Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN

FRAKTUR
DISUSUN OLEH:
FAQIH HALIMI (C22022009)
FRAKTUR

• Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang disebabkan
oleh rudapaksa (trauma atau tenaga fisik). Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang
pada fraktur terbuka yang tidak dapat direposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk
memberikan hasil yang lebih baik maka perlu dilakukan tindakan operasi ORIF (Open
Rreduktion wityh Internal Fixation).
PATOFISIOLOGI

• Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma Baik itu karena
trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur bemper mobil, atau tidak langsung
misalnya: seseorang yang jatuh dengan telapak tangan menyangga. Juga bisa karena
trauma akibat tarikan otot misalnya: patah tulang patela dan olekranon, karena otot trisep
dan bisep mendadak berkontraksi.
• Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Terbuka bila terdapat hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit.
ETIOLOGI

• Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, kontraksi otot ekstrim.
• Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh.
• Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis.
• Penyebab Fraktur adalah :
• Kekerasan langsung; Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur
demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
• Kekerasan tidak langsung: Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat
terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
• Kekerasan akibat tarikan otot: Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa
pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
MANIFESTASI KLINIS

• Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme
otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk
meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
• Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas dapat di
ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat
berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat
melengketnya obat.
• Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.
Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm
PENATALAKSANAAN

• Penatalaksanaan konservatif. Merupakan penatalaksanaan non pembedahan agar immobilisasi pada patah
tulang dapat terpenuhi:
• A.Proteksi (tanpa reduksi atau immobilisasi). Proteksi fraktur terutama untuk mencegah trauma lebih lanjut
dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau tongkat pada anggota gerak bawah.
• B.Imobilisasi degan bidai eksterna (tanpa reduksi). Biasanya menggunakan plaster of paris (gips) atau
dengan bermacam-macam bidai dari plastic atau metal. Metode ini digunakan pada fraktur yang perlu
dipertahankan posisinya dalam proses penyembuhan.
• C.Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna yang menggunakan gips. Reduksi tertutup
yang diartikan manipulasi dilakukan dengan pembiusan umum dan local. Reposisi yang dilakukan melawan
kekuatan terjadinya fraktur.penggunaan gips untuk imobilisasi merupakan alat utama pada teknik ini.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

• 1. Nyeri akut b.d pasca operasi


• 2. Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan di sekitaran fraktur
PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. NYERI AKUT B.D PASCA OPERASI

Kriteria Hasil Intervensi


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 - Kaji nyeri secara komprehensif termasuk
x 24 jam, klien akan menunjukkan: lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
· Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab dan faktor presipitasi
nyeri. - Observasi reaksi nonverbal dari
· Mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi ketidaknyamanan
untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) - Ajarkan tentang teknik non farmakologi,
· Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan tehnik relaksasi
menggunakan manajemen nyeri - Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
· Wajah rileks - Kolaborasikan dengan dokter jika ada
· Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
berkurang - Atur posisi pasien yang nyaman
· Tanda vital dalam rentang normal
2. KERUSAKAN MOBILITAS FISIK B.D CEDERA JARINGAN SEKITAR FRAKTUR

Kriteria Hasil Intervensi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 - Pertahankan tirah baring dalam posisi yang
x 24 jam, klien akan menunjukkan: diprogramkan
· Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling - Tinggikan ekstrimitas yang sakit
tinggi yang mungkin - Instruksikan klien/bantu dalam latihan rentang
· Mempertahankan posisi fungsinal gerak pada ekstrimitas yang sakit dan tak sakit
· Meningkaatkan kekuatan /fungsi yang sakit - Beri penyangga pada ekstrimit yang sakit diatas
· Menunjukkan tehnik mampu melakukan dan dibawah fraktur ketika bergerak
aktivitas - Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam
aktivitas
EVALUASI

DX EVALUASI
1 S: klien mengatakan nyeri berkurang
O: Ekspresi wajah tenang
A: Masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
2 S: Klien mengatakan cukup nyaman pada posisinya
O: keadaan klien membaik
A: Masalah teratasi.
P: intervensi dihentikan
TERIMA KASIHH

Anda mungkin juga menyukai