Anda di halaman 1dari 17

PRAKTIKUM DASAR KUALITAS DAYA

“MEMBANDINGKAN METER ANALOG DAN TRUE RMS PADA


PENGUKURAN BEBAN LINIER 3 FASA”

Dosen :

Indhana Sudiharto, S.ST., M.T

Disusun Oleh :

Nur Shinta Romadloniyah

1310191005

3 D4 TEKNIK ELEKTRO INDUSTRI A

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK ELEKTRO INDUSTRI

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

SURABAYA

2021
PERCOBAAN PRAKTIKUM DASAR KUALITAS DAYA

2 MEMBANDINGKAN METER ANALOG DAN TRUE


RMS PADA PENGUKURAN BEBAN LINIER 3 FASA

I. Tujuan
1. Praktikan dapat memahami prinsip dasar pengukuran daya beban linier tiga fasa.
2. Praktikan dapat menganalisa dan menyimpulkan hasil praktikum

II. Dasar Teori Penunjang


Wattmeter 3 fasa terbuat dari :
Dalam pengukuran daya dalam suatu sistem 3 fasa memerlukan dua atau lebih
wattmeter. Kemudian daya total dapat diperoleh dengan menjumlahkan pembacaan dari
masing-masing wattmeter secara aljabar. Teorema Blondel menyatakan bahwa daya
nyata dapat diukur dangan mengurangi satu elemen wattmeter dari sejumlah kawat-
kawat dalam setiap 3 fasa. Dengan persyaratan bahwa satu kawat dapat dibuat
“common” terhadap semua rangkaian potensial. Gambar 3. Menunjukkan sambungan
dua wattmeter untuk mengukur kosumsi daya oleh sebuah beabn 3 fasa yang seimbang
yang dihubungkan secara delta.
Kumparan arus wattmeter 1 dihubungkan dalam jaringan A, dan kumparan
tegangan dihubungkan antara hantaran(jala-jala) A dan C. Kumparan arus wattmeter 2
dihubungkan hantaran B, dan kumparan tegangannya dihubungkan antara hantaran B
dan
C. Daya total yang dipakai oleh beban seimbang 3 fasa sama dengan penjumlahan
aljabar dari kedua pembacaan wattmeter.
NB: sudut antara tegangan dan arus dinyatakan dengan 
Diagram phasor gambar 4 tegangan 3 fasa VAC, VAB,dan VBA dan arus 3 fasa
IAC, IBC dan ICA. Beban yang dihubungkan secara delta dianggap induktif, dan arus
fasa ketinggalan dari tegangan fasa sebesar sudut  . Kumparan arus wattmeter 1
membawa arus antara IA’A yang merupakan penjumlahan vektor dari arus-arus fasa
IAC dan IAB. Kumparan potensial wattmeter 1 dihubungkan dengan tegangan VAC.
Dengan cara yang sama kumparan arus wattmeter 2 membawa arus antara IB’B yang
merupakan penjumlahan vektor dari arus-arus fasa IBA dan IBC. Sedangkan tegangan
pada kumparan potensial wattmeter 2 dihubungkan dengan tegangan VBC. Karena
beban adalah seimbang, tegangan-tegangan fasa dan arus-arus fasa sama besarnya dan
dituliskan.

Persamaan (2.3) merupakan pernyatan daya total sebuah rangkaian 3 fasa dan karena itu
kedua wattmeter pada gambar 3a secara tepat mengukur daya total tersebut. Dapat
ditunjukkan bahwa penjumlahan aljabar dari pembacaan kedua wattmeter akan
memberikan daya yang benar untuk setiap: kondisi tidak seimbang, faktor daya atau
bentuk gelombang. Jika kawat netral dari sistem tiga fasa juga tersedia seperti halnya
pada beban yang tersambung dalam hubungan bintang 4 kawat, sesuai dengan teorema
Blondel
, diperlukan tiga wattmeter untuk melakukan pengukuran daya nyata total.
III. Rangkaian Percobaan
A. Metode I (Menggunakan Wattmeter, Cos phi M, AM, VM)
B. Metode II (Menggunakan Power Meter)

IV. Peralatan dan Bahan


1. Beban Linier 3 fasa yang dipakai :
a. Lampu hubungan delta (1 buah)
b. Lampu seri Ballast hubungan delta (1 buah)
c. Lampu parallel Capasitor hubungan delta (1 buah)
2. Voltmeter AC (1 buah)
3. Ammeter AC (1 buah)
4. Wattmeter 3 fasa (1 buah)
5. Cos  meter (1 buah)
6. Power Meter (1 buah)
V. Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2. Buat rangkaian seperti pada gambar rangkaian metode I (gambar 1), kemudian ukur
tegangan, arus, daya dari penunjukkan wattmeter dan power faktor (cosΦ).
3. Buat rangkaian seperti pada gambar rangkaian metode I (gambar 2), kemudian ukur
tegangan, arus, daya dari penunjukkan wattmeter dan power faktor (cosΦ).
4. Buat rangkaian seperti pada gambar rangkaian metode I (gambar 3), kemudian ukur
tegangan, arus, daya dari penunjukkan wattmeter dan power faktor (cosΦ).
5. Buat rangkaian seperti pada gambar rangkaian metode II (gambar 4), kemudian ukur
tegangan, arus, daya dan power faktor (cosΦ) dari penunjukkan Power Meter.
6. Buat rangkaian seperti pada gambar rangkaian metode II (gambar 5), kemudian ukur
tegangan, arus, daya dan power faktor (cosΦ) dari penunjukkan Power Meter.
7. Buat rangkaian seperti pada gambar rangkaian metode II (gambar 6), kemudian ukur
tegangan, arus, daya dan power faktor (cosΦ) dari penunjukkan Power Meter.
8. Bandingkan hasil pengukuran metode I dengan metode II.
9. Tentukan prosentasi perbedaan hasil pengukuran.
VI. Data Hasil Pengukuran
a. Beban resistor

Steori
R Vin I line VL-L Cos S prak P prak P teori %Error %Error
(V)
(VI)
(Ohm) (V) (A) phi (VA) (Watt) (Watt) S P
(VA)
100 380 6.582 380 0.995 3535.471 2501.16 3597.603 4310.476 41.35% 16.53%
150 380 4.388 380 0.995 2356.981 1667.44 2398.402 2873.650 29.25% 16.53%
200 380 3.291 380 0.995 1767.736 1250.58 1798.802 2155.238 41.35% 16.53%

b. Beban Resistor dan Induktor

Steori
R L Vin I line VL-L Cos S prak P prak P teori %Error %Error
(VI)
(Ohm) (H) (V) (A) (V)
phi (VA) (Watt) (Watt) S P
(VA)
100 0.3 380 4.857 380 0.856 2502.854 1845.66 1914.492 2736.441 35.61% 30.03%
150 0.5 380 3.083 380 0.833 1587.349 1171.54 1157.823 1690.296 13.99% 31.50%
200 0.8 380 2.099 380 0.793 1080.066 797.62 717.3799 1095.544 35.41% 34.52%
c. Beban Resistor dan Kapasitor

Steori
R C Vin I line VL-L Cos S prak
P prak P teori %Error %Error
(VI)
(Ohm) (uF) (V) (A) (V)
phi (VA)
(Watt) (Watt) S P
(VA)
100 7.5 380 6.762 380 0.984 3631.026 2569.56 3597.604 4379.399 41.31% 17.85%
150 15 380 4.898 380 0.881 3523.781 1861.24 2398.404 2840.136 89.32% 15.50%
200 17 380 4.815 380 0.812 2576.673 1829.7 1798.804 2573.336 40.82% 30.09%
250 22 380 5.256 380 0.713 2808.293 1997.28 1439.045 2466.545 40.61% 41.65%
300 22.5 380 5.144 380 0.679 2747.141 1954.72 1199.204 2298.872 40.53% 47.83%

Perhitungan Teori dan Error


|𝑆𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘 − 𝑆𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖|
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑆 = × 100%
𝑆𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

|𝑃𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘 − 𝑃𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖|
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑃 = × 100%
𝑃𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

a. Beban resistor

S = 𝑉× 𝐼 |3535.471 − 2501.16|
P = √3 × 𝑉𝐿−𝐿 × 𝐼𝐿𝑖𝑛𝑒 × cos 𝜑 P
R=100Ω S = 380 × 6.582 %𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑆 = × 100%
= √3 × 380 × 6.582 × 0.995 2501.16
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑆 = 41.35%
→ S = 2501.081 VA P = 4310.476 W
|3597.603 − 4310.476|
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑃 = × 100%
4310.476
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑃 = 16.53%

S = 𝑉× 𝐼 |2356.981 − 1667.44|
P = √3 × 𝑉𝐿−𝐿 × 𝐼𝐿𝑖𝑛𝑒 × cos 𝜑 P
R=150Ω S = 380× 4.388 %𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑆 = × 100%
= √3 × 380 × 4.388 × 0.995 2356.981
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑆 = 29.25%
→ S = 1667.387 VA P = 2873.650 W
|2398.402 − 2873.650|
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑃 = × 100%
2873.650
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑃 = 16.53%
S = 𝑉× 𝐼 |1767.736 − 1250.58|
P = √3 × 𝑉𝐿−𝐿 × 𝐼𝐿𝑖𝑛𝑒 × cos 𝜑 P
R=200Ω S = 380 × 3.291 %𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑆 = × 100%
= √3 × 380 × 3.291 × 0.995 P 1250.58
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑆 = 41.35%
→ S = 1250.541 VA = 2155.238 W
|1798.802 − 2155.238|
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑃 = × 100%
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑃 = 16.53% 2155.238
b. Beban resistor dan induktor

S = 𝑉× 𝐼 |2502.854 − 1845.66|
R=100Ω P = √3 × 𝑉𝐿−𝐿 × 𝐼𝐿𝑖𝑛𝑒 × cos 𝜑 P
S = 380 × 4.857 %𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑆 = × 100%
= √3 × 380 × 4.875 × 0.856 1845.66
L= 0.3 S = 1845.66 VA %𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑆 = 35.61%
P = 2736.441 W
H→
|1914.492 − 2736.441|
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑃 = × 100%
2736.441
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑃 = 30.03%

S = 𝑉× 𝐼 |1587.349 − 1845.66|
R=150Ω P = √3 × 𝑉𝐿−𝐿 × 𝐼𝐿𝑖𝑛𝑒 × cos 𝜑 P
S = 380× 3.083 %𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑆 = × 100%
= √3 × 380 × 3.083 × 0.833 1845.66
L= 0.5 H S = 1171.54 VA %𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑆 = 13.99%
P = 1690.296 W

|157.823 − 1690.296|
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑃 = × 100%
1690.296
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑃 = 31.50%

S = 𝑉× 𝐼 |1080.066 − 797.62|
R=200Ω P = √3 × 𝑉𝐿−𝐿 × 𝐼𝐿𝑖𝑛𝑒 × cos 𝜑 P
S = 380 × 2.099 %𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑆 = × 100%
= √3 × 380 × 2.099 × 0.793 797.62
L= 0.8 H S = 797.62 VA %𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑆 = 35.41%
P = 1095.544 W

|717.379 − 1095.544|
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑃 = × 100%
1095.544
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑃 = 34.52%

c. Beban resistor dan kapasitor

S = 𝑉× 𝐼 |3631.026 − 2569.56|
R=100Ω P = √3 × 𝑉𝐿−𝐿 × 𝐼𝐿𝑖𝑛𝑒 × cos 𝜑 P
S = 380 × 6.762 %𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑆 = × 100%
= √3 × 380 × 6.762 × 0.984 2569.56
L= 7.5 S = 2569.56 VA %𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑆 = 41.31%
P = 4379.399 W
uF→
|3597.604 − 4379.399|
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑃 = × 100%
4379.399
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑃 = 17.85%

S = 𝑉× 𝐼 |3523.781 − 1861.24|
R=150Ω P = √3 × 𝑉𝐿−𝐿 × 𝐼𝐿𝑖𝑛𝑒 × cos 𝜑 P
S = 380 × 4.898 %𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑆 = × 100%
= √3 × 380 × 4.898 × 0.811 P 1861.24
L= 15 S = 1861.24 VA %𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑆 = 89.32%
= 2840.136 W
uF→
|2398.404 − 2840.136|
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑃 = × 100%
2840.136
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑃 = 15.55%

S = 𝑉× 𝐼 |2576.673 − 1829.7|
R=200Ω P = √3 × 𝑉𝐿−𝐿 × 𝐼𝐿𝑖𝑛𝑒 × cos 𝜑 P
S = 380 × 4.815 %𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑆 = × 100%
= √3 × 380 × 4.815 × 0.812 P 1829.7
L= 17 uF S = 1829.7 VA %𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑆 = 40.82%
= 2573.336 W

|1798.804 − 2573.336|
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑃 = × 100%
2573.336
× 100%
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑃 = 30.09%
S = 𝑉× 𝐼 |2808.293 − 1997.28|
R=250Ω P = √3 × 𝑉𝐿−𝐿 × 𝐼𝐿𝑖𝑛𝑒 × cos 𝜑 P
S = 380 × 5.256 %𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑆 = × 100%
= √3 × 380 × 5.256 × 0.713 P 1997.28
L= S = 1997.28 VA %𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑆 = 40.61%
= 2466.545 W
22uF→
|1439.045 − 2466.545|
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑃 = × 100%
2466.545
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑃 = 41.65%

S = 𝑉× 𝐼 |2747.141 − 1954.72|
R=300Ω P = √3 × 𝑉𝐿−𝐿 × 𝐼𝐿𝑖𝑛𝑒 × cos 𝜑 P
S = 380 × 5.144 %𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑆 = × 100%
= √3 × 380 × 5.256 × 0.679 1954.72
L=22.5uF %𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑆 = 40.53%
S = 1954.72 VA P = 2298.872 W

|1199.204 − 2298.872|
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑃 = × 100%
2298.872
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑃 = 47.83%

VII. Gambar Gelombang

RANGKAIAN BEBAN R
100 ohm
150 ohm

200 ohm
RANGKAIAN BEBAN RL
100 Ohm, 0.3 H
150 Ohm, 0.5 H

200 Ohm, 0.8 H


RANGKAIAN BEBAN RC
100 Ohm, 7.5uf
150 ohm, 15uf

200 ohm, 17uf


250 ohm, 22uf
300 ohm, 22.5uf

VIII. Analisa Data


Percobaan kali ini adalah membandingkan meter analog dan true rms pada
pengukuran daya beban non linier 3 fasa. Percobaan ini dilakukan dengan cara
mensimulasikan rangkaian menggunkaan software PSIM. Terdapat 2 macam metode
percobaan, yang pertama menggunakan meter analog seperti voltmeter, ampere meter,
wattmeter, dan cos phi meter, sedangkan pada metode kedua menggunakan power true
rms. Namun, pada software PSIM ini tidak ditemukan alat ukur berupa pwer meter
true rms. Jadi, pada praktikum ini sama seperti praktikum sbeelumnya yaitu hanya
melakuakn satu metode ayitu denagn menggunakan meter analog yang hasil
pengukurannya tanpa dibandingkan dengan hasil pengukuran power meter true rms.
Dengan menggunakan meter analog, beban pada rangkaian divariasikan
dengan tujuan agar mengetahui perbedaan hasil pengukuran daya beban linier 3 fasa
dengan menggunakan beban R, RL dan juga RC. Pada rangkaian pertama beban berupa
lampu yang mana lampu ini dianalogikan dengan resistor, kemudian untuk rangkaian
kedau bebannya menggunakan lampu seri ballast yang dianalogikan dengan resistor
diseri dengan inductor, untuk rangkaian ketiga menggunakan beban berupa lampu
diparalel dengan kapasitor yang dianalogikan dengan resistor diparalel dengan
kapasitor. Untuk tegangan input yang digunakan adalah 380 Vrms dan frekuesni 50Hz.
Pada data hasil simulasi rangkaian pertama yaitu dengan beban lampu (resistor) 100Ω,
200Ω, dan 300Ω dapat dilihat bahwa semakin besar beban yang
digunakan, maka arus yang mengalir semakin kecil yaitu dari 6.582A, 4.388A, hingga
3.291A yang mana sudah sesuai dengan penjelasan pada hukum ohm (V= IR) bahwa
arus yang mengalir akan semakin kecil seiring dengan bertambahnya nilai beban yang
digunakan. Kemudian juga dapat dilihat bahwa daya semu (S) dan daya aktif (P) yang
didapatkan juga semakin kecil. Untuk daya semu yang didapatkan dari hasil simulasi
adalah 3535.471VA, 2356.981VA, 1767.736VA, sedangan daya aktifnya adalah
3597.603W, 2398.402W, 1798.802W. Dan nilai power factor yang terukur sebesar
0.995. Dari data hasil praktikum ini, juga dicari perhitungan secara teoritisnya untuk
daya semua dan daya aktif. Pada daya semu menggunakan rumus S = 𝑉 × 𝐼 dan daya
aktif menggunakan rumus P=√3 × 𝑉𝐿−𝐿 × 𝐼𝐿𝑖𝑛𝑒 × cos 𝜑. Jika dibandingkan antara data
hasil praktikum dan simulasi, masih ada selisih pada hasil perhitungan simulasi.
Pada percobaan kedua dengan menggunakan beban lampu ballast yaitu
resistor yang diseri dengan inductor. Untuk beban resistor dan inductor yang
digunakan secara berturut-turut adalah 100Ω 0.3H, 150Ω 0.5H, dan 200Ω 0.8H. Arus
yang terukur semakin kecil dengan seiring bertambah besarnya nilai beban, selain itu
daya semu dan daya aktif yang terukur juga semakin kecil seiring dengan
bertambahnya nilai beban tersebut. Sedangkan nilai power factor atau cos phi nya
berbeda dengen pengukuran saat menggunakan beban resistor, nilai power factor yang
terukur semakin kecil yang mana berbanding lurus dengan bertambahnya jumlah
beban yaitu 0.856, 0.833, 0.793. Pada percobaan kedua ini juga dilakukan perhitungan
secara teoritis untu daya semu dan daya aktifnya menggunakan rumus S = 𝑉 × 𝐼 dan
daya aktif menggunakan rumus
P=√3 × 𝑉𝐿−𝐿 × 𝐼𝐿𝑖𝑛𝑒 × cos 𝜑, namun pada perhitungan secara teoritis dan hasil
simulasi masih terdapat selisih atau nilai error. Jika dilihat dari gelombang yang
ditampilkan dapat dilihat bahwa saat menggunakan beban induktif fase arus tertinggal
atau lagging terhadap fase tegangan.
Untuk percobaan ketiga menggunakna beban lampu yang diparalel dengan
kapasitor atau resistor yang diparalel dengan kapasitor. Uuntuk resistor dan kapsitor
dan yang digunakan adalah 100Ω 7.5uF, 150Ω 15uF, 200Ω 17uF, 250Ω 22uF, 300Ω
22.5uF. Dapat dilihat dari data haisl simulasi bahwa nilai arus yang terukur semakin
kecil seiring dengan bertambahnya nilai beban, untuk daya semua dan daya aktif juga
mengalami penurunan. Sedangkan pada nilai power factor juga mengalami penurunan
dari 0.984 hingga 0.679. Pada percobaan ketiga ini juga dilakukan perhitungan secara
teoritis untu daya semu dan daya aktifnya menggunakan rumus S = 𝑉 × 𝐼 dan daya
aktif
menggunakan rumus P=√3 × 𝑉𝐿−𝐿 × 𝐼𝐿𝑖𝑛𝑒 × cos 𝜑, namun pada perhitungan secara
teoritis dan hasil simulasi masih terdapat selisih atau nilai error. Jika dilihat dari
gelombang yang ditampilkan dapat dilihat bahwa saat menggunakan beban kapasitif,
fase arus mendahului atau leading terhadap fase tegangan.
Dari ketiga percobaan ini, nilai power factor atau cos phi yang paling baik
atau mendekati 1 adalah saat menggunakan beban resistif saja, untuk beban yang
lainnya nilai power factornya semakin kecil atau kurang dari 1. Hal ini dikarenakan
pada beban resistor, penyerapan daya reaktifnya akan ditekan, atau dalam artian
merupakan resistif murni, dimana cos phinya akan mendekati atau sama dengan 1.
Selain itu pada hasil simulasi dan perhitungan secara teoritis terdapat selisih atau nilai
error, hal ini dapat terjadi karena kurang presisinya komponen atau bisa jadi total time
yang digunakan untuk menampilkan nilai-nilai yang terukur.
IX. Kesimpulan
Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Nilai power faktor yang paling baik atau mendekati 1 adalah saat menggunakan
beban yang bersifat resistif murni dan semakin besar beban yang digunakan, maka
arus yang mengalir ke arah beban akan semakin kecil.
2. Pengukuran daya beban non linier 3 fasa menggunakan meter analog memiliki
banyak kekurangan karena membutuhkan banyak sekali komponen yang dipasang
sehingga beresiko adanya kesalahan pengukuran yang bisa saja terjadi karena
human error.

Anda mungkin juga menyukai