Anda di halaman 1dari 15

PB II Pembidangan Hukum

1. Istilah lain :
a. penggolongan
b. pembidangan
c. lapangan
2. Jenis – Jenis Pembidangan
Hukum
a. Tertulis dan Tidak Tertulis
b. Hukum Publik dan Hukum
Privat
c. Hukum Domestik dan
Hukum Internasional
d. Hukum Substantif dan
Hukum Prosedural
e. Yang Dikodifikasikan dan
Tidak
Pengantar
 Pembidangan Hukum terkait dengan Keluarga Hukum (Legal
Family) yang dianut suatu negara
 Pembidangan Keluarga Hukum menurut pakar :
1. Keluarga Hukum menurut Marc Ancel :
a. Sistem Hukum Eropa Kontinental dan Amerika Latin /
Civil Law System
b. Sistem Anglo American / Common Law System
c. Sistem Hukum Timur - Tengah (Middle East System)
d. Sistem Timur Jauh (Far East System)
e. Sistem Negara – Negara Sosialis
2. Menurut Rene David
a. The Romano Germanic Family
b. The Common Law Family
c. The Family of Socialist Law
d. Keluarga Hukum Agama dan Keluarga Hukum
Tradisional
Ad 1) Sistem Eropa Kontinental / Civil Law System / The
Romano Germanic Family dengan Ciri – Ciri :
 Sumber hukum utamanya : sumber hukum tertulis
 pada cabang – cabang hukum pokok
terkodifikasi
 Cara berhukumnya menggunakan pola deduksi
 Bentuk sumber hukum tertulis sering tertinggal
dengan perkembangan praktik hukum yang
dinamis

Ad 2) Sistem Anglo American / Common Law System


 sumber hukum utamanya : sumber hukum tidak
tertulis dalam bentuk yurisprudensi (stare decisis)
 cara berhukumnya menggunakan pola induksi
 Law making dikembangkan dalam praktik hukum
sehingga lebih fleksibel menyesuaikan dengan
perkembangan hukum
PERBEDAAN SISTEM HUKUM KONTINENTAL DAN
ANGLO SAXON
Sister Hukum Kontinental Sistem Hukum Anglo Saxon
1. Sumber Hukum 1. Tidak tertulis / Common
Utamanya : Tertulis Law / Hukum Kebiasaan /
dalam bentuk peraturan dalam bentuk
perundang – undangan Yurisprudensi
2. Pada Cabang Hukum 2. Tidak mengenal
tertentu (Hukum Pidana, Kodifikasi
Perdata dan dagang)
dikodifikasikan
3. Pembentuk Hukumnya :
Lembaga Legislatif (Di 3. Praktik peradilan (Judge
Indonesia + Eksekutif) Made Law)
Sistem Hukum Sistem Hukum Anglo
Kontinental Saxon
4. Pola pengembangan dan 4. Pola INDUKTIF : dari
penegakan hukumnya : beberapa kasus kongkrit
pola DEDUKSI : diatur ditarik Ketentuan
ketentuan umumnya Umumnya
pada Asas – Asas dan
Norma Hukum Umum.
Kemudian diterapkan
pada kasus kongkrit
tertentu
Implikasi Pada Kajian PIH
1. Asas Konkordansi
 Konsekwensi negara yang merdeka
dengan merebut kemerdekaan : belum
memiliki Supra dan Infra Struktur Negara,
khususnya pemebentukan hukum
 Politik Hukum yang dipilih : Asas
Konkordansi : memberlakukan Hukum
Belanda di Indonesia Merdeka yang
semula berlaku di Hindia Belanda,
sampai dapat menyusun Hukum /
Peraturan perundangan nasional
 Konsekwensi Hukum yag berlaku di
Indonesia, memiliki karakteristik yang
sama dengan hukum yang berlaku di
Belanda : SISTEM HUKUM
KONTINENTAL
2. Pluralisme Hukum
 Pada masa Hindia Belanda
diberlakukan penggolongan
penduduk berdasarkan Pasal
131 IS
i. Golongan Eropa dan
Timur Asing berlaku
Hukum Belanda
ii. Golongan Pribumi
berlaku Hukum Adat /
Hukum Islam
 Dualisme / Pluralisme
Hukum (Hukum Perdata)
berlaku sampai saat ini
 Univikasi (penyatuan)
Hukum untuk Hukum publik
1. Tertulis dan Tidak Tertulis
a. Tertulis :
o Sering diidentikkan dengan “Hukum Perundang –
Undangan”
o Kelebihan dibanding dengan hukum Tidak Tertulis
1) Mudah diakses pencari keadilan pencari keadilan
2) Lebih memberi kepastian
3) Memudahkan pengarsipan dan pembaharuan
o Catatan
 Bentuk tertulis tidak berkorelasi dengan kualitas
keadilan
 Bekerjanya hukum tertulis, secara sosiologis tidak
menghilangkan bekerjanya hukum tidak tertulis
(ingat amanat UU Kekuasaan Kehakiman yang
harus dilaksanakan hakim
b. Hukum Tidak Tertulis
 Bentuk, istilah dan pemaknaannya
masih beragam
 Istilah lain :
1) Hukum Adat
2) Hukum Yang Hidup Di
Masyarakat
(UU Kekuasaan Kehakiman)
3) Kearifan Lokal / Kearifan
Nasional
4) Hukum Kebiasaan
 Dalam kenyataan bisa bekerja
secara simultan dengan hukum
tertulis
UPACARA BAKAR BATU DI PAPUA
Cara penyelesaian perang antar suku (kemungkinan
menyebabkan korban tewas) secara damai, disaksikan oleh
Polisi, Jakda dan Hakim
2. Hukum Publik dan Hukum Privat / Hukum
Perdata
 Diturunkan dari Sistem Hukum Romawi ke dalam Sistem
Hukum Kontinental / Sistem Hukum Sipil
 Tidak Dikenal dalam Sistem Hukum Anglo Saxon / Sistem
Hukum Common Law
 Berdampak pada sistem peradilan di Indonesia :
a. Peradilan Umum (PN,PT MA), memiliki kewenangan
“ganda”
1) Peradilan Perdata / Privat
2) Peradilan Pidana / Hukum Publik
b. Peradilan yang hanya memiliki kewenangan
tertentu saja :
1) Pengadilan Agama (Perdata Islam : perkawinan,
waris , wasiat, hibah, wakaf, zakat, Infaq,
shodaqoh dan Ekonomi Islam (Pasal 49 UU No.
3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama)
2) Peradilan Tata – Usaha Negara (PTUN) : hanya
berwenang mengadilan sengketa tata – Usaha Negara
(Hukum Publik)
3) Peradilan Militer : tindak pidana umum dan tindak pidana
militer yang dilakukan oleh prajurit Tentara Nasonal
Indonesia (TNI)
 Berdampak pada proses penegakan hukumnya
a. Pada perkara perdata, inisiatif berperkara ada pada
masyarakat sendiri (penggugat)
b. Pada perkara pidana : kewenangan mutlak / otorias aparat
penegak hukum
1) Untuk mencegah main hakim sendiri oleh masyarakat
(eigenrichting)
2) Sisi lain sangat dibutuhkan PARTISIPASI MASYARAKAT
dalam mengungkap suatu perkara (salah satunya
sebagai SAKSI)
 Contoh Hukum Perdata : Hukum Perkawinan, Hukum Waris,
Hukum Perjanjian, Hukum Ekonomi / Hukum Dagang, Hukum
Perdata Internasional

 Contoh Hukum Publik : Hukum Pidana, Hukum Tata Negara,


Hukum Administrasi Negara, Hukum Lingkungan, Hukum
Publik Internasional
 Di Negara dengan Sistem Hukum Bagan
Anglo Saxon tidak dibedakan Peradilan Jury
peradilan yang mendasarkan
pada Hukum Publik dan Hukum
Perdata
 Contoh Hukum Perdata : Hukum
Perkawinan, Hukum Waris,
Hukum Perjanjian, Hukum
Ekonomi / Hukum Dagang,
Hukum Perdata Internasional

 Contoh Hukum Publik : Hukum


Pidana, Hukum Tata Negara,
Hukum Administrasi Negara,
Hukum Lingkungan, Hukum
Publik Internasional

Anda mungkin juga menyukai