Keterangan:
ba = benang atas;
bb = benang bawah
bt = benang tengah;
ba-bb = jarak pada rambu ukur
j = jarak dari titik 0 ke1 (jarak
horizontal di lapangan)
Gambar benang diapragma dalam teropong
Keterangan :
ba, bb = benang jarak (untuk menentukan jarak)
bt = benang tengah horizontal (untuk menentukan garis bidik
beda tinggi)
bv = benang tengah vertical (untuk menentukan garis bidik
horizontal
Batas Tengah (Bacaan tengah)
Bacaan yang tepat dengan benang diafragma
mendatar biasa disebut dengan Bacaan Tengah (BT),
sedangkan yang tepat dengan benang stadia atas disebut
Bacaan Atas (BA) dan yang tepat dengan benang stadia
bawah disebut Bacaan Bawah (BB).
Karena jarak antara benang diafragma mendatar ke
benang stadia atas dan bawah sama, maka BT dapat
ditentukan dengan persamaan:
Bila (R-V) > 0 maka titik muka lebih tinggi daripada titik
belakang
Bila (R-V)< 0 maka titik muka lebih rendah daripada titik
belakang
contoh
stasiun Pembacaan
Jarak Beda
Rambu Rambu datar tinggi
Alat No. Titik
Belakang (R) Muka (V)
2.140 m
A 2.045 m
1.940 m
I
1.340 m 1.950 m 19 + 20= + 0.210 m
B 1.240 m 1.835 m 39 m
1.140 m 1.735 m
1.750 m
II C 1.550 m ......... ............
1.350 m
Tentukan jarak datar A-B?
Jarak datar I - A = (2.140 – 1.940) .100 = 19 m
Jarak datar I - B = (1950 - 1735) . 100 = 20 m
Sehingga jarak A – B = 19 + 20 = 39 m
Tentukan beda tinggi Antara A-B ?
h = Bt (R) – Bt (V) = (2.045- 1.835) = 0.210 m
Dengan langkah yang sama
Tentukan
Tentukan jarak datar B-C?
Tentukan beda tinggi Antara B-C ?