Program Pengendalian Kanker Leher Rahim
Program Pengendalian Kanker Leher Rahim
PENGENDALIAN KANKER
LEHER RAHIM
4
• Perkembangan menjadi kanker serviks dari
high grade squamous intraepithelial lesions
(HGSILs) biasanya terjadi setelah 10–20
tahun
• Walaupun jarang terjadi, sebagian lesi
prakanker dapat menjadi kanker dalam
waktu satu atau dua tahun
5
INFEKSI HPV
( HUMAN PAPILLOMA VIRUS )
serviks
serviks Normal
Normal
Infeksi
Infeksi HPV
HPV
Sekitar 60% berkurang
dalam 2-3 tahun
Perubahan
Perubahan terkait
terkait HPV
HPV
Low-grade
Low-grade SIL
SIL (atypia,
(atypia, CIN
CIN I)
I)
Faktor
Faktor Penunjang
Penunjang
Sekitar 15% berkembang dalam Risiko
Risiko tinggi
tinggi HPV
HPV
waktu 3-4 tahun (jenis
(jenis 16,
16, 18,
18, dll.)
dll.)
High-grade
High-grade SIL
SIL (CIN
(CIN II,
II, III/CIS)
III/CIS)
Kanker
Kanker Invasif
Invasif
Bishop A, et al. PATH 1995:5 9
Gejala penyakit kanker leher rahim
Stadium dini
Pada tahap awal, penyakit ini tidak menimbulkan
gejala yang mudah diamati. Itu sebabnya, Anda yang
sudah aktif secara seksual amat dianjurkan untuk
melakukan deteksi dini.
Stadium lanjut:
Perdarahan sesudah senggama
Perdarahan spontan antara periode mens
Nyeri panggul
Nyeri ketika berhubungan seksual
Keputihan yang berlebih dan tidak normal
MEROKOK
PENURUNAN
KEKEBALAN
TUBUH
PASANGAN SEKSUAL
LEBIH DARI SATU
Faktor-faktor yang
meningkatkan risiko
HUBUNGAN SEKS PERTAMA
USIA KURANG DARI 20 TAHUN Kanker Leher Rahim
Bagaimana Mencegah Kanker Leher
Rahim?
• Pencegahan primer: Imunisasi HPV
• Edukasi Hindari Faktor Risiko
• Pencegahan sekunder : Deteksi Dini
memeriksakan diri secara teratur , minimal
satu tahun sekali untuk dilakukan tes
skrining terhadap Kanker Serviks ( tes
Pap, tes IVA- inspeksi visual dengan
aplikasi asam asetat, tes HPV)
• Vaksin bisa menjadi cara yang paling efektif
dalam mencegah kanker serviks
• Vaksin dapat melindungi perempuan hanya
dari sebagian jenis HPV
• Minimal dua jenis vaksin yang saat ini masih
dalam proses persetujuan:
– Gardasil – Quadrivalent (HPV 6,11,16,18)
– Cervarix – Bivalent (HPV 16,18)
13
• Perempuan yang telah terinfeksi harus menjalani
penapisan untuk menentukan apakah mereka
memiliki lesi prakanker tahap dini dan mudah diobati
• Pap smear adalah metode penapisan yang paling
banyak dilakukan
• Metode penapisan lain:
– Penapisan Visual
– Tes HPV
– Penapisan sitologi otomatis
14
Metoda Skrining Visual
• Unaided Visual Inspection (down staging)
• VIA/IVA (inspeksi visual dengan aplikasi
asam asetat)
• VILI (inspeksi visual dengan aplikasi lugol
iodine)
• VIAM (visual inspection with acetic acid
application and magnification)
• Servikografi
• Kolposkopi
Pengobatan
Pengujian/tes harus terkait dengan pengobatan yang sesuai
untuk setiap lesi prakanker yang terdeteksi
Lesi tingkat tinggi (CIN II–III) harus diobati karena lebih
mungkin berkembang menjadi kanker dibandingkan dengan
lesi tingkat rendah (CIN I)
Sebagian besar lesi CIN I berkurang secara spontan dan
tidak berkembang menjadi kanker
Bila tindak lanjut atau konfirmasi tidak mungkin dilakukan
segera, pengobatan lesi acetowhite mungkin dapat dianjurkan
16
Pendekatan Kunjungan Tunggal (SVA):
Versi modifikasi dari pendekatan tapis-dan-
obati
Kaitan IVA dengan pengobatan menggunakan
krioterapi
Perempuan dengan hasil IVA positif dan
memerlukan krioterapi ditawarkan pengobatan
17
Kelebihan:
Mengurangi jumlah perempuan yang tidak mendapat
tindak lanjut
Dapat dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat yang paling
rendah
Kekurangan:
Spesifisitas lebih rendah dari tes Pap (positif palsu lebih
tinggi)
Terapi dapat berlebihan pada kondisi dimana dilakukan
skrining dan terapi sekaligus
Kemampuan yang amat terbatas untuk mendeteksi lesi
pada endoserviks
18