Bab Vii - Islam Washatiyah Rahmatan Lil Alamin
Bab Vii - Islam Washatiyah Rahmatan Lil Alamin
LIL ALAMIN
BAB VII – AQIDAH AKHLAK – KELAS X MAN 2 BANTUL
OLEH - MIQDAM M. AL HAFIDZ, S.Pd.
PETA KONSEP
Makna Islam Washatiyah
Secara bahasa, kata washatiyah berasal dari kata
wasatha ( ) ) َو َس َطyang berarti adil atau sesuatu yang
berada di pertengahan.
Ibnu ’Asyur mendefinisikan kata ”wasath” dengan dua
makna. Pertama, definisi menurut etimologi, kata
wasath berarti sesuatu yang ukurannya sebanding.
Kedua, definisi menurut terminologi bahasa, makna
wasatha adalah nilai-nilai Islam yang dibangun atas
dasar pola pikir yang lurus dan pertengahan, tidak
berlebihan dalam hal tertentu.
Islam Washatiyah adalah yakni Islam tengah diantara dua titik ekstrem yang saling berlawanan, yaitu
antara taqshir (meremehkan) dan ghuluw (berlebih-lebihan) atau antara liberalisme dan radikalisme.
Islam Washatiyah berarti Islam jalan tengah. Tidak terlibat kekerasan, sampai pembunuhan, terbuka dan
berada di atas untuk semua golongan. Islam Wasathiyah, selanjutnya dikenal dengan Islam moderat,
adalah Islam yang cinta damai, toleran, menerima perubahan demi kemaslahatan, perubahan fatwa karena
situasi dan kondisi, dan perbedaan penetapan hukum karena perbedaan kondisi dan psikologi seseorang
adalah adil dan bijaksana.
Ruang Lingkup 01 Wasath dalam persoalan akidah.
Dalam persoalan iman kepada yang ghaib,
diproyeksikan dalam bentuk keseimbangan pada batas-batas
tertentu.
Radikalisme dijadikan sebagai salah satu paham atau aliran yang menuntut perubahan dan pembaharuan
sistem sosial dan politik dengan cara kekerasan atau ekstrem. Paham radikalisme ini sering kali dikaitkan
dengan agama/ mengatasnamakan agama, padahal semua agama tidak mengajarkan kekerasan. Namun
agama yang sering menjadi target adalah agama Islam.
Sehingga muncul adanya orang Islam yang radikal, yaitu orang Islam yang mempunyai pikiran yang kaku
dan sempit dalam memahami Islam, serta eksklusif dalam memandang agama-agama lain.
Pada taraf terendah, radikalisme sampai mengganggu keharmonisan dan kerukunan masyarakat. Klaim
“sesat”, “bida’ah”, dan “kafir” bagi kalangan yang tidak sependapat dengannya.
Penyebab Radikalisme 01 Pengetahuan agama yang setengah-
setengah melalui proses belajar yang
doktriner