Penyelesaian Sengketa Dan Pembuktian 2021
Penyelesaian Sengketa Dan Pembuktian 2021
DAN
PEMBUKTIAN
CHAPTER III
By. Nurti Widayati, SH., MH.
SENGKETA
• Menurut Maxwell J. Fulton menyatakan bahwa pengertian sengketa
adalah pertentangan atau konflik, dimana konflik berarti adanya
oposisi atau pertentangan antara orang-orang, kelompok-kelompok,
atau organisasi-organisasi terhadap satu objek permasalahan.
• Menuruti Winardi, pertentangan atau konfilk yang terjadi antara
individu-individu atau kelompok-kelompok yang mempunyai
hubungan atau kepentingan yang sama atau suatu objek
kepemilikan, yang menimbulkan akibat hukum antara satu dengan
yang lain
• Sengketa muncul dikarenakan berbagai alasan dan masalah yang
melatar belakangi, terutama karena adanya conflict of interest
diantara para pihak
BEBERAPA SENGKETA BISNIS
• Sengketa perniagaan
• Sengketa perbankan
• Sengketa Keuangan
• Sengketa Penanaman Modal
• Sengkeya Haki
• Sengkeya Konsumen
• Senhketa perburuhan
• Sengketa perusahaan
• Sengketa property
PENYEBAB TIMBULNYA SENGKETA
BISNIS DALAM KONTRAK KOMERSIAL
• Ketidakpahaman terhadap proses bisnis yang dilakukan,
kondisi ini muncul ketika Pelaku Bisnis terjebak pada
orientasi keuntungan dan gambling tanpa memprediksi
kemungkinan resiko yang akn menimpa
• Ketidakmampuan mengenali patner atau mitra bisnis,
dimana Pelaku Bisnis tidak meneliti lebih lanjut track
record dan bonafiditas dari lawan bisnisnya
• Tidak adanya egal cover yang melandasi proses bisnisnya
CARA PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS :
DARI SUDUT PANDANG PEMBUAT KEPUTUSAN
• Arbitrase belum dikenal secara luas, baik oleh masyarakat awam, maupun
masyarakat bisnis, bahkan oleh masyarakat akademis sendiri.
• Masyarakat belum menaruh kepercayaan yang memadai, sehingga enggan
memasukkan perkaranya kepada lembaga-lembaga Arbitrase. Hal ini dapat dilihat
dari sedikitnya perkara yang diajukan dan diselesaikan melalui lembaga-lembaga
Arbitrase yang ada.
• Lembaga Arbitrase dan ADR tidak mempunyai daya paksa atau kewenangan
melakukan eksekusi putusannya.
• Kurangnya kepatuhan para pihak terhadap hasil-hasil penyelesaian yang dicapai
dalam Arbitrase, sehingga mereka seringkali mengingkari dengan berbagai cara, baik
dengan teknik mengulur-ulur waktu, perlawanan, gugatan pembatalan dan
sebagainya.
• Kurangnya para pihak memegang etika bisnis. Sebagai suatu mekanisme extra
judicial, Arbitrase hanya dapat bertumpu di atas etika bisnis, seperti kejujuran dan
kewajaran.
JENIS ARBITRASE
I. ARBITRASE AD HOC ATAU VOLUNTEER
• Merupakan Arbitrase yang dibentuk secara khusus untuk menyelesaikan
perselisihan tertentu,
• Arbitrase ini bersifat insidental,
• Apabila sengketa telah diputus maka keberadaan dan fungsi Arbitrase ad hod akan
lenyap dan berakhir dengan sendirinya
II. ARBITRASE INSTITUSIONAL
• Merupakan lembaga Arbitrase permanen,
• Disebut juga Permanent Arbital body,
• Pembentukan lembaga ini bertujuan untuk menyelsaikan yang timbul bagi mereka
yang menghendahi penyelesaian sengketa diluar pengadilan,
• Arbitrase Institusional di Indonesia adalah BANI dan Barsyarnas
PEMBUKTIAN
• Alat bukti adalah segala sesuatu yang menurut undang-undang
dapat digunakan untuk membuktikan sesuatu.
• Bukti adalah sesuatu untuk meyakinkan akan kebenaran suatu dalil/
pendirian dan sesuatu itu harus sesuai Undang-undang.
• Pembuktian adalah usaha yang disampaikan pada hakim berkenaan
dengan suatu perkara yang bertujuan agar hakim dapat memakainya
untuk menentukan keputusan.
• Siapa saja yang menyatakan punya hak/ menyebutkan sesuatu yang
berbeda dari yang dikemukakan pihak lawan, maka dia harus
membuktikan adanya hal/ peristiwa tersebut.
• Dalam pemeriksaan di depan hakim hanyalah hal-hal yang dibantah
saja oleh pihak lawan yang harus dibuktikan.
HAL YANG HARUS DIBUKTIKAN
• Yang harus dibuktikan hanya hal-hal yang disangkal/ dibantah oleh
pihak lawan.
• Yang tidak perlu dibuktikan :
1. Hal-hal yang sudah diakui kebenarannya
2.Hal-hal yang sudah diketahui masyarakat umum
3.Hal-hal yang kebetulan sudah diketahui hakim.
MENURUT UNDANG-UNDANG
TERDAPAT 5 (LIMA) ALAT BUKTI
1. Bukti Tulisan/Surat
2. Bukti Kesaksian
3. Bukti Persangkaan
4. Bukti Pengakuan
5. Sumpah
I. BUKTI TULISAN ATAU SURAT
I.Akte = tulisan/ surat yang ditandatangani dan sengaja dibuat untuk
dijadikan bukti.
Akte terdiri dari
1. Akte resmi/authentik
• Authentik= tulisan/ surat yang dibentuk dalam format tertentu di
hadapan pejabat resmi yang berwenang membuatnya (notaris,
camat, bupati, catatan sipil).
• Oleh karena itu hakim harus mempercayai akta tersebut.
• Akte resmi mempunyai suatu kekuatan pembuktian yang
sempurna artinya “Apabila suatu pihak mengajukan suatu akte
resmi, hakim harus menerimanya dan menganggapnya apa yang
ditulis dalam akte sungguh2 terjadi, sehingga hakim tidak boleh
memerintahkan penambahan bukti lagi”
(Lanjut)BUKTI TULISAN ATAU SURAT
I. 2. Akte di bawah tangan
•dibuat oleh pihak yang berkepentingan/ bersangkutan tanpa
perantara pejabat resmi
•Contoh : perjanjian jual-beli, perjanjian sewa menyewa dll.
•Jika pihak yang menandatangani surat perjanjian mengakui isi dari
perjanjian tersebut, maka akte dibawah tangan mempunyai kekuatan
pembuktian yang sama dengan akte resmi.
II. Surat Lain
•Artinya tulisan yang bukan akte, seperti : surat, faktur, cacatan yang
dibuat oleh suatu pihak dll.
•Kekuatan hukum berbagai tulisan tersebut diserahkan pada
pertimbangan hakim, artinya hakim leluasa untuk mempercayai atau
tidak mempercayai kebenarannya
II. BUKTI KESAKSIAN
• Kesaksian merupakan cara pembuktian yang terpenting dalam
suatu perkara yang sedang diperiksa di depan hakim.
• Kesaksian : harus mengenai peristiwa yang dilihat dengan mata
kepala sendiri atau yang dialami sendiri oleh seorang saksi.
• Kesaksian bukan merupakan alat pembuktian yang sempurna dan
mengikat hakim, tetapi terserah hakim untuk menerima atau tidak,
artinya : hakim leluasa untuk mempercayai atau tidak keterangan
saksi.
• Sistem unus testis & nullus testis Artinya keterangan seorang
bukan kesaksian.
• Berarti di dalam suatu perkara harus ada saksi lebih dari satu orang
supaya dapat menjadi saksi.
• Jika hanya ada satu orang, maka hakim harus mencari bukti yang
lain.
UNDANG-UNDANG MENETAPKAN BAHWA
KETERANGAN SATU ORANG SAKSI TIDAK
CUKUP
• Hakim tidak boleh mendasarkan putusan tentang
kalah menangnya suatu pihak atas dasar
keterangan satu orang saksi saja.
• Jadi kesimpulannya :
Kesaksian itu selalu harus ditambah dengan suatu
alat pembuktian lain.
III. BUKTI PERSANGKAAN
• Adalah kesimpulan yang diambil dari suatu peristiwa yang sudah terang dan nyata.
• Persangkaan diklasifikasikan menjadi :
1. Persangkaan yang ditetapkan UU
• Pada hakekatnya merupakan suatu pembebasan dari kewajiban membuktikan
sesuatu hal untuk keuntungan salah satu pihak yang berperkara.
• Contoh : Adanya 3 (tiga) kwitansi pembayaran sewa rumah yang berturut-turut,
menurut UU menimbulkan suatu persangkaan, bahwa uang sewa untuk waktu
sebelumnya juga telah dibayar.
2. Persangkaan yang ditetapkan hakim
• Terdapat dalam pemeriksaan suatu perkara dimana untuk pembuktian suatu
peristiwa tidak bisa didapatkan saksi-saksi yang dengan mata kepala sendiri telah
melihat peristiwa itu.
• Contoh :
Dalam perkara dimana seorang suami mendakwa isterinya berbuat zina dengan
seorang lelaki lain.
IV. PENGAKUAN