Anda di halaman 1dari 32

PEKARANGAN PANGAN Dr.

Delima Citra Dewi

LESTARI Gunawan,MKM
LATAR BELAKANG
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, 
Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban mewujudkan
penganekaragaman konsumsi pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi
masyarakat sesuai dengan potensi dan kearifan lokal guna mewujudkan
hidup sehat, aktif, dan produktif
Upaya penganekaragaman pangan sebagaimana disebutkan dalam Pasal
26 pada Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan
Pangan dan Gizi, salah satunya dapat melalui optimalisasi pemanfaatan
lahan.
Pekarangan Pangan Lestari dilaksanakan untuk meningkatkan
ketersediaan, aksesibilitas, dan pemanfaatan pangan dalam rangka
mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga dan mendukung program
pemerintah penanganan lokasi prioritas intervensi penurunan stunting.
LATAR BELAKANG
Pola konsumsi pangan penduduk Indonesia saat ini masih belum beragam
yang ditunjukkan dengan masih tingginya konsumsi padi-padian terutama
beras (sebesar 64,4% Angka Kecukupan Energi-AKE lebih besar dari skor
ideal 50% AKE) serta masih rendahnya konsumsi sayur dan buah (sebesar
5,5 % AKE lebih kecil dari skor ideal 6,0% AKE), hal tersebut menyebabkan
permasalahan gizi salah satunya stunting.

Berdasarkan hasil Survey Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2019,
prevalensi stunting di Indonesia sebesar 27,67%. Meskipun terjadi
penurunan sebesar 3.13% dibandingkan hasil Riskesdas tahun 2018 sebesar
30,8%, namun angka stunting di Indonesia masih tergolong buruk menurut
REPUBLIK
INDONESIA
PERMASALAHAN GIZI
Setiap Negara Di Dunia Mengalami
Permasalahan Gizi Indonesia merupakan salah satu negara
dengan triple ganda permasalahan
gizi.
Status Gizi Balita, 2013-2018

37,2
30,8

12,1 10,2 11,9


8,0

Stunting Wasting Overweight


single burden double burden triple burden
2013 2018

22,2% balita di dunia


Obesitas Penduduk Usia 18+ tahun
(150,8 juta)
7,5% 5,6%
(50,5 juta) (38,3 juta) 2013 2018

Stunting Wasting Overweight 14,8% 21,8%

Sumber: Global Nutrition Report, 2018 Sumber: Riskesdas, 2013 dan


2018
3
REPUBLIK
INDONESIA
POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT INDONESIA
Konsumsi pangan penduduk Indonesia masih didominasi oleh
Pola makan merupakan faktor risiko nomor 1 yang
padi-padian. Konsumsi bahan pangan hewani dan sayur dan
buah masih rendah. berkontribusi pada kematian dan kecacatan di Indonesia

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Faktor Risiko Kematian dan Kecacatan di Indonesia,
Tahun 2017 mencapai 83,04%. 2007-2017

25%
Padi-padian

21,74% 2017
Sayur
dan Buah
15,49%
Pangan
9,81%
Kacang- Hewani
kacangan

Sumber: Kementerian Pertanian

Penduduk usia ≥ 5 tahun kurang


konsumsi sayur dan buah Sumber: IHME Data Visualization
Sumber: Riskesdas, 2018

7
STUNTIN
G
ADALA
H
Kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan
gizi kronis dan stimulasi psikososial
serta paparan infeksi berulang terutama
dalam
1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) -
biasa disebut perawakan pendek
12
PEKARANGAN PANGAN
LESTARI
Stunting merupakan masalah kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh
minimnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan
gangguan pertumbuhan pada anak, yang ditandai dengan tinggi badan lebih
rendah atau kerdil dari standar usianya.
Upaya untuk menanggulangi masalah gizi tersebut dilakukan melalui
peningkatan penyediaan pangan dan meningkatan kemampuan masyarakat
mengakses kebutuhan pangan.
Mengingat makin terbatasnya lahan pertanian, maka optimalisasi pemanfaatan
lahan pekarangan menjadi salah satu pilihan strategis untuk meningkatkan
penyediaan pangan rumah tangga.
Indonesia memiliki potensi lahan pekarangan yang sangat besar, hal ini dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu penyedia sumber pangan yang bergizi dan
memiliki nilai ekonomi tinggi.
Berdasarkan potensi tersebut, Kementerian Pertanian berkomitmen dalam
penyediaan pangan salah satunya dilakukan dengan pendekatan diversifikasi
Kegiatan pemberdayaan kelompok
masyarakat untuk budidaya
tanaman sayuran melalui kegiatan
sarana pembibitan, pengembangan
demplot, pertanaman, dan
penanganan pasca panen.
Kegiatan P2L dapat dilakukan
pada lahan tidur dan/atau lahan
kosong yang tidak produktif,
dan/atau lahan di sekitar
rumah/bangunan tempat
tinggal/fasilitas publik, serta
lingkungan lainnya dengan batas
kepemilikan yang jelas seperti
asrama, pondok pesantren, rusun,
rumah ibadah, dan lainnya.
Upaya pencapaian kegiatan
tersebut dilakukan melalui
pendekatan pengembangan
pertanian berkelanjutan

PEKARANGAN (sustainable agriculture),


pemanfaatan sumber daya local

PANGAN LESTARI (P2L)


(local wisdom), pemberdayaan
masyarakat (community
engagement) dan berorientasi
pasar (go to market).
KONSEP STRATEGI PELAKSANAAN
PEKARANGAN PANGAN LESTARI
TAHAP
PENUMBUHAN
pembibitan terdiri
dari rumah bibit
dan sarana
pendukung
lainnya untuk
memproduksi
bibit tanaman.
Setiap kelompok
harus
membangun
rumah bibit untuk
menyediakan dan
memenuhi
kebutuhan bibit
SARANA kelompok, serta
PEMBIBITAN untuk menjaga
keberlanjutan
kegiatan
PERSYARATAN RUMAH BIBIT
a) Terletak ditanah milik kelompok (bukan sewa) dan berada
dalam satu lokasi dengan demplot, yang dapat digunakan
oleh kelompok P2L selama lebih dari 5 (lima) tahun yang
dibuktikan dengan surat pernyataan penggunaan lahan;
b) Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau oleh anggota
atau masyarakat yang membutuhkan bibit;
c) Luas rumah bibit di perdesaan minimal 20 m2;
d) Pondasi pasangan batu/batu bata;
e) Lantai dipadatkan;
PERSYARATAN RUMAH BIBIT
f) Rangka diutamakan terbuat dari bahan baja ringan, kayu, atau
bahan setara lainnya yang bertahan lebih dari 3 (tiga) tahun;
g) Atap terbuat dari bahan tembus sinar matahari (plastik UV atau
atap transparan lainnya) dengan sirkulasi yang cukup;
h) Sisi bangunan ditutup dengan bahan yang dapat melindungi rumah
bibit dari hama/serangga;
i) Dilengkapi rak dan sarana persemaian untuk produksi bibit;
j) Mempunyai sumber air yang cukup;
PENGERTIAN DEMPLOT
Demplot atau Demonstrasi plot adalah aktivitas penyuluhan pertanian di suatu wilayah
dengan cara memperkenalkan dan memperagakan teknik-teknik pertanian. Dalam acara
penyuluhan ini, biasanya pihak penyuluhan akan menjelaskan dan memperkenalkan
keterampilan, varietas, teknologi, dan pupuk yang bisa dimanfaatkan dalam aktivitas
pertanian biasanya diadakan oleh Dinas Pertanian.
Beberapa program yang dicanangkan pemerintah dalam aktivitas demplot biasanya
memiliki hubungan dengan tingkat produksi bahan-bahan pangan. Pemerintah
mengharapkan dengan adanya kegiatan ini dan upaya demonstrasi yang dilakukan dapat
meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi pertanian.
KEGIATAN DEMPLOT
1. Pertemuan antar petani atau rapat biasa dilakukan di awal penyuluhan. Hal ini dilakukan untuk memberikan penjelasan
dasar mengenai tujuan demplot tersebut dan agenda apa saja yang akan diberikan.
2. Seminar biasa dihadirkan setelah penjelasan agenda apa saja yang akan dilakukan. Dalam seminar ini biasanya akan
diberikan informasi-informasi terkait kegiatan-kegiatan pertanian mulai dari pemupukan hingga alat-alat pertanian
terbaru.
3. Pemutaran materi video mengenai pertanian untuk memberikan edukasi terkait hal-hal apa saja yang bisa dilakukan
saat bertani. Biasanya hal ini juga menjadi kegiatan untuk mendapatkan informasi terbaru terkait kemajuan teknologi di
dunia pertanian lokal.
4. Diskusi kelompok tani dilakukan untuk bertukar pikiran dan pengalaman antar petani dan pemberi penyuluhan.
5. Demonstrasi atau praktek pertanian biasanya dilakukan untuk mengetahui apakah para petani sudah memahami
penjelasan yang diberikan. Selain itu, hal ini juga dilakukan untuk mendemonstrasikan dan melihat proses serta
hasilnya.
6. Kunjungan ke usaha pertanian biasanya dilakukan oleh Dinas Pertanian untuk mengecek lahan pertanian masyarakat
dan proses mereka dalam bercocok tanam.
7. Komunikasi melalui jaringan telepon dilakukan untuk berkomunikasi dengan para petani agar selalu menerapkan hal-
hal yang diberikan saat penyuluhan.
1. Demplot Tabela (Tanam Benih Langsung) dan Tapin
(Tanam Pindah) yang dilakukan oleh PT Bayer bekerjasama
dengan anggota kelompok tani Pertamina Bahagia dengan
luas lahan Demplot 1 hektare. Pada lahan demplot Tabela
ditanam Varietas Lokal yakni Ciherang, sedangkan pada
lahan demplot Tapin ditanam VUB, yakni Varietas Inpari 13

CONTOH yang berdasarkan hasil penelitian BB Padi Sukamandi


memiliki beberapa keunggulan, diantaranya : tahan Hama
WBC, Umur genjah dan Potensi Produksi Tinggi.
KEGIATAN 2. Demplot Penggunaan Pupuk Organik yang dilakukan

DAMPLOT oleh BATAN (Badan Tenaga Atom dan Nuklir) yang


bekerjasama dengan anggota kelompok tani Jembar,
dengan luas lahan demplot 1.000m2.
3. Demplot-demplot yang dilakukan oleh Perusahaan
Pestisida (Formulator), mengenai efektivitas Pestisida yang
mereka produksi.
PENGEMBANGAN DEMPLOT
Demplot berfungsi sebagai tempat usaha bersama untuk menghasilkan
produk sayuran yang berorientasi pasar. Setiap kelompok wajib
membuat, mengembangkan dan memelihara demplot sesuai dengan
budidaya tanaman sayuran yang dikembangkan oleh anggota kelompok
dan masyarakat lainnya. Pengembangan demplot memperhatikan
produktivitas, rotasi tanaman, dan keberlanjutan produksi tanaman.
Persyaratan demplot, yaitu:
• Diupayakan terletak pada lokasi yang sama dengan rumah bibit dan
berdekatan dengan lokasi pertanaman;
• Luas total demplot di perdesaan 400-500 m2 dan di perkotaan 100-200
m2;
• Demplot ditanami jenis tanaman sayuran yang berorientasi pasar
sesuai dengan potensi wilayahnya.
PERTANAMAN
Tanaman sayuran yang dibudidayakan merupakan komoditas pangan untuk
pemenuhan kebutuhan pangan rumah tangga yang memiliki nilai ekonomi dalam
peningkatan pendapatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pertanaman adalah:
1. Sistem budidaya tanaman sayuran dapat dilakukan menggunakan media lahan,
polibag;
2. Setiap anggota kelompok diwajibkan menanam minimal 75 polibag atau setara
dengan 25 m2 jika ditanam di lahan;
3. Tanaman sayuran yang dibudidayakan untuk mendukung ketersediaan,
aksesibilitas dan pemanfaatan pangan serta permintaan pasar;
4. Setiap anggota perlu menanam tanaman yang sesuai dengan karakteristik wilayah,
kebutuhan anggota keluarga, peluang pasar, dan potensi lahan.
5. Penerima Manfaat Lembaga Masyarakat Lainnya seperti Pondok Pesantren, Karang
Taruna, dan Lembaga sejenisnya, untuk kegiatan Pertanaman dapat digabung
dengan kegiatan Demplot menjadi 800-1000m2.
BUDIDAYA TANAMAN DALAM POLYBAG DAN
VERTICULTURE
Tujuan utama dari metode/inovasi tersebut adalah untuk memanfaatkan lahan yang
sempit secara optimal. Bisa menjadi alternatif bagi warga perkotaan yang tidak
memiliki lahan yang luas untuk bercocok tanam. Keuntungan/Kelebihan Inovasi
Polybag dan Verticulture
1) Memanfaatkan ruang kosong untuk menyokong kebutuhan dapur;
2) Menambah keindahan alami lingkungan;
3) Menciptakan taman cantik di lahan terbatas;
4) Meningkatkan suplai oksigen di lingkungan sekitar;
5) Tanpa melakukan olah tanah (mencangkul/ membajak) ;
6) Fleksibel (dapat dengan mudah diletakkan di mana saja);
7) Relatif murah dan mudah pembuatannya;
8) Anti banjir.
POLYBAG
Polybag merupakan plastik hitam dengan lubang-lubang
sebagai sirkulasi tanaman. Polybag ini digunakan untuk
menjadi wadah pengganti pot dalam menanam tanaman.
1.Pemilihan jenis dan ukuran (diameter) pot dan polybag
disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan ditanam;
2.Tanaman tahunan (umumnya tanaman buah), pilih pot
berbahan drum kaleng atau pot dengan ukuran diameter
sekitar 60 cm;
3.Tanaman sayuran dan biofarmaka/ tanaman obat
keluarga (TOGA) bisa menggunakan diameter 20-30
cm.
CONTOH BUDIDAYA
TANAMAN DENGAN POLYBAG
1.Jenis buah-buahan (Tanaman
Buah dalam Pot/Tabulampot) :
jambu air, jambu bol, sawo,
mangga, jeruk, dan lain-lain;
2.Tanaman sayuran buah dan
sayuran daun : cabai, terong,
selada, tomat, sawi, dan lain
sebagainya;
3.Tanaman Obat (biofarmaka),
misalnya jahe, kencur, kunyit,
dan lain-lain.
JENIS TANAMAN
DALAM POLYBAG
BUDIDAYA MENGGUNAKAN
VENTRIKULTUR
Vertikultur merupakan cara bertanam yang dilakukan dengan menempatkan media
tanam dalam wadah-wadah yang disusun secara vertikal (bertingkat/berundak).
Dengan sistem budidaya pertanian Vertikultur dengan media tanam yang dilakukan
secara vertikal atau bertingkat, baik indoor ataupun outdoor.
Ada 2 (dua) jenis vertikultur yang dapat digunakan, yaitu :
1.Rak: Dapat dibuat dari bahan talang, bambu, paralon yang dirangkai sedemikian
rupa sehingga membentuk sebuah rak;
2.Tabung: Seperti namanya, bahan yang dipakai biasanya berbentuk tabung yang
dipasang vertikal (drum, bambu, paralon, dan lain-lain)
PENYIAPAN
MEDIA TANAM
Campuran 1(satu) bagian tanah bagian atas
(topsoil) dan 1 (satu) bagian arang sekam.
Untuk penyiapkan Bibit, ada bibit tanaman yang
harus disemai terlebih dulu dan ada yang dapat
langsung ditanam
Beberapa jenis sayuran yang harus disemai, di
antaranya : sawi, pakchoy, selada, seledri,
kobis/kol, cabai rawit, cabai besar/keriting, terong,
dan sebagainya, Sedangkan yang bisa langsung
ditanam seperti kangkung dan bayam.
LANGKAH-LANGKAH
MENYIAPKAN BIBIT
1.Siapkan media semai berupa campuran tanah, arang sekam, dan kompos
perbandingan 1:1;
2.Campuran media ditempatkan di bak semai;
3.Sebelum disemai, benih direndam air hangat (30oC) selama ± 10 menit;
4.Buang benih yang hampa (mengapung);
5.Tebar benih di bak semai, tutup tipis dengan media semai, lalu siram dengan air;
6.Lakukan penyiraman rutin pagi dan sore hari;
7.Bibit yang siap dipindah (tanam) umumnya berumur 7-15 hari (tergantung jenis
tanaman), Adapun ciri bibit siap pindah: pertumbuhan bagus dan memiliki
sedikitnya 3 (tiga) helai daun utama.
Hasil produksi dari
kegiatan P2L pada
Tahap Penumbuhan,
baik dari demplot
maupun kelebihan
produksi
pertanaman anggota
kelompok, dapat
dilakukan tindakan
pasca panen produk
pangan segar yang
baik agar hasil
pertanian siap dan
aman digunakan
PENANGANAN oleh konsumen.

PASCA PANEN
TAHAP
PENGEMBANGAN
Kelompok P2L yang masih aktif dalam melaksanakan kegiatan pembibitan,
pengembangan demplot, dan pertanaman sesuai dengan yang dipersyaratkan pada
Tahap Penumbuhan. Tahapan ini ditujukan untuk mengoptimalkan fungsi dan
meningkatkan kapasitas produksi pada setiap komponen. Adapun komponennya
meliputi:
a) Sarana Pembibitan
Rumah Bibit sebagai sarana pembibitan minimal memproduksi 10.000 bibit untuk
didistribusikan ke demplot, pertanaman, dan selebihnya dapat dijual ke pasar sebagai
sumber pendapatan kelompok.
b) Pengembangan Demplot
Demplot pada tahapan ini perlu dilakukan penambahan dan pengembangan fungsi
serta kapasitas demplot, seperti peremajaan, penambahan jumlah tanaman, perluasan
lahan demplot.
c) Pertanaman
Pertanaman dimaksudkan untuk memperbaiki, menambah, mengoptimalkan, dan
memfasilitasi pemanfaatan lahan pekarangan anggota. Setiap anggota harus
melaksanakan pertanaman secara berkelanjutan dengan jumlah tanaman minimal 75
polibag atau setara dengan 25 m2 di lahan. Jenis tanaman harus mendukung
ketersediaan, aksesibilitas dan pemanfaatan pangan serta permintaan pasar.
d) Penanganan Pasca Panen

Anda mungkin juga menyukai