Anda di halaman 1dari 24

PEMINDAHAN TANAH

MEKANIS

Mycelia Paradise, S.T.,M.T.


ALAT ANGKUT
Truck
“Truck” dipakai untuk menangani/mengangkut tanah, “aggregate” (bongkahan-bongkahan), batuan
(rock), bijih (ore), batubara (coal), dan material-material lain. Alat angkut ini dibuat untuk mengangkut
material dengan keuntungan sebagai berikut :
- “Capacity” yang cukup besar
- Kecepatan yang cukup tinggi
- Ongkos angkut rendah
- Memiliki fleksibilitas yang baik “high degree of flexibility”
Hampir semua jenis “truck” membutuhkan kondisi jalan yang “firm” dan “smooth” dengan tanjakan
(grade) yang tidak terlalu curam agar dapat beroperasi dengan baik.
Ada beberapa jenis “truck” dengan ukuran sedemikian rupa sehingga tidak boleh berjalan pada jalan raya
(off highway truck). Biasanya “truck” dengan ukuran demikian digunakan untuk :
- Mengangkut material dengan “tonage” yang besar
- Pada proyek PTM yang besar
- Apabila dinginkan penghematan ongkos angkut.
Macam-macam “truck” dan spesifikasinya

Klasifikasi atau macam-macam “truck” didasarkan pada :


a. Ukuran dan tipe mesinnya : gasoline, diesel, butane, propane
b. Jumlah “gear” yang dimiliki
c. Jumlah roda yang langsung digerakkan oleh mesin (kind of drive) :
“two wheel drive”, “four wheel drive”, “six wheel drive”
d. Jumlah susunan sumbu dan roda penggeraknya : “single-axle dual-wheel”
e. Metode penumpahan muatan : “rear dump”, “side dump”, ”bottom dump truck”
f. Macam material yang diangkut : “earth”, “rock”, “coal”, “ore”
g. Kapasitas “truck” (dinyatakan dalam ton atau cu yd)
h. Sumber tenaga gerak (macam mekanisme) untuk penumpahan muatan pada
“rear/side/bottom dump truck” : hydraulic, cable.
Contoh macam-macam “truck” adalah :
”20 ton single-axle dual wheel rear-dump truck” (Gambar
3.130).

“Truck” jenis ini (Gambar 3.130) mempunyai ukuran


badan (bak) :
- Panjang = 15 ft 3 in
- Lebar = 8 ft 4 in
- Tinggi bak = 3 ft 6 in
- Kapasitas peres “struck capacity” = 14.8 cu yd

Sumber: James W Martin (1982)

GAMBAR 3.130
SINGLE-AXLE DUAL WHEEL REAR-DUMP TRUCK
Apabila “truck” dibeli untuk maksud/keperluan yang
fleksibel, maka yang dibeli adalah jenis yang sedemikian
rupa sesuai dengan macam dan medan kerja (nearly fit
the requirements of the project). “Truck” jenis ini bisa
dipakai untuk mengangkut berbagai macam material.
Bentuk badannya (bak) sedemikian rupa sehingga
material yang diangkut sewaktu di-“dumping” harus bisa
tumpah sendiri dengan mudah.
Misalnya “truck” yang akan dipakai untuk mengangkut
“wet clay” atau material sejenis, maka bentuk baknya
tidak boleh ada sudut-sudut yang tajam. Jika “truck” akan
dipakai untuk mengangkut batuan dari kuari, maka ukuran
bak harus mempunyai kemiringan pada sisinya.
Kapasitas “truck”
Kapasitas “truck” dinyatakan dalam :
i. “Tonage”
ii. “Struck volume” dalam cu yd
“Struck capacity” adalah kapasitas volume “truck”
yang diisikan peres dengan bagian teratas dari bak,
dan tidak ada material yang munjung.
iii. “Heaped volume” dalam cu yd
“Heapedcapacity” adalah kapasitas volume “truck”
yang akan diangkut dengan dimuatkan secara
munjung. Kemunjungannya tergantung pada jenis
material yang dimuatkan.
Misal :
- “Earth” atau “sandy clay” boleh dimuatkan
“Earth” atau “sandy clay” boleh dimuatkan dengan dengan kemunjungan 1:1 (gambar 3.132).
kemunjungan 1:1
Untuk menentukan berapa “heaped capacity” yang dapat dimuatkan
pada “truck”, maka terlebih dahulu harus diketahui :
1. ”Struck capacity” “truck” tersebut
2. Ukuran panjang dan lebar bak “truck”
3. Sudut kemiringan dimana material tetap akan stabil sewaktu “truck
tersebut berjalan.
4. Keadaan jalan lintasnya.
Pada jalan lintas yang lurus, firm dan smooth/rata (tidak rusak),
memungkinkan memperbesar “heaped capacity” dibanding apabila
berjalan pada jalan lintas yang banyak tikungannya dan keadaan jalan
rusak/berlubang-lubang.
Kapasitas berat (weight capacity) akan membatasi volume material
yang akan dimuatkan pada “truck”, khususnya untuk “heavy material”.
Tetapi apabila yang akan diangkut adalah “light material” maka untuk
Dry sand” atau “gravel” tidak boleh dimuatkan dengan memenuhi kapasitas berat yang mampu diangkut bisa dilakukan dengan
kemunjungan lebih dari 3 :1 “heaped capacity”, atau kalau perlu bak “truck” tersebut ditambah dengan
“sideboard”.
Biasanya apabila muatan yang disikan pada “truck” dipenuhi secara
maksimum (masih bisa diangkut), akan menyebabkan :
1. Mempertinggi biaya operasi per jam (hourly cost of operating)
2. Memperbesar konsumsi kebutuhan bahan bakar
3. Memperpendek umur ban
4. Kemungkinan kerusakan onderdil pada “axle”, “gear”,
“brake”, dan “clutches” (kopling) akan lebih sering, sehingga akan
memperbesar biaya perawatan (maintenance costs).
Meskipun demikian, jika nilai tambah (dalam rupiah)
material yang diangkut lebih besar daripada jumlah total
biaya operasi kendaraan (truck) maka adanya “over
loading” (pemuatan yang berlebihan) dibenarkan.
Produksi Truck

Pa = 60 x Kt x Ek
CTa
Keterangan:
Pa = Produksi alat angkut
CTa = Waktu edar alat angkut, menit
Kt = Kapasitas bak (vessel) truk, m3
Ek = Efisiensi kerja, %
Perbandingan “truck” yang berkapasitas kecil dengan “truck” berkapasitas besar
Keuntungannya :
a. ”Truck” dengan kapasitas kecil lebih fleksibel dalam manuver, yang akan sangat
menguntungkan pada jarak angkut yang pendek.
b. Biasanya mempunyai kecepatan yang lebih tinggi.
c.Pengaruh menurunnya produksi yang diangkut oleh armada “truck” ini sangat kecil apabila ada kerusakan
pada salah satu “truck” di jalan.
d. Dengan menggunakan “truck” kapasitas kecil, lebih mudah menyeimbangkan banyaknya “truck”
dengan “out put” dari “excavator”, sehingga akan mengurangi waktu tunggu (time lost) dari “truck” atau
“excavator”.
Kerugiannya :
a. Akan mempersulit alat gali (excavator) untuk memuatkan material pada “truck”.
b. Waktu penempatan (spotting) “truck” untuk dimuati akan banyak yang hilang, karena jumlah “truck”
yang digunakan lebih banyak.
c. Dibutuhkan lebih banyak operator (driver).
d. Karena jumlah “truck” banyak, akan mempercepat rusaknya jalan di sekitar “pit” atau sepanjang
jalan angkut. Selain itu kemungkinan terjadinya tabrakan semakin besar.
e. Investasi alat pada peralatan pengangkutan akan lebih besar karena jumlah “truck” lebih banyak. Selain
itu biaya perawatan, reparasi, dan penyediaan stok suku cadang lebih besar.
Perbandingan “truck” kapasitas besar dengan “truck” kapasitas kecil
Keuntungannya :
a. Jumlah “truck” yang digunakan dalam armada angkut akan lebih kecil, dengan demikian akan
memperkecil investasi total alat pada unit pengangkutan, dan mengurangi biaya perawatan dan reparasi.
b. Dibutuhkan operator (driver) yang lebih sedikit.
c.Karena jumlah “truck” sedikit maka akan memudahkan untuk mensinkronkan dengan “excavating
equipment”, selain itu resiko tabrakan akan semakin kecil khususnya pada “long haul”.
d. ”Truck” kapasitas besar akan memperbesar target pemuatan “excavator”.
e. ”Truck” ukuran besar memperkecil frekuensi “spotting”.
f. Biasanya mesin menggunakan bahan bakar yang lebih sedikit.
Kerugiannya :
a. Waktu yang dibutuhkan oleh “excavator” untuk memuatkan material pada “truck” ini lebih lama
(khususnya untuk “small excavator”).
b. Memperbesar ongkos pemeliharaan jalan angkut, sebab pemuatan yang besar dan berat akan lebih cepat
merusakkan jalan angkut.
c.Lebih sukar dalam penyeimbangan antara jumlah “truck” dengan “out put” dari “excavator”.
d. Suku cadang mungkin lebih sukar didapatkan di pasaran.
e. Akan lebih sulit membawa “truck” ini ke jalan raya karena harus ada ijin dari instansi terkait
(DLLAJR).
Pada penentuan ukuran “truck” yang akan dipakai untuk melayani “excavator”, maka digunakan pedoman
dengan memilih “truck” dengan kapasitas 4 – 5 kali kapasitas “bucket” atau “dipper” dari alat galinya.
Akan dilakukan kombinasi (sinkronisasi) antara “shovel” dengan “truck”. Material yang akan
digali/diangkut adalah jenis “good common earth”. “Power shovel” yang akan dipakai mempunyai
ukuran “dipper” ¾ cu yd, “angle swing”-nya 90o, “shovel” tersebut mempunyai “cycle time” 21
detik. Jika “dipper” dan “truck” bekerja dengan “heaped capacity”, maka karena “swelling effect”
dari tanah akan berubah menjadi “struck capacity”, yang dinyatakan dalam “cu yd bank measure”.
Untuk pekerjaan pelayanan “power shovel” tersebut dipersilahkan memilih “truck” dengan
ukuran dan harga sebagai berikut :
a. “Truck” 3 cu yd, $ 3,000.-
b. “Truck” 6 cu yd, $ 5,000.-
c. “Truck” 15 cu yd, $ 10,000 (ukuran “truck” mendasarkan “struck capacity”).
Dianggap bahwa waktu untuk “travel cycle” dari ketiga macam “truck” tersebut sama (“travel
cycle” disini tidak termasuk waktu untuk “loading”).
Catatan : Jika waktu untuk “travel cycle” setiap jenis “truck” tidak sama, maka harus dihitung dulu
“travel cycle” setiap “truck”. Waktu yang diperlukan untuk “travel cycle” adalah 6 menit
(termasuk “traveling to the dump”, “dumping”, dan kembali ke “shovel”).
Pertanyaannya :
Pilihlah “truck” dengan kapasitas berapa dan berapa jumlahnya harus dibeli untuk melayani ¾
cu yd “power shovel” (berikan alasan-alasannya).
Penyelesaian :
a. Untuk “truck” 3 cu yd
Banyaknya “dipper” dari “power shovel” untuk memuatkan isinya pada “truck” adalah :
= 3 cu yd : ¾ cu yd/”dipper”
= 4 “dipper”
“Cycle time” dari “power shovel” adalah 21 detik, maka waktu yang diperlukan “shovel” untuk mengisi penuh “truck” adalah = 4 x 21 = 84
detik
= 84 detik : 60 detik/menit
= 1.4 menit.
“Travel cycle” “truck” adalah 6 menit, maka “minimum round-trip cycle truck” adalah :
= 6 menit+ 1.4 menit = 7.4 menit
Jumlah “truck” yang diperlukan untuk melayani ¾ cu yd “shovel” adalah :
= 7.4 menit : 1.4 menit/”truck”
= 5.3 “truck”, misal dipilih 6 “truck
Waktu yang diperlukan untuk memuati 1 “truck” adalah 1.4 menit, maka apabila ada 6 “truck” dibutuhkan waktu = 6 “truck” x 1.4 menit/”truck”
= 8.4 menit
“Round-trip cycle truck” adalah 7.4 menit, berarti kehilangan waktu (lost time) untuk setiap “truck” adalah = 8.4 menit – 7.4 menit = 1
menit
“Operating factor truck” = (7.4 : 8.4) x 100 %
= 88 %

“Lost time” setiap “truck” = 1/8.4 x 100 %


= 12 %
“Operating factor shovel” = 100 %
“Operating factor” merupakan faktor pengukur apakah suatu alat PTM bekerja secara terus menerus atau tidak. Apabila nilai
“operating factor” suatu alat PTM 100 %, maka alat PTM tersebut bekerja terus menerus selama waktu kerjanya.
b. Untuk “truck” 6 cu yd
Banyaknya “dipper” dari “power shovel” untuk
memuatkan isinya pada “truck” adalah :
= 6 cu yd : ¾ cu yd/”dipper”
= 8 “dipper”.
“Cycle time” dari “power shovel” adalah 21 detik, maka
waktu yang diperlukan “shovel” untuk mengisi penuh
“truck” adalah = 8 x 21 = 168 detik
= 168 detik : 60 detik/menit
= 2.8 menit
“Travel cycle” “truck” adalah 6 menit, maka “minimum
round-trip cycle truck” adalah :
= 6 menit+ 2.8 menit = 8.8
menit

Jumlah “truck” yang diperlukan untuk melayani ¾ cu yd


“shovel” adalah :
= 8.8 menit : 2.8 menit/”truck” = 3.15 “truck”.
Dalam hal demikian, maka akan lebih menguntungkan
apabila dipilih atau dipakai 3 “truck saja dan membiarkan
“power shovel” menunggu kedatangan “truck”
Waktu yang diperlukan untuk memuati 1 “truck” adalah
2.8 menit, maka apabila ada 3 “truck” dibutuhkan waktu
= 3 “truck” x 2.8 menit/”truck” = 8.4 menit.
“Round-trip cycle truck” adalah 8.8 menit, berarti kehilangan waktu (lost time) untuk setiap “truck”
adalah :
= 8.8 menit – 8.4 menit
= 0.4 menit (untuk memuati setiap 3 “truck”).
Jadi “lost time shovel” adalah 0.4 menit.
“Lost time shovel” = (0.4 : 8.8) x 100 %
= 4.5 %
“Operating factor shovel” = (8.4 : 8.8) x 100 %
= 95.5 %
“Operating factor truck” = (8.8 : 8.8) x 100 %
= 100 %
Apabila “truck” 6 cu yd yang dipakai tidak 3 buah melainkan 4 buah, maka waktu yang dibutuhkan oleh
“shovel” untuk memuati 4 buah “truck” adalah :
= 4 “truck” x 2.8 menit/”truck” = 11.2 menit.
(waktu yang dibutuhkan oleh “shovel” untuk mengisi penuh satu “truck” adalah 2.8 menit)
Waktu “round-trip cycle” untuk satu “truck” adalah 8.8 menit, maka “lost time” untuk setiap satu “truck”
adalah : = 11.2 – 8.8 = 2.4 menit.
Sehingga :
“Lost time truck” = (2.4 : 11.2) x 100 %
= 21.4 %
“Operating factor truck” = (8.8 : 11.2) x 100 %
= 78.6 %
“Operating factor shovel” = 100 %
Untuk “truck 15 cu yd
Banyaknya “dipper” dari “power shovel” untuk memuatkan isinya pada “truck” adalah :
= 15 cu yd : ¾ cu yd/”dipper”
= 20 “dipper”.
“Cycle time” dari “power shovel” adalah 21 detik, maka waktu yang diperlukan
“shovel” untuk mengisi penuh “truck” adalah := 20 x 21 = 420 detik
= 420 detik : 60 detik/menit
= 7 menit.
“Travel cycle” “truck” adalah 6 menit, maka “minimum round-trip cycle truck” adalah :
= 6 menit+ 7 menit = 13 menit.
Jumlah “truck” yang diperlukan untuk melayani ¾ cu yd “shovel” adalah :
= 13 menit : 7 menit/”truck” = 1.85 “truck”  2 “truck”.
Waktu yang diperlukan untuk memuati 1 “truck” adalah 1.4 menit, maka apabila ada 2
“truck” dibutuhkan waktu :
= 2 “truck” x 7 menit/”truck” = 14 menit.
(Ini merupakan waktu yang diperlukan “power shovel” untuk memuati 2 “truck
tersebut).
“Operating factor truck” = (13 : 14) x 100 %
= 93 %.
“Lost time” setiap “truck” = 1/14 x 100 % = 7 %.
“Operating factor shovel” = 100 %.
1. Apabila dipakai “truck” 3 cu yd, akan
didapatkan “operating factor truck” 88 %, operating
factor shovel” 100 %, dan dibutuhkan 6 buah “truck”.
2. Apabila dipakai “truck” 6 cu yd, dengan jumlah
3 buah “truck”, maka akan diperoleh “operating factor
truck” 100 %, dan “operating factor shovel” 95%.
3. Apabila dipakai “truck” 6 cu yd, dengan jumlah
4 buah “truck”, maka akan diperoleh “operating factor
truck” 78.6 %, dan “operating factor shovel” 100%.
4. Apabila dipakai “truck” 15 cu yd, maka akan
diperoleh “operating factor truck” 93 %, “operating
factor shovel” 100 %, dan dibutuhkan 2 buah “truck”.
Kalau harga “truck” adalah :
a. “Truck” 3 cu yd, $ 3,000.-
b. “Truck” 6 cu yd, $ 5,000.-
c. “Truck” 15 cu yd, $ 10,000.-
Maka mendasarkan “operating factor truck”, akan dipilih “truck” dengan kapasitas 3 cu yd, untuk
ini dibeli 6 “truck” dengan investasi 6 x $ 3,000 = $ 18,000.
Apabila dipakai “truck” kapasitas 6 cu yd dengan jumlah 3 “truck” memang “operating factor truck”
tersebut 100 %, dan investasi untuk pembelian “truck” lebih murah ( 3 x $ 5,000 =
$ 15,000), tetapi karena pada “truck” tersebut tidak ada waktu nganggur (operating factor truck
100%), sehingga kemungkinan kerusakan lebih besar, dan biaya perawatan relatif lebih besar.
Apabila dipilih 4 buah “truck” 6 cu yd, maka “operating factor truck” tersebut 78.6 %, investasi
pembelian “truck” 4 x $ 5,000 = $ 20,000.
Apabila dipilih 2 buah “truck” 15 cu yd, maka “operating factor truck” tersebut 93 %, investasi
pembelian “truck” 2 x $ 10.000 = $ 20,000.
Dalam hal ini berdasarkan perhitungan di atas, sebaiknya dipakai atau dipilih “truck” dengan
ukuran 6 cu yd sebanyak 4 buah, dengan alasan :
1. Penanaman modalnya tidak terlalu besar dengan mempertimbangkan biaya perawatan
yang relatif kecil.
2. Biaya perawatan yang relatif kecil ini disebabkan pemakaian “truck” yang tidak terus
menerus (operating factor 78.6 %).
3. Suku cadangnya (spare parts) mudah didapatkan di pasaran (dibandingkan dengan
“truck” 15 cu yd).
2. “Belt Conveyor”
Belt Conveyor adalah alat angkut (transportation equipment) yang bisa dipakai untuk jarak pendek (kurang
dari 500 feet), sehingga biasa disebut “belt loader” atau “belt dumper”, namun bisa juga dipakai untuk jarak
angkut yang jauh (lebih dari 1,500 meter). Bahkan, sekarang sudah ada “belt conveyor” sebagai
“transportation equipment” untuk jarak jauh yang melebihi 20 mile (30 km). Biasanya “belt conveyor” dipilih,
apabila tonase material yang akan diangkut per satuan waktu adalah besar (banyak).

2.1. Macam-macam “belt conveyor” dan spesifikasinya


“Belt conveyor” yang dipergunakan untuk mengangkut/memindahkan material yang sangat dekat dan bisa
dipindah-pindahkan, disebut “PORTABLE CONVEYOR”. “Portable conveyor” memiliki panjang antara 33
feet sampai dengan 60 feet, dengan lebar “belt” 18 in, 24 in dan ada yang berukuran 30 in.

“Belt conveyor jenis “portable” ini dilihat dari tipe “mounting”-nya ada 6 macam, yaitu :
1. ”Portable conveyor” tipe “mast truck mounting with power hoist”
2. ”Portable conveyor” tipe “v truck mounting with hydraulic hoist”
3. ”Portable conveyor” tipe “horizontal four caster”
4. ”Portable conveyor” tipe “horizontal 4 wheel or caster adjustable discharge height”
5. ”Portable conveyor” tipe “rigid axle 4 wheel for shuttle instalation”
6. ”Portable conveyor” tipe “two wheel mounting”.
Material-material yang bisa diangkut dengan “belt
conveyor” adalah : tanah (earth), pasir, kerikil (gravel),
“crushed stone”, bongkah-bongkah bijih hasil
penambangan, semen dan adonan beton (concrete).
“Belt conveyor” merupakan alat angkut jenis menerus
(continuous) dalam mengangkut material dengan
kecepatan angkut yang cukup tinggi, sehingga “belt
conveyor” memiliki kapasitas (kemampuan) angkut yang
besar pula.
Kadang-kadang, “belt conveyor” didesain tidak untuk
mengangkut dengan tujuan untuk memperoleh kapasitas
yang besar, tetapi didesain untuk dapat memberi umpan
(feeding) yang kontinyu. “Belt conveyor” yang demikian
disebut “feeder belt conveyor” (atau cukup disebut
feeder), yang sangat diperlukan pada kegiatan kerja
“processing plant”.
Ada juga “belt conveyor” yang dipergunakan untuk
memindahkan “loose” material yang dekat (33 feet sampai
dengan 60 feet) namun tidak “portable”, alat ini disebut
“STATIONARY MOUNTING BELT CONVEYOR

GAMBAR 3.160
STATIONARY MOUNTING BELT CONVEYOR
LORI GANTUNG (CABLE WAY)
Lori Gantung (Cable Way)adalah “flexible cable” dimana
diatasnya merupakan tempat menggantung/berjalan suatu
“cage carriage”. Tegangan maximum dari kabel terjadi
pada penyangga (support) pada saat “carriage” berada di
tengah-tengah rentangan kabel (lihat gambar 3.161)

GAMBAR 3.161
LORI GANTUNG (CABLE WAY)
Terima kasih

24

Anda mungkin juga menyukai