Anda di halaman 1dari 75

ANATOMI

FISIOLOGI
SISTEM
PERKEMIHAN
Risma Dumiri
Manurung, S.Kep,
Ns, M.Biomed
PERTEMUAN KE-6
PENGERTIAN
BAGIAN-BAGIAN SISTEM PERKEMIHAN
1. Ginjal

Tampilan :
Berbentuk seperti kacang, Berwarna merah tua,
Sisi cekung menghadap medial,
Panjang ± 12,5 cm, tebal 2,5 cm (±sebesar
kepalan
tangan),
Berat 125 g - 175 g (pria dewasa : 150-170 g,
wanita dewasa : 115-155 g).
Ginjal terdiri dari dua komponen struktur, yaitu:
a.Bagian dalam (internal) Medula.
Substansia medularis terdiri dari piramid
renalis jumlahnya antara 8-16 buah yang
mempunyai basis sepanjang ginjal, sedangkan
apeksnya menghadap ke sinus renalis.
b. Bagian luar (eksternal) Korteks.
Substansia kortekalis berwarna cokelat merah,
konsistensi lunak dan bergranula. Substansia ini tepat
di bawah tunika fibrosa, melengkung sepanjang basis
piramid yang berdekatan dengan sinus renalis, bagian
dalam di antara piramid, dinamakan kolumna renalis
(Syaifuddin, 2011).
Fungsi Ginjal :

a. Mengatur volume air (cairan) dalam


tubuh. Kelebihan air dalam tubuh akan
dieksresikan
oleh ginjal sebagai urine (kemih) yang encer
dalam jumlah besar, kekurangan air
(kelebihan keringat) menyebabkan urine
yang dieksresi berkurang dan
konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan
dan volume cairan tubuh dapat
dipertahankan relatif normal.
b. Mengatur keseimbangan osmotik dan
mempertahankan keseimbangan ion yang
optimal dalam plasma (keseimbangan
elektrolit).
Bila terjadi pemasukan atau pengeluaran
yang abnormal ion-ion akibat pemasukan
garam yang berlebihan atau penyakit
perdarahan (diare, muntah) ginjal akan
meningkatkan eksresi ion-ion yang
penting (misal Na , K , Cl , Ca dan fosfat).
c. Mengatur keseimbangan asam basa
Cairan tubuh bergantung pada apa yang dimakan,
campuran makanan menghasilkan urine yang bersifat
agak asam , pH kurang dari 6 ini disebabkan hasil akhir
metabolisme protein.
Apabila banyak makan sayur-sayuran, urine akan
bersifat basa. pH urine bervariasi antara 4,8 - 8,2.
Ginjal menyekresi urine sesuai dengan perubahan pH
darah

d. Eksresi sisa hasil metabolisme (ureum,


asam urat, kreatinin) zat-zat toksik, obat-
obatan, hasil metabolisme hemoglobin dan
bahan kimia asing (pestisida).
e. Fungsi hormonal dan metabolisme.
Ginjal menyekresi hormon renin yang
mempunyai peranan penting mengatur
tekanan darah (sistem renin angiotensin
aldosteron).
Membentuk eritropoiesis mempunyai
peranan penting untuk memproses
pembentukan sel darah merah
(eritropoiesis).
Vaskularisasi /Peredaran darah pada ginjal

• Ginjal mendapatkan darah dari Aorta


Abdominalis yang mempunyai percabangan
arteria renalis kira-kira setinggi vertebra
lumbalis 2, arteri ini berpasangan, arteria
renalis kanan lebih panjang dari arteria
renalis kiri.
• Arteri renalis bercabang menjadi Arteria
Interlobaris yang berjalan diantara piramid
kemudian membentuk Arteri Arkuata yang
melengkung melintasi basis piramid
tersebut.
• Arteria arkuata kemudian membentuk
arteriola interlobularis yang tersusun pararel
dalam korteks.
• Arteriola interlobularis selanjutnya
membentuk arteriola aferen.
• Arteriola aferen akan berakhir pada rumbai-
rumbai kapiler yang disebut glomerulus.
• Rumbai-rumbai kapiler atau glomerulus
bersatu membentuk arteriola eferen yang
kemudian bercabang-cabang membentuk
sistem portal kapiler yang mengelilingi
tubulus dan disebut kapiler peritubular.
• Darah yang mengalir melalui sistem portal ini
akan dialirkan kedalam jalinan vena selanjutnya
menuju vena interlobularis, vena arkuata, vena
interlobaris dan kemudian vena renalis dan
akhirnya masuk ke vena cava inferior
• Ginjal dilalui sekitar 1200 ml darah per
menit, suatu volume yang sama dengan 20-25%
curah jantung (5000 ml per menit). Lebih dari
90% darah yang masuk ke ginjal berada di
korteks sedangkan sisanya dialirkan ke medula
• Sifat khusus aliran darah ginjal adalah
autoregulasi aliran darah melalui ginjal.
Arteriola aferen mempunyai kapasitas intrinsik
yang dapat merubah resistensinya sebagai
respon terhadap perubahan tekanan darah arteri,
dengan demikian mempertahankan aliran darah
ginjal dan filtrasi glomerulus tetap konstan.
• Fungsi ini efektif pada tekanan arteri antara
80-180 mmHg. Hasilnya adalah dapat
mencegah terjadinya perubahan besar pada
ekskresi solut dan air.
• Saraf saraf renal dapat menyebabkan
vasokontriksi pada keadaan darurat dan
dengan demikian mengalirkan darah dari
ginjal ke jantung, otak dan otot rangka
dengan mengorbankan ginjal
PERSARAFAN GINJAL
 Saraf ginjal terdiri dari lebih kurang 15 ganglion.
 Ganglion ini membentuk pleksus renalis (vasomotor).
 Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis
(vasomotor) berfungsi untuk mengatur jumlah darah
yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan
bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke
ginjal.
 Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas
ginjal yang merupakan sebuah kelenjar buntu yang
menghasilkan 2 (dua) macam hormon yaitu hormon
adrenalin dan hormon kortison.
• Nefron berfungsi sebagai regulator air dan
zat terlarut (terutama elektrolit) dalam
tubuh dengan cara menyaring darah,
kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul
yang masih diperlukan tubuh.
• Molekul dan sisa cairan lainnya akan
dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan
dilakukan menggunakan mekanisme
pertukaran lawan arus dan kotranspor.
• Hasil akhir yang kemudian diekskresikan
disebut urin.
1 Nefron terdiri dari :

Glomerulus,
Tubulus Proximal,
Ansa of henle,
Tubulus Distal,
Tubulus Koligens
1. Glomerulus
Merupakan gulungan/anyaman kapiler
yang terletak di dalam kapsula bowman
 Menerima darah dari arteriola aferen
dan meneruskan ke arteriola eferen
selanjutnya ke sistem vena
 Kapsula bowman adalah ujung buntu
tubulus ginjal, berbentuk kapsula
cekung. Diameter 200 μm.
Tubulus proksimal
 Tubulus ginjal yang langsung
berhubungan dengan kapsula
bowman
 Panjang 15 mm, diameter 55μm
 Berkelok-kelok dari kortek ke
medula dan kembali ke kortek
 Terjadi proses transport aktif
natrium dan kalium
Ansa of henle
Bentuk : lurus dan tebal, diteruskan
ke segmen tipis dilanjutkan ke segmen
tebal panjangnya 12 mm.
total panjang ansa henle 2-14 mm
Tubulus Distal
Bagian ginjal yang berbelok-belok dan letaknya
jauh dari kapsula bowman, panjangnya 5 mm
 Tubulus distal dari masing-masing nefron
bermuara pada duktus koligentes

Duktus koligentes
 Masing-masing duktus koligentes berjalan
melalui kortek dan medula ginjal  duktus
bellini  kalik minor  kalik mayor  pelvis
renalis pada apeks piramid----ureter
Filtrasi, Reabsorpsi, Sekresi &
Ekskresi di Nefron

faal_cairan-asam-basa/ikun/2006 36
Reabsobsi dan Sekresi Tubulus
• Filtrat atau zat-zat yang difiltrasi ginjal di bagi
dalam 3 yaitu :
1. Elektrolit yaitu : natrium (Na+), kalium (K),
kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), bikarbonat
(HCO3). Klorida (Cl-) dan fosfat (HPO4)
2. Non elektrolit yaitu glukosa, asam amino dan
molekul hasil metabolisme protein seperti urea,
asam urat dan kretinin
3. air
• Setelah filtrasi, langkah kedua dalam proses
pembentukan urine adalah reabsorbsi zat-zat yang
sudah di filtrasi
• Proses reabsorbsi dan sekresi berlangsung melalui
transport aktif maupun pasif.
• Transport aktif jika suatu zat di transport melawan
perbedaan elektrokimia yaitu melawan perbedaan
potensial listrik, potensial kimia atau keduanya.
Dan proses ini butuh energi (ATP)
• Transport pasif jika zat yang di reabsorbsi atau
disekresi bergerak mengikuti perbedaan
elektrokimia yang ada. Selama proses perpindahan
tidak membutuhkan energi
• Glukosa dan asam amino direabsorbsi
seluruhnya di sepanjang tubulus proksimal
dengan mekanisme transport aktif
• Kalium dan asam urat hampir seluruhnya
direabsorbsi secara aktif dan keduanya
disekresi ke dalam tubulus distal
• Sedikitnya 2/3 natrium yang difiltrasi akan
direabsorbsi secara aktif dalam tubulus
proksimal. Proses reabsorbsi natrium berlanjut
dalam ansa henle, tubulus distal dan duktus
kolektivus sehingga kurang dari 1% dari beban
yang difiltrasi akan dieskresikan dalam urin
• Sebagian besar kalsium dan fosfat di
reabsorbsi dalam tubulus proksimal dengan
cara transport aktif
• Air, klorida dan urea direabsorbsi dalam
tubulus proksimal melalui transport pasif
• Proses sekresi dan reabsorbsi selektif
diselesaikan dalam tubulus distal dan
duktus kolektivus
• Fungsi tubulus distal adalah pengaturan
tahap akhir dari keseimbangan air dan asam
basa
• Renin adalah suatu enzim yang penting dalam pengaturan
tekanan darah
• Ada 2 teori pengaturan pengeluaran Renin sbb
1. Sel sel juxtaglomerulus berfungsi sbg baroreseptor
( sensor tekanan) yang sensitif terhadap aliran darah
melalui melalui arteriola aferen. Penurunan tekanan
arteria akan merangsang peningkatan granularitas sel- sel
juxtaglomerulus shg mengeluarkan renin
2. Sel-sel makula densa tubulus distal bertindak sbg
kemoreseptor yang sensitif terhadap natrium dari cairan
tubulus. Peningkatan kadar natrium dalam tubulus distal
mempengaruhi sel juxtaglomerulus sehingga
meningkatkan pengeluaran renin. Tetapi penurunan kadar
Natrium ditubulus tidak dapat menurunkan pengeluaran
renin karena kadar natrium dalam tubulus distal
normalnya cukup rendah.
Sistem Renin-Angiotensin (RAS)
• Pengeluaran renin dari ginjal akan mengubah
angiotensinogen menjadi angiotensin I.
• Angiotensis I diubah menjadi angiotensin II oleh suatu
enzim konversi (Converting Enzyme) yang ditemukan di
dalam kapiler paru-paru.
• Angiotensin II meningkatkan TD melalui efek
vasokonstriksi arteriola perifer dan merangsang
aldosteron.
• Peningkatan kadar aldosteron akan merangsang reabsorbsi
natrium (Na+) mengakibatkan peningkatan reabsorbsi air,
dengan demikian volume plasma akan meningkat.
• Peningkatan volume plasma berperan dalam peningkatan
TD yang selanjutnya akan mengurangi iskemia ginjal
Peranan Renin-Angiotensin-Aldosteron

faal_cairan-asam-basa/ikun/2006 44
2. URETER
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari
ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan
diameter 4-6 mm. Ureter sebagian terletak pada rongga
abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari 3 lapisan :

1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan


fibrosa)
2. Lapisan tengah lapisan otot polos
3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-


gerakan peristaltic intrinsik yang mendorong
urin masuk ke dalam kandung kemih.
Urin memasuki kandung kemih setiap 10-15
detik
URETER
Pelvis ginjal, ureter dan kandung
kemih di lapisi oleh epitel
transisional.
Lapisan ini adalah tahan air ( atau
urin akan direabsorbsi) dan dapat
sangat teregang tanpa harus
menyebabkan kerusakan
Ureter memasuki dinding kandung
kemih secara serong, sehingga
ketika kandung kemih terisi, urin
tidak terdorong kembali ke arah
jantung
 setiap ureter akan masuk ke kandung
kemih melalui sfingter.
 sfingter adalah suatu struktur
muskuler
(berotot) yang bisa membuka (sehingga
air kemih bisa lewat) dan menutup.
 air kemih yang secara teratur
mengalir
akan terkumpul di dalam kandung
kemih
 Persarafan ureter oleh plexus hypogastricus
inferior T11- L2 melalui neuron-neuron
simpatis. Lapisan dinding ureter menimbulkan
gerakan-gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali
yang akan mendorong air kemih masuk ke
dalam kandung kemih (vesika urinaria).
 Gerakan peristaltik mendorong urin melalui
ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan
disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui
osteum uretralis masuk ke dalam kandung
kemih.
Ureter pada laki-laki dan perempuan

Ureter pada pria terdapat di dalam visura seminalis


atas dan disilang oleh duktus deferens dan dikelilingi
oleh leksus vesikalis.
Selanjutnya ureter berjalan oblique sepanjang 2 cm
di dalam dinding vesika urinaria pada sudut lateral
dari trigonum vesika.
Sewaktu menembus vesika urinaria, dinding atas dan
dinding bawah ureter akan tertutup dan pada waktu
vesika urinaria penuh akan membentuk katup
(valvula) dan mencegah pengambilan urine dan
vesika urinaria.
Ureter pada wanita terdapat di belakang fossa ovarika
dan berjalan ke bagian medial dan ke dapan bagian
lateral serviks uteri bagian atas, vagina untuk mencapai
fundus vesika urinaria.
Dalam perjalanannya, ureter didampingi oleh arteri
uterina sepanjang 2,5 cm dan selanjutnya arteri ini
menyilang ureter dan menuju ke atas di antara lapisan
ligamentum. Ureter mempunyai jarak 2 cm dari sisi
serviks uteri.
Ada tiga tempat yang penting dari ureter tempat mudah
terjadi penyumbatan;
1.Pada ureter pelvis junction diameter 2 mm,
2.Penyilangan vassa iliaka diameter 4 mm, dan
3.Pada saat masuk ke vesika urinaria diameter 1-5 mm.
Pembuluh darah ureter
Pembuluh darah yang memperdarahi ureter adalah arteri
renalis, arteri spermatika interna, arteri hipogastrika, dan
arteri vesikalis inferior.

Persarafan ureter
Persarafan ureter merupakan cabang dari pleksus
mesenterikus inferior, pleksus spermatikus, dan pleksus
pelvis. Sepertiga bawah dari ureter terisi sel-sel saraf
yang bersatu dengan rantai eferen dan nervus vagus.
Rantai aferen dari nervus torakalis XI, XII, dan nervus
lumbalis I.
Nervus vagus mempunyai rantai aferen untuk ureter.
3. Vesica Urinaria (Kandung Kemih)
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk
seperti buah pir (kendi). letaknya di belakang simfisis pubis di dalam
rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis
seperti balon karet.
Kandung kemih mempunyai 3 muara
yaitu dua muara ureter dan satu
muara uretra
Sebagian besar dinding kandung
kemih tersusun dari otot polos yang
disebut muskulus destrusor
Di dinding kandung kemih terdapat
scratch reseptor yang akan bekerja
memberikan stimulus sensasi
berkemih bila volume kandung kemih
mencapai ± 150 cc
Dinding kandung kemih terdiri dari:
1. Lapisan sebelah luar (peritoneum).
2. Tunika muskularis (lapisan berotot).
3. Tunika submukosa.
4. Lapisan mukosa (lapisan bag dalam).
Vesika urinaria
(Kandung Kemih )
Persarafan kandung kemih

Persarafan utama kandung kemih ialah


nervus pelvikus, yang berhubungan dengan
medulla spinalis melalui pleksus sakralis,
terutama berhubungan dengan medulla
spinalis
segmen S2 dan S3. Yang berjalan melalui
nervus pelvikus ini adalah serat saraf
motorik. Serat sensorik mendeteksi derajat
regangan pada dinding kandung kemih.
Tanda-tanda regangan dari uretra posterior
yaitu bersifat sangat kuat dan terutama
bertanggung jawab untuk mencetuskan
refleks yang menyebabkan kandung kemih.
Saraf motorik yang menjalar dalam
nervus pelvikus adalah serat para simpatis.
Serat ini berakhir pada sel ganglion yang
terletak dalam dinding kandung kemih, saraf
postganglion pendek kemudian
mempersarafi otot detrusor.
 Selain nervus pelvikus, terdapat dua tipe persarafan lain
yang penting untuk fungsi kandung kemih, yaitu nervus
pudendal dan nervus hipogastrikus
 Yang terpenting adalah serat otot lurik yang berjalan melalui
nervus pudendal menuju sfingter eksternus kandung kemih,
yang mempersarafi dan mengontrol otot lurik pada sfingter.
 Selain itu kandung kemih juga menerima saraf simpatis dari
rangkaian simpatis melalui nervus hipogastrikus, terutama
hubungan dengan segmen L2 medula spinalis.
 Serat simpatis ini mungkin terutama merangsang pembuluh
darah dan sedikit mempengaruhi kontraksi kandung kemih.
 Beberapa serat saraf sensorik juga berjalan melalui saraf
simpatis dan mungkin penting dalam menimbulkan sensasi
rasa penuh dan pada beberapa keadaan rasa nyeri.
Pengisian kandung kemih dan tonus dinding
kandung kemih : sistometrogram

 Perubahan tekanan intravesikular terjadi sewaktu kandung kemih


terisi dengan urin.
 Pada saat tidak ada urin di dalam kandung kemih, tekanan
intravesikuler sekitar 0, tetapi setela terisi urin sebanyak 30 sampai
50 mililiter, tekanan meningkat menjadi 5 sampai 10 sentimeter
air.
 Tambahan urin sebanyak 200 sampai 300 mililiter hanya sedikit
menambah peningkatan tekanan, nilai tekanan yang konstan ini
disebabkan oleh tonus intrinsik pada dinding kandung kemih
sendiri.
 Bila urin yang terkumpul di dalam kandung kemih lebih banyak
dari 300 sampai 400 mililiter, akan menyebabkan peningkatan
tekanan secara cepat.
 Puncak tekanan dapat meningkat hanya beberapa sentimeter air,
atau mungkin meningkat hingga lebih dari 100 sentimeter air.
4. Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada
vesika urinaria yang berfungsi menyalurkan air
kemih ke luar.
Muara uretra keluar tubuh disebut meatus urinarius

Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:


1. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot
polos dari Vesika urinaria. Mengandung jaringan
elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga
agar urethra tetap tertutup.
2. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung
pembuluh darah dan saraf.
3. Lapisan mukosa.
Pada laki-laki uretra berjalan berkelok-kelok
melalui tengah-tengah prostat kemudian
menembus lapisan fibrosa yang
menembus tulang pubis ke bagian penis,
panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, tdd :
1. Urethra pars Prostatica
2. Urethra pars membranosa ( terdapat
spinchter urethra externa)
3. Urethra pars spongiosa.

Lapisan uretra laki-laki terdiri dari


lapisan mukosa (lapisan paling dalam) dan
lapisan submukosa
Urethra pada wanita panjangnya kira-
kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis).
terletak di belakang simfisis pubis
berjalan miring sedikit kearah atas
Sphincter urethra terletak di sebelah
atas vagina (antara clitoris dan vagina)
dan urethra disini hanya sebagai
saluran ekskresi.
Lapisan uretra pada wanita terdiri dari;
1.Tunika muskularis (sebelah luar),
2.Lapisan spongeosa merupakan
pleksus dari vena-vena
3. Lapisan mukosa (lapisan sebelah
dalam)
Pembentukan Urin
Urin merupakan larutan kompleks yang
terdiri dari sebagian besar air ( 96%)
dan sebagian kecil zat terlarut ( 4%)
yang dihasilkan oleh ginjal, disimpan
sementara dalam kandung kemih dan
dibuang melalui proses mikturisi.
(Evelyn C. Pearce, 2002).
Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan
urin.
Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:

1. Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya


meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah
tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini akan mencetuskan tahap ke 2.
2. Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan
kandung kemih.

 Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang)
Sebagian besar pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat
di pelajari “latih”.
 Sistem saraf simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak
spinchter interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna
konstriksi.
 Sistem saraf parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor
berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI
Air kemih memiliki sifat-sifat sebagai berikut.
a. Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung
dari masuknya (intake) cairan serta faktor lainnya.
b. Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi
keruh.
c. Warna kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-
obatan dan sebagainya.
d. Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka
akan berbau amoniak.
e. Berat jenis 1.015 – 1.020.
f. Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis,
tergantung pada diet (sayur menyebabkan reaksi
alkalis dan protein memberi reaksi asam).
Adapun komposisi air kemih terdiri dari:
a. 95% air;
b. zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme
protein asam urea, amoniak dan kreatinin;
c. elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat,
fosfat dan sulfat;
d. pigmen (bilirubin, urobilin);
e. toksin; dan
f. hormon.
a. Volume Urin
• Mengukur volume urin bermanfaat untuk
menentukan adanya gangguan faal ginjal,
kelainan dalam kesetimbangan cairan tubuh
dan berguna untuk menafsirkan hasil
pemeriksaan kuantitatif dan semi kuantitatif
urin.
• Volume urin dewasa normal daerah tropis
untuk urin 24 jam berkisar antara 750 ml dan
1250 ml.
• Faktor yang mempengaruhi jumlah urin
adalah : suhu, iklim, jenis dan jumlah
makanan, pekerjaan jasmani, banyaknya
e. Derajat keasaman Urin ( pH ).
Derajat keasaman urin harus diukur pada urin
baru, pH urin dewasa normal adalah 4,6 – 7,5.
pH urin 24 jam biasanya asam, hal ini
disebabkan karena zat – zat sisa metabolisme
tubuh yang biasanya bersifat asam. Penentuan
pH urin berguna pada gangguan cairan badan
elektrolit serta pada infeksi saluran kemih yang
disebabkan oleh kuman yang menguraikan
ureum. Adanya bakteriurea urin akan bersifat
alkalis.
f. Berat Jenis Urin. ( BJ Urin )
Berat jenis urin yaitu mengukur jumlah larutan yang
larut dalam urin. Pengukuran BJ ini untuk
mengetahui daya konsentrasi dan data dilusi ginjal.
Normal berat jenis berbanding terbalik dengan
jumlah urin. Berat jenis urin erat hubungannya
dengan diuresis, makin rendah diuresis makin tinggi
berat jenisnya dan sebaliknya. Normal berat jenis
adalah 1003 – 1030. Tingginya berat jenis
memberikan kesan tentang pekatnya urin, jadi
bertalian dengan faal pemekat ginjal.(Gandasoebrata,
2006)
Terima kasih ….
Bahan Bacaan
Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi II.
Jakarta: EGC

Pearce, Efelin C. 2006. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama

Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC

Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran.


Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai