Ketika pengusaha membentuk suatu bisnis, mereka harus memutuskan bentuk kepemilikan bisnis
tersebut. Bentuk bisnis yang di pilih akan memengaruhi profitabilitas, risiko,dan nilai dari perusahaan.
Berikut adalah bentuk-bentuk kepemilikan bisnis.
Contoh:
jika pemegang saham menginvestasikan $1 juta dalam sebuah perusahaan dan laba setelah
pajaknya tahun lalu adalah $150.000, maka pengembalian atas ekuitas tahun lalu adalah :
$150.000
ROE =
$1.000.0000
ROE = 0,15 atau 15%
Jadi, perusahaan telah menghasilkan pengembalian yang sama dengan 15% dari investasi pemilik
dalam perusahaan.
Dampak Kepemilikan terhadap Risiko
Risiko (risk) dari sebuah perusahaan mewakili tingkat ketidakpastian akan laba perusahaan di
masa mendatang, yang mencerminkan ketidakpastian pengembalian bagi para pemiliknya. Laba
masa depan sebuah perusahaan tergantung pada pendapatan dan pengeluarannya di masa depan.
Perusahaan dapat mengalami kerugian jika pengeluaran lebih besar dari yang diperkirakan. Para
pemilik dapat kehilangan sebagian besar atau seluruh dana yang telah mereka investasikan dalam
perusahaan.
5. Memperoleh Kepemilikkan atas Bisnis yang sudah berjalan
Mengambil Alih Kepemilikan sebuah Bisnis Keluarga
Banyak orang bekerja pada sebuah bisnis keluarga dan setelah beberapa waktu mengambil alih
kepemilikannya. Dengan melanjutkan bisnis keluarga, kinerja perusahaan bisa diprediksi apabila
karyawan kunci masih bekerja di sana. Jika bisnis cukup berhasil, fungsi utama pemilik baru hanya
tinggal memastikan bahwa operasi yang sudah ada tetap berjalan dengan efisien. Jika bisnis
mengalami kinerja buruk, pemilik harus mengubah kebijakan manajemen, pemasaran, dan keuangan.
Membeli Bisnis yang Sudah Berjalan
Bisnis dapat dijual karena berbagai macam alasan, termasuk di antaranya kesulitan keuangan dan
pemiliknya meninggal dunia atau pensiun. Sebelum membeli sebuah bisnis seseorang harus
memutuskan apakah ia memiliki cukup keahlian dengan baik. Kemudian, perlu juga dilakukan
pertimbangan antara modal awal yang dikeluarkan dengan laba yang akan diterima kemudian. Perlu
juga dilakukan pengecekan terhadap laporan keuangan perusahaan.
Waralaba (franchise)
Waralaba adalah kesepakatan di mana pemilik suatu bisnis yang disebut pewaralaba (franchisor)
memperkenalkan pihak lain atau terwaralaba (franchisee) menggunakan mereka dagang, atau hak
ciptanya dengan syarat-syarat tertentu. Setiap waralaba beroperasi sebagai bisnis yang independen
dan pada umumnya dimiliki oleh kepemilikan perseorangan. Jadi, bisnis baru yang di buat dengan
menggunakan merek dagang dan nama dari franchisor yang sudah ada.
Jenis-Jenis Waralaba:
a. Pendistribusian (distributorship)
Perusahaan pengecer di perkenankan untuk menjual sebuah produk yang di produksi oleh
perusahaan produsen. Contoh: dealer Chrysler dan Ford
b. Binis Rantai Toko (chain-style business)
Perusahaan diperkenankan untuk menggunakan nama dagang sebuah perusahaan dan mengikuti
paduan-paduan yang berhubungan dengan penentuan harga dan penjualan dari produk tersebut.
Contoh: McDonald’s, CD Werehouse, Holiday Inn, Subway, dan Pizza Hut.
c. Kesepakatan Produksi (manufacturing arrangement)
Perusahaan diperkenankan memproduksi suatu produk dengan menggunakan formula yang
diberikan oleh perusahaan lain. Contoh: Microsoft
Keuntungan Waralaba
a. Gaya manajemen yang telah teruji
b. Pengakuan Nama
Kebanyakkan waralaba sudah dikenal secara nasional karena iklan franchisor-nya.
c. Dukungan Keuangan
Beberapa waralaba memberikan dukungan keuangan dari para franchisor, yang dapat
memastikan tersedianya modal awal bagi franchisee.
Kerugian Waralaba
a. Berbagi Keuntungan
Sebagai imbalan atas jasa yang diberikan oleh franchisor, franchisee harus memberikan
keuntungannya dengan franchisor. Beban tahunan yang dibayarkan dapat sebesar 8 persen atau
lebih, dari pendapatan tahunan yang diterima franchisee.
b. Kurangnya Pengendalian
Franchisee harus mematuhi panduan-panduan yang berhubungan dengan produksi dan penentuan
harga produk, dan kemungkinan pula beberapa panduan yang lain. Artinya, kinerja franchisee
akan tergantung pada panduan-panduan tadi dan pemilik tidak diperkenankan untuk melakukan
revisi atas sebagian di antaranya.
Sebuah usaha harus mempunyai suatu bentuk kepemilikan, pemilik harus menentukan
seperti apa perusahaan yang akan dibangun. Karena, sebuah bentuk kepemilikan usaha akan
mempengaruhi profitabilitas, risiko, dan nilai perusahaan. Sido Muncul merupakan suatu
perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan jamu dan obat herbal modern. Produk ini sudah
terkenal di Indonesia maupun di mancanegara.
Tentunya, seperti yang sudah dijelaskan diawal sido muncul pasti memiliki suatu bentuk
kepemilikan usaha. Bentuk kepemilikan usaha dari Sido Muncul adalah perseroan terbatas
terbuka, pembentukan perseroan terbatas terbuka pada Sido Muncul ini terjadi di tahun 1975.
Sido muncul pun telah melakukan 3 kali pergantian nama perusahaan, yaitu CV Industri Jamu &
Farmasi Sido Muncul di tahun 1970, lalu berganti nama menjadi PT Industri Jamu dan Farmasi
Sido Muncul pada tahun 1975, dan yang terakhir dan berlaku sampai sekarang adalah PT
Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk yang ditetapkan pada tahun 2013. Pada tahun 2013,
sido muncul resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kode emiten “SIDO”.
Sebagai perusahaan dengan bentuk kepemilikan perseroan terbatas terbuka, Sido Muncul
memiliki beberapa pemilik saham, yaitu PT Hotel Candi Baru yang memiliki saham sebesar
60%, lalu Concordant Invesment PTE LTD sebesar 21%, dan yang terakhir public atau
masyarakat sebesar 19%. Pembagian dividen pada sido muncul ditetapkan melalui RUPS Luar
Biasa pada tanggal 27 Agustus 2020 menyetujui membagikan dividen sebesar
Rp729.333.684.100 setara dengan 49 per lembar saham dengan rasio pembayaran 90% dari
perolehan laba bersih perseroan setelah pajak pada tahun buku 2019.
Sumber Referensi:
https://www.sidomuncul.co.id/ (di akses pada tanggal 27 September 2021 pukul 09.00 WIB)