Anda di halaman 1dari 9

DEMAM BERDARAH DENGUE

(DBD)
Kelompok 5
Nama Anggota:
• 211000208_Fani Ramadhani
• 211000222_Vischa Adinda Febriza Siboro
• 211000230_Devi Kronika Br Hutagaol
• 211000233_Tio Angelina Anju Lumban Gaol
• 211000235_Sofia Stefany Simanungkalit
• 211000238_Dorkas Sinaga
• 211000271_Viola Simanjuntak
• 211000282_ Fazila Aisyah
• 211000297_Aisyah Putri Nabilah Nasution
Definisi dan Gejala DBD
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
Dengue ditularkan kepada manusia melalui
gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes
Albocpictus.
Gejala yang akan muncul ditandai dengan
demam mendadak, sakit kepala, nyeri belakang
bola mata, mual dan menifestasi perdarahan
seperti mimisan atau gusi berdarah serta adanya
kemerahan di bagian permukaan tubuh pada
penderita.
Prevalence dan Incidence Rate DBD
Incidence Rate
• Incidence rate DBD di Indonesia sejak 1 Januari 2022 hingga 31 Desember 2022,
terdapat 125.888 kasus demam berdarah dan 1.082 kematian.
• Incidence rate DBD di global pada tahun 2022, hingga 31 Desember 2022,
dilaporkan 4.110.465 kasus demam berdarah dan 4.099 kematian di dunia

Prevalence Rate
• Prevalensi DBD di Indonesia pada tahun 2019 tercatat 13.683 penderita
• Prevalensi DBD di global pada tahun 2019 menurut WHO tercatat sekitar 5,2 juta
kasus
Karakteristik Virus Dengue
1) Termasuk dalam virus golongan RNA, Genus Falavivirus, dan termasuk dalam family
Flaviviridae
2) Virus dengue memiliki empat serotip (DENV-1, DENV-2, DENV-3 dan DENV-4) dapat
dibedakan dengan metode serologi.
3) Memiliki diameter kurang lebih 50 nm.
4) Virus dengue ditularkan (atau disebarkan) sebagian besar oleh nyamuk Aedes,
khususnya tipe nyamuk Aedes aegypti betina. Nyamuk ini biasanya hidup di bawah
ketinggian 1000 m.
5) Nyamuk yang membawa virus dengue biasanya hidup di dalam dan di sekitar rumah,
berkembang biak di genangan air yang dapat berkumpul di ban mobil bekas.
6) Vektor dari virus ini akan berkembang secara optimum pada temperatur 20–28 derajat
Celcius.
Cara Pencegahan DBD
1. Menggunakan prinsip 3M yaitu Menguras, Menutup dan Mengubur
2. Menguras bak mandi seminggu sekali
3. Memasang kasa dan kelambu nyamuk
4. Tidak menumpuk atau menggantung pakaian terlalu lama
5. Melakukan fogging
6. Merapikan pekarangan atau tanaman liar di sekitar rumah
7. Melakukan vaksin DBD
8. Meningkatkan daya tahan tubuh
Eliminasi DBD
Dengan Metode pengendalian Aedes tanpa insektisida yang sejauh ini berhasil
menurunkan densitas vektor di beberapa negara yaitu penggunaan perangkap
telur (ovitrap).
Tinggi : 91 mm
Diameter : 75 mm
Alat ini pertama kali dikembangkan oleh Fay dan Eliason, Penelitian sebelumnya
juga melaporkan bahwa selain survei jentik, indeks ovitrap dapat menjadi alternatif
teknik yang digunakan dalam pengendalian vektor karena dengan metode ovitrap
dapat dideteksi adanya nyamuk dari tempat perindukan yang tidak terjangkau dari
area di sekitarnya.
Eradikasi DBD
Penyebaran DBD sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim dan kebersihan lingkungan
sehingga telah menjadi ‘langganan’ pada musim hujan di berbagai negara tropis, termasuk
Indonesia.
Upaya Pencegahan dan Pengendalian DBD terdiri dari 3 pilar pendekatan, yaitu:
1. Surveilans Kasus dan Vektornya
2. Manajemen Kasus
3. Pengendalian Vektornya.
Penguatan Pelayanan Kesehatan sangat diperlukan dan tidak kalah pentingnya adalah
keterlibatan masyarakat dalam upaya pemberdayaan masyarakat melalui Gerak 1 Rumah
1 Jumantik.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai