Anda di halaman 1dari 19

PROGRAM

PENGENDALIAN KANKER
LEHER RAHIM

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN
PENYEHATAN LINGKUNGAN
DIREKTORAT PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR
SETELAH SESI INI PESERTA AKAN
MAMPU

• Menjelaskan besaran masalah kanker


leher rahim secara nasional maupun
internasional
• Menjelaskan hubungan antara infeksi
HPV dan kanker leher rahim
• Mengidentifikasi faktor-faktor risiko dan
upaya pencegahan
• Menjelaskan Single Visit Approach
menggunakan IVA dan Krioterapi
2
• 99,7% kanker leher rahim terkait secara langsung
dengan infeksi sebelumnya dengan Human Papilloma
Virus (HPV)
• Dari 50 jenis HPV yang menginfeksi saluran genital,
15–20 jenis diantaranya berkaitan dengan kanker
serviks
• Empat dari jenis tersebut paling sering terdeteksi pada
kanker serviks (jenis16,18,31,45)
• Infeksi HPV seringkali tidak menimbulkan gejala
• Tanda-tanda infeksi yang paling umum adalah wart
kecil berwarna pink atau merah, gatal dan rasa
terbakar pada daerah genital
3
Setelah perempuan terinfeksi HPV:

• Infeksi dapat tetap stabil


• Infeksi mungkin berkurang secara spontan
• Bila serviks terinfeksi, dapat berkembang
menjadi low grade squamous intraepithelial
lesions (LGSILs) tingkat rendah, disebut
juga cervical intraepithelial neoplasia (CIN I)
lunak atau dysplasia awal

4
• Perkembangan menjadi kanker serviks dari
high grade squamous intraepithelial lesions
(HGSILs) biasanya terjadi setelah 10–20
tahun
• Walaupun jarang terjadi, sebagian lesi
prakanker dapat menjadi kanker dalam
waktu satu atau dua tahun

5
INFEKSI HPV
( HUMAN PAPILLOMA VIRUS )

• Saat ini, tidak ada pengobatan untuk infeksi


HPV
• Setelah terinfeksi, seseorang sangat mungkin
akan terinfeksi seumur hidupnya
• Infeksi aktif dikendalikan oleh sistim kekebalan
tubuh dan dapat menjadi tidak aktif selama
beberapa waktu. Namun demikian, tidak
mungkin memprediksi apakah atau kapan virus
tersebut akan aktif kembali
Apa itu Leher Rahim?
Fakta tentang Kanker Serviks
• Hanya diderita oleh perempuan yang
sudah pernah melakukan kontak seksual
• Perkembangan penyakit membutuhkan
waktu lama , antara 10-20 tahun
• Pada stadium awal tidak menimbulkan
gejala
• Dapat dicegah!
Riwayat Alami CIN dan Kanker serviks

serviks
serviks Normal
Normal

Infeksi
Infeksi HPV
HPV
Sekitar 60% berkurang
dalam 2-3 tahun
Perubahan
Perubahan terkait
terkait HPV
HPV

Low-grade
Low-grade SIL
SIL (atypia,
(atypia, CIN
CIN I)
I)
Faktor
Faktor Penunjang
Penunjang
Sekitar 15% berkembang dalam Risiko
Risiko tinggi
tinggi HPV
HPV
waktu 3-4 tahun (jenis
(jenis 16,
16, 18,
18, dll.)
dll.)
High-grade
High-grade SIL
SIL (CIN
(CIN II,
II, III/CIS)
III/CIS)

30%-70% berkembang dalam 10 tahun

Kanker
Kanker Invasif
Invasif
Bishop A, et al. PATH 1995:5 9
Gejala penyakit kanker leher rahim

Stadium dini
Pada tahap awal, penyakit ini tidak menimbulkan
gejala yang mudah diamati. Itu sebabnya, Anda yang
sudah aktif secara seksual amat dianjurkan untuk
melakukan deteksi dini.

Stadium lanjut:
Perdarahan sesudah senggama
Perdarahan spontan antara periode mens
Nyeri panggul
Nyeri ketika berhubungan seksual
Keputihan yang berlebih dan tidak normal
MEROKOK
PENURUNAN
KEKEBALAN
TUBUH

PASANGAN SEKSUAL
LEBIH DARI SATU

KANKER LEHER RAHIM


PADA IBU DAN
SAUDARA PEREMPUAN

Faktor-faktor yang
meningkatkan risiko
HUBUNGAN SEKS PERTAMA
USIA KURANG DARI 20 TAHUN Kanker Leher Rahim
Bagaimana Mencegah Kanker Leher
Rahim?
• Pencegahan primer: Imunisasi HPV
• Edukasi Hindari Faktor Risiko
• Pencegahan sekunder : Deteksi Dini 
memeriksakan diri secara teratur , minimal
satu tahun sekali untuk dilakukan tes
skrining terhadap Kanker Serviks ( tes
Pap, tes IVA- inspeksi visual dengan
aplikasi asam asetat, tes HPV)
• Vaksin bisa menjadi cara yang paling efektif
dalam mencegah kanker serviks
• Vaksin dapat melindungi perempuan hanya
dari sebagian jenis HPV
• Minimal dua jenis vaksin yang saat ini masih
dalam proses persetujuan:
– Gardasil – Quadrivalent (HPV 6,11,16,18)
– Cervarix – Bivalent (HPV 16,18)

13
• Perempuan yang telah terinfeksi harus menjalani
penapisan untuk menentukan apakah mereka
memiliki lesi prakanker tahap dini dan mudah diobati
• Pap smear adalah metode penapisan yang paling
banyak dilakukan
• Metode penapisan lain:
– Penapisan Visual
– Tes HPV
– Penapisan sitologi otomatis

14
Metoda Skrining Visual
• Unaided Visual Inspection (down staging)
• VIA/IVA (inspeksi visual dengan aplikasi
asam asetat)
• VILI (inspeksi visual dengan aplikasi lugol
iodine)
• VIAM (visual inspection with acetic acid
application and magnification)
• Servikografi
• Kolposkopi
Pengobatan
 Pengujian/tes harus terkait dengan pengobatan yang sesuai
untuk setiap lesi prakanker yang terdeteksi
 Lesi tingkat tinggi (CIN II–III) harus diobati karena lebih
mungkin berkembang menjadi kanker dibandingkan dengan
lesi tingkat rendah (CIN I)
 Sebagian besar lesi CIN I berkurang secara spontan dan
tidak berkembang menjadi kanker
 Bila tindak lanjut atau konfirmasi tidak mungkin dilakukan
segera, pengobatan lesi acetowhite mungkin dapat dianjurkan

16
Pendekatan Kunjungan Tunggal (SVA):
 Versi modifikasi dari pendekatan tapis-dan-
obati
 Kaitan IVA dengan pengobatan menggunakan
krioterapi
 Perempuan dengan hasil IVA positif dan
memerlukan krioterapi ditawarkan pengobatan

17
Kelebihan:
 Mengurangi jumlah perempuan yang tidak mendapat
tindak lanjut
 Dapat dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat yang paling
rendah
Kekurangan:
 Spesifisitas lebih rendah dari tes Pap (positif palsu lebih
tinggi)
 Terapi dapat berlebihan pada kondisi dimana dilakukan
skrining dan terapi sekaligus
 Kemampuan yang amat terbatas untuk mendeteksi lesi
pada endoserviks
18

Anda mungkin juga menyukai