Ramalan Penjualan
Ramalan penjualan umumnya dimulai dengan
meninjau penjualan selama lima atau sepuluh tahun
yang lalu, yang dinyatakan dalam grafik.
Ramalan Penjualan (Sales forecasting)
Adalah prakiraan atas penjualan, baik dalam jumlah
unit maupun dalam nilai uang, untuk periode tertentu
di masa mendatang, pada umumnya hal itu didasarkan
pada trend penjualan terakhir dan prospek
perekonomian negara, wilayah,industri bersangkutan
dan sebagainya.
Laporan Keuangan Pro Forma
Proyeksi laporan keuangan yang memperlihatkan
bagaimana suatu laporan nantinya apabila sejumlah
asumsi tertentu terjadi.
Metode Persentase Penjualan
Adalah suatu metode peramalan kebutuhan keuangan
dengan menghitung berbagai pos neraca sebagai
persentase tersebut dengan penjualan yang diharapkan
pada masa mendatang sehingga neraca pro forma dapat
disusun.
Dana Spontan
Makin banyak uang tunai yang akan diperlukan untuk
transaksi; piutang akan makin besar, tambahan
persediaan harus disiapkan.
Dana Spontan akan dibutuhkan dari sumber-sumber
seperti utang usaha dan pos- pos akrual yang
bertambah secara otomatis akan memperbesar jumlah
utang usaha.
Telecomp Corporation
Laporan Keuangan Tahun 1989
I Neraca 31 Desember
Kas $ 10 Utang Usaha $ 40
Piutang $ 85 Wesel Bayar $ 10
Persediaan $ 100 Utang upah $ 25
dan pajak
Total Aktiva lancar $ 195 Total $ 75
kewajiban
Lancar
Aktiva Tetap Bersih $ 150 Obligasi $ 72
Total Aktiva $ 345 Saham Biasa $ 150
II Ikhtisar Rugi Laba Laba yang $ 48
ditahan
Penjualan $ 500 Total $ 345
Kewajiban dan
Ekuitas
Laba Bersih $ 20
Pembayaran Deviden $ 8
Neraca Pro Forma
per 31 Desember 1990
Marjin labanya atas penjualan adalah 4%, dan 40 %
dari laba bersih dibayarkan sebagai deviden kepada
pemegang saham. Jika penjualan naik menjadi $ 750
juta pada tahun 1990, bagaimana neraca tahun 1990?
Neraca Pro Forma
per 31 Desember 1990
Langkah 1:
Pos-pos neraca yang bervariasi secara langsung
dengan penjualan , kita bagi dengan penjualan untuk
memperoleh prosentasenya terhadap penjualan 1990.
Pos-pos seperti wesel bayar, obligasi, saham yang
tidak berubah secara otomatis ditandai dengan n.a =
not applicable
Langkah 2
Mengalikan persentase ini dengan proyeksi penjualan
1990 sebesar $750 juta untuk menghitung proyeksi
jumlah-jumlah neraca per 31 Desember 1990
Langkah 3
Untuk wesel bayar, obligasi dan saham biasa diambil
dari angka-angka dari neraca per 31 Desember 1989.
Langkah 4
Estimasi kenaikan laba yang ditahan untuk tahun 1990
ditambahkan ke angka neraca per 31 desember 1989
utk memperoleh proyeksi laba ditahan per 31
desember 1990.
Langkah 4
Perkiraan laba sebesar 4% dari penjualan 1990 sebesar
$ 750 juta = $ 30 juta dan 40 % diantaranya akan
dibayarkan sebgai deviden kepada pemegang saham
Langkah 5
Setelah menjumlahkan perkiraan aktiva kita
memperoleh proyeksi total aktiva sebesar $ 518 juta
untuk tahun 1990. Untuk total kewajiban dan
kekayaan bersih kita akan memperoleh proyeksi $ 396
juta. Karena kewajiban dan Ekuitas harus sama dengan
total aktva maka terdapat kekurangan sebesar $ 122
juta = additional Funds needed)
Pos –pos Neraca
Per 31-12-1989 prosentase dari penjualan
Kas 2,0 % $ 15
Piutang 17,0 % $ 128
Persediaan 20,0 % $ 150
Total Aktiva Lancar 39,0 % $ 293
Aktiva tetap bersih 30,0% $ 225
Total Aktiva 69,0 % $ 518
Utang Usaha 8,0 % $ 60
Wesel bayar n.a 10
Utang Upah dan pajak 5,0 % 38
Total Kewajiban Lancar n.A 108
Obligasi n.a 72
Saham Biasa n.a 150
Laba yang ditahan n.A 66
Dana yang tersedia 396
AFN
AFN = Kenaikan aktiva yang diperlukan
Dikurangi
Kenaikan Kewajiban secara Spontan
Dikurangi
Kenaikan laba yang ditahan
Pemenuhan Kebutuhan Dana
Pemenuhan kebutuhan Dana dapat menggunakan
kredit jangka pendek(wesel bayar), obligasi/utang
jangka panjang, saham biasa atau kombinasi sekuritas-
sekuritas.
Langkah 6:
Kasus diatas terdapat pembatasan bahwa perusahaan
tersebut telah mengadakan perjanjian dengan para
pemegang obligasinya untuk menjaga agar total hutang
tidak melampui 50% dari total aktiva dan juga untuk
mempertahankan agar rasio lancar tidak kurang dari
2,5.
Sumber Kebutuhan Dana
1. Pembatasan tambahan Utang
Utang maksimum yang diperbolehkan = 0,5 x total
aktiva
= 0,5 x $518 juta = $259 juta
Dikurangi aktiva yang telah diproyeksikan per 31
desember 1990.
Kewajiban lancar = $ 108 juta
Obligasi = $ 72 juta = 180 juta
Tambahan Utang maksimum = 259 – 180 =$ 79 juta
Sumber Kebutuhan Dana
Kewajiban lancar maksimum = Proyeksi aktiva
lancar / 2,5
= $ 293 juta / 2,5 =$ 117 juta
Dikurangi kewajiban lancar yang telah diproyeksikan
$108 juta = $ 9 juta.
Sumber Kebutuhan Dana
Ekuitas saham biasa yang dibutuhkan ;
Total tambahan dana yang diperbolehkan $ 122 juta
Tambahan Utang maksimum 79 juta
Dana saham biasa yang diperlukan $ 43
juta
Rumus AFN
Kenaikan Dana - (Knaikan - Kenaikan - (Kenaikan Laba
yang diperlukan Aktiva yang kewajiban secara yang ditahan)
= diperlukan) spontan
AFN = (A*/S) S - ( L*/ S) S MS ( 1-d )
122 0,69 (250) - 0,13 (250) 0,04 (750) (0,6)
Rumus AFN
A*/S = kenaikan aktiva terhadap penjualan
L*/S = Persentase kenaikan kewajiban secara spontan
terhadap kenaikan penjualan
S = total penjualan yang depan
S = Perubahan penjualan
M = marjin laba
d = persentase laba yang dibagikan sebagai deviden
( devidend payout ratio).
Arus kas dari Operasi
Laba bersih 30
(Penambahan sumber kas)
Kenaikan utang usaha 20
Kenaikan utang akrual 13
Pengurangan (penggunaan kas)
Kenaikan piutang usaha (43)
Kenaikan persediaan (50)
Total arus kas dari operasi ( 30)
Arus kas yang terkait dengan investasi jangka Panjang
Kenaikan aktiva tetap (75)
Arus kas dari Operasi
Arus kas Dari Kegiatan Pembiayaan
Kenaikan Wesel bayar 9
Hasil penjualan Obligasi 70
Hasil Penjualan saham biasa 43
Pembagian Deviden (12)
Arus kas dari kegiatan Pembiayaan 110
Kenaikan kas bersih 5