TERNAK SAPI
BIDANG PETERNAKAN
DINAS PERTANIAN
KAB. PASANGKAYU
PETERNAKAN ?
BIBIT
KESEHA
TAN PAKAN
PEMELIHARAAN KANDANG
BIBIT
• Tujuan Pemeliharaan
Pemilihan Bibit ditentukan oleh tujuan
pemeliharan :
- Potong
- Kerja
- Susu
- Dwiguna
• Jenis Bibit
(Jenis Bibit : Potong (Limosin, Simental, Bali),
Kerja (Brahman, Onggole), Susu (FH)
• Kriteria Bibit (Sapi Bali)
Betina :
- Umur : 18 s/d 24 Bulan.
- Warna Bulu merah, lutut kebawah putih, pantat putih
berbentuk setengah bulan, ujung ekor berwarna
hitam, terdapat garis belut pada punggung.
- Tidak cacat secara fisik
- Sehat dan bebas dari penyakit menular
- Bulu Mengkilap
- Tanduk pendek dan kecil
- Bentuk kepala panjang dan sempit dan leher ramping
Jantan :
- Umur : 24 s/d 36 Bulan
- Warna Bulu
- Warna Bulu hitam, lutut kebawah putih, pantat putih
berbentuk setengah bulan, ujung ekor berwarna
hitam, terdapat garis belut pada punggung.
- Tidak cacat secara fisik
- Sehat dan bebas dari penyakit menular
- Testes simetris, menggantung
- Bulu Mengkilap
- Tanduk tumbuh baik dan hitam
- Bentuk kepala lebar dengan leher kompak dan kuat
KANDANG
Kandang : merupakan tempat ternak berlindung, berkembang biak dan memperoleh
makanan untuk kelangsungan hidup.
Persyaratan Kandang :
Pembuatan kandang untuk sapi potong perlu memperhatikan beberapa persyaratan
antara lain dari segi teknis, ekonomis, kesehatan kandang (ventilasi kandang,
pembuangan kotoran), efisiensi pengelolaan dan kesehatan lingkungan sekitarnya.
Pemilihan lokasi:
Pertimbangan yang harus dilakukan dalam memilih lokasi antara lain adalah :
1. Ketersediaan sumber air untuk minum, memandikan dan membersihkan kandang
ternak,
2. Dekat dengan sumber pakan,
3. Kemudahan akses transportasi untuk penyediaan pakan dan pemasaran,
4. Tersedia areal untuk perluasan jika dibutuhkan,
5. Lokasi lebih tinggi dari sekelilingnya sehingga memudahkan untuk pembuangan
limbah dan menghindari genangan air pada waktu hujan,
6. Jarak kandang dengan bangunan umum dan perumahan minimal 10 m,
7. Tidak mengganggu kesehatan lingkungan,
8. Relatif jauh dari jalan umum dan
9. Limbah ternak dapat tersalur dengan baik.
Konstruksi:
Konstruksi sangat menentukan ketahanan bangunan,kandang
harus dibuat sekokoh mungkin sehingga mampu menahan beban dan
benturan serta dorongan yang kuat dari ternak, mudah dibersihkan,
mempunyai sirkulasi udara yang baik sehingga tidak lembab dan
tersedia tempat penampungan kotoran beserta saluran drainasenya.
Kandang dan perlengkapan ditata dengan baik sehingga dapat
memberikan kenyamanan pada ternak serta memudahkan peternak
bekerja untuk memberi pakan, minum, membuang kotoran dan
menangani kesehatan ternak.
Konstruksi kandang dirancang sesuai dengan agroklimat wilayah
setempat, tujuan pemeliharaan, dan status fisiologis ternak. Untuk
dataran tinggi model kandang sapi potong yang baik adalah lebih
tertutup untuk melindungi ternak dari cuaca dingin, sedangkan untuk
dataran rendah kebalikannya yaitu bentuk kandang yang lebih tinggi
danlebih terbuka. Tipe dan bentuk kandang disesuaikan dengan status
fisiologis dan pola pemeliharaan ternak seperti kandang pembibitan,
penggemukan, pembesaran, kandang beranak/menyusui dan kandang
Bahan kandang:
Bahan kandang hendaknya disesuaikan dengan tujuan usaha dan kemampuan ekonomi. Dalam memilih bahan
kandang hendaknya dipilih bahan lokal yang banyak tersedia dan minimal tahan digunakan untuk jangka waktu 5 –
10 tahun.
Bagian-bagian kandang seperti
1. Lantai kandang
- Harus kuat, tahan lama, tidak licin dan tidak terlalu kasar, mudah dibersihkan dan mampu menopang beban
yang ada diatasnya.
- Dapat berupa tanah yang dikeraskan, beton, pasir semen (PC) dan kayu yang kedap air. Tingkat kemiringan
lantai kandang sangat penting untuk menjaga drainase kandang.
- Tingkat kemiringan lantai tidak boleh lebih dari 5%artinya perbedaan tinggi antara lantai depan dengan lantai
belakang pada setiap panjang lantai 1 meter tidak boleh lebih dari 5 cm.
2. Kerangka kandang
Dapat terbuat dari bahan yang tersedia di tempat seperti kayu turi, kelapa, pinang dan bambu dan disesuaikan
dengan tujuan pemeliharaan dan kondisi yang ada.
3. Atap kandang.
- Dapat dibuat dari bahan yang murah seperti atap alang-alang, daun kelapa atau mengunakan seng dan asbes.
- Untuk atap yang berasal dari daun kelapa dan alang-alang perlu lebih miring berkisar 30% sehingga air hujan
yang jatuh dapat segera mengalir sedangkan atap seng dan asbes kemiringan minimal 15% untuk dapat
menjamin air hujan dapat mengalir dengan baik.
- Untuk daerah kering beriklim kering sebaiknya ketingggian atap minimal 3,5 meter untuk menjamin sirkulasi
udara didalam kandang.
4. Dinding kandang.
Untuk daerah kering beriklim kering seperti di Nusa Tenggara Barat harus terbuka dan sebaiknya hanya berupa
kayu palang untuk menjaga ternak tidak keluar dan kayu palang tertinggi harus lebih tinggi dari sapi waktu berdiri.
Bentuk Kandang : Kolektif dan Tunggal
Kandang Kolektif :
- Kandang Pemeliharaan
- Kandang Induk Bunting
- Kandang Sapih
- Kandang Kawin
- Kandang Pejantan
Sarana Pendukung :
Peralatan Kandang, Tempat Pakan dan Minum,
Kandang Jepit, Tempat dipping
Ukuran kandang
• ASAL: Kongo
• SIFAT:
- tidak tahan injakan
perakaran luas tetapi dangkal
- perenial
- tumbuh membentuk hamparan
- batang beruas pendek berwarna
merah tua keunguan
- daun lebar berbulu halus
• KULTUR TEKNIS:
- pols
- jarak tanam 40 x 40 cm
- mixed dengan Stylosanthes, Centrosoma
Brachiaria ruziziensis
R-potong
Setaria sphacelata
• Varietas yg dianjurkan : Lampung; Solander
• cocok utk rumput potong
• Dapat bertahan hidup pada tanah yg miskin unsur
hara
• Tahan genangan air sementara
• Tumbuh baik di daerah dingin
• Perlu kandungan air tanah dan kesuburan yg cukup
agar berproduksi tinggi
• Tidak boleh diberikan pada kuda
Arachis pintoi
• Varietas yg dianjurkan : Amarillo; Itacambria
• Legum berstolon yg tumbuh rendah
• Sangat persisten (tegar) terutama pada
penggembalaan berat
• Penutup tanah yg baik di bawah pepohonan
• Pakan berkualitas tinggi
• Mudah dikembangkan dgn stolon dan pols.
• Membutuhkan tanah dgn kesuburan sedang
• Tidak cocok utk musim kemarau panjang, kecuali
pada daerah bersuhu dingin
Lanjutan Arachis pintoi…..
• Bunga berwarna kuning
• Pakan utk semua jenis ternak : termasuk ayam,
bebek dan babi.
• Mencehgah gulma di bawah pohon, dan pencegah
erosi pada daerah lereng/miring.
• Cocok utk iklim tropis basah dgn musim kemarau
singkat atau tanpa musim kemarau.
• Asal : Brazil
Arachis pintoi
Amarillo menghasilkan
banyak bunga
Itacambria membentuk
padangan yg padat
Arachis pintoi
Calliandra calothyrsus
• Asal : Amerika Tengah
• Varietas yg dianjurkan : Besakih
• Legum berbentuk pohon yg baik utk daerah yag
dingin
• Dapt tumbuh pada tanah asam.
• Produksi daun tinggi bila dipotong teratur
• Penghasil kayu api yg baik.
• Hanya disukai ternak ketika segar
• Harus ditanam dgn biji
• Pertumbuhan anakan sangat lambat
Lanjutan Calliandra calothyrsus ….
• Sangat produktif
• Tahan pemotongan dan penggembalaan berat
• Pakan tambahan berkualitas tinggi
• Penghasil kayu api yg baik
• Tumbuh baik pada musim kemarau
• Tdk cocok utk tanah asam dan tidak subur
• Tdk baik pd hewan monogastrik
• Peka thd serangan hama kutu loncat
• Hrs ditanam dg biji
Lanjutan Leucaena leucocepala
Mudah dikenal dg
daunnya yg lancip dan
bunganya kuning
Sesbania grandiflora
( Turi)
• ASAL: Srilanka
• SIFAT:
- tumbuh di daerah tropis yang lembab
- tumbuh tegak
- sistem perakarannya dalam
- daun kecil-kecil,
- sumber vitamin provitamin A, B, C
dan E
- sumber mineral utamanya Ca dan P
- bunga besar warna putih, merah atau
ungu
• KULTUR TEKNIS:
- dikembang biakkan dengan biji
Leguminosa
Lanjutan Sesbania glandiflora
Bahan :
Dedak Padi segar
Air
Molases
Drum atau kantong plastik
Metode :
Menyiapkan dedak padi.
Mencampurkan air (25% dari berat dedak padi) dengan molasses (3% dari
berat dedak padi).
Menambahkan campuran larutan air dan molasses pada dedak padi.
Mengaduk dedak padi larutan sampai merata.
Memasukannya ke dalam drum atau kantong plastik dan menutupnya
rapat-rapat.
Memfermentasi dedak padi di dalam drum atau kantong plastik selama 1
bulan pada suhu kamar.
Dedak padi fermetasi dengan EM4
Bahan :
20 kg dedak padi segar
Molasses
EM4
Air
Drum atau kantong plastik
Metode :
Menyiapkan 20 kg dedak padi segar, 3% molasses dan 3% EM4 (dari berat 20 kg
bahan).
Mencampurkan air 25% dari berat bahan (10 Liter air) dengan molasses dan
EM4, mengaduknya hingga rata.
Mencampurkan larutan dengan dedak padi secara bertahap dan mengaduknya
hingga rata.
Memasukkan hasil adonan ke drum atau kantong plastik dan menututupnya
hingga rapat.
Menyimpan pada suhu ruang dan tidak terkena sinar matahari langsung selama
2-3 hari.
Tanda-tanda fermentasi sudah selesai adalah timbul wangi, agak
menggumpal, dan terasa hangat. Sebelum dedak padi fermentasi
diberikan pada ternak, dedak padi fermentasi harus diangin-
anginkan terlebih dahulu. Dedak padi fermentasi dapat
dikeringkan untuk disimpan dalam jangka waktu yang lama. Dedak
padi terfermentasi bisa tahan sampai 3 bulan tanpa bau tengik
dalam kondisi kering. Hal ini karena kandungan lemak pada dedak
padi yang mudah ditumbuhi bakteri dan menyebabkan bau tengik
sudah terurai pada saat proses fermentasi.
Jenis Jenis Limbah Kelapa Sawit
1. Pelepah Sawit
pelepah sawit diperoleh dari hasil pemangkasan pada saat panen ataupun pemangkasan
yang dilakukan rutin 6 bulan sekali. mengacu pada kandungan gizi dan nilai kecernaan
pelepah sawit (48%), maka kontribusi energi pelepah sawit diperkirakan hanya mampu
memenuhi kebutuhan hidup pokok sehingga untuk pertumbuhan, bunting dan laktasi
diperlukan pakan tambahan sehingga kekurangan protein dan energi dapat terpenuhi.
pemanfaatan pelepah sawit untuk ternak ruminansia dapat dilakukan dalam bentuk silase
yang dikombinasikan dengan bahan lain atau konsentrat sebagai campuran
2. Lumpur Sawit
Lumpur sawit merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses pemerasan buah sawit
untuk menghasilkan minyak sawit kasar atau crude palm oil (CPO). pemanfaatan lumpur
sawit memberikan hasil ganda yaitu menambah persediaan bahan pakan dan
mengurangi polusi. pemberian solid/ lumpur sawit untuk ternak sapi PO jantan
memberikan PBBH yang nyata lebih tinggi dibanding pakan kontrol. PBBH yang
dihasilkan dari sapi yang diberi pakan solid ad libitum dan rumput sebesar 0,77 kg/ekor
sedang pemberian 1,5% solid dari BB ternak dihasilkan PBBH 0,44 kg/ekor.
3. Bungkil Inti Sawit (unggas)
5. Serat Perasan
Serat perasan merupakan hasil ekstraksi minyak sawit, mempunyai kandungan gizi dan nilai
kecernaan (24-30%) yang rendah sehingga pemanfaatannya belum banyak disarankan
(Mathius, et al., 2003) .
6. Tandan Kosong
Tandan kosong sawit (TKS) merupakan limbah dari pabrik kelapa sawit (PKS) yang
jumlahnya sekitar 55-58% dari Tandan buah segar. Pemanfaatannya disarankan agar
dicampur dengan bahan pakan lain yang berkualitas. Pemanfaatan tandan kosong untuk
ternak sapi harus diberikan perlakuan fisik agar dihasilkan ukuran yang mudah untuk
dikonsumsi ternak (± 2 cm), pemberiannya antara 30-50%.
7. Batang Sawit
Pemanfaatan silase pelepah dan batang kelapa sawit dapat menggantikan 25-50% pakan
konsentrat untuk ternak ruminansia. Perlakuan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
kekurangan dari pelepah dan batang kelapa sawit dengan proses fermentasi menjadi silase,
pengolahan dengan perlakuan NaOH dan perlakuan uap. Mathius, et al., (2003) bahwa
pemberian batang sawit sebanyak 30% dan 70% konsentrat menghasilkan PBBH antara
0,66-0,72 kg/ekor.
Beberapa jenis tanaman yang mengandung racun tersebut adalah:
1. Kacang Tanah
Kacang tanah atau bungkil kacang tanah sebagai limbah industri sering dimanfaatkan
untuk makanan penguat bagi ternak, utamanya sapi dan babi. Kacang tanah atau bungkil
kacang tanah dalam situasi tertentu dapat mengakibatkan keracunan akibat dari daya
kerja aflatoksin. Dalam keadaan biasa pakan ternak dari bungkil kacang tanah ini adalah
normal dan biasa diberikan, namun dalam situasi tertentu dapat menjadi racun karena
kacang atau bungkil kacang tersebut telah ditumbuhi jamur Aspergillus flavus. Hewan
rentan terhadap racun dari jamur Aspergillus ini adalah sapi, babi, dan ayam, sedangkan
domba termasuk lebih tahan. Hewan muda lebih rentan daripada hewan dewasa.
Gejala klinis akibat pengaruh dari racun jamur Aspergillus flavus pada kebanyakan hewan
antara lain adalah kecepatan pertumbuhannya berkurang dan nafsu makan juga
berkurang. Keracunan yang hebat dapat menyebabkan kekejangan dan kemudian hewan
akan ambruk. Pedet yang keracunan dapat mengalami tenesmus dan buta. Pengaruh
paling menonjol pada sapi dewasa yang sedang laktasi adalah penurunan produksi susu.
2. Lantana (Pohon bunga Telekan)
Lantana memiliki banyak spesies, tetapi yang paling banyak dijumpai
adalah Lantana camara. Lantana termasuk jenis tanaman perdu,
berbatang kasar, bercabang banyak, permukaan daun kasar dan tepi daun
bergerigi. Warna mahkota beragam, antara lain merah, kuning, ungu dan
putih. Gejala klinis pada sapi yang keracunan lantana antara lain adalah
jaundice yang berat, fotosensitisasi, dermatitis nekrotik berat terutama di
bagian tubuh yang paling banyak terkena sinar matahari atau berwarna
lebih pucat seperti pada cuping telinga, ponok, bagian atas moncong dan
punggung. Ternak kehilangan nafsu makan, diare, gelisah, ambruk, dan
akhirnya mati dalam beberapa hari dengan kondisi tubuh yang sangat
kurus. Apabila makan tanaman lantana dalam jumlah banyak, maka sapi
akan mati karena gastroenteritis sebelum terjadi fotosensitisasi.
3. Jarak (Ricinus communis)
Tanaman ini disebut juga Palma Christi, yang dapat meracuni
darah. Tanaman ini ditamukan hampir disetiap daerah tropis.
Tanaman ini termasuk jenis tanaman semak yang dapat tumbuh
sampai pada ketinggian 3 meter. Bila tidak ada perlakuan tertentu,
biji-biji jarak ini dapat meracuni. Biji jarak ini dapat diperas dan
menghasilkan minyak castro. Ampas dari biji jarak tersebut
mengandung banyak substansi beracun karena mengandung
toksalbumin yang disebut risin. Gejala klinis pada sapi yang secara
tidak sengaja makan pakanan yang tercampur bahan mengandung
risin dapat mengalami kematian dengan gejala kejang-kejang.
4. Bakung (pohon bung lily)
Bakung termasuk dalam keluarga Liliaceae. Hampir semua jenis bakung adalah beracun dan tidak
mudah dicerna. Tanaman jenis ini banyak tumbuh di padang penggembalaan sehingga secara tidak
sengaja dapat termakan oleh ternak. Umbi bakung sering lebih banyak mengandung racun daripada
bagian tanaman yang berada di atas tanah. Hewan yang termasuk rentan adalah sapid an babi. Babi
sering terkena racun bakung karena kebiasaannya makan umbi-umbian dengan cara menggali tanah
menggunakan moncongnya. Gejala klinis pada ternak yang keracunan bakung terlihat gejalanya
bervariasi, tergantung banyaknya bakung yang dimakan. Glikosida atau alkaloid merupakan bahan
pokok racun yang berakibat pada jantung dan sistem saraf. Bila hanya sebagian kecil yang termakan,
maka akan terlihat gejala saraf. Tetapi bila sebagian besar termakan, maka yang timbul adalah gejala
jantung sebelum sempat menunjukkan gejala saraf. Sapi yang keracunan sering muntah-muntah, diare,
dan kemudian mati karena berhentinya fungsi jantung. Pada uji pascamati yang sering terlihat adalah
gastroenteritis.
5. Oleandra
Oleandra adalah jenis tanaman perdu yang sering ditemukan di
pedesaan. Tanaman ini juga sering ditanam sebagai tanaman hias karena
memiliki bunga yang indah. Pohon oleandra dapat tumbuh tinggi
mencapai 4 meter. Pada akarnya sering tumbuh tunas yang banyak dan
bercabang. Bunganya berwarna merah-jambu yang terdapat pada akhir
dari cabangnya.Daunnya tebal berwarna hijau tua berbentuk seperti
tombak (lanceolate), pucuknya runcing. Tulang-tulang daun terlihat jelas
dan sangat beracun. Gejala klinis yang dapat diamati pada sapi yang
mengalami keracunan tanaman ini adalah kejang, diare, dan kolik.
Pemeriksaan secara patologi anatomi menunjukkan gastroenteritis akut.
6. Ubi Kayu (Casava)
Ubi kayu, cassava atau singkong banyak ditanam di berbagai tempat di Indonesia. Ubi kayu banyak
dimanfaatkan sebagai bahan makanan bagi masyarakat, bahkan di beberapa tempat manjadi bahan
makanan pokok pengganti beras. Daun ubi kayu bercabang seperti jari berwarna hijau tua. Daun yang
muda sering dimanfaatkan sebagai sayur.
Daun ubi kayu mengandung sianida yang beracun. Oleh karena itu jika akan dimanfaatkan untuk bahan
sayur harus diolah dengan cara yang benar agar efek toksiknya hilang, misalnya dengan dipanaskan.
Kandungan sianida pada daun ubi kayu bervariasi, tergantung pada jenisnya. Daun ubi kayu yang segar
memiliki kandungan sianida yang cukup banyak. Cara menetralisasi kandungan sianida tersebut dapat
dilakukan dengan dijemur sebelum diberikan kepada ternak. Hewan yang rentan adalah semua jenis
ternak ruminansia termasuk sapi, kerbau, kambing, dan domba. Oleh karena itu daun ubi kayu yang
akan diberikan kepada ternak harus dipanaskan terlebih dahulu di bawah terik matahari hingga layu
untuk menetralisasi kandungan racunnya.Gajala klinis akibat keracunan daun ubi kayu ini terutama
pada sapi adalah gejala kejang-kejang, mulut keluar buih keputihan, mata menjadi juling, pernafasan
sesak, denyut jantung meningkat, dan bila mengalami keracunan yang berat dapat mengakibatkan
kematian.
PEMELIHARAAN
• Gembala Secara Permanen
Ternak dilepas dipadang
pengembalaan atau diliarkan
tanpa dikandangkan
• Kandang – Gembala
Ternak digembalakan pada
siang hari tetapi dikandangkan
pada malam hari
• Kandang/Feedlot
Ternak dikandangkan secara terus menerus, segala
kebutuhan ternak dilakukan oleh peternak
PERHATIAN !
LAMA BIRAHI
PEMBUAHAN/
FERTILISASI
KAWIN ALAM
INSEMINASI BUATAN
TAHAPAN REPRODUKSI
BUNTING
PEMBUAHAN/
FERTILISASI
LAHIR ANAK/PEDET
285 hari =9 bulan)
Inseminasi Buatan
• In= memasukkan ; semen= mani
• buatan= tidak alami = bantuan manusia
• Pemasukan semen (mani) ke dalam saluran
kelamin betina dengan bantuan (inseminator).
Tujuan :
• Efisiensi penggunaan pejantan
• Meningkatkan pelayanan perkawinan
• Meningkatkan genetik secara massal
• Mencegah penularan penyakit
KEUNGGULAN IB
1. Pejantan unggul bisa secara sangat efektif
digunakan
2. Peningkatan genetik ternak bisa secara cepat
di dapatkan
3. Kemampuan genetik ternak dapat secara
cepat dan akurat di tentukan
4. Kontrol penyakit kelamin menular dapat
dilakukan
Kekurangan IB
1. Membutuhkan pengetahuan mumpuni dan
peralatan teknologi tinggi, pelatihan harus
dilakukan
2. Harus melakukan dan mengajarkan deteksi
birahi
3. Penyebaran penyakit pada ternak bila kegiatan
IB tidak dilakukan secara benar
4. Inbreeding dan kelainan genetik bisa terjadi bila
kegiatan IB tidak dilakukan secara terencana
Waktu IB
• TAHAPAN BIRAHI :
-AWAL : B3/A3
(Bengkak,merah/mengkilat,
• IB dilakukan 10 jam setelah Hangat), gelisah,
gejala awal birahi bersuara, tdk mau
• Birahi Pagi - IB sore
makan, menaiki teman,
cari jantan.
Sore- IB pagi besok
(BELUM WAKTU IB)
AKHIR BIRAHI :
Vulva : keriput, hangat,
merah. Tenang, diam
dipegang. SAATNYA IB
PELAKSANAAN IB PADA KELOMPOK TERNAK
• INSEMINASI BUATAN : MANDIRI/REGULER DAN IB MASSAL
• SEBELUM PELAKSANAAN IB :
PETERNAK :
1. MENGANDANGKAN TERNAKNYA
2. MAMPU MENDETEKSI BIRAHI
3. MEMILIKI KANDANG JEPIT
4. MENGHUBUNGI PETUGAS
5. MENYIAPKAN TERNAKNYA
6. MENYIAPKAN ALAT & BAHAN (AIR, SABUN, AIR
HANGAT, TALI, EMBER/BASKOM)
TERNAK :
• TELAH DEWASA TUBUH DAN DEWASA
KELAMIN
• DALAM KONDISI BIRAHI
• SEHAT
• NILAI KONDISI TUBUH/BODY CONDITION
SCORING (BCS) MINIMAL 3.
BANDINGKAN……………………..
KESEHATAN
Ternak sehat menjadi dambaan setiap peternak, untuk
mengurangi kerugian, namun ada beberapa penyebab yang
harus dihindari:
Kuman seperti virus, bakteri, jamur dan parasit.
Pakan atau hijauan yang disiapkan kurang baik.
Kandang yang kotor, lembab atau basah, sehingga kuman
sangat senang tinggal di sana.
Pertukaran udara di dalam kandang tidak baik ataupun tidak
sehat, sehingga menyebabkan bau tidak enak. Bau itu
sebenarnya disebabkan oleh kotoran ternak itu sendiri.
Ternak digembalakan tanpa dikontrol sehingga ternak makan
apa saja, seperti tanaman beracun dan benda asing lainnya.
• Berdasarkan sifatnya, penyakit umumnya dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu:
– Penyakit menular, yaitu penyakit yang mampu
berpindah dari ternak yang sakit ke ternak lainnya
yang peka. Penyebab penyakit menular adalah
kuman seperti, virus, bakteri, jamur dan parasit
(parasit darah, cacing dan kutu).
– Penyakit tidak menular, yaitu penyakit yang tidak
dapat ditularkan oleh ternak sakit ke ternak yang
sehat. Penyebab penyakit tidak menular adalah
tanaman beracun, kekurangan mineral, dan bahan
kimiawi yang bersifat toksik (berbahaya).
1. Scabies / Kudis
Penyakit ini sering menyerang ternak yang disebabkan oleh infeksi parasit kulit.
Tanda-tanda klinis :
Kerak-kerak pada permukaan kulit.
Ternak selalu menggesek-gesekkan bagian tubuh yang terserang kudis.
Bulu rontok pada bagian yang gatal.
Kulit menjadi tebal dan kaku.
Bila sudah parah, akan mempengaruhi nafsu makan ternak dan berakibat kematian.
Pengobatan :
Medis : injeksi ivermectin 10 % atau segera hubungi dokter hewan atau paramedic kesehatan
hewan.
Tradisional :
Oli bekas, dengan cara: ternak terlebih dahulu dimandikan dengan sabun agar bersih dan
dijemur. Setelah mengering, dareah tubuh yang kudisan diolesi dengan oli yang sudah
dihangatkan terlebih dahulu. Tempatkan ternak pada kandang terpisah dari ternak yang
sehat. Pengobatan diulang setiap 3 hari sampai ternak sembuh.
Lengkuas digiling halus dan dicampurkan dengan garam dapur secukupnya, lalu digosokkan
pada bagian yang gatal.
• Pencegahan :
• Hindari kontak langsung dengan ternak yang sakit.
• Kandang didesinfeksi dan diusahakan bebsa dari caplak atau kutu dengan cara diasapi.
2. Orf / Keropeng
Merupakan penyakit menular yang menyebabkan luka pada sekitar daerah
mulut, berupa keropeng dan dapat ditularkan ke manusia.
• Tanda-tanda klinis :
– Luka berupa benjolan – benjolan berkeropeng di daerah sekitar mulut
(bibir, liang hidung).
– Benjolan berkeropeng biasanya terlihat pertama kali pada sudut bibir,
kemudian meluas ke daerah sekitar mulut dan hidung.
– Daerah sekitar mulut terlihat membesar atau bengak dan terkadang
menombulkan bau.
– Keropeng juga dapat dijumpai pada bagian tubuh lainnya, seperti
kelopak mata, kaki, ambing dan skrotum.
– Pengobatan
– Tidak ada obat untuk penyakit ini, yang kita lakukan adalah mengobati
infeksi sekunder oleh kuman, mengurangi rasa sakit dan meningkatkan
nafsu makan.
Medis : injeksi antibiotik oleh dokter hewan atau
paramedic kesehatan hewan atau pemberian salep
antibiotic yang dapat dilakukan oleh peternak sendiri.
Tradisional :
Bahan :
kapur sirih, biji pinang, kunyit dengan perbandingan
2:2:1.
Cara :
Semua bahan dicuci bersih terlebih dahulu, biji pinang
dibuang kulitnya lalu secara terpisah masing-masing
digiling atau ditumbuk halus. Selanjutnya bahan
dicampur hingga membentuk pasta. Ramuan ini
dioleskan langsung pada bagian yang berkeropeng
tanpa harus dikelupas. Lakukan pengobatan ini sampai
sembuh.
Pencegahan
Sanitasi kandang yang baik.
Vaksinasi, hanya dilakukan pada wilayah yang tertular Orf.
Bila membeli ternak, pastikan bahwa ternak tersebut sudah
divaksin Orf
.
3. Mastitis / Radang Susu
Disebabkan oleh kuman pada sel-sel kelenjar susu.
Tanda-tanda klinis :
Ambing membengkak dan kemerahan warnanya
Rasa panas dan kesakitan bila disentuh.
Bila ambing, diperah, air susunya dapat berwarna pucat,
kuning tua, kehijuan atau kemerahan.
• Pengobatan
– Medis : injeksi antibiotic ke dalam ambing oleh
dokter hewan atau paramedic kesehatan hewan
– Tradisional : lakukan teat dipping dengan caioran
antiseptic dan kompres dengan air hangat 2-3 kali
sehari lalu perah air susu sampai benar-benar
kosong.
• Pencegahan
– Sanitasi kandang yang terjaga kebersihannya.
– Hindari kandang yang lembab dan kotor.
4. Foot Root / Kuku Busuk
Tanda-tanda klinis :
Ternak yang terserang kuku busuk biasanya terlihat
pincang, telapak dan samping kuku terlihat koyak dan bau
khas.
Trekadang muncul perdarahan di bagian kuku yang pecah.
Pengobatan
Medis : bersihkan jaringan-jaringan yang mati/membusuk
di sekitar kuku, kemudian kuku dipotong sampai bagian
yang sehat terlihat, dan bagian kuku yang sakit direndam
beberapa menit dalam cairan yang mengandung antibiotic
atau desinfektan seperti formalin 10%. Bagian yang sakit
dibungkus dengan kain perban supaya terlindung dan
tidak banyak bergerak. Tempatkan hewan dalam kandang
yang kering dan bersih.
• Pencegahan
– Kandang yang bersih dan kering mencegah kuman berbiak.
– Hindari benda-benda yang dapat melukai daerah kuku seperti, paku,
bamboo dan alas kandang yang bolong.
– Pemotongan kuku yang teratur.
5. Keracunan Tanaman
Beberapa tanaman berupa rumput atau daun-daunan mengandung toksik
atau racun, yang apabila termakan ternak kambing akan menyebabkan
keracunan yang bisa menjadi penyebab kematian kambing.
• Tanda-tanda klinis:
– Mati mendadak
– Mulut berbusa
– Kejang-kejang
– Kebiruan pada selaput lender
– Pengelupasan kulit/eksim
– Perdarahan pada anus.
6. Ngorok (SE)
Gejala penyakit :
- Demam tinggi, badan lemah dan gemetar
- Banyak air liur
- Pembengkakan dileher , pundak kaki depan dan
lidah
- Penyempitan saluran pernafasan sehingga sulit
nafas.
Pencegahan: