Anda di halaman 1dari 45

Occupational Health and Safety

KONSEP DASAR
KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA
(K3) DAN K3 RUMAH
SAKIT (K3RS)

MUHAMAD IFADH
ARIFQY J,
S.KEP.,NERS.,M.KEP
KONSEP DASAR KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA (K3)
Pendahuluan
 Menurut WHO, dari 35 juta petugas kesehatan, ternyata 3 juta
diantaranya terpajan oleh bloodborne pathogen, dengan 2 juta
dianatanya tertular virus hepatitis B, dan 170.000 diantaranya tertular
virus HIV/AIDS.
 Menurut NIOSH, untuk kasus-kasus yang non-fatal baik injury maupun
penyakit akibat kerja, di sarana kesehatan sekarang semakin meningkat.
 Selain itu Infeksi nosokomial masih menjadi isu cukup signifikan
dikalangan pelayanan kesehatan, sehingga pengembangan program
patient safety sangat relevan dikembangkan.
Mengapa K3 itu perlu ada ???

“Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu


program yang dibuat sebagai upaya mencegah timbulnya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali
hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja (WHO)”.
Teori Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3)
 Konsep K3 pertama kali dimulai di Amerika Tahun 1911 dimana
K3 sama sekali tidak memperhatikan keselamatan dan kesehatan
para pekerjanya.
 Pada Tahun 1931, H.W. Heinrich mengeluarkan suatu konsep
yang dikenal dengan Teori Domino.
 Berdasar Teori Domino, kecelakaan dapat terjadi karena adanya
kekurangan dalam lingkungan kerja dan atau kesalahan tenaga
kerja.
 Dalam perkembangannya, konsep ini mengenal kondisi tidak
aman (unsafe condition) dan tindakan tidak aman (unsafe act).
Next...
 Kesadaran akan pentingnya K3 dalam bentuk manajemen
yang sistematis, selanjutnya muncul kebijakan dari
perusahaan untuk menerapkan suatu Sistem Manajemen K3
untuk mengelola K3.
 Kini pengelolaan K3 dengan penerapan Sistem Manajemen
K3 sudah menjadi bagian yang dipersyaratkan dalam ISO
9000:2000 dan CEPAA Social Accountability 8000:1997.
Pentingnya Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pentingnya Sistem Manajemen K3 (Adrian, dkk, 2009):
 Alasan Manusiawi.
 Membiarkan terjadinya kecelakaan kerja, tanpa berusaha
melakukan sesuatu untuk memperbaiki keadaan
tidak manusiawi.
 Alasan Ekonomi.
 Kecelakaan kerja Menimbulkan kerugian ekonomi
 Alasan UU dan Peraturan.
 UU Tenaga kerja Mengamanahkan K3 dlm bekerja
 Nama Baik Institusi.
Pengertian Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3)
 Kesehatan (Health) berarti derajat/ tingkat keadaan fisik dan
psikologi individu (the degree of physiological and
psychological well being of the individual).
 Kesehatan Kerja, yaitu : suatu ilmu yang penerapannya
untuk meningkatkan kulitas hidup tenaga kerja melalui
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit akibat kerja
yang diwujudkan melaluii pemeriksaankesehatan,
pengobatan dan asupan makanan yang bergizi.
Next...
 Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan
kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan
kerja, atau keadaan terhindar dari bahaya saat melakukan
kerja Tasliman (1993:1).
 Keselamatan (safety) meliputi:(1). Mengendalikan kerugian
dari kecelakaan (control of accident loss) dan (2).
kemampuan untuk mengidentifikasikan dan menghilangkan
(mengontrol) resiko yang tidak bisa diterima (the ability to
identify and eliminate unacceptable risks)
So... What is K3 ???
 Kesehatan dan keselamatan kerja (Occupational Health &
Safety) adalah upaya untuk memberikan jaminan keselamatan
dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh
dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi
kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi (WHO / ILO, 1995)
 Menurut America Society of Safety and Engineering (ASSE),
K3 diartikan sebagai bidang kegiatan yang ditujukan untuk
mencegah semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan
lingkungan dan situasi kerja.
Norma dan Sasaran K3:
Dalam K3 ada tiga norma yang selalu harus dipahami,
yaitu:
1) Aturan berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja;
2) Diterapkan untuk melindungi tenaga kerja;
3) Resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja
Sasaran atau tujuan K3, yaitu:
4) Menjamin keselamatan operator dan orang lain
5) Menjamin penggunaan peralatan aman dioperasikan
6) Menjamin proses produksi aman dan lancar
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang
Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua
tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko
bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai
karyawan paling sedikit 10 orang.

“RUMAH SAKIT”
12

DASAR HUKUM

1. UU No. 1 / 1970 ttg Keselamatan Kerja, Pasal 3 & Pasal 8


2. UU No. 13 / 2003 ttg Ketenagakerjaan, Paragraf 5 pasal 86 dan 87
3. UU No. 36 / 2009 ttg Kesehatan
4. UU No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
5. UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS
6. PP No. 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2019 tentang
Penyakit Akibat Kerja
8. Permenakertrans No. PER 01/MEN/1976 ttg Kewajiban latihan. hiperkes
bagi dokter perusahaan
9. Permenakertrans No. PER 01/MEN/1979 ttg Kewajiban Pelatihan
Hyperkes bagi tenaga paramedis perusahaan
13

10. Permenakertrans No. 02/MEN/1980 ttg Pemeriksaan kesehatan TK dalam


penyelenggaraan keselamatan kerja
11. Permenakertrans No. PER 01/MEN/1981 ttg kewajiban melapor Penyakit
Akibat Kerja
12. Permenakertrans No. PER 03/MEN/1982 ttg Pelayanan kesehatan kerja
13. Permenakertrans PER 11 /MEN/2005 ttg Pencegahan dan penanggulangan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, psikotropika dan zat adiktif
lainnya di tempat kerja
14. Permenakertrans No. PER 15/MEN/2008 ttg Pertolongan Pertama pada
Kecelakaan di Tempat Kerja
15. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor PER.25/MEN/XII/2008 tentang Pedoman Diagnosis dan Penilaian
Cacat Karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja.
16. Permenaker No. PER 05/MEN/2018 ttg Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja
14

17. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia


Nomor 609 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyelesaian Kasus
Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja.
18. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEPTS 333/MEN/ 1989 ttg Diagnosis
Dan Pelaporan PAK
19. Kepmenakertrans No. 612/MEN/1989 ttg data bahan berbahaya terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja
20. Kepmenaker KEP 187/MEN/1999 ttg Pengendalian bahan kimia berbahaya
di tempat kerja
21. SE MENTERI No. 01 / MEN / 1979 ttg pengadaan kantin dan ruang makan
22. SE Menaker No M/8/HK.04/V/2020 tentang Perlindungan Pekerja Buruh
dalam Program JKK pada kasus PAK karena Covid-19
23. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor 609 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyelesaian Kasus
Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja.
24. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEPTS 333/MEN/ 1989 ttg Diagnosis
Dan Pelaporan PAK
15

22. SE DIRJEN BINAWAS No. 86 / BW / 1989 ttg perusahaan catering yang


mengelola makanan bagi TK
23. SE DIRJEN BINAWAS NO.07/BW/1997 tentang pengujian Hepatitis B
dalam pemeriksaan kesehatan TK
24. Instruksi Menaker No. INS 01 / MEN / 1988 ttg Pengawasan pengadaan
kantin dan toilet perusahaan
25. Instruksi Menaker . INS 03 / M / BW / 1999 ttg Pengawasan pengelolaan
makanan di tempat kerja
26. Kepdirjen Binawas Nomor: Kep. 20/DJPPK/VI/2005 tentang Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Pencegahan dan Penanggulangan HIV/ AIDS di
Tempat Kerja
27. SE Dirjen PPK & K3 NOMOR 5/151/AS.02/XI/2020 ttg Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja pada Masa Pandemi Covid-19
FUNGSI DAN TUGAS
PELAYANAN KESEHATAN KERJA

Perlindungan
Pelayanan
01 kesehatan tenaga 02 03 Administratif
kesehatan
kerja
Memahami dan Mencegah Intern:
melaksanakan peraturan kemungkinan terjadi
perundangan yang berkaitan Perencanaan-Pengawasan
gangguan kesehatan Koordinasi antar unit
dengan keselamatan kerja
Pencatatan-Pelaporan
Mencegah KK dan PAK dgn Saran & Rekomendasi
cara: Mengupayakan
- Mengenal bahaya & resiko peningkatan
terjadinya KK dan PAK -- kemampuan fisik Ekstern:
> bahaya keselamatan dan Koordinasi antar instansi
bahaya kesehatan Mengikuti perkembangan
- Menilai bahaya & resiko di kebijakan
tempat kerja Membantu kepentingan
- Penata laksanaan & perusahaan
pengendalian bahaya di
tempat kerja
- Monitoring lingk. kerja.
17

Identifikasi Potensi Bahaya

Penilaian Risiko

Penentuan

Penerapan Teknik Pengendalian

Pemantauan

MANAJEMEN RISIKO
18

TUGAS POKOK PELAYANAN KESEHATAN KERJA

(Permen No. Per-03/Men/1982 Ttg Pelayanan Kesehatan Kerja, Pasal 2)


1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja, Pemeriksaan Berkala dan
Pemeriksaan Khusus
2. Pembinaan Dan Pengawasan Atas Penyesuaian Pekerjaan
Terhadap Tenaga Kerja.
3. Pembinaan Dan Pengawasan Terhadap Lingkungan Kerja.
4. Pembinaan Dan Pengawasan Terhadap Perlengkapan Saniter.
5. Pembinaan Dan Pengawasan Perlengkapan Untuk Kesehatan
Tenaga Kerja.
6. Pembinaan Dan Pengawasan Terhadap Tenaga Kerja Yang
Mempunyai Kelainan Tertentu Dalam Kesehatannya.
7. Pendidikan Kesehatan Untuk Tenaga Kerja dan Latihan Untuk
Petugas PPPK.
19

8. Pencegahan Dan Pengobatan Terhadap Penyakit Akibat Kerja Dan


Penyakit Umum.
9. Memberikan Nasihat Mengenai Perencanaan Dan Pembuatan Tempat
Kerja, Pemilihan Alat Pelindung Diri Yang Diperlukan, Gizi serta
Penyelenggaraan Makanan Di Tempat Kerja.
10.Membantu Usaha Rehabilitasi Akibat Kecelakaan Kerja Atau Penyakit
Akibat Kerja.
11. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK).
12.Memberikan Laporan Berkala Tentang Pelayanan Keehatan Kerja Kepada
Pengurus.
20

BENTUK PENYELENGGARAAN
(Permen No. Per-03/Men/1982 Ttg Pelayanan Kesehatan Kerja, Pasal 4)

• Diselenggarakan sendiri oleh pengurus :


• Poliklinik perusahaan
• Rumah sakit perusahaan
• Diselenggarakan melalui pengadaan ikatan/kerja sama dengan
dokter atau pelayanan kesehatan lain :
• Dokter praktek swasta
• Puskesmas
• Poliklinik swasta
• Rumah sakit
• Dan lain-lain
• Diselenggarakan secara bersama antar beberapa perusahaan :
• Rumah sakit pekerja
• Dan lain-lain
21

Petunjuk teknis
Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan
Nomor KEP. 22/DJPPK/V/2008

1. Mengatur penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja:


 Yang dilaksanakan oleh perusahaan sendiri
 Yang dilaksanakan melalui kerjasama dengan pihak di luar perusahaan

2. Hal yang diatur:


 Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja;
 Syarat Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja;
 Tata Cara Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja;
 Jenis-Jenis Program/Kegiatan dalam Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Kerja;
 Tindak Lanjut Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja;
 Mekanisme Pengesahan Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja.
22

Prinsip penyelenggaraan

1. Komprehensif dengan lebih menitik beratkan pada upaya


kesehatan pencegahan dan pembinaan/peningkatan (promotif dan
preventif).
2. Penanggung jawab adalah dokter pemeriksa kesehatan tenaga
kerja, dan tenaga pelaksananya :
a) Dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja (penanggung jawab
merangkap pelaksana),
b) Dokter perusahaan dan atau
c) Paramedis perusahaan.
3. Teknis penyelenggaraan program/kegiatan pelayanan kesehatan
kerja
a. Upaya kesehatan yang bersifat preventif dan promotif disesuaikan
dengan hasil penilaian risiko potensi bahaya yang ada di perusahaan.
23

b. Upaya kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif minimal berupa


pelayanan kesehatan kerja yang bersifat dasar yaitu :
 Pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dan  PERSONIL &
FASILITAS P3K di Tempat Kerja
 Pengobatan (rawat jalan tingkat pertama)  Klinik/RS Psh atau dgn pelayanan
kesehatan mitra psh.
c. Perencanaan program dan kegiatan pelayanan kesehatan kerja dibuat dengan
skala prioritas;
d. Program/kegiatan pelkesja terutama ditujukan pencegahan PAK,
peningkatan derajat kesehatan tenaga kerja dan kapasitas kerja

4. Pelaksanaan program dan kegiatan kesehatan kerja :


 Diintegrasikan/dikoordinasikan dengan program panitia pembina keselamatan
dan kesehatan kerja (P2K3)
 Dilaksanakan oleh Dokter Perusahaan dg melibatkan ahli K3, ahli K3 kimia,
hygienis industri, petugas K3 dan personil K3 lainnya
24

4. Rujukan pelayanan kesehatan kerja


Rujukan yang dilakukan antara lain meliputi :
SYARAT
 Pemeriksaan kesehatan, pengobatan PENYELENGGARAAN
dan perawatan yang lebih lengkap;
PELkesja (lanjutan...)
 Konsultasi kepada dokter spesialis terkait, untuk keperluan penentuan diagnosis
dan penilaian tingkat kecacatan akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja;
 Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya;
 Tindakan operatif, rehabilitatif dan lain-lain.

5. Manajemen kesehatan kerja.


 Program Kesehatan Kerja merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
program K3 pada umumnya.

 Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja diintegrasikan dalam Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).


25
Mekanisme Rujukan Pelayanan Kesehatan Kerja

Pekerja/ buruh sakit

Sembuh/ Pelayanan Kesehatan


penanganan tuntas Kerja

• Belum sembuh/ penanganan


belum tuntas
• Perlu penentuan diagnosis &
penilaian tingkat kecacatan

• RS/ Unit pelayanan kesehatan


lebih lengkap
• Laboratorium klinik,
• Praktek dokter spesialis
26

SYARAT PENYELENGGARAAN

1. Syarat Lembaga
a. Memiliki personil kesehatan kerja :
 Dokter penanggung jawab,
 Tenaga pelaksanan kesehatan kerja (dokter perusahaan dan atau paramedis
perusahaan)
 Petugas administrasi atau pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan kerja.
b. Memiliki sarana dan prasarana ,
c. Mendapat pengesahan dari instansi di bidang ketenagakerjaan sesuai
wilayah kewenangannya apabila berbentuk klinik/RS ada
pengesahan dari instansi kesehatan.
d. Jika dilaksanakan oleh pihak di luar perusahaan wajib dilengkapi
dengan Nota Kesepahaman (MoU)
27

2. Syarat Personil
a. Dokter penanggung jawab pelayanan kesehatan kerja :
 Ditunjuk oleh pimpinan perusahaan atau kepala unit/intsansi.
 Mendapatkan Surat Keputusan Penunjukan (SKP) sebagai dokter pemeriksa
kesehatan tenaga kerja dari Dirjen Binwasnaker, Kemnaker.
b. Tenaga pelaksana pelayanan kesehatan kerja (dokter dan atau
paramedis perusahaan) :
 Memiliki sertifikat pelatihan hiperkes dan keselamatan kerja
 Mematuhi etika profesi dokter dan tenaga kesehatan
c. Syarat lain dokter perusahaan :
• Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dokter
• Surat ijin praktek (SIP) dokter yang masih berlaku
28
SYARAT PENYELENGGARAAN
3. Syarat Sarana PELkesja (lanjutan...)
SARANA DASAR : SARANA PENUNJANG :
1. Perlengkapan umum: 1. Alat Pelindung Diri (APD)
a. Meja dan kursi 2. Alat evakuasi :
b. Tempat tidur pasien a. tandu,
c. Wastafel b. ambulance/kendaraan pengangkut
d. Timbangan badan korban dll.
e. Meteran/pengukur tinggi 3. Peralatan penunjang diagnosa:
badan
a. spirometer,
f. Kartu status
b. audiometer dll.
g. Register pasien berobat
4. Peralatan pemantau/pengukur
2. Ruangan : lingkungan kerja
a. sound level meter,
a. Ruang tunggu
b. lux meter,
b. Ruang periksa
c. gas detector dll.
c. Ruang/almari obat
d. Kamar mandi dan WC

3. Peralatan medis :
a. Tensimeter dan stetoskop
b. Termometer
c. Sarung tangan
d. Alat bedah ringan (minor set)
e. Lampu senter
f. Obat-obatan
g. Sarana/Perlengkapan P3K
h. Tabung oksigen dan isinya
29

TATA CARA PENYELENGGARAAN

1. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja wajib dilakukan sendiri


oleh perusahaan, dalam bentuk RS/Klinik perusahaan
 Dilaksanakan bagi perusahaan dengan :
a) Jumlah tenaga kerja 1.000 orang atau lebih
b) Jumlah tenaga kerja 500 orang sd 1.000 orang tetapi memiliki tingkat
risiko tinggi
2. Dilakukan dengan cara kerjasama melalui unit/lembaga pelayanan
kesehatan di luar perusahaan baik milik pemerintah maupun swasta,
seperti :
a) Rumah sakit, puskesmas, poliklinik, balai pengobatan;
b) Perusahaan jasa K3 (PJK3) bidang kesehatan kerja dan
c) Pelayanan kesehatan lainnya yang telah memiliki perijinan sesuai ketentuan
yang berlaku.
30

Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja yang Dilaksanakan


Sendiri oleh Perusahaan ( Jml Tenaga Kerja 1.000/> Atau Jml Tenaga
Kerja 500 Sd 1.000 Orang Tetapi Memiliki Tingkat Risiko Tinggi)
No Jenis Pelayanan Bentuk Kegiatan

1. Pelayanan kesehatan  Pembinaan kesehatan kerja kepada TK minimal 1


preventif & promotif bulan sekali
 Pengawasan dan pembinaan lingkungan kerja
minimal 2 bulan sekali
2. Pelayanan kesehatan  Memberikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif
kuratif dan rehabilitatif selama hari kerja dan selama ada shift kerja
dengan 500 orang tenaga kerja atau lebih
 Pelayanan oleh dokter perusahaan setiap hari
kerja
 Pelayanan oleh paramedis/perawat dapat
dilakukan untuk shift kerja ke 2 dan seterusnya.

3. Pelayanan kesehatan  Dilakukan rujukan ke faskes yang lebih lengkap


rujukan apabila ada kasus kesehatan yang tidak dapat
ditangani di dalam perusahaan
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Rumah Sakit (K3RS)
Prinsip kesehatan dan keselamatan kerja di
ruma sakit (K3RS)
1) Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik
serta kemampuan fisik yang prima setiap pekerja agar dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik. Contoh: Bila seorang pekerja kekurangan zat
besi yang menyebabkan anemia, maka kapasitas kerja Akan menurun
karna pengaruh kondisi fisik lemah dan lemas.
2) Beban kerja adalah beban fisik dan beban mental yang harus di
tanggung oleh pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Contoh: pekerja
yang bekerja melebihi waktu kerja maksimum.
3) Lingkungan kerja adalah lingkungan yang terdekat dari seorang
pekerja. Contoh: Seorang yang bekerja di bagian instalasi radiologi
(kamar X Ray, kamar gelab, kedokteran, nuklir dan lain-lain).
Program kesehatan dan keselamatan kerja di
rumah sakit (K3RS)
1) Pengembangan kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
rumah sakit (K3RS).
2) Pembudayaan perilaku Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
rumah sakit (K3RS).
3) Pengembangan sumber daya manusia (SDM) K3RS.
4) Pengembangan pedoman dan Standar Operational Procedure
(SOP) K3RS.
5) Pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan tempat kerja.
Next...
6) Pelayanan kesehatan kerja
7) Pelayanan keselamatan kerja
8) Pengembangan program pemeliharaan pengelolaan limbah
padat,cair dan gas.
9) Pengelolaan jasa bahan berbahaya, beracun dan barang
berbahaya
10) Pengembangan manajemen tanggap darurat
Standar Pelayanan K3
di Rumah Sakit
Standar Pelayanan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit
Pasal 23 UU kesehatan no.36 tahun 2009 dan peraturan
Menteri tenaga kerja dan Transmigrasi RI No.03/men/1982
tentang pelayanan kesehatan kerja.
1) Melakukan pemeriksaan kesehatan sebekum kerja bagi
pekerja.
2) Melakukan pendidikan dan penyuluhan / pelatihan tentang
kesehatan kerja.
3) Melakukan pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus
sesuai dengan pajanan di rumah sakit.
Next...
4) Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan
kemampuan fisik pekerja
5) Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi
pekerja yang menderita sakit
6) Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada pekerja rumah
sakit yang akan pension atau pindah kerja
7) Melakukan koordinasi dengan tim Panitia Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi mengenai penularan infeksi terhadap
pekerja dan pasien
8) Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja
9) Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi yang
berkaitan dengan kesehatan kerja (Pemantauan/pengukuran
terhadap faktor fisik, kimia, biologi, psikososial, dan ergonomi)
10) Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan kesehatan
kerja yang disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit dan Unit
teknis terkait di wilayah kerja Rumah Sakit.
Standar pelayanan Keselamatan kerja di Rumah Sakit
1) Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana,
prasarana, dan peralatan kesehatan.
2) Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan
kerja terhadap pekerja.
3) Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja.
4) Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitasi air.
5) Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan
kerja.
6) Pelatihan/penyuluhan keselamatan kerja untuk semua
pekerja.
Next...
7) Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana,
prasarana, dan peralatan kesehatan.
8) Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan
kerja terhadap pekerja.
9) Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja.
10) Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitasi air.
11) Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan
kerja.
12) Pelatihan/penyuluhan keselamatan kerja untuk semua
pekerja.
Standar K3 Sarana, Prasarana, dan Peralatan di Rumah
Sakit
 Sarana: segala sesuatu benda fisik yang dapat tervisualisasi
oleh mata maupun teraba panca indera dan dengan mudah
dapat dikenali oleh pasien (pintu, lantai, dinding, tiang,
kolong gedung, jendela) ataupun bangunan itu sendiri.
 Prasarana: seluruh jaringan/instansi yang membuat suatu
sarana bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan,
antara lain : instalasi air bersih dan air kotor, instalasi listrik,
gas medis, komunikasi, dan pengkondisian udara, dan lain-
lain.
Pengelolaan Jasa dan Barang Berbahaya

 Rumah sakit harus melakukan seleksi rekanan


berdasarkan barang yang diperlukan. Rekanan yang
akan diseleksi diminta memberikan proposal berikut
company profile.
 Pengendalian Barang Berbahaya dan Beracun (B3).
pengendalian operasional, pengendalian organisasi
administrasi, inspeksi dan pemeliharaan sarana
prosedur dan proses kerja yang aman, pembatasan
keberadaan B3 di tempat kerja sesuai jumlah
ambang.
Standar SDM K3 di Rumah Sakit
 Rumah Sakit Kelas A
 S3/S2 K3 (1), S2 kesehatan (1), Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi (SpOk)
dan S2 Kedokteran Okupasi (1), Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 DIII dan S1
(2), Dokter/dokter gigi spesialis dan dokter umum (1), Tenaga paramedis
dengan sertifikasi dalam bidang K3 (3), Tenaga teknis lainnya dengan
sertifikasi K3 (3)

 Rumah Sakit Kelas B


 S2 kesehatan (1), Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 DIII dan S1 (2),
Dokter/dokter gigi spesialis dan dokter umum (1), Tenaga paramedis dengan
sertifikasi dalam bidang K3 (2), Tenaga teknis lainnya dengan sertifikasi K3 (2)

 Rumah Sakit Kelas C


 Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 DIII dan S1 (2), Dokter/dokter gigi spesialis
dan dokter umum (1), Tenaga paramedis dengan sertifikasi dalam bidang K3
(1), Tenaga teknis lainnya dengan sertifikasi K3 (1)
Pembinaan, Pengawasan, Pencatatan, dan Pelaporan

 Pembinaan dan pengawasan


 Pelatihan, penyuluhan, bimbingan teknis, dan temu konsultasi.
Pengawasan pelaksanaan Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja
di rumah sakit

 Pencatatan dan pelaporan


 Pendokumentasian kegiatan K3 secara tertulis dari masing-masing
unit kerja rumah sakit dan kegiatan K3RS secara keseluruhan yang
dilakukan oleh organisasi K3RS, yang dikumpulkan dan dilaporkan /
diinformasikan oleh organisasi K3RS, ke Direktur Rumah Sakit dan
unit teknis terkait di wilayah Rumah Sakit
 Ketikaanda menjumpai masalah begitu
berat, anggaplah suatu saat nanti pasti
ada masalah yang lebih berat lagi.
Setidaknya, anggapan itu
membangkitkan semangatmu untuk
berjuang melewati semuanya.
Terima Kasih


Anda mungkin juga menyukai