Anda di halaman 1dari 16

A

PENGERTIAN JARAK
B
m
.TitikJarak
A dan B terletak di permukaan bumi. Garis penghubung lurus AB disebut
Miring. Garis AA’ dan BB’ merupakan garis sejajar dan tegak lurus
B” kedua garis tsb disebut Jarak Mendatar dari A ke
bidang datar. Jarak antara
B. Jarak BB” disebut Jarak Tegak dari A ke B atau biasa disebut Beda Tinggi.
YSudut BAB” disebut Sudut Miring.
Antara Sudut Miring, Jarak Miring, Jarak Mendatar dan Beda Tinggi, terdapat
hubungan sbb :
A’
AB” = A’B’ = AB Cos m
BB” = AB Sin m
(AB)2 = (A’B’)2 + (BB”)2
B’
X

A’B’ = Jarak Mendatar


AB = Jarak Miring
BB” = Beda Tinggi antara A dan B
1
JARAK

Jarak antara dua titik dilapangan ialah


panjangan yang menyatakan hubungan
langsung secara horizontal antara dua titik
tersebut.

Pengukuran jarak langsung dapat dibagi menjadi dua bagian :

1. Pelurusan arah antara dua titik yang akan di ukur


2. Pelaksanaan pengukurananya
Pengukuran Jarak
• Cara Tidak Langsung
 Pengukuran jarak cara tidak langsung dapat dilakukan
dengan jenis peralatan Theodolit dan EDM
(Electronic Distance Measurement)

Peralatan Theodolit
Jarak Optis
Pengukuran jarak secara optis dilakukan dengan
peralatan theodolit dan rambu ukur, dimana bacaan
pada rambu masih terbaca.
Pengukuran Jarak
• Cara Langsung
 Pengukuran jarak cara langsung dapat dilakukan
dengan jenis peralatan pita ukur/rantai ukur.

 Bila jarak yang diukur tidak panjang, maka dapat


dilakukan dengan sekali pengukuran.

 Bila jarak yang diukur panjang sekali, sehingga tidak


memungkinkan untuk sekali pengukuran, maka
dilakukan dengan pengukuran bertahap.
JARAK
1 Pengkuran Jarak Langsung

Pengukuran jarak langsung lajimnya dilakukan dengan menggunakan pita atau


pegas ukur dari kain, baja atau invaar. Untuk jarak pada tanah yang miring
digunakan alat bantu

Gambar 1.1. Pengkuran jarak langsung dengan pita ukur pada tanah datar
JARAK

Gambar 1.2. Pengkuran jarak langsung dengan pita ukur pada medan bergelombang
JARAK
JARAK
JARAK

Sumber Kesalahan pada pengukuran jarak

1. Alat ukur panjang tidak/kurang dobentangkan secara


horizontal
2. Adanya angin yang meniup alat ukur panjang fan unting-
unting
3. Pelurusan yang kurang benar
4. Jesalahan karena ketidak tepatan unting-unting menunjuk
titik akhirdari alat ukur panjang
5. Panjang alat ukur yang tidak benar
6. Kesalahan menghitung jumlah bentangan
7. Kesalahan rekorder.
JARAK

Jarak Optis

Stadia system
BACAAN RAMBU
1,365

Perhatikan
selisih antar benang :

B – A = 1,515 – 1,365 = 0,15

B – T = 1,515 – 1,440 = 0,075


1,440 T – A = 1,440 – 1,365 = 0,075

½ (B + A) = ½ (1,515 + 1,365)= 1,440

1,515
1,535

Perhatikan
selisih antar benang :

A – B = 1,535 – 1,385 = 0,15

A – T = 1,535 – 1,460 = 0,075


T – B = 1,460 – 1,385 = 0,075
1,460
½ (A + B) = ½ (1,535 + 1,385)= 1,460

1,385
JARAK

Tangential System
Tempat Titik Azimut Bacaan rambu Sudut vertikal Keterangan
alat target
o ‘ “ BT BA BB o ‘ “

P.124 2 15 20 1350 1475 1225 88 59 50


TP =
0,17 m
a 22 25 20 1600 1850 1350 85 59 30
b 38 56 10 1720 1925 1516 84 25 30
BM 17 c 89 45 50 1580 1925 1235 84 10 20
T alat d 115 30 40 1600 1975 1225 67 30 10
1,31 m
e 165 19 20 1650 1950 1350 87 59 50
f 193 05 40 1725 1950 1500 88 59 50
g 214 3 30 1650 1950 1351 75 20 40
h 251 36 20 1700 1950 1451 83 50 30
i 263 33 10 1700 1850 1550 88 53 20
j 254 12 00 1650 1900 1400 81 15 20
k 302 48 20 1750 1950 1550 86 45 10
l 340 29 50 1650 1900 1400 88 45 00
m 310 29 40 1650 1750 1500 88 45 50

n 341 53 40 1750 1950 1550 83 54 40

Anda mungkin juga menyukai