4. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. 01 tahun 1997, tentang Nilai
Ambang Batas Faktor-faktor Kimia di Lingkungan Kerja.
SE ini menetapkan bahwa NAB dari Chrysotile adalah 2 serat/ml.
Chrysotile diklasifikasikan sebagai Confirmed human carcinogen (A1).
ACGIH tahun 2001 menetapkan bahwa NAB chrysotile adalah 0.1 serat/ ml, berarti 1/20 dari
NAB yang ditetapkan tahun 1997.
Kewajiban Pengurus
1. Menyediakan alat-alat pelindung diri bagi pekerja
2. Memberikan penerangan kepada pekerja mengenai
a. bahaya yang mungkin terjadi karena pemaparan.
b. cara-cara kerja yang aman,
c. pemakaian alat pelindung diri yang benar.
3. Memberitahukan secara tertulis kepada Menteri dan menjelaskan proses
produksi, jenis asbes yang dipakai atau ditambang, barang jadi dan lokasi
kegiatan selambat-lambatnya dalam waktu 14 hari sebelum proses dimulai.
4. Memasang tanda atau rambu-rambu di tempat-tempat tertentu di
lingkungan kerja sedemikian rupa sehingga mudah dilihat atau dibaca,
bahwa setiap orang yang berada dilokasi tersebut harus menggunakan alat
pelindung diri sesuai dengan tanda atau rambu-rambu yang ada.
5. Melakukan pengendalian terhadap debu asbes yang terkandung diudara
lingkungan kerja dengan mengambil sampel pada beberapa tempat yang
diperkirakan konsentrasi debu asbesnya tinggi dalam setiap 3 bulan atau
frekwensi tertentu.
6. Memberikan kepada pekerja yang bekerja dalam tambang atau setiap proses
yang memakai asbes sebuah buku petunjuk yang secara terperinci
menjelaskan mengenai bahaya-bahaya yang berhubungan dengan asbes
dan cara pencegahannya.
7. Memberikan penerangan atau informasi yang diperlukan oleh pegawai
pengawas ketenagakerjaan yang mengadakan inspeksi di tempat kerja.
Kewajiban Tenaga Kerja
selama melakukan tugas pekerjaannya menggunakan
alat pelindung diri yang diperlukan.
Melepas dan menyimpan alat pelindung diri dan pakaian
kerja di tempat yang telah ditentukan.
Melapor pada pengurus bila :
kerusakan alat kerja
kerusakan alat pelindung diri
kerusakan alat ventilasi di ruang kerja atau alat
pengaman lainnya.
Menggunakan respirator khusus dan alat pelindung
khusus lainnya bila berada di tempat-tempat yang kadar
asbesnya melampaui nilai ambang batas yang telah
ditentukan dalam peraturan yang berlaku.
Bentuk Pengendalian K3 Asbes
Ventilasi
Pengendalian debu asbes
Pemerksaan Kesehatan TK
Alat Pelindung Diri
Pengujian asbes di tempat kerja
Pengurus wajib melakukan pengendalian terhadap debu asbes yang
terkandung diudara lingkungan kerja dengan mengambil sampel pada beberapa
tempat yang diperkirakan konsentrasi debu asbesnya tinggi dalam setiap 3
bulan atau pada frekwensi tertentu.
Analisa debu asbes dilakukan oleh Pusat atau Balai Hiperkes dan KK
Depertemen Tenaga Kerja atau laboratorium lain yang ditunjuk oleh Menteri
Tenaga Kerja atau pejabat yang berwenang.
Pengurus atau pekerja yang ditunjuk harus memberikan penerangan atau
informasi yang diminta oleh Pegawai pengawas ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan yang mengadakan inspeksi di tempat kerja.
Apabila pegawai pengawas ketenagakerjaan menemukan bahwa kadar serat
asbes di tempat kerja melampaui Nilai Ambang Batas yang berlaku, pegawai
pengawas ketenagakerjaan berhak mewajibkan pengusaha melakukan tindakan
pengendalian dengan menggunakan teknologi yang sesuai, menyediakan alat
respirator dan pakaian pelindung khusus lainnya.
Apabila pengusaha setelah diperintahkan tetap/tidak mau melakukan tindakan
kearah itu, pegawai pengawas ketenagakerjaan melalui Menteri menyampaikan
dan meminta kepada instansi yang berwenang untuk menutup perusahaan
tersebut.
Pelaporan
Pengurus wajib membuat laporan dan
menyampaikan kepada Menteri melalui
kantor dinas tenaga kerja setempat.
Lampiran II Kep. 187/1999
PERATURAN MENTERI TENAGA
KERJA
NO.PER-03/MEN/1985
TENTANG
KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA PEMAKAIAN ASBES
ASBES ADALAH SERAT YANG BELUM TERIKAT
OLEH SEMEN ATAU BAHAN LAIN
Pasal 85
(1) Asbes hanya boleh digunakan apabila
bahan lainnya yang kurang berbahaya tidak
tersedia
(2) Apabila asbes digunakan, maka tindakan
pencegahan harus dilakukan agar tenaga
kerja tidak menghirup serat asbes.