Anda di halaman 1dari 39

Temperature & Heat

Effect on Reaction
code_6204080
Latar Belakang
Adiabatik & T
Setiap reaksi memiliki Tanpa pemanas/
berubah
panas/ entalpi reaksi (DHr) pendingin
(non-isothermal)

Suhu
ingin
Pemanasan/
dijaga
pendinginan hingga
konstan
suhu reaksi terjadi
bersamaan dengan
reaksi
Non-adiabatik & T
konstan
(isothermal)
Non-adiabatik & T
berubah
(non-isothermal)
Panas Reaksi
• Panas yang dilepas/ diserap saat suatu zat bereaksi.
• Untuk reaksi: aA  bB + cC pada suhu T:

DHr (T)= c.HfC(T) + b.HfB(T) – a.HfA(T)

endotermal exotermal
Panas Reaksi
• Panas reaksi pada suatu suhu bisa dihitung jika diketahui
panas reaksi pada suhu yang lain dan kalor jenis masing
masing zat.

𝑻𝟐
∆ 𝑯𝒓 ( 𝑻 𝟐 )=∆ 𝑯𝒓 ( 𝑻 𝟏 ) + ∫ ∆ 𝑪𝒑 𝒅𝑻
𝑻𝟏
Contoh 1
• Diketahui reaksi A + B  2C memiliki panas reaksi sebesar -50
kJ/mol pada 25oC. Diketahui kalor jenis A, B, dan C berturut-
turut 35, 45, dan 70 J/mol.K. Hitung panas reaksi pada 1025oC!
Efek temperatur
Laju
Reaksi k = Ao.e-Ea/RT

Kesetimbangan

k produk utama
Selektivitas
k produk samping
Pengaruh Suhu Pada Selektivitas
• Jika ada 2 reaksi dengan konstanta laju k1 & k2, maka:
Contoh 2
• Diketahui reaksi:

k1 = 0.03 exp(-600/T)
k2 = 0.02 exp(-400/T)
k3 = 0.05 exp(-800/T)

• Hitung suhu optimum supaya didapatkan produk R maksimal!


Pengaruh Suhu Pada Selektivitas
• Untuk reaksi yang lebih komplex mungkin diperlukan bantuan
software.
Contoh 3
• Reaksi kesetimbangan A + B  2C jika
dilangsungkan pada 400 K, dengan CAo = 20M
dan CBo = 30M, menghasilkan konversi
kesetimbangan (terhadap A) 50%. Jika reaksi
dilangsungkan pada 450 K, dengan konsentrasi
mula-mula yang sama, berapa konversi
kesetimbangan (terhadap A) sekarang? Diketahui
DHro = 50 J/mol, Cp A = 3, Cp B = 2, dan Cp C = 7
J/mol.K.
Panas Reaksi dalam Reaksi
Kesetimbangan
• Endotermal: suhu naik  kecepatan reaksi naik, konversi
kesetimbangan naik

• Exotermal: suhu naik  kecepatan reaksi naik, konversi


kesetimbangan turun
Konversi, Suhu, dan Laju
Reaksi
• Laju reaksi merupakan fungsi dari suhu dan konversi
Temperatur Terbaik
Contoh kasus
`
Operasi Reaksi Kesetimbangan
Exotermal
• Adiabatic

• Non-adiabatic
• Laju pemanasan konstan
• Optimum Temperature
Progression
Adiabatic
• Persamaan garis operasi adiabatik:
Contoh 4
• Reaksi A  B yang bersifat exotermal dilangsungkan dalam
CSTR adiabatik. Diketahui FAo = 500 mol/menit, CAo = 5 M, dan
To = 40oC. Jika Cp dianggap konstan 2 J/mol.oC dan DHr = –40
J/mol, hitung volume reaktor jika diinginkan konversi A 80%!
Contoh 5
• Ulangi Contoh 4 untuk reaktor PFR!
Non-Adiabatic – Laju
Pemanasan Konstan
• Persamaan garis operasi non-adiabatik:
Non-Adiabatic – Optimum Temperature
Progression
• Dimulai pada suhu setinggi mungkin supaya laju reaksi
cepat
• Suhu lalu diturunkan perlahan-lahan sehingga
memungkinkan mencapai konversi yang lebih tinggi
• Teoritical: profil suhu mengikuti locus of maximum rate
• Practical: profil suhu naik-turun/ mendekati di sekitar
locus of maximum rate
Teknik Mengatur Suhu Reaksi
Suhu Optimum Umpan Pada Operasi
Adiabatik/ Non-Adiabatik – Q Konstan
Contoh 6
• Reaksi A  B yang bersifat exotermal dilangsungkan dalam
CSTR. Diketahui FAo = 500 mol/menit, CAo = 5 M, dan To = 40oC.
Jika Cp dianggap konstan 2 J/mol.oC dan DHr = –40 J/mol,
hitung volume reaktor supaya konversi A = 50% untuk sistem:

a) Non-adiabatik dengan Q = –35 J/mol


b) Non-adiabatik dengan Q = 60 J/mol
c) Ulangi poin a untuk reaktor PFR
Contoh 7
• Reaksi A  B yang bersifat exotermal dilangsungkan dalam
CSTR adiabatik. Diketahui FAo = 500 mol/menit, CAo = 5 M. Jika
Cp dianggap konstan 2 J/mol.oC dan DHr = –80 J/mol, hitung
volume reaktor optimum dan suhu masukan reaktor jika
diinginkan konversi A 80%!
Contoh 8
• Reaksi A  B yang bersifat exotermal dilangsungkan dalam
PFR. Diketahui FAo = 500 mol/menit dan CAo = 5 M. Proses
berlangsung mengikuti optimum temperature progression
(OTP) di mana temperatur reaktor dapat dikendalikan
sehingga selalu menjadi temperatur optimum meski terjadi
perubahan komposisi akibat reaksi. Jika temperatur
maksimum yang diperbolehkan adalah 80oC, hitung waktu
tinggal supaya konversi A = 90%.
Neraca energi reaktor (General)
• Batch:

• PFR (steady-state):

• CSTR(steady-state):

= U.As.(Tj–T)
= U.As/V.LMTD
Neraca energi reaktor (Simplified)
• Kalor jenis dan densitas larutan/ sistem reaksi konstan baik
terhadap suhu maupun komposisi

• Batch:

• PFR (steady-state):

• CSTR(steady-state):
Contoh 9
• Reaksi elementer A  B dilangsungkan dalam reaktor CSTR
adiabatik dengan masukan 25oC dan senyawa mula-mula
adalah 12 M A. Jika densitas campuran dianggap konstan 1.6
kg/L, Ao = 1, Ea = 2000 J/mol, DHr konstan = –400 J/mol, Cp
campuran konstan 2 J/kg.K tentukan waktu ruang dalam
reaktor yang dibutuhkan untuk mencapai konversi A 80% dan
berapa temperatur keluaran reaktor?
Contoh 10
• Reaksi seri fasa cair:
• A  B; (-rA) = 100exp(-2400/T)CA mol/L.min; DHr = –400
J/mol
• B  C; rC = 200exp(-1500/T)CB mol/L.min; DHr = –200 J/mol
• dilangsungkan dalam sebuah CSTR isotermal bervolume 3 L dan laju
alir 3 L/menit. Diketahui masukan adalah zat A murni berkonsentrasi
10 M dan bertemperatur 300 K. Jika CpA = 2 J/mol.K, hitung kalor
yang harus diterima / dilepas reaktor !(abaikan energi dari
pengaduk).
Gas Phase Non-Isothermal Reaction
• Reaksi Tunggal
• Isobar Bagaimana
• Reaktor batch: jika reaksi
jamak?

• Reaktor kontinyu:
• Mirip seperti batch, hanya V diganti menjadi q
Contoh 11
Diketahui reaksi fasa gas:
A + 2B  C; (-rA) = 0.4e(-400/T)CACB mol/L.min ; DHro = -50 J/mol B

Reaksi tersebut dilangsungkan dalam CSTR adiabatik isobar.


Terdapat 2 aliran masukan reaktor:
Aliran 1: Zat A, 10 mol/min, 8 M, 400 K, cpA = 2 J/mol.K
Aliran 2: Zat B, 20 mol/min, 16 M, 500 K, , cpB = 3 J/mol.K
Diketahui pula cpC = 5 J/mol.K
Jika volume reaktor 500 L, hitung konversi A!
Contoh 12
Diketahui reaksi fasa gas:
A  C ; rC = 0.4e(-400/T)CA mol/L.min ; DHro = -50 J/mol
A  D ; rD = 0.1e(-500/T)CA mol/L.min ; DHro = 40 J/mol

Reaksi tersebut dilangsungkan dalam reaktor batch adiabatik


isobar. Kondisi umpan: Zat A, 10 mol, 8 M, 400 K, cvA = 2 J/mol.K
Diketahui pula cvC = 5 J/mol.K dan cvD = 4 J/mol.K. Jika diinginkan
waktu reaksi 10 menit, hitung mol produk C dan D yang
terbentuk!
Lakukan juga untuk variasi temperature umpan 300 K – 500 K!
Latihan 1
• Sebuah pabrik melangsungkan reaksi fasa cair A  B dengan CAo =
8 M dan Fao = 80 mol/min. Reaksi ini bersifat exotermal, sehingga
supaya efisien, diinginkan prosesnya sebisa mungkin mengikuti
optimum temperature progression (OTP). Proses OTP ini didekati
dengan menyusun 3 buah PFR adiabatik + intercooler.

• Diketahui cp sistem reaksi konstan = 0.5 J/mol.K, DHr konstan = -15


J/mol. Jika diinginkan konversi A 90%, tentukan suhu keluaran PFR
terakhir, waktu tinggal tiap PFR, dan kalor yang dipertukarkan
disetiap intercooler!
(Jika menggunakan metode trapesium, gunakan DXA = 0.05)
Latihan 2
Diketahui reaksi seri paralel fasa cair:
A + B  C; (-rA) = 0.975exp(-500/T)CACB mol/L.s ; DHr = -100 J/mol
B + C  D; rD = 0.5exp(-600/T)CBCC mol/L.s ; DHr = -50 J/mol

Reaksi ini dijalankan dalam sebuah PFR isotermal pada 400 K dengan
CAo = 10 M dan CBo = 20 M. Untuk mempertahankan kondisi isotermal,
maka PFR diselubungi jaket pendingin dengan air pendingin masukan
jaket sebesar 4 kg/s dan bersuhu 300 K. Jika diinginkan terbentuk
produk C paling maximum, tentukan:
a. Suhu keluaran air pendingin
b. Luas area perpindahan panas jika diketahui koefisien pindah
panas overall 56 W/m2.K dan aliran air pendingin counter-current
terhadap arah aliran sistem reaksi
Latihan 3
• Diketahui reaksi A  R; (-rA) = 10exp(-50/T)Ca (T dalam oC)
dilangsungkan dalam sebuah CSTR yang dilengkapi jaket
pemanas dengan koefisien pindah panas overall 56 W/dm2.oC.
Jaket pemanas bertemperatur 400oC dan aliran masuk reaktan
bertemperatur 50oC. Zat A yang masuk ke reaktor adalah
sebesar 2 L/s dengan CAo = 10 M. Selain zat A, ditambahkan
pula katalis homogen dengan laju 1 L/s dan konsentrasi CK = 1
M (katalis dapat dianggap sebagai inert), serta suhu 50oC.
Volume reaktor 50 L, luas selimut reaktor 1 dm2, entalpi reaksi
standard 80 J/mol, cpA = 2 J/mol.oC, cpR = 2.5 J/mol.oC, cpK = 4
J/mol.oC. Hitung suhu dan konsentrasi R keluaran reaktor!
Latihan 4
• Diketahui reaksi elementer fasa cair (mol/L.s):
2A  R ; (-rA1) = 5 10-4 exp(-500/T)CA2
A  S ; (-rA2) = 2  10-4 exp(-200/T)CA
A  T ; (-rA3) = 8  10-4 exp(-800/T)CA
• cpA = 2 J/mol.K, cpR = 3 J/mol.K, cpS = 1 J/mol.K, cpT = 4 J/mol.K
• Reaksi dilangsungkan dalam reaktor batch isotermal bervolume
2 m3. Di dalam reaktor mula-mula terdapat CAo 8 M. Entalpi
reaksi standard untuk reaksi 1, 2, 3 berturut-turut adalah -80
J/mol, 100 J/mol, dan 20 J/mol. Reaktor dilengkapi dengan jaket,
di mana koefisien pindah panas antara jaket dengan reaktor
adalah 0.2 W/dm2.K dan luas perpindahan panasnya 2 dm2. Jika
diinginkan waktu reaksi 5 menit, hitung suhu jaket supaya
didapat produk R optimum! Berapa nilai CR optimum tersebut?
Latihan 5
• Reaksi:

• Dilangsungkan dalam 2 CSTR setipe yang disusun seri dengan


CAo = 10 dan q = 1L/s. Hitung suhu dan volume reaktor supaya
menghasilkan S paling banyak!

Anda mungkin juga menyukai