Anda di halaman 1dari 24

Praktisi PPI, Klien

dan Relasi dalam


Intervensi Positif
Farida Harahap
Istilah kunci (key terms)
• Klien
• Psikologi Positif
• Intervensi psikologis positif (PPI).
• Praktisi psikologi positif.
Seorang praktisi yang telah menyelesaikan pelatihan yang diperlukan untuk
berlatih (misalnya, psikoterapi, konseling, pelatihan), dan melakukan pelatihan
khusus PP dengan penyedia pelatihan terkemuka, sehingga memungkinkan
pemahaman tentang proses penelitian ilmiah dan penerapannya dalam
pengiriman psikologi positif terapan.
Praktisi harus menyatakan batas-batas kompetensi mereka mengenai kondisi
psikologis tertentu, kelompok tertentu (mis., Bekerja dengan anak-anak, budaya
lain, kerja kelompok), dan PPI tertentu
Ruang lingkup Psikologi positif - intervensi
• Level Subjektif,
yaitu pikiran konstruktif tentang diri dan masa depan (misal: optimisme dan harapan), serta
perasaan energi, vitalitas, dan keyakinan, atau efek positif emosi (misal: gembira, tertawa, dll);
tentang pengalaman yang berharga: kesejahteraan, kepuasan, dan kepuasan (di masa lalu),
harapan dan optimisme (untuk masa depan) dan aliran dan kebahagiaan (di masa sekarang).
• Level Individu,
yaitu berfokus pada ciri-ciri atau trait positif individu (kapasitas untuk cinta dan rekreasi,
courage, interpersonal skills, forgiveness, kelapangan hati keberanian, ketekunan, kejujuran,
atau kebijaksanaan), mengembangkan kekuatan positif dari karakter, mengembangkan potensi
dan dorongan untuk mengejar keunggulan; keberanian, keterampilan interpersonal, kepekaan
estetika, ketekunan, pengampunan, orisinalitas, pikiran masa depan, bakat dan kebijaksanaan.
• Level Kelompok/Masyarakat,
yaitu berfokus pada pengembangan, pembuatan, dan pemeliharaan lembaga positif
(pembangunan dari nilai-nilai sipil, penciptaan keluarga sehat, studi lingkungan kerja yang
sehat, dan masyarakat yang positif). ini adalah tentang kebajikan dan institusi sipil yang
menggerakkan individu menuju kewarganegaraan yang lebih baik: tanggung jawab,
pengasuhan, altruisme, sivilitas, moderasi, toleransi, dan etos kerja.
(Seligman & Csikszentmihalyi, 2000)
Apa yang mau ditingkatkan ?
• Positive emotion
• Engagement
• Relationships
• Meaning
• Achievement
Praktisi NLP bekerja sendiri (self employment)
Pelatih
Coachs
pemilik usaha (entrepreneurship)
Praktisi PP dan Klien
Konselor Sukarelawan (volunteer)
Profesional SDM Pegawai pemerintah
Praktisi OD
Trainer Sasaran ? :
Konsultan kelompok usia, orientasi gender, atau budaya klien
Agen perubahan Tujuan :
Pengusaha sosial
Pekerja muda Setting ? : Wellbeing
bisnis, olahraga, konseling, pendidikan, kesehatan,
Pemimpin amal
militer, pemerintah, dan swasta. Flourishing
Motivator
Fasilitator
Guru Tiga cara mendasar untuk mempraktikkan
Pengamat pendidikan
psikoterapis, Psikologi Positif:
psikolog klinis, (1) Bekerja dengan individu;
Psikiater (2) Bekerja dengan kelompok;
dosen
(3) Bekerja dengan sistem dan proses.
Contoh : Sertifikat Praktisi Psikologi Positif (PPPC)
• PPPC diperuntukkan bagi siapa saja yang ingin menerapkan
psikologi positif dalam kehidupan profesional dan pribadinya.
• Sasaran : pelatih, guru dan pendidik lainnya, perawat, terapis,
guru yoga, psikolog klinis, SDM, pekerja sosial, dan siapa pun
yang bekerja dengan orang.
• PPPC adalah sertifikat terapan,
• Transformasi positif kepada orang lain dan mendukung
mereka melalui proses perubahan mereka.
• Pertumbuhan pribadi, dan menjalani potensi di dalam diri
• Cara yang ditawarkan sebagai bagian dari PPPC semuanya
berbasis penelitian - latihan dan praktik yang telah diuji
secara ilmiah dan terbukti efektif dan menginspirasi.

• Sumber https://schoolofpositivetransformation.com/positive-
psychology-practitioner-certificate/
Tujuh bidang kompetensi Konselor
1) Keterampilan interpersonal
Konselor yang kompeten mampu menunjukkan kemampuan mendengar yang tepat,
berkomunikasi, empati, kehadiran, kesadaran komunikasi nonverbal, kepekaan terhadap
kualitas suara, responsif terhadap ekspresi emosi, pergantian percakapan, pengaturan
waktu, penggunaan bahasa.
2) Keyakinan dan sikap pribadi
Kapasitas untuk menerima orang lain, kepercayaan pada potensi untuk perubahan,
kesadaran akan pilihan etis dan moral. Sensitivitas terhadap nilai yang dipegang oleh klien
dan diri sendiri.
3) Kemampuan konseptual
Kemampuan untuk memahami dan menilai masalah klien, untuk mengantisipasi konsekuensi
tindakan di masa depan, untuk memahami proses segera dalam hal skema konseptual /
teoretis yang lebih luas, untuk mengingat informasi tentang klien, untuk membangun
perumusan kasus. Fleksibilitas kognitif. Ketrampilan dalam memecahkan masalah.
4) Pribadi yang sehat
Konselor tidak mempunyai kebutuhan pribadi atau keyakinan irasional yang merusak
hubungan konseling, kepercayaan diri, kapasitas untuk mentolerir perasaan kuat atau tidak
nyaman dalam kaitannya dengan klien, mengamankan batasan pribadi, kemampuan untuk
menjadi klien. Tidak adanya prasangka sosial, etnosentrisme, dan otoriterisme.
Tujuh bidang kompetensi Konselor

5) Penguasaan teknik
Pengetahuan tentang kapan dan bagaimana melakukan intervensi spesifik, kemampuan
menilai efektivitas intervensi, memahami alasan di balik teknik, memiliki repertoar
intervensi atau metode yang cukup luas.
6) Kemampuan untuk memahami dan bekerja dalam sistem sosial
Kesadaran keluarga dan hubungan kerja klien, dampak agensi pada klien, kapasitas untuk
menggunakan jaringan pendukung dan pengawasan. Kepekaan terhadap dunia sosial klien
yang mungkin berasal dari jenis kelamin, etnis, orientasi seksual atau kelompok usia yang
berbeda.
7) Keterbukaan terhadap pembelajaran dan inkuiri.
Kapasitas untuk penasaran dengan latar belakang dan masalah klien. Terbuka untuk
pengetahuan baru. Menggunakan penelitian untuk menginformasikan praktik.
Praktisi Psikologi Positif
• Praktisi Psikologi Positif adalah orang yang
memenuhi syarat dalam Psikologi Positif
sebagai bidang penelitian ilmiah

• Mampu menerjemahkan pengetahuan ini


menjadi praktik berbasis bukti dan berfokus
pada melayani kebutuhan orang lain dengan
menggunakan keterampilan profesional dan
basis pengetahuan Psikologi dan Filsafat.
• Praktisi Psikologi Positif menjaga dan
mengaktualisasikan potensi dan
kemampuannya sendiri untuk berkembang.
Level Praktisi PP
Praktisi Tingkat Satu
individu yang menggunakan praktik psikologi positif untuk mendukung kesejahteraannya sendiri.
Peran menjadi praktisi Tingkat Satu adalah untuk kita semua.
Pada tingkat ini klien dididorong untuk melihat diri mereka sendiri.
Penting bagi coach dan trainer, untuk 'menjalankan apa yang dibicarakan' atau memulai dari diri sendiri sehingga
mampu membimbing secara otentik.

Praktisi Tingkat Dua


Psikologi positif mungkin bukan fokus utama atau karier, tetapi diterapkan untuk mendukung kesejahteraan orang lain.
Menjadi seorang praktisi Tingkat 2 adalah tentang meneruskannya, dan fokusnya berkembang dari diri sendiri menjadi
juga mencakup intervensi dan pendidikan.
Contoh : mendukung orang lain untuk mengenali kekuatan mereka.
Saat melatih guru, pelatih, atau manajer, perlu mengeksplorasi bersama mereka bagaimana mereka dapat mendorong
orang yang bekerja dengan mereka untuk mengidentifikasi dan melenturkan kekuatan mereka untuk mencapai tujuan
dan memulihkan kesejahteraan mereka.
Si Non Psikologi – trainer / psikoedukasi

Praktisi Tingkat Tiga


Individu yang telah memilih untuk menjadikan psikologi positif sebagai fokus utama atau bidang utama keahlian
mereka.
Misi dari Praktisi Tingkat Tiga adalah melangkah lebih jauh di jalur profesi, mengembangkan pemahaman dan
penerapan Psikologi Positif sehingga menjadi lebih berkembang.
Si Psikologi – praktisi inpo
https://positivepsychologynews.com/news/miriam-akhtar/2018041238207
Konsep dasar Hubungan positif dalam intervensi psikologi
Rogers (1961) mengusulkan tiga kondisi inti untuk pertumbuhan, yang,
jika ditawarkan kepada seorang individu, diterima atau ditemukan oleh
mereka, memfasilitasi kecenderungan aktualisasi, dan pertumbuhan
pribadi :

1. Penerimaan tanpa syarat' (unconditional positif regard) - menghargai


individu lain sebagai manusia dan untuk kemanusiaan mereka.
2. Empati - kemampuan untuk merasakan pengalaman dan perspektif
mereka, dan untuk mengomunikasikannya melalui perhatian atau
kata-kata kita.
3. Kongruensi - penerimaan diri kita sendiri, pada saat ini, dan secara
keseluruhan, dan bersedia untuk bekerja dari ini, dan untuk
membiarkan orang lain melihat diri kita secara otentik
Klien

Macam Klien Kepribadian Klien Intervensi tidak berjalan jika : Resistensi Klien
Peran Klien
• klien tidak menyadari problem - bicara formal,
Individual : remaja, anak o Sikap Pemberian informasi - tidak terbuka secara
anak, lansia, wanita, dll o Nilai-nilai Eksplorasi • klien tidak menyadari
Keluarga : o pribadi
Pengalaman Pengumpulan kebutuhan berubah - enggan bicara
Pasangan : o Perasaan informasi
• tidak ada komitmen dalam - bersikap defensif
Komunitas / kelompok : o Budaya Percakapan
Penyandang Skizofrenia, o Sosial proses intervensi
Reaksi pertahanan
Perokok o ekonomi Kepasifan • tidak ada kerja sama
Swasta : perusahaan Kebingungan/
Pemerintah : kegelisahan
Institusi : sekolah, Kesimpulan
lembaga Adaptasi
Mencari dukungan
Masalah berdasarkan Level intervensi
• Level subjektif, yaitu tentang pengalaman subjektif yang positif
(misalnya kesejahteraan subjektif dan kepuasan hidup) dan
konstruksi kognitif tentang masa depan (misalnya optimisme,
harapan, dan keberimanan).
• Level individual,
misalnya interpersonal, ketangguhan, dan kebijaksanaan).
• level kelompok/komunitas/insitusi, yaitu tentang nilai-nilai sipil dan
institusi yang dapat mengantarkan individu menjadi warga negara
yang lebih baik (misalnya altruisme, etika kerja, dan tanggung
jawab)
(Gillham & Seligman; Seligman & Csikszentmihalyi, dalam Seligman, 2002)
Masalah berdasarkan
Time focus - subjective experiences
• Past : gratitude, well-being, contentment, satisfaction, dll
• Present: flow, happiness, positive emotion, strengths, dll
• Future : hope, , goal orientation, optimism, dll
Contoh masalah terkait pencapaian/optimalisasi diri
happiness, well-being, quality of life, contentment and meaningful life.
• Kebahagiaan : kesenangan, kepuasan hidup, emosi yang positif,
kehidupan yang berarti atau perasaan-perasaan puas. Apakah bahagia ?
• Kesejahteraan (well-being): keadaan yang memiliki rasa bahagia,
kepuasan, tingkat stres yang rendah, sehat secara fisik dan mental serta
menjaga kualitas hidup yang baik. Apakah sejahtera ?
• Kesejahteraan subjektif (subjective well-being) mengacu pada penilaian kognitif
dan / atau afektif dari kehidupan seseorang secara keseluruhan.
• Kesejahteraan psikologis (psychological well-being) berfokus pada fungsi optimal
individu dan mencakup konsep-konsep seperti penguasaan, harapan, dan tujuan
hidup.
• Kualitas hidup (quality of life): persepsi seseorang mengenai posisinya
dalam kehidupan dalam konteks sistem-sistem nilai dan budaya di tempat
mereka hidup dan dalam hubungannya dengan tujuan, ekspektasi,
standar, dan perhatian mereka. Apakah hidupnya dirasa berkualitas ?
Penderita gangguan psikologis
Orang dengan gangguan jiwa/mental, dapat bahagia dengan
menjalani/mengatasi gangguannya dengan baik dan menikmati
kualitas hidup yang memuaskan.
Contoh :
• Ariel Tatum - gangguan mental Borderline Personality Disorder
(BPD) yang diidapnya sejak usia 13 tahun.
• Marshanda - bipolar
• Vidi Aldiano - anxiety
Kinsugi
TTM - The Transtheoretical Model (Stages of Change)
Prochaska dan Di Clemente (1992) menunjukkan bahwa pemulihan psikologis
berjalan bolak-balik melalui lima tahap; dan berguna untuk menilai di mana
klien berada dalam hal kemauan untuk berubah serta keadaan emosi secara
keseluruhan.

1) Precontemplation (Tidak Siap)


2) Contemplation (Kontemplasi /Memikirkan)
3) Preparation/ Determination (Persiapan berubah)
4) Action (Tindakan berubah)
5) Maintenance (Pemeliharaan)
TTM - Precontemplation (Tidak Siap)
 Orang-orang di tahap Precontemplation tidak
berniat untuk mengambil tindakan di masa
mendatang,
 Biasanya diukur selama enam bulan ke depan.
 Penyebab : tidak mendapat informasi atau kurang
informasi tentang konsekuensi perilaku
 Berbagai upaya perubahan yang gagal dapat
menyebabkan demoralisasi tentang kemampuan
untuk berubah.
 Ciri ciri : resisten, tidak termotivasi, atau tidak siap
untuk menerima bantuan.
 Faktanya adalah, program tradisional tidak siap
untuk orang-orang seperti itu dan tidak dirancang
untuk memenuhi kebutuhan mereka.
TTM – Completation (Kontemplasi / Bersiap-siap)
 Kontemplasi adalah tahap di mana orang berniat
untuk berubah dalam enam bulan ke depan.
 Mempertimbangkan pro dan kontra
 Dalam meta-analisis di 48 perilaku risiko
kesehatan, bobot pro dan kontra dari perubahan
adalah sama
 Pembobotan antara biaya dan manfaat perubahan
ini dapat menghasilkan ambivalensi mendalam
yang dapat menyebabkan orang tetap pada tahap
ini untuk jangka waktu yang lama.
 Fenomena ini sering ditandai dengan kontemplasi
kronis atau prokrastinasi perilaku.
 Individu dalam tahap Kontemplasi tidak siap
untuk program berorientasi aksi tradisional yang
mengharapkan konseli untuk bertindak segera.
TTM - Preparation/ Determination (Persiapan berubah)
 Persiapan adalah tahap di mana orang berniat
untuk mengambil tindakan dalam waktu dekat,
 Biasanya diukur selama sebulan kedepan.
 Biasanya, mereka telah mengambil beberapa
tindakan signifikan dalam setahun terakhir.
 Orang-orang ini memiliki rencana tindakan, seperti
bergabung dengan gym, berkonsultasi dengan
konselor, berbicara dengan dokter mereka, atau
mengandalkan pendekatan perubahan diri.
 Mereka adalah orang-orang yang harus direkrut
untuk program berorientasi aksi.
TTM – Tindakan (action)
 Aksi adalah tahap di mana orang telah membuat
modifikasi terbuka khusus dalam gaya hidup mereka
dalam enam bulan terakhir.
 Karena tindakan dapat diamati, keseluruhan proses
perubahan perilaku sering disamakan dengan
tindakan.
 Namun dalam TTM, Aksi hanya satu dari lima tahap.
 Biasanya, tidak semua modifikasi perilaku dihitung
sebagai Aksi dalam Model ini.
 Dalam sebagian besar aplikasi, orang harus
mencapai kriteria yang disetujui para ilmuwan dan
profesional untuk mengurangi risiko penyakit.
Misalnya, pengurangan jumlah rokok atau beralih ke
rokok tar rendah dan nikotin rendah sebelumnya
dianggap tindakan yang dapat diterima. Sekarang
konsensus sudah jelas — hanya jumlah pantang total
yang diperhitungkan.
TTM – Pemeliharaan (maintenance)

 Pemeliharaan atau pelanggengan perilaku adalah


tahap di mana orang telah membuat modifikasi
terbuka khusus dalam gaya hidup mereka dan bekerja
untuk mencegah kekambuhan; namun, mereka tidak
menerapkan proses perubahan sesering orang dalam
Tindakan.
 Dalam tahap Pemeliharaan, orang-orang kurang
tergoda untuk kambuh dan tumbuh semakin percaya
diri bahwa mereka dapat melanjutkan perubahan
mereka.
 Berdasarkan data self-efficacy, peneliti memperkirakan
bahwa Pemeliharaan berlangsung dari enam bulan
hingga sekitar lima tahun. Contoh : setelah 12 bulan
pantang terus menerus, 43% orang kembali merokok
secara teratur. Tidak sampai 5 tahun pantang terus
TTM – Termination (Berhenti) dan Relapse - Kambuh
Termination (Berhenti) Relapse (kambuh)

Kembali ke titik nol lagi

 Pada tahap ini, orang tidak memiliki


keinginan untuk kembali ke perilaku tidak
sehat mereka dan yakin mereka tidak akan
kambuh.
 Karena ini jarang tercapai, dan orang
cenderung bertahan dalam tahap
pemeliharaan,
 tahap ini sering kali tidak dipertimbangkan
dalam program promosi kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai