FISIOLOGI
SISTEM
PERKEMIHAN
Risma Dumiri
Manurung, S.Kep,
Ns, M.Biomed
PERTEMUAN KE-6
PENGERTIAN
BAGIAN-BAGIAN SISTEM PERKEMIHAN
1. Ginjal
Tampilan :
Berbentuk seperti kacang, Berwarna merah tua,
Sisi cekung menghadap medial,
Panjang ± 12,5 cm, tebal 2,5 cm (±sebesar
kepalan
tangan),
Berat 125 g - 175 g (pria dewasa : 150-170 g,
wanita dewasa : 115-155 g).
Ginjal terdiri dari dua komponen struktur, yaitu:
a.Bagian dalam (internal) Medula.
Substansia medularis terdiri dari piramid
renalis jumlahnya antara 8-16 buah yang
mempunyai basis sepanjang ginjal, sedangkan
apeksnya menghadap ke sinus renalis.
b. Bagian luar (eksternal) Korteks.
Substansia kortekalis berwarna cokelat merah,
konsistensi lunak dan bergranula. Substansia ini tepat
di bawah tunika fibrosa, melengkung sepanjang basis
piramid yang berdekatan dengan sinus renalis, bagian
dalam di antara piramid, dinamakan kolumna renalis
(Syaifuddin, 2011).
Fungsi Ginjal :
Glomerulus,
Tubulus Proximal,
Ansa of henle,
Tubulus Distal,
Tubulus Koligens
1. Glomerulus
Merupakan gulungan/anyaman kapiler
yang terletak di dalam kapsula bowman
Menerima darah dari arteriola aferen
dan meneruskan ke arteriola eferen
selanjutnya ke sistem vena
Kapsula bowman adalah ujung buntu
tubulus ginjal, berbentuk kapsula
cekung. Diameter 200 μm.
Tubulus proksimal
Tubulus ginjal yang langsung
berhubungan dengan kapsula
bowman
Panjang 15 mm, diameter 55μm
Berkelok-kelok dari kortek ke
medula dan kembali ke kortek
Terjadi proses transport aktif
natrium dan kalium
Ansa of henle
Bentuk : lurus dan tebal, diteruskan
ke segmen tipis dilanjutkan ke segmen
tebal panjangnya 12 mm.
total panjang ansa henle 2-14 mm
Tubulus Distal
Bagian ginjal yang berbelok-belok dan letaknya
jauh dari kapsula bowman, panjangnya 5 mm
Tubulus distal dari masing-masing nefron
bermuara pada duktus koligentes
Duktus koligentes
Masing-masing duktus koligentes berjalan
melalui kortek dan medula ginjal duktus
bellini kalik minor kalik mayor pelvis
renalis pada apeks piramid----ureter
Filtrasi, Reabsorpsi, Sekresi &
Ekskresi di Nefron
faal_cairan-asam-basa/ikun/2006 36
Reabsobsi dan Sekresi Tubulus
• Filtrat atau zat-zat yang difiltrasi ginjal di bagi
dalam 3 yaitu :
1. Elektrolit yaitu : natrium (Na+), kalium (K),
kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), bikarbonat
(HCO3). Klorida (Cl-) dan fosfat (HPO4)
2. Non elektrolit yaitu glukosa, asam amino dan
molekul hasil metabolisme protein seperti urea,
asam urat dan kretinin
3. air
• Setelah filtrasi, langkah kedua dalam proses
pembentukan urine adalah reabsorbsi zat-zat yang
sudah di filtrasi
• Proses reabsorbsi dan sekresi berlangsung melalui
transport aktif maupun pasif.
• Transport aktif jika suatu zat di transport melawan
perbedaan elektrokimia yaitu melawan perbedaan
potensial listrik, potensial kimia atau keduanya.
Dan proses ini butuh energi (ATP)
• Transport pasif jika zat yang di reabsorbsi atau
disekresi bergerak mengikuti perbedaan
elektrokimia yang ada. Selama proses perpindahan
tidak membutuhkan energi
• Glukosa dan asam amino direabsorbsi
seluruhnya di sepanjang tubulus proksimal
dengan mekanisme transport aktif
• Kalium dan asam urat hampir seluruhnya
direabsorbsi secara aktif dan keduanya
disekresi ke dalam tubulus distal
• Sedikitnya 2/3 natrium yang difiltrasi akan
direabsorbsi secara aktif dalam tubulus
proksimal. Proses reabsorbsi natrium berlanjut
dalam ansa henle, tubulus distal dan duktus
kolektivus sehingga kurang dari 1% dari beban
yang difiltrasi akan dieskresikan dalam urin
• Sebagian besar kalsium dan fosfat di
reabsorbsi dalam tubulus proksimal dengan
cara transport aktif
• Air, klorida dan urea direabsorbsi dalam
tubulus proksimal melalui transport pasif
• Proses sekresi dan reabsorbsi selektif
diselesaikan dalam tubulus distal dan
duktus kolektivus
• Fungsi tubulus distal adalah pengaturan
tahap akhir dari keseimbangan air dan asam
basa
• Renin adalah suatu enzim yang penting dalam pengaturan
tekanan darah
• Ada 2 teori pengaturan pengeluaran Renin sbb
1. Sel sel juxtaglomerulus berfungsi sbg baroreseptor
( sensor tekanan) yang sensitif terhadap aliran darah
melalui melalui arteriola aferen. Penurunan tekanan
arteria akan merangsang peningkatan granularitas sel- sel
juxtaglomerulus shg mengeluarkan renin
2. Sel-sel makula densa tubulus distal bertindak sbg
kemoreseptor yang sensitif terhadap natrium dari cairan
tubulus. Peningkatan kadar natrium dalam tubulus distal
mempengaruhi sel juxtaglomerulus sehingga
meningkatkan pengeluaran renin. Tetapi penurunan kadar
Natrium ditubulus tidak dapat menurunkan pengeluaran
renin karena kadar natrium dalam tubulus distal
normalnya cukup rendah.
Sistem Renin-Angiotensin (RAS)
• Pengeluaran renin dari ginjal akan mengubah
angiotensinogen menjadi angiotensin I.
• Angiotensis I diubah menjadi angiotensin II oleh suatu
enzim konversi (Converting Enzyme) yang ditemukan di
dalam kapiler paru-paru.
• Angiotensin II meningkatkan TD melalui efek
vasokonstriksi arteriola perifer dan merangsang
aldosteron.
• Peningkatan kadar aldosteron akan merangsang reabsorbsi
natrium (Na+) mengakibatkan peningkatan reabsorbsi air,
dengan demikian volume plasma akan meningkat.
• Peningkatan volume plasma berperan dalam peningkatan
TD yang selanjutnya akan mengurangi iskemia ginjal
Peranan Renin-Angiotensin-Aldosteron
faal_cairan-asam-basa/ikun/2006 44
2. URETER
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari
ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan
diameter 4-6 mm. Ureter sebagian terletak pada rongga
abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
Persarafan ureter
Persarafan ureter merupakan cabang dari pleksus
mesenterikus inferior, pleksus spermatikus, dan pleksus
pelvis. Sepertiga bawah dari ureter terisi sel-sel saraf
yang bersatu dengan rantai eferen dan nervus vagus.
Rantai aferen dari nervus torakalis XI, XII, dan nervus
lumbalis I.
Nervus vagus mempunyai rantai aferen untuk ureter.
3. Vesica Urinaria (Kandung Kemih)
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk
seperti buah pir (kendi). letaknya di belakang simfisis pubis di dalam
rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis
seperti balon karet.
Kandung kemih mempunyai 3 muara
yaitu dua muara ureter dan satu
muara uretra
Sebagian besar dinding kandung
kemih tersusun dari otot polos yang
disebut muskulus destrusor
Di dinding kandung kemih terdapat
scratch reseptor yang akan bekerja
memberikan stimulus sensasi
berkemih bila volume kandung kemih
mencapai ± 150 cc
Dinding kandung kemih terdiri dari:
1. Lapisan sebelah luar (peritoneum).
2. Tunika muskularis (lapisan berotot).
3. Tunika submukosa.
4. Lapisan mukosa (lapisan bag dalam).
Vesika urinaria
(Kandung Kemih )
Persarafan kandung kemih
Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang)
Sebagian besar pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat
di pelajari “latih”.
Sistem saraf simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak
spinchter interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna
konstriksi.
Sistem saraf parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor
berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI
Air kemih memiliki sifat-sifat sebagai berikut.
a. Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung
dari masuknya (intake) cairan serta faktor lainnya.
b. Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi
keruh.
c. Warna kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-
obatan dan sebagainya.
d. Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka
akan berbau amoniak.
e. Berat jenis 1.015 – 1.020.
f. Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis,
tergantung pada diet (sayur menyebabkan reaksi
alkalis dan protein memberi reaksi asam).
Adapun komposisi air kemih terdiri dari:
a. 95% air;
b. zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme
protein asam urea, amoniak dan kreatinin;
c. elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat,
fosfat dan sulfat;
d. pigmen (bilirubin, urobilin);
e. toksin; dan
f. hormon.
a. Volume Urin
• Mengukur volume urin bermanfaat untuk
menentukan adanya gangguan faal ginjal,
kelainan dalam kesetimbangan cairan tubuh
dan berguna untuk menafsirkan hasil
pemeriksaan kuantitatif dan semi kuantitatif
urin.
• Volume urin dewasa normal daerah tropis
untuk urin 24 jam berkisar antara 750 ml dan
1250 ml.
• Faktor yang mempengaruhi jumlah urin
adalah : suhu, iklim, jenis dan jumlah
makanan, pekerjaan jasmani, banyaknya
e. Derajat keasaman Urin ( pH ).
Derajat keasaman urin harus diukur pada urin
baru, pH urin dewasa normal adalah 4,6 – 7,5.
pH urin 24 jam biasanya asam, hal ini
disebabkan karena zat – zat sisa metabolisme
tubuh yang biasanya bersifat asam. Penentuan
pH urin berguna pada gangguan cairan badan
elektrolit serta pada infeksi saluran kemih yang
disebabkan oleh kuman yang menguraikan
ureum. Adanya bakteriurea urin akan bersifat
alkalis.
f. Berat Jenis Urin. ( BJ Urin )
Berat jenis urin yaitu mengukur jumlah larutan yang
larut dalam urin. Pengukuran BJ ini untuk
mengetahui daya konsentrasi dan data dilusi ginjal.
Normal berat jenis berbanding terbalik dengan
jumlah urin. Berat jenis urin erat hubungannya
dengan diuresis, makin rendah diuresis makin tinggi
berat jenisnya dan sebaliknya. Normal berat jenis
adalah 1003 – 1030. Tingginya berat jenis
memberikan kesan tentang pekatnya urin, jadi
bertalian dengan faal pemekat ginjal.(Gandasoebrata,
2006)
Terima kasih ….
Bahan Bacaan
Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi II.
Jakarta: EGC