Anda di halaman 1dari 33

HUKUM TATA NEGARA

Hukum Kewarganegaraan
Pembahasan Kewarganegaraan
■ Perspektif Ilmu Negara
Warga negara adalah unsur dari semua
negara di dunia
Konvensi Montevidio 1933
The states as a person of international law
should posses the following qualification:
as a permanent population, a defined
territory, a government, a capacity to enter
into relations with other states.
Pembahasan Kewarganegaraan
■ Perspektif Hukum Tata Negara
Hanya membahas mengenai hubungan
antara warga negara dengan negara pada
negara tertentu
■ Perspektif Hukum Administrasi Negara
Berkaitan dengan administrasi
pemerintahan dalam mengatur warga
negara (keimigrasian)
Pengertian Warga Negara
■ Wirjono Prodjodikoro
Anggota (kumpulan orang-orang) dari
negara
■ GJ Wolhoff
Staatsherigen nationals (anggota organisasi
negara nasional)
■ E. Utrecht
Mereka yang mempunyai keanggotaan
yuridis dari negara
Pengertian Penduduk
Setiap warga negara dan atau orang asing
yang bertempat tinggal dan menetap di
suatu wilayah negara dalam waktu yang
lama
Hubungan Negara dengan Warga
Negara
■ Aspek Hukum Publik
Di mana hubungan negara dengan pribadi-pribadi
menimbulkan hak dan kewajiban sebagai seorang warga
negara, yang diatur dalam UUD dan berbagai peraturan
perundang-undangan. Terdapat perbedaan mendasar
antara warga negara dan orang asing dalam
hubungannya dengan aspek hukum publik. Dalam
kegiatan politik, misalnya. Orang asing tidak
diperbolehkan turut campur dalam politik dalam negeri.
Maka orang asing tidak diperkenankan turut serta dalam
pemilu baik dengan mempergunakan hak pilih atau pun
mencalonkan diri.
Hubungan Negara dengan Warga
Negara
■ Aspek Hukum Perdata
Sangatlah penting untuk mengetahui status
kewarganegaraan seseorang sewaktu ia
dilahirkan. Untuk mengetahui hukum manakah
yang berlaku baginya sejak dilahirkan, maka
perlu diketahui di negeri mana ia dilahirkan dan
apakah ia dalam negeri kelahirannya tersebut
dipandang sebagai warga negara atau orang
asing. Hukum baginya dalam kehidupan sehari-
hari yang dikenal sebagai hukum perdata.
Hubungan Negara dengan Warga
Negara
■ Aspek Hukum Perdata Internasional
Dalam hukum perdata internasioanl terdapat suatu asas
kewarganegaraan (nationaliteit principe) di mana
menurut asas ini maka hukum seseorang warga negara
mengenai hak, status dan kewenangannya tetap
melekat padanya di mana pun ia berada. Umumnya
yang dipandang termasuk dalam status, hak dan
kewenangannya ialah hukum yang merupakan bagian
dari hukum kekeluargaan, antara lain : peraturan
mengenai anak di bawah umur, perwalian, curatele,
kemampuan dan ijin untuk menikah, kedudukan dalam
perkawinan, dsb.
Hubungan Negara dengan Warga
Negara
■ Aspek Pertahanan Negara
Terdapat kewajiban bagi warga negara
untuk membela negara
Hubungan Negara dengan Warga
Negara
■ Aspek Ekonomi
Terdapat berbagai peraturan khusus yang
ditujukan kepada pembatasan kebebasan
orang asing di bidang ekonomi, mengenai
perusahaan tertentu yang disediakan bagi
warga negara, pekerjaan-pekerjaan yang
hanya dapat dilakukan oleh earga negara,
dan sebagainya.
Asas Kewarganegaraan
■ Kelahiran
■ Perkawinan
Asas Kewarganegaraan
Berdasarkan Kelahiran
Asas Ius Sanguinis (Asas keturunan dalam garis
lurus kebawah)
Kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh
keturunan dalam garis lurus ke bawah

Asas Ius Soli (Asas daerah kelahiran)


Kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh
tempat kelahirannya
Asas Kewarganegaraan
Berdasarkan Perkawinan

■ Asas Kesatuan Hukum


Asas dimana dalam sebuah pernikahan, seorang
istri mengikuti kewarganegaraan suaminya

■ Asas Persamaan derajat


Asas dimana dalam sebuah pernikahan, seorang
istri dimungkinkan memiliki kewarganegaraan
yang berbeda dengan suaminya
Bipatride dan Apatride
■ Konsekuensi prinsip kebebasan bagi negara
untuk menentukan sendiri siapa yang
merupakan warga negara
■ Soedargo Gautama: Konflik Positif dan Konflik
Negatif
■ Pasal 15 Universal Declaration of Human
Rights:
(1)Setiap orang berhak memiliki kewarganegaraan
(2)Tidak seorang juapun dengan semena-mena
dapat dikeluarkan dari kewarganegaraannya
Bipatride dan Apatride
■ Dapat terjadi karena diterapkannya asas
kewarganegaraan tertentu dalam suatu negara
• Bipatride
Jika A melahirkan anak di negara yang menganut asas ius
soli (mis. USA) sedangkan negara asal A menganut
asas ius sanguinis (mis. Indonesia)
• Apatride
Jika B melahirkan anak di negara yang menganut asas ius
sanguinis sedangkan negara asal B menganut asas ius
soli
Cara memperoleh atau kehilangan
kewarganegaraan
■ Stelsel Aktif: secara aktif berusaha
memperoleh atau melepaskan status
kewarganegaraan
■ Stelsel Pasif: Memperoleh atau kehilangan
kewarganegaraan tanpa melakukan
apapun.
■ Hak yang berkaitan dengan stelsel aktif
dan pasif: hak opsi dan hak repudiasi
Memperoleh Kewarganegaraan
■ Melalui mekanisme Pewarganegaraan, yaitu
sejumlah tata cara bagi orang asing untuk
memperoleh kewarganegaraan negara tertentu
melalui permohonan
■ Pemberian kewarganegaraan dari negara
tertentu dengan alasan penghormatan, karena
berjasa, dll, yang diberikan oleh kepala negara
■ Lahir dari orangtua yang berasal dari negara
penganut asas ius sanguinis atau dilahirkan di
negara yang menganut asas ius soli
Kehilangan Kewarganegaraan
■ Sengaja melepas kewarganegaraan
■ Menerima kewarganegaraan dari negara lain
dimana negara asalnya tidak mengakui
dwikewarganegaraan
■ Bekerja/bergabung pada sektor publik yang
dilarang oleh undang-undang di negara asalnya
(misal: menjadi polisi di negara lain)
■ Dan sebab-sebab lainnya
Pengertian Warga Negara
dalam Sejarah Perundang-
undangan di Indonesia
Peraturan Perundang-undangan yang
mengatur mengenai warga negara

■ Masa Hindia Belanda


■ Masa berlakunya UUD 1945
■ Masa berlakunya UUDS RI
Masa Hindia Belanda
Pengaturan Warga Negara
-BW (1838):
Pasal 5 Nederlandsch BW menentukan bahwa
semua orang yang bertempat tinggal di negeri
Belanda dan koloninya berstatus sebagai
Nederlander (warga negara Belanda). Status ini
hanya bersifat perdata, walaupun begitu status
ini tetap membawa akibat hukum dalam
hubungan internasional.
Masa Hindia Belanda
Pengaturan Warga Negara
- Wet 28 Juli 1950
Berdasarkan pasal 1 Wet 28 Juli 1850 ini,
orang yang berhak menikmati hak-hak
publik hanyalah orang-orang Belanda
yang lahir dari orang tua yang bertempat
tinggal di negeri Belanda (rijk in Europa)
Masa Hindia Belanda
Pengaturan Warga Negara
- Wet 1910
Dalam Wet ini diatur kriteria kaulanegara. Istilah kaulanegara
menunjukkan hubungan hukum antara penduduk Hindia Belanda
dan Kerajaan Belanda.
Dengan demikian sejak tahun 1910 terdapat dua golongan kaula
Belanda di Hindia Belanda, yaitu :
a. Warga negara Belanda yang diatur dengan Wet 1892,
b. Kaulanegara Belanda yang diatur dengan Wet 1910 yang terdiri
dari orang-orang Indonesia asli dan orang-orang Timur Asing).
Secara psikologis, status Nederlandsch onderdaan memberi kesan
lebih rendah dari status Nederlander atau staatsburger. Bahkan
secara yuridis terdapat pembatasan-pembatasan hak.
Masa Hindia Belanda
Pengaturan Kependudukan
- AB (1847)
Berdasarkan pasal 4 AB, penduduk Hindia Belanda terdiri atas :
1. Nederlander yang bertempat tinggal di Hindia Belanda
2. Orang-orang pribumi (landzaten of inboorlingen) di Hindia
Belanda, dan
3. semua orang, tidak terkecuali bangsa mana pun, yang
dengan izin Pemerintah Hindia Belanda bertempat tinggal di
Hindia Belanda.
Berdasarkan pasal 6-10 AB penduduk Hindia Belanda
dikelompokkan menjadi dua golongan, golongan Eropa dan
golongan Pribumi (berdasarkan S. 1848-10 pribumi Kristen
termasuk golongan pribumi).
Masa Hindia Belanda
Pengaturan Kependudukan
- IS (1926)
Pada tahun 1926 RR digantikan dengan Indische
Staatsregeling. Berdasarkan pasal 160 ayat (2)
IS, penduduk Hindia Belanda adalah mereka
yang dengan sah bertempat tinggal tetap di
sana. Pasal 163 IS membedakan penduduk
dalam tiga golongan, yaitu Eropa, Pribumi dan
Timur Asing.
Masa Kemerdekaan (UUD)
■ Pasal 26 UUD 1945
■ Pasal 5 dan Pasal 194 KRIS
■ Pasal 5, 6, dan 144 UUDS RI
Pasal 26 UUD 1945
(sebelum perubahan – ada penjelasan)
(1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang
bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain
yang disahkan dengan UU sebagai warga negara.
(2) Syarat-syarat yang mengenai kewarganegaraan
negara ditetapkan dengan UU.
Penjelasan:
(1) Orang-orang bangsa lain, misalnya peranakan Belanda,
peranakan Tionghoa dan peranakan Arab, yang bertempat
tinggal di Indonesia, mengakui Indonesia sebagai tanah
airnya dan bersikap setia terhadap Negara RI dapat menjadi
warga negara
Pasal 26 UUD 1945 (setelah
perubahan – penjelasan dihapus)
(1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang
disahkan dengan UU sebagai warga negara. (rumusan
awal)
(2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang
asing yang bertempat tinggal di Indonesia (perubahan
kedua)
(3) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur
dengan UU (perubahan kedua)
KRIS

■ Pasal 5
(1)Kewarnegaraan RIS diatur oleh UU Federal
(2)Pewarganegaraan (naturalisasi) dilakukan
oleh atau dengan kuasa UU Federal. UU
Federal mengatur akibat-akibat
pewarganegaraan terhadap isteri orang yang
telah diwarganegarakan dan anak-anaknya
yang belum dewasa.
KRIS
■ Pasal 194
Sambil menunggu pengaturan kewarganegaraan
dengan UU yang tersebut dalam Pasal 5 ayat
(1), maka yang sudah warga negara RIS, ialah
mereka yang mempunyai kewarganegaraan itu
menurutpersetujuan yang mengenai penentuan
kewarganegaraan yang dilampirkan pada
Piagam Pemulihan Kedaulatan.
UUDS RI
■ Pasal 5
(1)Kewarnegaraan RI diatur oleh UU
(2)Pewarganegaraan (naturalisasi)
dilakukan oleh atau dengan kuasa UU. UU
mengatur akibat-akibat pewarganegaraan
terhadap isteri orang yang telah
diwarganegarakan dan anak-anaknya
yang belum dewasa.
UUDS RI
■ Pasal 144
Sambil menunggu pengaturan kewarganegaraan dengan
UU yang tersebut dalam Pasal 5 ayat (1), maka yang
sudah menjadi warga negara RI, ialah mereka yang
menurut atau berdasar atas persetujuan perihal
pembagian warga negara yang dilampirkan kepada
Persetujuan Perpindahan memperoleh kebangsaan
Indonesia, dan mereka yang kebangsaannya tidak
ditetapkan oleh persetujuan tersebut yang pada tanggal
17 Desember 1949 sudah menjadi warga negara
Indonesia menurut perundang-undangan RI yang
berlaku pada tanggal tersebut.
UU yang mengatur mengenai
kewarganegaraan
■ UU Nomor 3 Tahun 1946
■ UU Nomor 62 Tahun 1958
■ UU Nomor 12 Tahun 2006

Anda mungkin juga menyukai