dan banyak berlaku doktrin.
5. Demokrasi Sebagai Sikap Hidup
Perkembangan baru menunjukkan bahwa demokrasi tidak dipahami sebagai bentuk
pemerintahan dan sistem politik, tetapi demokrasi dipahami sebagai sikap hidup atau pandangan
hidup demokratis. Demokrasi membutuhkan usaha nyata dari setiap warga maupun
penyelenggara negara untuk berprilaku sedemikian rupa sehingga mendukung pemerintahan atau
sistem politik demokrasi. Perilaku yang mendukung tersebut tentu saja merupakan perilaku yang
demokratis

B. DEMOKRATISASI
1. Nilai (Kultur) Demokrasi
Henry B. Mayo dalam Mirriam Budiarjo (1990) menyebutkan adanya delapan nilai
demokrasi ,yaitu :
1. Menyelesaikan pertikaian-pertikaian secara damai dan sukarela;
2. Menjamin terjadinya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang selalu
berubah;
3. Pergantian penguasa dengan teratur;
4. Penggunaan paksaan sedikit mungkin;
5. Pengakuan dan penghormatan terhadap nilai keanekaragaman;
6. Menegakkan keadilan;
7. Memajukan ilu pengetahuan;
8. Pengakuan dan penghormatan terhadap kebebasan.

2. Lembaga (Struktur) Demokrasi


• Pemerintahan yang bertanggung jawab;
• Suatu dewan perwakilan rakyat yang mewakili golongan dan kepentingan dalam
masyarakat yang dipilih melalui pemilihan umum yang bebas dan rahasia. Dewan ini
melakukan pengawasan terhadap pemerintah.
• Suatu organisasi politik yang mencakup lebih dari satu partai
• Pers dan media massa yang bebas untuk menyatakan pendapat.
• System peradilan yang bebas untuk menjamin hak asasi manusia dan
mempertahankan keadilan.

3. Ciri Demokratisasi
a. Berlangsung secara evolusioner
b. Proses perubahan secara persuasive bukan koersif
c. Proses yang tidak pernah selesai

C. DEMOKRASI DI INDONESIA
1. Demokrasi Desa
Demokrasi desa memiliki 5 unsur atau aanasir, yaitu :
a. Rapat
b. Mufakat
c. Gotong-royong
d. Hak mengadakan protes bersama, dan
e. Hak menyingkir dari kekuasaan raja absolut.
2. Demokrasi Pancasila
Demokrasi pancasila dapat diartikan secara luas meupun sempit, sebagai berikut :
1) Secara luas demokrasi Pancasila berarti kedaulatan yang didasarkan pada nila-nilai
Pancasila dalam bidang politik, ekonomi dan sosial.
2) Secara sempit demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang dilaksanakan
menurut hikmat kebijaksanaan dalam pemusyawaratan perwakilan.

3. Perkembangan Demokrasi Indonesia


a. Pelaksanaan Demokrasi Masa Revolusi tahun 1945 sampai 1950
b. Pelaksanaan Demokrasi Masa Orde Lama yang terdiri;
1) Masa demokrasi liberal tahun 1950 sampai 1959
2) Masa demokrasi terpimpin tahun 1959 sampai 1965
c. Pelaksanaan Demokrasi Masa Orde Baru tahun 1966 sampai 1998
d. Pelaksanaan Demokrasi Masa Transisi tahun 1998 sampai 1999
e. Pelaksanaan Demokrasi Masa Reformasi tahun 1999 sampai sekarang.

D. SISTEM POLITIK DEMOKRASI


1. Landasan Sistem Politik Demokrasi di Indonesia
Landasan Negara Indonesia sebagai Negara demokrasi terdapat dalam :
a) Pembukaan UUD 1945 pada alinea 4
b) Pasal 1 ayat (2) UUD 1945

2. Sendi-Sendi Pokok Sistem Politik Demokrasi Indonesia


a) Ide kedaulatan rakyat
b) Negara berdasar atas hukum
c) Bentuk republik
d) Pemerintahan berdasarkan konstitusi
e) Pemerintahan yang bertanggung jawab
f) Sistem perwakilan
g) Sistem pemerintahan presidensiil

3. Mekanisme dalam Sistem Politik Demokrasi Indonesia

4. Masa Depan Demokrasi


Masa depan demokrasi bergantung pada persyaratan-persyaratan atau demokrasi perlu
syarat hidupnya.

E. PENDIDIKAN DEMOKRASI
Sistem politik demokrasi suatu negara berkaitan dengan dua hal yaitu institusi (struktur)
demokrasi dan perilaku (kultur) demokrasi, Institusi atau struktur demokrasi menunjuk
pada tersedianya lembaga-lembaga politik demokrasi yang ada di suatu Negara. Suatu
Negara dikatakan Negara demokrasi bila didalamnya terdapat lembaga-lembaga politik
demokrasi. Perilaku atau kultur demokrasi menunjuk pada berlakunya nilai-nilai
demokrasi di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai