Sriwijaya adalah kerajaan Melayu kuno di pulau Sumatra
yang banyak berpengaruh di Kepulauan Melayu.
Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I-Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 selama 6 bulan. Dalam bahasa Sansekerta, sri berarti "bercahaya" dan wijaya berarti "kemenangan". Tidak terdapat catatan lebih lanjut mengenai Sriwijaya dalam sejarah Indonesia, masa lalunya yang terlupakan dibentuk kembali oleh sarjana asing. Sarjana Perancis George Coedes menyatakan bahwa referensi Tiongkok terhadap "Sanfoqi", sebelumnya dibaca "Sribhoja", dan prasasti dalam Melayu Kuno merujuk pada kekaisaran yang sama. Sriwijaya menjadi simbol kebesaran Sumatra awal, dan kerajaan besar yang dapat mengimbangi Majapahit di timur. Sriwijaya disebut dengan berbagai macam nama. Orang Tionghoa menyebutnya Sanfotsi atau San Fo Qi. Dalam bahasa Sansekerta dan Pali, kerajaan Sriwijaya disebut Yavadesh dan Javadeh. Bangsa Arab menyebutnya Zabag dan Khmer menyebutnya Melayu. Banyaknya nama merupakan alasan lain mengapa Sriwijaya sangat sulit ditemukan. Daftar silsilah para raja Sriwijaya: 1) Dapunta Hyang Sri Yayanaga (Prasasti Kedukan Bukit 683, Talang Tuo, 684). 2) Cri Indrawarman (berita Cina, tahun 724). Rudrawikrama (berita Cina, tahun 728, 742). 3) Wishnu (prasasti Ligor, 775). 4) Maharaja (berita Arab, tahun 851) 5) Balaputradewa (prasasti Nalanda, 860). 6) Cri Udayadityawarman (berita Cina, tahun 960). 7) Cri Udayaditya (berita Cina, tahun 962). 8) Cri Cudamaniwarmadewa (berita Cina, tahun 1003, prasasti Leiden, 1044). 9) Maraviyayatunggawarman (prasasti Leiden, 1044) 10) Cri Sanggaramawijayatunggawarman (prasasti Chola, 1044). Kerajaan Sriwijaya berkuasa dari abad ke-7 hingga awal abad ke-13 M, dan mencapai zaman keemasan di era pemerintahan Balaputra Dewa (833-856 M). Kemunduran kerajaan ini berkaitan dengan masuk dan berkembangnya agama Islam di Sumatera, dan munculnya kekuatan Singosari dan Majapahit di Pulau Jawa. Dalam sejarahnya, Kerajaan Sriwijaya menguasai bagian barat Nusantara. Beberapa faktor yang menyebabkan Kerajaan Sriwijaya menguasai bagian barat Nusantara yaitu, 1) Runtuhnya kerajaan Fu-nan di Indocina. 2) Kekuatan armada laut Sriwijaya yang mampu menguasai jalur lalu lintas perdagangan antara India dan Cina Berikut ini adalah beberapa sumber sejarah yang diketahui berkaitan dengan Sriwijaya yaitu, 1) Prasasti Berbahasa Sansekerta atau Tamil
• Prasasti Ligor di Thailand
• Prasasti Tanior • Prasasti Kanton di Kanton • Piagam Grahi • Prasasti Siwagraha • Prasasti Padang Roco • Prasasti Nalanda di India • Prasasti Srilangka • Piagam Leiden di India 2) Sumber Berita Tiongkok • Kronik dari Dinasti Tang • Kronik Dinasti Sung • Kronik Dinasti Ming • Kronik Perjalanan I-Tsing • Kronik Chu-fan-chi oleh Chau Ju-kua • Kronik Tao Chih Lio oleh Wang Ta Yan • Kronik Ling-wai Tai-ta oleh Chou Ku Fei • Kronik Ying-yai Sheng-lan oleh Ma Huan 3) Prasasti Berbahasa Melayu Kuno Prasasti Kedukan Bukit tanggal 16 Juni 682 Masehi di Palembang Prasasti Talang Tuo tanggal 23 Maret 684 Masehi di Palembang Prasasti Telaga Batu abad ke-7 Masehi di Palembang Prasasti Palas Pasemah abad ke-7 Masehi di Lampung Selatan Prasasti Karang Brahi abad ke-7 Masehi di Jambi Prasasti Kota Kapur tanggal 28 Februari 686 Masehi di P. Bangka Prasasti Sojomerto abad ke-7 Masehi di Pekalongan , Jawa Tengah Bukti fisik mengenai Sriwijaya tidak banyak ditemukan. Menurut Prasasti Kedukan Bukit, kekaisaran Sriwijaya didirikan oleh Dapunta Hyang Çri Yacanaca (Dapunta Hyang Sri Jayanasa). Ia memimpin 20.000 tentara (terutama tentara darat dan beberapa ratus kapal) dari Minanga Tamwan ke Palembang, Jambi, dan Bengkulu. Kebesaran Kerajaan Sriwijaya mulai surut sejak abad ke-11. Kemunduran itu bermula dari serangan besar – besaran yang dilancarkan Kerajaan Cola (India) di bawah pimpinan Raja Rajendra Coladewa pada tahun 1017 dan tahun 1025. Perisitiwa serangan Kerajaan Cola dapat diketahui dari prasasti Tanjore ( 1030 ) Pada saat tahun 990 M Kerajaan Sriwijaya diserang oleh raja Dharmawangsa dari P. Jawa Banyak daerah atau kekuasaan Sriwijaya yang melepaskan diri Sriwijaya pernah diserang oleh raja Rajendra Coladewa dari Colamandala India dua kali, yaitu tahun 1025 M dan 1030 M Adanya ekspedisi Pamalayu dari kerajaan Singasari pada tahun 1275 M Terjadinya serangan dari kerajaan Majapahit pada tahun 1477M Pada sekitar pertengahan abad ke-14, nama Sriwijaya sudah tidak pernah lagi disebut – sebut dalam sumber sejarah apapun. Kerajaan Sriwijaya benar – benar runtuh akibat serangan Kerajaan Majapahit dari Jawa.