Anda di halaman 1dari 18

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

Bidang etika politik


- Filsafat yang langsung mempertanyakan praksis manusia disebut etika. Etika
mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia. Etika berkaitan
dengan norma moral.
- Etika politik masuk dalam lingkungan filsafat. Dengan demikian etika politik
mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia sebagai manusia dan
bukan hanya sebagai warga negara terhadap negara, hukum yang berlaku dsb.
- Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat teoritis
untuk mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik secara bertanggung
jawab.
- Tugas etika politik membantu agar pembahasan masalah-masalah ideologis
dapat dijalankan secara objektif.
- Prinsip etika politik yang menjadi titik acuan orientasi moral bagi suatu negara
adalah adanya cita-cita the rule of law, partisipasi demokratis masyarakat,
jaminan HAM menurut kekhasan paham kemanusiaan, dan struktur sosial
budaya masyarakat masing-masing dan keadilan sosial.
Legitimasi kekuasaan
- Pokok permasalahan etika politik adalah legitimasi etis kekuasaan, yang dapat
dirumuskan dengan pertanyaan yaitu dengan moral apa seseorang atau
sekelompok orang memegang dan menggunakan kekuasaan yang mereka
miliki? Betapa besarnya kekuasaan seseorang, dia harus berhadapan dengan
tuntutan untuk mempertanggungjawabkannya.
- Legitimasi kekuasaan meliputi:
1) Legitimasi etis, yaitu pembenaran atau pengabsahan wewenang negara
(kekuasaan negara) berdasarkan prinsip-prinsip moral.
2) Legitimasi legalitas, yaitu keabsahan kekuasaan itu berkaitan dengan
fungsi-fungsi kekuasaan negara dan menuntut agar fungsi fungsi itu
diperoleh dan dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku.
Legitimasi moral dalam kekuasaan
Legitimasi etis mempersoalkan keabsahan kekuasaan politik dari segi norma-norma
moral. Legitimasi ini muncul dalam konteks bahwa setiap tindakan negara baik dari
legislatif maupun eksekutif dapat dipertanyakan dari segi norma-norma moral.
Tujuannya adalah agar kekuasaan itu mengarahkan kekuasaan ke pemakaian
kebijakan dan cara-cara yang semakin sesuai dengan tuntutan-tuntutan kemanusiaan
yang adil dan beradab.
Nilai
- Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya batin, dan
menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya.
- Nilai bersumber pada budi yang berfungsi mendorong dan mengarahkan sikap
dan perilaku manusia.
- Cita-cita, gagasan, konsep, ide tentang sesuatu adalah wujud kebudayaan
sebagai sistem nilai. Oleh karena itu, nilai dapat dihayati atau dipersepsikan
dalam konteks kebudayaan, atau sebagai wujud kebudayaan yang abstrak.
Tiga kategori nilai (Notonogoro)
1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk melakukan
aktivitas.
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Nilai kerohanian
1. Nilai kebenaran, yaitu bersumber pada unsur rasio manusia, budi, dan cipta.
2. Nilai keindahan, yaitu bersumber pada unsur rasa atau intuisi.
3. Nilai moral, yaitu bersumber pada unsur kehendak manusia atau kemauan
(karsa, etika)
4. Nilai religi, yaitu bersumber pada nilai ketuhanan, merupakan nilai kerohanian
yang tinggi dan mutlak.
Nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praksis
1. Nilai Dasar adalah nilai yang ada dalam ideologi Pancasila yang merupakan
representasi dari nilai atau norma dalam masyarakat, bangsa, dan negara
Indonesia.
2. Nilai instrumental adalah nilai yang merupakan pendukung utama dari nilai dasar
(Pancasila).
3. Nilai Praksis adalah pelaksanaan secara nyata dari nilai-nilai dasar dan nilai
instrumental.
Moral
- Moral berasal dari kata mos (mores) yang berarti kesusilaan, tabiat, kelakuan.
- Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah
laku dan perbuatan manusia.
- Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan, prinsip-prinsip yang benar,
baik, terpuji, dan mulia.
Norma
- Norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dijalankan dalam kehidupan
sehari-hari berdasarkan motivasi tertentu.
- Norma memiliki kekuatan untuk dapat dipatuhi, yang dikenal dengan sanksi,
misalnya:
a. Norma agama, sanksinya dari Tuhan
b. Norma kesusilaan, sanksinya rasa malu dan menyesal terhadap diri
sendiri.
c. Norma kesopanan, sanksinya berupa mengucilkan dalam pergaulan
masyarakat.
d. Norma hukum, sanksinya berupa penjara atau kurungan atau denda yang
dipaksakan oleh alat negara.
Pancasila Sebagai Sistem Nilai
- Pancasila sebagai sistem filsafat hakikatnya merupakan nilai sehingga
merupakan sumber dari segala penjabaran norma.
- Suatu pemikiran filsafat tidak secara langsung menyajikan norma-norma yang
merupakan pedoman dalam suatu tindakan atau aspek praksis melainkan suatu
nilai yang bersifat mendasar
- Sebagai suatu nilai, Pancasila memberikan dasar-dasar yang fundamental dan
universal bagi manusia baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
- Pancasila merupakan sistem nilai kebaikan yang di dalamnya terkandung nilai
kebenaran dan nilai keindahan, yang terdiri dari nilai dasar:
● Ketuhanan
● Kemanusiaan
● Persatuan
● Kerakyatan
● Keadilan
- Sementara itu, penjabarannya ada dalam norma-norma kehidupan, yaitu dalam
adat-kebiasaan, sopan santun, dan hukum.
Inti Isi Sila-sila Pancasila
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa Sila
Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai keempat sila
lainnya. Dalam sila ini terkandung nilai bahwa negara yang didirikan adalah
sebagai pengejawantahan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha
Kuasa.
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Dalam sila ini terkandung nilai-nilai bahwa negara harus menjunjung tinggi harkat
dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab dan bermoral.
3. Sila Persatuan Indonesia
Dalam sila ini terkandung nilai bahwa negara adalah sebagai penjelmaan sifat
kodrat manusia yaitu sebagai makhluk individu dan sosial. Negara adalah
merupakan suatu persekutuan hidup bersama di antara elemen-elemen yang
membentuk negara yang berupa suku, ras, kelompok, golongan, maupun
kelompok agama.
4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan
Nilai yang terkandung di dalamnya adalah bahwa hakikat negara bertujuan
mewujudkan harkat dan martabat manusia dalam suatu wilayah.Rakyat adalah
subjek pendukung pokok negara. Negara adalah dari oleh dan untuk rakyat,
sehingga rakyat adalah asal mula kekuasaan negara. Dalam sila ini terkandung
nilai demokratis yang secara mutlak harus dilaksanakan.
5. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Dalam sila ini terkandung nilai-nilai yang merupakan tujuan negara sebagai
tujuan dalam hidup bersama. Oleh karena itu, terkandung nilai keadilan yang
harus terwujud dalam kehidupan bersama.
Nilai Pancasila sebagai Sumber Etika Politik
- Sebagai dasar filsafat negara Pancasila tidak hanya merupakan sumber derivasi
peraturan perundang-undangan, melainkan juga merupakan sumber moralitas
terutama dalam hubungannya dengan legitimasi kekuasaan, hukum, serta
berbagai kebijakan dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara.
- Etika politik menuntut agar kekuasaan dalam negara dijalankan sesuai dengan
asas legalitas, disahkan dan dijalankan secara demokratis, dan dilaksanakan
berdasarkan prinsip-prinsip moral atau tidak bertentangan dengannya.
Sila pertama kedua adalah sumber nilai-nilai moral bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara. Sila ketiga, empat dan lima adalah nilai-nilai dasar operasional
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, etika politik menuntut agar
kekuasaan dalam negara dijalankan sesuai dengan :
1. Asas legalitas (hukum)
2. Disahkan dan dijalankan secara demokratis
3. Dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip moral
- Prinsip-prinsip dasar etika politik dalam realisasi praksis dalam kehidupan
kenegaraan senantiasa dilaksanakan secara kolektif di antara kekuasaan
eksekutif, legislative maupun yudikatif.
- Etika politik harus direalisasikan oleh setiap individu yang ikut terlibat secara
konkrit dalam kekuasaan eksekutif, legislatif maupun yudikatif.

PANCASILA SEBAGAI DASAR ILMU


Spesialisasi Ilmu:
1. Lepasnya ilmu-ilmu cabang dari batang filsafatnya , tokoh: Copernicus, Vesalius,
Isaac Newton dll.
2. Puncaknya: hadirnya Auguste Comte :untuk menerangkan bahwa yang benar
dan yang nyata haruslah konkret, eksak, akurat, dan memberi kemanfaatan.
3. Metode observasi, eksperimentasi, dan komparasi yang dipelopori Francis
Bacon.
Iptek dan Fenomena Perubahan:
- Masa transisi masyarakat berbudaya agraris-tradisional menuju masyarakat
dengan budaya industri modern.
- Masa transisi budaya etnis-kedaerahan menuju budaya nasional kebangsaan.
- Masa transisi budaya nasional-kebangsaan menuju budaya global-mondial.
Aspek Penting Dalam Iptek:
- Paradigma iptek menjadi universalisme, komunalisme, dan skeptisisme yang
teratur dan terarah
- Pengembangan ilmu melalui ilmu melalui penelitian, eksperimen, ekspedisi,
seminar, kongres
- Aspek struktural Iptek memiliki unsur-unsur:
a. Objek untuk diketahui (Gegenstand)
b. Dipertanyakan dengan suatu cara (metode) tertentu tanpa mengenal titik
henti
c. Jawaban-jawaban yang diperoleh kemudian disusun dalam suatu
kesatuan sistem
Pilar-pilar penyangga bagi eksistensi Iptek:
1. Ilmu tidak pernah selesai meskipun ilmu itu didasarkan pada kerangka objektif,
rasional, metodologis, sistematis, logis dan empiris.
2. Kekuatan bangunan ilmu terletak pada sejumlah pilar-pilarnya, yaitu pilar
ontologi, epistemologi dan aksiologi.
3. Pilar tersebut dinamakan filosofis keilmuan.
4. Berfungsinya: penyangga, penguat, dan bersifat integratif serta
prerequisite/saling mempersyaratkan.
5. Pengembangan ilmu selalu dihadapkan pada persoalan ontologi, epistemologi
dan aksiologi.
Pilar ontologi (ontology)
- Aspek kuantitas : Apakah yang ada itu tunggal, dual atau plural (monisme,
dualisme, pluralisme )
- Aspek kualitas (mutu, sifat) : bagaimana batasan, sifat, mutu dari sesuatu
(mekanisme, teleologism, vitalisme dan organisme).
- Pengalaman ontologis dapat memberikan landasan bagi penyusunan asumsi,
dasar dasar teoritis, dan membantu terciptanya komunikasi interdisipliner dan
multidisipliner
Pilar epistemologi (epistemology):
- Sarana legitimasi bagi ilmu/menentukan keabsahan disiplin ilmu tertentu
- Memberi kerangka acuan metodologis pengembangan ilmu
- Mengembangkan keterampilan proses Mengembangkan daya kreatif dan inovatif
Pilar aksiologi (axiology)
- Selalu berkaitan dengan problematika pertimbangan nilai (etis, moral, religius)
dalam setiap penemuan, penerapan atau pengembangan ilmu.
- Pengembangan etos keilmuan seorang profesional
- Dalam aspek inilah peranan nilai nilai Pancasila
Prinsip-prinsip berpikir ilmiah:
1. Objektif
2. Rasional
3. Logis
4. Metodologis
5. Sistematis
Masalah nilai dalam IPTEK:
- Keserbamajemukan ilmu pengetahuan dan persoalannya
- Mengapa timbul spesialisasi?
- Persoalan yang timbul dalam spesialisasi
- Dimensi moral dalam pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan
Pertimbangan Nilai dalam Ilmu:
1. Permasalahan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi: persoalan
keterbatasan ilmu dan teknologi dan akibat akibatnya bagi manusia.
2. Akibat teknologi pada perilaku manusia: Pekerjaan tangan dan otak manusia
diganti dengan tenaga-tenaga mesin, hilanglah kepuasan dan kreativitas
manusia.
3. Beberapa pokok nilai yang perlu diperhatikan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, harus manusiawi yaitu tidak melanggar:
1) HAM untuk melindungi manusia dari penindasan iptek
2) Keadilan dalam dalam kehidupan sosial, politik dan ekonomi.
3) Pemeliharaan lingkungan
4) Nilai manusia secara pribadi
5) Karena Sistem teknokrasi cenderung dehumanisasi
Pancasila sebagai Dasar Nilai Dalam Strategi Pengembangan ilmu pengetahuan
dan Teknologi :
- Pengembangan ilmu dan teknologi memberi manfaat mensejahterakan dan
memartabatkan manusia.
- Dasar nilai menggambarkan Pancasila suatu sumber orientasi dan arah
pengembangan ilmu
- Nilai-nilai Pancasila dijadikan pisau analisis/metode berfikir dan tolok ukur
kebenaran • Untuk itu ilmuwan dituntut memahami Pancasila secara utuh,
mendasar, dan kritis
Strategi Pengembangan IPTEK Pancasila Sebagai Dasar Nilai:
1. Dengan sila Pertama menempatkan manusia dalam alam sebagai bagiannya
dan bukan pusatnya
2. Dengan Sila Kedua, untuk kemanusiaan, tidak hanya untuk kelompok, lapisan
tertentu.
3. Dengan Sila Ketiga, Solidaritas dalam subsistem sangat penting untuk
kelangsungan keseluruhan individualitas, tetapi tidak mengganggu integrasi.
4. Dengan Sila keempat: penerapan dan penyebaran ilmu pengetahuan harus
demokratis dapat dimusyawarahkan secara perwakilan, sejak dari kebijakan,
penelitian sampai penerapan massal.
5. Melalui sila kelima: Keadilan sosial juga menjaga keseimbangan antara
kepentingan individu dan masyarakat.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus senantiasa berorientasi
pada nilai-nilai Pancasila.
Sebaliknya Pancasila dituntut terbuka dari kritik, bahkan ia merupakan kesatuan
dari perkembangan ilmu yang menjadi tuntutan peradaban manusia
● Nilai ketuhanan sebagai dasar pengembangan ilmu
1. Melengkapi ilmu pengetahuan: menciptakan perimbangan antara yang rasional
dan irasional antara rasa dan akal.
2. Sila ini menempatkan manusia dalam alam sebagai bagiannya dan bukan
pusatnya
● Nilai kemanusiaan sebagai dasar pengembangan ilmu
Memberi arah dan mengendalikan ilmu pengetahuan. ilmu dikembalikan pada fungsinya
semula, yaitu untuk kemanusiaan, tidak hanya untuk kelompok atau lapisan tertentu.
● Nilai persatuan sebagai dasar pengembangan ilmu
1. Meng komplementasi kan universalisme dalam sila-sila yang lain, sehingga
Supra sistem tidak mengabaikan sistem dan subsistem.
2. Solidaritas dalam subsistem sangat penting untuk kelangsungan keseluruhan
individualitas, tetapi tidak mengganggu integrasi.
● Nilai kerakyatan sebagai dasar pengembangan ilmu
Mengimbangi penerapan dan penyebaran ilmu pengetahuan Yang lebih demokratis.
● Nilai keadilan sebagai dasar pengembangan ilmu
menekankan keadilan guna menjaga keseimbangan antara kepentingan individu dan
masyarakat, karena kepentingan individu tidak boleh Terinjak oleh kepentingan semu.

KESIMPULAN
1. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus senantiasa berorientasi
pada nilai-nilai Pancasila
2. sebaliknya Pancasila dituntut terbuka dari kritik Bahkan ia merupakan kesatuan
dari perkembangan ilmu yang menjadi tuntutan peradaban manusia
3. Peran Pancasila sebagai paradigma pengembangan ilmu harus sampai pada
ajaran bahwa fanatisme kaidah kenetralan keilmuan atau kemandirian ilmu
hanyalah akan menjebak diri seseorang pada masalah-masalah yang tidak dapat
diatasi dengan semata-mata berpegang pada kaidah ilmu sendiri khususnya
mencakup perimbangan pertimbangan etis, religius, dan nilai budaya yang
bersifat mutlak bagi kehidupan manusia yang berbudaya.

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Apa itu sistem?


Sistem merupakan kesatuan yang terdiri dari berbagai macam unsur yang di dalamnya
terjalin hubungan secara harmonis. Pancasila merupakan satu kesatuan yang sistemik
karena antara sila ke-satu sampai dengan sila ke-lima terkait hubungan yang sangat
erat.
Apa itu filsafat?
Pengertian “Filsafat” secara Etimologis
“Philosophia”
Phile : Cinta
Sophia : Kebijaksanaan
Artinya secara etimologis filsafat artinya cinta akan kebijaksanaan. Pengertian cinta,
ada keanakegaraman atau hasrat yang besar untuk meraih sesuat yang didambakan.
“rawe-rawe rantas malang-malang putung di lambuing pecahing dodo wutaing ludiro”
Artinya cinta merupakan energi yang sangat kuat, apapun rintangannya akan
dipatahkan bahkan di bela sampai titik darah penghabisan. Artinya cinta sebagai hasrat
yang kuat untuk meraih sesuatu yang didambakan, yang didambakan dalam hal ini
adalah kebijaksanaan hidup.
Kebijaksanaan adalah kemampuan yang dimiliki oleh manusia dengan segenap akal
budi dan pengalamannya untuk meraih kebenaran yang hakiki.
Kegiatan berfilsafat dicirikan dengan pemikiran yang :
1. Radikal. Berasal dari kata radik yang berarti akar, artinya hendak menyelesaikan
ke akar permasalahan yang terdalam.
2. Holistik. Mempertimbangkan secara lebih menyeluruh. Semua aspek yang
terkait dengan proses pengambilan keputusan dipertimbangkan
3. Sistematis. artinya runtut, setiap ide satu dengan ide yang lain dipadukan
secara harmonis.
- Pancasila sebagai suatu sistem filsafat merupakan hasil perenungan jiwa yang
mendalam dari para pendiri negara dengan diilhami oleh ide ide besar bangsa lain
tetapi tetap berpijak pada akar budaya kita.
- Nilai-nilai filsafat digali dari harta kekayaan rohani bangsa Indonesia yang merupakan
suatu kekayaan yang luhur dan oleh Soekarno dikristalkan menjadi filsafat pandangan
hidup bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat menurut Suyadi bisa di posisikan
menjadi:
1. Pancasila sebagai Genetivus Objectivus
- Artinya nilai-nilai Pancasila dijadikan sebagai objek yang dicari landasan
filosofisnya berdasarkan sistem-sistem dan cabang-cabang filsafat yang
berkembang di Barat.
- Atau nilai-nilai Pancasila dipergunakan untuk mengkritisi berbagai aliran filsafat
yang berkembang, baik untuk menemukan hal-hal yang sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila maupun untuk melihat nilai-nilai yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila.
Pancasila sebagai aliran atau objek yang dikaji oleh aliran-aliran filsafat lainnya.
Tokoh populer :
1. Notonagoro, menganalisis nilai Pancasila berdasarkan pendekatan
substansialistik seperti dalam karyanya yang berjudul Pancasila Ilmiah Populer.
2. Drijarkara, menyoroti nilai-nilai Pancasila dari pendekatan eksistensialisme
religious sebagaimana yang diungkapkannya dalam tulisan yang berjudul
Pancasila dan Religi.
Notonagoro
Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang diyakini,
dijunjung tinggi sekaligus menjadi praktek keseharian masyarakat Indonesia. Nilai
ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan dan nilai keadilan
sebenarnya jauh hari sebelum disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 sudah menjadi
praktek hidup keseharian masyarakat Indonesia. Sudah menyatu dalam adat istiadat,
kebudayaan maupun dalam kehidupan beragama.
Misalnya :
Sila-1 = sang hyang paring kesang, adanya kekuatan yang memberi ke hidupan
Sila-2 = tenggang rasa dan tepo sliro, merefleksi kepada diri sendiri
Sila-3 = kerajaan Majapahit, Hayam Wuruk dan Patih Gadjah Mada
Sila-4 = praktek rembug desa
Sila-5 = gotong royong sudah menjadi kehidupan sehari-hari Drijarkara
Keberadaan Pancasila tidak perlu dicari jauh-jauh, karena jika kita mau merefleksikan
diri “siapa aku dan bagaimana relasiku dengan sesama maka akan menemukan dalil
dalil tentang Pancasila.”
Eksistensialis melihat segala sesuatu yang ada merupakan sesuatu yang menyatu
dalam kehidupan manusia itu sendiri. Maka bermakna untuk mengekspresikan hakikat
kelurahan kodrat Manusia.
Aku ada karena cinta kasih yang direstui oleh Tuhan, Perikemanusiaa.
Perikemanusiaan harus ku lakukan dalam bentuk menggunakan barang duniawi secara
adil, Keadilan Sosial. Perikemanusiaan itu harus kujalankan dalam hubungan
bermasyarakat yang menghormati pihak lain, Demokrasi. Perikemanusiaan harus
kulakukan dalam kesatuan dengan orang lain, Kebangsaan. Siapakah aku maka ada
yang mengadakan aku, Tuhan Yang Maha Esa.
2. Pancasila sebagai Genetivus Subjektivus
Pancasila sebagai subjek yang mengkaji aliran-aliran filsafat lainnya.
Pancasila sebagai Genetivus Subjektivus memerlukan landasan pijak filosofis yang
kuat yang mencakup tiga dimensi, yaitu :
Genetivus Subjektivus:
a. Landasan Ontologis
b. Landasan Epistermologis
c. Landasan Aksiologis
a. Landasan Ontologis Filsafat Pancasila
- Ontologi menurut Aristoteles merupakan cabang filsafat yang membahas tentang
hakikat sesuatu yang ada secara umum sehingga dapat dibedakan dengan ilmu-
ilmu yang membahas sesuatu secara khusus.
- Ontologi membahas tentang hakikat yang paling dalam dari sesuatu yang ada
yaitu unsur yang paling umum dan bersifat abstark, disebut juga dengan istilah
substansi. Inti dari persoalan ontologi adalah menganalisis tentang substansi
(Taylor, 1955: 42)
- Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai
upaya mengetahui hakikat dasar nilai-nilai Pancasila.
- Pancasila yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah merupakan asas yang
berdiri sendiri, melainkan memiliki satu kesatuan dasar ontologis.
- Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memilki
hakikat mutlak yaitu monopluralis dan monodualis, karena itu juga disebut
sebagai dasar aksiologis. Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila
adalah manusia.
- Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang Berketuhanan Yang Mahas Esa, yang
berkerikemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan, yang
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan serta yang berkeadilan sosial pada hakikatnya
adalah manusia.
- Sedangkan manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara
ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga
dan jiwa, jasmani dan rohani. Sifat kodrta manusia adalah sebagai makhluk
individu dan makluk sosial serta sebagai makhluk pribadi dan makluk Tuhan
Yang Maha Esa. Maka secara irarkis sila pertama mendasari dan menjiwai sila-
sila Pancasila lainnya.
b. Landasan Epistemologis Pancasila
- Epistemologis adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan,
metode dan validitas ilmu pengetahuan.
- Epistemologis adalah ilmu tentang ilmu atau teori terjadinya ilmu atau scinece of
science.
- Menurut Titus (1984:20) terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam
epistemologi, yaitu :
1) Tentang sumber pengetahuan manusia;
2) Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia;
3) Tentang watak pengetahuan manusia.
- Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai
upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan.
- Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan sistem
pengetahuan. Ini berarti Pancasila telah menjadi belief system. Oleh karena itu
Pancasila harus memiiki unsur rasionalitas terutama dalam kedudukannya
sebagai sistem pengetahuan.
- Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkn dengan
dasar ontologisnya. Maka dasar epistemologis pancasila sangat berkaitan erat
dengan konsep dasar tentang hakikat manusia.
- Pancasila sebagai suatu obyek pengetauan pada hakikatnya meliputi masalah
1) Sumber pengetahuan Pancasila
2) Susunan pengetahuan Pancasila
1) Sumber pengetahuan Pancasila
Sumber pengetahuan Pancasila adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia
sendiri, nilai-nilai tersebut merupakan kausa Materialis Pancasila.
2) Susunan pengetahuan Pancasila
Pancasila memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-sila
Pancasila maupun isi arti dari sila-sila Pancasila itu. Susunan kesatuuan sila-sila
Pancasila adalah bersifat hirarkis dan berbentuk piramidal.
● Sila 1 mendasari dan menjiwai 2,3,4,5
● Sila 2 didasari dan dijiwai 1 mendasari dan menjiwai 3,4,5
● Sila 3 didasari dan dijiwai 1,2 mendasari dan menjiwai 3,4
● Sila 4 didasari dan dijiwai 1,2,3 mendasari dan menjiwai 5
● Sila 5 didasari dan dijiwai 1,2,3,4
Susunan isi arti Pancasila meliputi tiga hal, yaitu :
1) Isi arti Pancasila, yang umum universal yaitu hakikat sila-sila Pancasila yang
merupakan pangkal tolak dalam pelaksanaan dalam bidang kenegaraan dan
tertib hukum Indonesia serta dalam realisasi praksis dalam berbagai bidang
kehidupan.
2) Isi arti Pancasila, yang umum kolektif yaitu isi arti Pancasila sebagai pedoman
kolektif negara dan bangsa Indonesia terutama dalam tertib hukum Indonesia.
3) Isi arti Pancasila, yang bersifat khusus dan konkrit yaitu isi arti Pancasila dalam
realisasi praksis dalam berbagai bidang kehidupan sehingga memiliki sifat
khusus konkrit serta dinamis (Notonagoro, 1957: 36-40)
- Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memberi landasan kebenaran, pengetahuan
manusia yang bersumber pada intuisi.
- Manusia pada hakikatnya kedudukan dan kodrtanya adalah sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa, maka sesuai dengan sila pertama Pancasila,
epistemologi Pancasila juga mengakui kebenaran wahyu yang bersifat mutlak.
Hal ini sebagai tingkat kebenaran yang tinggi.
- Dengan demikian kebenaran dan pengetahuan manusia merupakan suatu
sintesa yang harmonis antara potensi-potensi kejiwaan manusia yaitu akal, rasa
dan kehendak manusia untuk mendapatkan kebenaran yang tinggi.
- Selanjutnya dalam sila ketiga, keempat dan kelima maka epistemologis
Pancasila mengakui kebenaran konsensus terutama dalam kaitannya dengan
hakikat sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
- Sebagai suatu paham epistemologi, maka Pancasila mendasarkan pada
pandangannya bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas nilai
karena harus diletakkan pada kerangka moralitas kodrat manusia serta moralitas
religius dalam upaya untuk mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan yang
mutlak dalam hidup manusia.
3. Landasan Aksiologis Pancasila
- Aksiologis berasal dari kata Yunani axios yang artinya nilai, manfaat, dan logos
yang artinya pikiran, ilmu atau teori.
- Aksiologis Pancasila mengandung arti bawa kita membahas tentang filsafat nilai
Pancasila.
- Nilai adalah suatu kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda
untuk memuaskan manusia (dictionary of sosiology an related science). Nilai itu
suatu sifat atau kualitas yang melekat pada suatu obyek.
Ada beberapa macam teori tentang nilai :
a) Max Scheler, mengemukakan bahwa nilai ada tingkatanya, dan
dapat dikelompokan menjadi empat tingkatan yaitu :
1. Nilai-nilai kenikmatan, dalam tingkatan ini terdapat nilai yang mengenakkan dan
nilai yang tidak mengenakkan, yang menyebabkan orang senang atau
menderita.
2. Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkatan ini terdapat nilai yang penting dalam
kehidupan, seperti kesejahteraan, keadilan, kesegaran.
3. Nilai-nilai kejiwaan: dalam tingkatan ini terdapat nilai kejiwaan yang sama sekali
tidak tergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan. Nilai-nilai semacam
ini misalnya, keindahan, kebenaran, dan pengetahuan murni yang dicapai dalam
filsafat.
4. Nilai-nilai kerokhanian: dalam tingkat ini terdapat moralitas nilai yang suci dan
tidak suci. Nilai semacam ini terutama terdiri dari nilai-nilai pribadi.
b) Walter G. Everet menggolongkan nilai-nilai manusia ke dalam delapan kelompok :
1. Nilai-nilai ekonomis: ditujukan oleh harga pasar dan meliputi semua benda yang
dapat dibeli.
2. Nilai-nilai kejasmanian: membantu pada kesehatan, efisiensi dan keindahan dari
kehidupan badan.
3. Nilai-nilai hiburan : nilai-nilai permainan dan waktu senggang yang dapat
menyumbang pada pengayaan kehidupan.
4. Nilai-nilai sosial: berasal mula dari berbagai bentuk perserikatan manusia.
5. Nilai-nilai watak: keseluruhan dari keutuhan kepribadian dan sosial yang
diinginkan.
6. Nilai-nilai estetis: nilai-nilai keindahan dalam alam dan karya seni.
7. Nilai-nilai intelektual: nilai-nilai pengetahuan dan pengajaran kebenaran.
8. Nilai-nilai keagamaan.
c. Notonagoro, membagi nilai menjadi tiga macam yaitu :
1. Nilai material, yaitu sesuatu nilai yang berguna bagi manusia.
2. Nilai vital, yaitu sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat melaksanakan
kegiatan atau aktivitas.
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani yang dapat
dibedakan menjadi empat macam yaitu kebenaran, keindahan, kebaikan dan
religius.
Dalam filsafat Pancasila, disebutkan ada tiga tingkatan nilai yaitu :
Nilai dasar, adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang bersifat mutlak,
sebagai sesuatu yang benar atau tidak perlu dipertanyakan lagi. Nilai-nilai dasar dari
Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaa, nilai persatuan, nilai kerakyatan
dan nilai keadilan.
Nilai instrumental, adalah nilai yang berbentuk norma sosial dan norma hukum yang
selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme lembaga-lembaga
negara.
Nilai praksis, adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan. Nilai
ini merupakan batu ujian apakah nilai dasar dan nilai instrumental itu benar-benar hidup
dalam masyarakat.
Nilai-nilai dalam Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral merupakan nilai dasar
yang mendasari nilai instrumental dan selanjutnya mendasari Semua aktivitas
kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara.
Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai Pancasila, yaitu
bangsa yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang
berkerakyatan dan berkeadilan sosial.
Pengakuan, penerimaan dan penghargaan atas nilai-nilai Pancasila itu nampak dalam
sikap, tingkah laku dan perbuatan bangsa Indonesia sehingga mencerminkan sifat khas
sebagai manusia Indonesia.

IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA

Bentuk susunan kesatuan sila-sila Pancasila


1. bersifat Kesatuan organis mengacu pada hakikat manusia Indonesia
monopluralis
2. bersifat hierarkis dan berbentuk piramidal
3. Rumusan hubungan kesatuan sila-sila saling mengisi dan saling mengkualifikasi
Isi arti Pancasila
1. Abstrak umum Universal tetap dan tidak berubah
2. Umum Kolektif Ketika dijabarkan dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan
negara
Khusus singular dan konkret
Negara Pancasila
1. Paham negara persatuan bahwa negara merupakan kesatuan dari unsur-unsur
yang membentuknya rakyat, wilayah, dan satu pemerintahan
2. Paham Negara Kebangsaan
Negara Indonesia dibenuk atas:
- Kesatuan sejarah
- kesatuan nasib
- kesatuan kebudayaan
- kesatuan wilayah
- kesatuan asas kerohanian
3. Paham negara integralistik
Bahwa negara adalah suatu kesatuan integral dari unsur-unsur yang
menyusunnya negara mengatasi semua golongan bagian-bagian yang
membentuk negara, negara tidak memihak pada satu golongan. Tidak mengenal
dominasi mayoritas dan Tirani minoritas.
4. Negara Pancasila adalah negara kebangsaan yang berketuhanan yang maha
esa yang berkemanusiaan yang adil dan beradab
Implementasi Pancasila
- Pancasila harus menjadi petunjuk hidup warga negara menuju daya saing
bangsa
- Pancasila itu memberi koridor kehidupan kebangsaan dan kenegaraan baik
dalam konteks internal maupun eksternal
SILA PERTAMA
1. Setiap warga negara wajib berke Tuhan Yang Maha Esa
2. saling menghormati dan bekerjasama antar umat beragama
3. saling menghormati dan kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaannya
4. tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain
problem besar: Mengapa tidak disebutkan sebagai negara agama tetapi negara
beragama?
SILA KEDUA
1. Pengakuan atas harkat dan martabat kemanusiaan yakni kedudukan dan derajat
yang sama
2. saling mencintai sesama manusia: rasa memiliki dan berkorban untuk
kemanusiaan
3. Mengembangkan Sikap tenggang rasa
Problem besar: dalam peradaban kemanusiaan Mengapa justru melahirkan situasi
yang dihadapi dengan kekerasan di mana-mana?
SILA KETIGA:
1. Menempatkan kepentingan negara diatas kepentingan sendiri atau golongan
2. rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara
3. cinta tanah air dan bangsa atau nasionalisme
4. bangga sebagai bangsa Indonesia bertanah air Indonesia
5. mengedepankan kebhinekaan Tunggal Ika
Problem besar: Mengapa dalam konteks pluralitas kehidupan kebangsaan kita gagal
membuat nyaman bangsa Indonesia lainnya?
SILA KEEMPAT
1. Intinya pengarusutamaan rakyat dalam kekuasaan
2. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama atau demokrasi dengan musyawarah
3. mengedepankan keputusan bersama sebagai sebuah konsensus
Problem besarnya: Dalam demokrasi kita lebih mengutamakan kepentingan mayoritas
dengan memarginalisasikan minoritas, politik tanpa civic education
SILA KELIMA
1. Pengarusutamaan pada prinsip keadilan yang tidak berpihak
2. mengedepankan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan
3. menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
4. menghormati hak-hak orang lain
Problem besarnya: Bagaimana dengan sistem politik dan sistem ekonomi di Indonesia
sudah kan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia?

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN


Pancasila sebagai paradigma
Paradigma adalah:
- Istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh Thomas S kuhn
- Suatu kerangka pikir atau suatu model mengenai hal-hal yang sangat esensial
harus dilakukan.
Pembangunan bangsa tanpa paradigma tidak mungkin dapat dilakukan.
Apa itu Pembangunan?
Denis Goulet menyebut 3 pandangan tentang pembangunan:
1. Pandangan yang melihat pembangunan sinonim dengan pertumbuhan ekonomi,
dengan indikator GNP, dan tingkat pertumbuhan per tahun.
2. Rumusan PBB bahwa “pembangunan = pertumbuhan ekonomi + perubahan
sosial”
3. Pembangunan menekankan nilai-nilai etis. tekanannya pada peningkatan
kualitatif seluruh masyarakat dan seluruh individu dalam masyarakat.
- Pembangunan dalam perspektif Pancasila dalam pembangunan yang sarat
muatan nilai (sejalan dengan pandangan yang ketiga).
- Dalam hal ini fungsi Pancasila ialah memberi orientasi dan kerangka acuan
untuk terbentuknya struktur kehidupan sosial politik dan ekonomi yang
manusiawi, demokratis, dan adil bagi seluruh rakyat.
Pemberi Orientasi:
- Sila kesatu dan kedua mengandung imperatif etis untuk menghormati martabat
manusia dan memperlakukan manusia sesuai dengan keluhuran martabatnya.
- Sila ketiga mengandung implikasi keharusan mengatasi segala bentuk
sektarianisme yang berarti pula komitmen kepada nilai kebersamaan seluruh
bangsa.
- Sila keempat Mengandung nilai-nilai yang terkait dengan demokrasi
konstitusional yaitu persamaan politis, hak-hak asasi manusia, dan kewajiban
kewarganegaraan.
- Sila kelima Mencakup persamaan dan pemerataan.
Pancasila diharapkan menjadi paradigma untuk membangun suatu model masyarakat
atau memperbarui tatanan sosial budaya.
Ada 2 fungsi Pancasila sebagai kerangka pikir menurut sastrapratedja, yaitu:
- Dasar visi yang memberi inspirasi untuk membangun masyarakat Indonesia di
masa yang akan datang.
- Sebagai nilai-nilai dasar yang menjadi referensi kritik sosial budaya
Sebagai Dasar Acuan:
1. Pancasila menjadi dasar visi yang memberi inspirasi untuk membangun
masyarakat Indonesia.
2. Pancasila sebagai nilai-nilai dasar menjadi referensi kritik sosial budaya
Visi?
Ekspresi terdalam akan apa yang kita kehendaki yang mengungkapkan Sisi ideal dan
spiritual dari kodrat manusia. visi adalah impian yang terjadi saat kita terjaga– impian
mengenai Keinginan kita mau menjadi apa.
Pancasila sebagai referensi kritik sosial
Artinya proses perubahan sosial budaya yang sangat cepat diakibatkan oleh
perkembangan teknologi yang pesat dalam pembangunan tetap dijiwai nilai-nilai
Pancasila.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan
- Bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional harus berlandaskan pada
nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila.
- Pancasila berisi nilai Pancasila berisi nilai-nilai menjadi pedoman dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pemanfaatan hasil-hasil
pembangunan nasional.
Pembangunan ber-Paradigma Pancasila
- Tidak boleh bersifat pragmatis
- tidak boleh bersifat ideologis
- harus menghormati HAM jam
- Dilaksanakan secara demokratis
- penciptaan taraf minimum keadilan sosial atau mengutamakan yang lemah
1. Pancasila sebagai paradigma pembangunan pendidikan
- Hakikat pendidikan: usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan atau keahlian dalam kesatuan organis-harmonis, dinamis di
dalam dan luar sekolah, dan berlangsung seumur hidup.
- Menurut Notonegoro: Perlu disusun sistem ilmiah berdasarkan Pancasila
tentang Ajaran, teori, filsafat, praktek pendidikan nasional yang menjadi
dasar bagi penyelesaian masalah-masalah pendidikan di Indonesia.
2. Pancasila sebagai paradigma pembangunan ideologi
- Ideologi memuat pandangan tentang Tuhan, sesama manusia, hidup dan
mati, masyarakat dan negara.
- Ideologi Pancasila yang bersifat terbuka menghendaki adanya Dialog
tiada henti dengan tantangan masa kini dan masa depan dengan tetap
mengacu kepada pencapaian tujuan nasional dan cita-cita Nasional
Indonesia.
3. Pancasila sebagai paradigma pembangunan politik
a. Mengatasi permasalahan politik:
- Harus dikembangkan sistem politik yang benar-benar demokratis
- Demokratisasi untuk mewujudkan Civil Society atau masyarakat
madani
b. Masyarakat menjadi demokratis dan nilai-nilai inti demokratis:
- Kedaulatan rakyat
- Partisipasi
- Akuntabilitas
- persamaan atau Equality
4. Pancasila sebagai paradigma pembangunan ekonomi
- Bukan sistem ekonomi liberal kapitalistik, juga bukan sistem ekonomi etatisme
atau serba negara.
- Sistem ekonomi yang cocok adalah Sistem Ekonomi Pancasila
● Istilah sekarang ekonomi kerakyatan
● Sesuai dengan pasal 33 UUD 1945
● sistem ekonomi pasar tetap mewarnai kehidupan perekonomian
5. Pancasila sebagai paradigma pembangunan sosial budaya
- Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang Pancasila
bertolak dari hakikat dan kedudukan kodrat manusia itu sendiri. hal ini
sebagaimana tertuang dalam sila kemanusiaan yang adil dan beradab.
- Oleh karena itu, pembangunan sosial budaya harus mampu meningkatkan
harkat dan martabat manusia yaitu menjadi manusia berbudaya dan beradab.
- Pembangunan sosial budaya tidak menciptakan kesenjangan, kecemburuan,
diskriminasi, dan ketidakadilan sosial.
- Paradigma baru dalam pembangunan nasional berupa paradigma pembangunan
berkelanjutan, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya perlu
diselenggarakan dengan menghormati hak budaya Community community yang
terlibat, disamping hak negara yang mengatur kehidupan berbangsa dan hak
asasi individu secara seimbang.
6. Pancasila sebagai paradigma pembangunan pertahanan dan keamanan
- Salah satu tujuan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Hal ini mengandung makna
bahwa tugas dan tanggung jawab tidak hanya oleh penyelenggara negara saja
tetapi juga rakyat Indonesia secara keseluruhan.
- atas dasar tersebut sistem pertahanan dan keamanan adalah mengikutsertakan
seluruh komponen bangsa. Sistem pembangunan pertahanan dan keamanan
Indonesia disebut sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta
(sishankamrata).
- Sistem pertahanan yang bersifat semesta melibatkan seluruh warga negara,
wilayah dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh
pemerintah dan diselenggarakan secara total terpadu, terarah dan berlanjut
untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan
segenap bangsa dari segala ancaman.

Anda mungkin juga menyukai