Anda di halaman 1dari 33

PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS

DAN
PEMBUKTIAN
CHAPTER III
By. Nurti Widayati, SH., MH.
SENGKETA
• Menurut Maxwell J. Fulton menyatakan bahwa pengertian sengketa
adalah pertentangan atau konflik, dimana konflik berarti adanya
oposisi atau pertentangan antara orang-orang, kelompok-kelompok,
atau organisasi-organisasi terhadap satu objek permasalahan.
• Menuruti Winardi, pertentangan atau konfilk yang terjadi antara
individu-individu atau kelompok-kelompok yang mempunyai
hubungan atau kepentingan yang sama atau suatu objek
kepemilikan, yang menimbulkan akibat hukum antara satu dengan
yang lain
• Sengketa muncul dikarenakan berbagai alasan dan masalah yang
melatar belakangi, terutama karena adanya conflict of interest
diantara para pihak
BEBERAPA SENGKETA BISNIS

• Sengketa perniagaan
• Sengketa perbankan
• Sengketa Keuangan
• Sengketa Penanaman Modal
• Sengkeya Haki
• Sengkeya Konsumen
• Senhketa perburuhan
• Sengketa perusahaan
• Sengketa property
PENYEBAB TIMBULNYA SENGKETA
BISNIS DALAM KONTRAK KOMERSIAL
• Ketidakpahaman terhadap proses bisnis yang dilakukan,
kondisi ini muncul ketika Pelaku Bisnis terjebak pada
orientasi keuntungan dan gambling tanpa memprediksi
kemungkinan resiko yang akn menimpa
• Ketidakmampuan mengenali patner atau mitra bisnis,
dimana Pelaku Bisnis tidak meneliti lebih lanjut track
record dan bonafiditas dari lawan bisnisnya
• Tidak adanya egal cover yang melandasi proses bisnisnya
CARA PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS :
DARI SUDUT PANDANG PEMBUAT KEPUTUSAN

1. Adjudikatif, mekanisme penyelesaian yang ditandai dimana


kewenangan pengambilan keputusan dilakukan oleh Pihak Ketiga
dalam sengketa diantara para pihak
2. Konsesual/Kompromi, cara penyelesaian sengketa secara
kooperatif/kompromi untuk mencapai penyelesaian yang bersifat
win-win solution.
3. Quasi Adjudikatif merupakan kombinasi antara unsur konsensual
dan adjudikatif
CARA PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS :
DARI SUDUT PANDANG PROSESNYA
UU NO. 30/1999 TENTANG ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA
• LITIGASI
1.PENGADILAN UMUM
2.PENGADILAN NIAGA
• NONLITIGASI
1.NEGOSIASI (NEGOTIATION)
2.MEDIASI (MEDIATION)
3.KONSILIASI (CONCILIATION)
4.KONSULTASI
5.PENILAIAN AHLI
6.ARBITRASE
ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA (APS) ADALAH
SEPERANGKAT PENGALAMAN DAN TEKNIK HUKUM YANG
BERTUJUAN
• Menyelesaikan sengketa hukum di luar
pengadilan untuk keuntungan para pihak yang
bersengketa
• Mengurangi biaya litigasi konvensional dan
pengunduran waktu yang biasa terjadi
• Mencegah terjadinya sengketa hukum yang
biasanya diajukan ke pengadilan
PROSES LITIGASI
PENGADILAN UMUM PENGADILAN NIAGA
• Pengadilan Negeri berwenang • Adalah yg berada dilingkungan PU yg
memeriksa sengketa bisnis. mempunyai kompentensi memeriksa
• Karateristiknya : dan memutuskan Permohonan Pailit
1.Prosesna sangat formal dan PKPU,
2.Keputusan dibuat oleh Hakim • Karateristiknya:
3.Para pihak tidak terlibat dalam 1. Prosesna sangat formal
pembuatan keputusan 2.Keputusan dibuat oleh Hakim
4.Sifat keputusan mengikat dan 3.Para pihak tidak terlibat dalam
memaksa pembuatan keputusan
5.Mencari pihak yang salah 4.Sifat keputusan mengikat dan
6.Persidangan bersifat terbuka memaksa
5.Mencari pihak yang salah
6.Persidangan bersifat terbuka
7.Waktu singkat
PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS MELALU
LEMBAGA PERADILAN KURANG EFEKTIF

• Penyelesaian perkara yang lambat,


• Biaya mahal
• Peradilan tidak responsive terhadap kepentingan umum
• Putusan pengadilan tidak menyelesaikan masalah
• Kemampuan hakim bersifat generalis
• Putusan pengadilan seringkali dijatuhkan tidak disertai
dengan pertimbangan yang cukup rasional
NEGOSIASI
• Merupakan komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai
kesepakatan antara dua belah pihak,
• Juga merupakan sarana bagi para pihak untuk mendiskusikan
penyelesaiannya tanpa melibatkan pihak ketiga dan sarana alternatif
penyelesaian sengketa yang bersifat informal.
• Negosiasi adalah sebuah bentuk interaksi sosial saat pihak – pihak yang
terlibat berusaha untuk saling menyelesaikan tujuan yang berbeda dan
bertentangan.
• Melalui negosiasi para pihak dapat melakukan proses penjajakan kembali
akan hak dan kewajiban para pihak dengan suatu situasi yang saling
menguntungkan (win-win solution) dengan memberikan kelonggaran
atas hak tertentu berdasarkan asas timbal balik
• Para pihak disebut Negosiator
KEUNTUNGAN NEGOSIASI
• Para pihak memiliki kebebasan untuk menentukan penyelesaian
sesuai dengan kesepakatan diantara mereka,
• Para pihak mengawasi dan memantau secara langsung prosedur
penyelesaiannya
• Dapat menghindari perhatian publik,
• Para pihak mencari penyelesaian yang bersifat win-win solution,
sehingga dapat diterima dan memuaskan kedua belah pihak.
MEDIASI

• Merupakan proses penyelesaian sengketa melalui proses


perundingan atau mufakat dengan bantuan pihak ketiga
(Mediator) yang tidak mempunyai kewenangan untuk
membuat keputusan atau memkasakan sebuah
penyelesaian.
• Ciri-ciri Mediator : netral, membantu para pihak, tidak
memutuskan atau memaksakan penyelesaian,
• Mediator bertugas membantu para pihak yang bersengketa
untuk mencari penyelesaian;
• tujuan mediasi untuk mencapai atau menghasilkan
kesepakatan yang dapat diterima pihak-pihak yang
bersengketa guna mengakhiri sengketa.
KONSILIASI
• Lembaga penyelesian sengketa dengan maksud mempertemukan
keinginan pihak yang berselisih untuk mencapai persetujuan dan
penyelesaian,
• Konsiliator mempunyai hak dan kewenangan untuk
menyampaikan pendapat secara terbuka dan tidak memihak
kepada yang bersengketa,
• Konsiliator tidak berhak untuk membuat keputusan dalam
sengketa untuk dan atas nama para pihak, sehingga keputusan
akhir merupakan proses konsiliasi yang dituangkan dalam bentuk
kesepakatan
KONSULTASI
• Suatu tindak yang bersifat personal antara pihak tertentu
(Klien) dengan pihak lain yang merupakan pihak Konsultan,
dimana pihak Konsultan memberikan pendapat kepada Klien
sesuai dengan kebutuhan,
• Konsultan adalah pribadi atau seorang professional yang
secara langsung memberikan bantuan pemecahan masalah
terhadap Klein,
• Klien adalah pribadi atau organisasi tertentu yang mempunyai
masalah
PENILAI AHLI
• Suatu upaya mempertemukan pihak yang berselisih dengan cara
menilai pokok sengketa yang dilakukan oleh seorang atau
beberapa orang ahli dibidang terkait dengan pokok sengketa
untuk mencapai kesepakatan,
• Penilaian ahli berupa keterangan tertulis yang merupakan hasil
telaahan ilmiah berdasarkan keahlian yang dimiliki untuk membuat
terang pokok sengketa yang sedang dalam proses,
• Penilaian ahli diperoleh dari seorang atau tim ahli yang diilih secara
ad hoc
ARBITRASE
• Merupakan penyelesaian suatu sengketa perdata di luar pengadilan
umum yang berdasarkan perjanjian arbitrase yang dibuat secara
tertulis oleh para pihak yang bersengketa.
• Hanya sengketa di bidang perdagangan dan mengenai hak yang
menurut hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasai penuh
oleh pihak yang bersengketa.
• Putusan Arbitrase bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum dan
mengikat para pihak, sehingga Ketua pengadilan tidak diperkenankan
memeriksa alasan atau pertimbangan dari putusan Arbitrase nasionl
tersebut,
• Artinya bahwa putusan Arbitrase tidak dapat diajukan banding, kasasi
atau peninjauan kembali,
• Putusan diucapkan dalam waktu paling lama 30 hari sejak tanggal
diucapkan dan putusan tersebut wajib didaftarkan ke Pengadilan
Negeri,
KELEBIHAN LEMBAGA ARBITRASE
• Dijamin kerahasiaan sengketa para pihak
• Dapat dihindari kelambatan yang diakibatkan karena prosedural dan
administratif;
• Para pihak dapat memilih arbiter yang menurut keyakinannya
mempunyai pengetahuan, pengalaman serta latar belakang yang
cukup mengenai masalah yang disengketakan, jujur dan adil;
• Para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk menyelesaikan
masalahnya serta proses dan tempat penyelenggaraan arbitrase;
• Putusan arbitrase merupakan putusan yang mengikat para pihak dan
dengan melalui tata cara (prosedur) yang sederhana saja ataupun
langsung dapat dilaksanakan.
KELEMAHAN LEMBAGA ARBITRASE

• Arbitrase belum dikenal secara luas, baik oleh masyarakat awam, maupun
masyarakat bisnis, bahkan oleh masyarakat akademis sendiri.
• Masyarakat belum menaruh kepercayaan yang memadai, sehingga enggan
memasukkan perkaranya kepada lembaga-lembaga Arbitrase. Hal ini dapat dilihat
dari sedikitnya perkara yang diajukan dan diselesaikan melalui lembaga-lembaga
Arbitrase yang ada.
• Lembaga Arbitrase dan ADR tidak mempunyai daya paksa atau kewenangan
melakukan eksekusi putusannya.
• Kurangnya kepatuhan para pihak terhadap hasil-hasil penyelesaian yang dicapai
dalam Arbitrase, sehingga mereka seringkali mengingkari dengan berbagai cara, baik
dengan teknik mengulur-ulur waktu, perlawanan, gugatan pembatalan dan
sebagainya.
• Kurangnya para pihak memegang etika bisnis. Sebagai suatu mekanisme extra
judicial, Arbitrase hanya dapat bertumpu di atas etika bisnis, seperti kejujuran dan
kewajaran.
JENIS ARBITRASE
I. ARBITRASE AD HOC ATAU VOLUNTEER
• Merupakan Arbitrase yang dibentuk secara khusus untuk menyelesaikan
perselisihan tertentu,
• Arbitrase ini bersifat insidental,
• Apabila sengketa telah diputus maka keberadaan dan fungsi Arbitrase ad hod akan
lenyap dan berakhir dengan sendirinya
II. ARBITRASE INSTITUSIONAL
• Merupakan lembaga Arbitrase permanen,
• Disebut juga Permanent Arbital body,
• Pembentukan lembaga ini bertujuan untuk menyelsaikan yang timbul bagi mereka
yang menghendahi penyelesaian sengketa diluar pengadilan,
• Arbitrase Institusional di Indonesia adalah BANI dan Barsyarnas
PEMBUKTIAN
• Alat bukti adalah segala sesuatu yang menurut undang-undang
dapat digunakan untuk membuktikan sesuatu.
• Bukti adalah sesuatu untuk meyakinkan akan kebenaran suatu dalil/
pendirian dan sesuatu itu harus sesuai Undang-undang.
• Pembuktian adalah usaha yang disampaikan pada hakim berkenaan
dengan suatu perkara yang bertujuan agar hakim dapat memakainya
untuk menentukan keputusan.
• Siapa saja yang menyatakan punya hak/ menyebutkan sesuatu yang
berbeda dari yang dikemukakan pihak lawan, maka dia harus
membuktikan adanya hal/ peristiwa tersebut.
• Dalam pemeriksaan di depan hakim hanyalah hal-hal yang dibantah
saja oleh pihak lawan yang harus dibuktikan.
HAL YANG HARUS DIBUKTIKAN
• Yang harus dibuktikan hanya hal-hal yang disangkal/ dibantah oleh
pihak lawan.
• Yang tidak perlu dibuktikan :
1. Hal-hal yang sudah diakui kebenarannya
2.Hal-hal yang sudah diketahui masyarakat umum
3.Hal-hal yang kebetulan sudah diketahui hakim.
MENURUT UNDANG-UNDANG
TERDAPAT 5 (LIMA) ALAT BUKTI
1. Bukti Tulisan/Surat
2. Bukti Kesaksian
3. Bukti Persangkaan
4. Bukti Pengakuan
5. Sumpah
I. BUKTI TULISAN ATAU SURAT
I.Akte = tulisan/ surat yang ditandatangani dan sengaja dibuat untuk
dijadikan bukti.
Akte terdiri dari
1. Akte resmi/authentik
• Authentik= tulisan/ surat yang dibentuk dalam format tertentu di
hadapan pejabat resmi yang berwenang membuatnya (notaris,
camat, bupati, catatan sipil).
• Oleh karena itu hakim harus mempercayai akta tersebut.
• Akte resmi mempunyai suatu kekuatan pembuktian yang
sempurna artinya “Apabila suatu pihak mengajukan suatu akte
resmi, hakim harus menerimanya dan menganggapnya apa yang
ditulis dalam akte sungguh2 terjadi, sehingga hakim tidak boleh
memerintahkan penambahan bukti lagi”
(Lanjut)BUKTI TULISAN ATAU SURAT
I. 2. Akte di bawah tangan
•dibuat oleh pihak yang berkepentingan/ bersangkutan tanpa
perantara pejabat resmi
•Contoh : perjanjian jual-beli, perjanjian sewa menyewa dll.
•Jika pihak yang menandatangani surat perjanjian mengakui isi dari
perjanjian tersebut, maka akte dibawah tangan mempunyai kekuatan
pembuktian yang sama dengan akte resmi.
II. Surat Lain
•Artinya tulisan yang bukan akte, seperti : surat, faktur, cacatan yang
dibuat oleh suatu pihak dll.
•Kekuatan hukum berbagai tulisan tersebut diserahkan pada
pertimbangan hakim, artinya hakim leluasa untuk mempercayai atau
tidak mempercayai kebenarannya
II. BUKTI KESAKSIAN
• Kesaksian merupakan cara pembuktian yang terpenting dalam
suatu perkara yang sedang diperiksa di depan hakim.
• Kesaksian : harus mengenai peristiwa yang dilihat dengan mata
kepala sendiri atau yang dialami sendiri oleh seorang saksi.
• Kesaksian bukan merupakan alat pembuktian yang sempurna dan
mengikat hakim, tetapi terserah hakim untuk menerima atau tidak,
artinya : hakim leluasa untuk mempercayai atau tidak keterangan
saksi.
• Sistem unus testis & nullus testis Artinya keterangan seorang
bukan kesaksian.
• Berarti di dalam suatu perkara harus ada saksi lebih dari satu orang
supaya dapat menjadi saksi.
• Jika hanya ada satu orang, maka hakim harus mencari bukti yang
lain.
UNDANG-UNDANG MENETAPKAN BAHWA
KETERANGAN SATU ORANG SAKSI TIDAK
CUKUP
• Hakim tidak boleh mendasarkan putusan tentang
kalah menangnya suatu pihak atas dasar
keterangan satu orang saksi saja.
• Jadi kesimpulannya :
Kesaksian itu selalu harus ditambah dengan suatu
alat pembuktian lain.
III. BUKTI PERSANGKAAN
• Adalah kesimpulan yang diambil dari suatu peristiwa yang sudah terang dan nyata.
• Persangkaan diklasifikasikan menjadi :
1. Persangkaan yang ditetapkan UU
• Pada hakekatnya merupakan suatu pembebasan dari kewajiban membuktikan
sesuatu hal untuk keuntungan salah satu pihak yang berperkara.
• Contoh : Adanya 3 (tiga) kwitansi pembayaran sewa rumah yang berturut-turut,
menurut UU menimbulkan suatu persangkaan, bahwa uang sewa untuk waktu
sebelumnya juga telah dibayar.
2. Persangkaan yang ditetapkan hakim
• Terdapat dalam pemeriksaan suatu perkara dimana untuk pembuktian suatu
peristiwa tidak bisa didapatkan saksi-saksi yang dengan mata kepala sendiri telah
melihat peristiwa itu.
• Contoh :
Dalam perkara dimana seorang suami mendakwa isterinya berbuat zina dengan
seorang lelaki lain.
IV. PENGAKUAN

• Pengakuan yang dilakukan di depan hakim


merupakan suatu pembuktian yang sempurna,
artinya hakim terpaksa untuk menerima dan
menganggap, suatu peristiwa yang telah diakui
memang benar-benar telah terjadi.
• Pernyataan suatu pihak mengenai peristiwa-
dimuka hakim – diluar persidangan (saat
diinterogasi)
V. SUMPAH
• Pernyataan dengan segala keluhuran untuk memberikan keterangan dengan
kesaksian Tuhan dan sanggup menerima hukuman dari Tuhan.
• Menurut professor Ali Afendi : pernyataan yang khitmad bahwa Tuhan adalah yang
Maha Tahu dan bahwa Tuhan akan menghukum setiap dusta pada waktu orang
bersaksi. Merupakan alat bukti yang paling rendah.
• JENIS SUMPAH :
1. DESCESOIR ATAU SUMPAH PEMUTUS/ PENENTU Adalah sumpah yang diperintahkan
oleh salah satu pihak yang berperkara kepada pihak lawannya dengan maksud
mengakhiri perkara yang sedang diperiksa hakim.
Sumpah atas permintaan salah satu pihak yang berperkara untuk memutus suatu perkara.
Jika kekurangan bukti-bukti bisa oleh penggugat dan tergugat diucapkan oleh yang
menang.
2. SUPLATOIR ATAU SUMPAH TAMBAHAN
Adalah suatu sumpah yang diperintahkan oleh hakim pada salah satu pihak, apabila hakim
berpendapat bahwa di dalam pemeriksaan dipandang kurang memuaskan untuk
menjatuhkan putusan.
DALUWARSA/LEWAT
WAKTU/VERJAARING
• Menurut pasal 1946 daluwarsa adalah suatu upaya untuk
memeperoleh suatu hak atau untuk membebaskan dari
suatu kewajiban dalam suatu perikatan karena suatu
waktu tertentu yang ditentukan UU.
• Tujuan Daluwarsa adalah :
1.Untuk melindungi kepentingan masyarakat.
2.Untuk melindungi si berutang dengan jalan
mengamankannya terhadap tututan yang sudah kuno.
• Jenis Verjaaring :
1.AQUISITIEVE VERJAARING
2.EXTINTIEVE VERJAARING
VERJAARING
AQUISITIEVE VERJAARING EXTINTIEVE VERJAARING

• Verjaaring untuk memperoleh • Verjaaring untuk menghapuskan


suatu hak. suatu kewajiban.
• Contoh : B menguasai tanah • Contoh : A mempunyai utang
bukan miliknya. UU kepada B. Selama 30 th B tidak
menentukan, setelah 30 tahun pernah menegur A. Maka setelah
jika tidak ada keberatan dari 30 th A dibebaskan dari utang.
pihak lain, ia dapat meminta
pengadilan untuk menjadikan
tanah tersebut menjadi
miliknya. Ketentuan ini tidak
berlaku bila ada keberatan
sekali saja.
PERBEDAAN DALUWARSA DENGAN
PELEPASAN HAK
• Verjaaring digunakan untuk melindungi orang
yang berkepentingan/ berutang dengan jalan
mengamankannya dari tuntutan hukum yang
sudah lama.
• Pelepasan hak : Hilangnya suatu hak bukan
karena verjaaring tapi karena sikap yang
bersangkutan yang menunjukkan dia tidak akan
menggunakan haknya kembali.

Anda mungkin juga menyukai