Anda di halaman 1dari 74

PENYUSUNAN

PERATURAN DI DESA
Curah Pendapat
APA YANG SAUDARA KETAHUI
TENTANG JENIS – JENIS PERATURAN
DI DESA...?
JENIS PERATURAN DIDESA
1. Peraturan Desa
2. Peraturan Kepala Desa
3. Peraturan bersama Kepala Desa
Pengertian
PERATURAN DESA?
adalah Peraturan Perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan
disepakati bersama BPD.
Berkedudukan sebagai hukum tertinggi di Desa.
Mempunyai kekuatan hukum yang mengikat warga serta pihak-
pihak lain yang mempunyai kepentingan di Desa.
Berisi materi pelaksanaan kewenangan desa dan penjabaran lebih
lanjut dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi
Pengertian
PERATURAN KEPALA DESA?
adalah Peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Desa
dan bersifat mengatur.
Berkedudukan sebagai hukum setingkat di bawah Peraturan Desa
dan Peraturan Bersama Kepala Desa.
Berisi materi pelaksanaan peraturan desa, peraturan bersama
kepala desa dan tindak lanjut dari peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi.
PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA
• Peraturan bersama Kepala Desa
merupakan peraturan yang ditetapkan
oleh Kepala Desa dari 2 (dua) Desa atau
lebih yang melakukan kerja sama antar-
Desa.
• Peraturan bersama Kepala Desa merupakan
perpaduan kepentingan Desa masing-masing dalam
kerja sama antar-Desa.
KEPUTUSAN KEPALA DESA
Selain mengeluarkan produk hukum yang bersifat
pengaturan, Kepala Desa juga dapat menetapkan
keputusan kepala desa, yaitu penetapan yang
bersifat konkrit, individual, dan final.

Materinya berupa penjabaran pelaksanaan Peraturan di desa,


peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan dalam
rangka pelaksanaan kewenangan desa yang bersifat
penetapan.
LANDASAN HUKUM

Undang-Undang No. 6 Th. 2014 tentang DESA

Peraturan Pemerintah No. 43 Th. 2014 tentang


Peraturan Pelaksanaan UU No. 6 Th. 2014 ttg DESA

Undang-Undang No. 12 Th. 2011 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Permendagri No. 111 Th. 2014 tentang PEDOMAN


TEKNIS PERATURAN DI DESA
ASAS-ASAS PEMBENTUKAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN PADA UMUMNYA

 HIERARKHI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

 LEX SPECIALIS DEROGAT LEX GENERALIS (PERATURAN


KHUSUS MENGESAMPINGKAN PERATURAN BERSIFAT UMUM)

 PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TIDAK DAPAT


DIGANGU GUGAT

 PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TIDAK BERLAKU


SURUT

 LEX POSTERIORI DEROGAT PRIORI (PERATURAN YG BARU


MENGESAMPINGKAN YG LAMA)
HIERARKHI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
BERDASARKAN UU No. 12 Th. 2011

PANCASILA

UUD’45

TAP MPR

UNDANG-UNDANG
/ PERPU

PER. PEMERINTAH

PERATURAN PRESIDEN

PERATURAN DAERAH PROV.

PERDA KAB. / KOTA


JENIS PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN
SELAIN YG DI SEBUT PASAL 7 AYAT (1) UU No12 tahun
• Peraturan yang ditetapkan oleh 2011
• Peraturan yang ditetapkan oleh badan,
Majelis Permusyawaratan Rakyat, lembaga, atau komisi yang setingkat yang
• Peraturan yang ditetapkan oleh dibentuk dengan Undang-Undang atau
Dewan Perwakilan Daerah, . Pemerintah atas perintah Undang-Undang,
• Peraturan yang ditetapkan oleh • Peraturan yang ditetapkan oleh Dewan
Mahkamah Agung,
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi,
• Peraturan yang ditetapkan oleh
• Peraturan yang ditetapkan oleh Gubernur,
Mahkamah Konstitusi,
• Peraturan yang ditetapkan oleh • Peraturan yang ditetapkan oleh Dewan
Badan Pemeriksa Keuangan, Perwakilan Rakyat Daerah
• Peraturan yang ditetapkan oleh Kabupaten/Kota,
Komisi Yudisial, • Peraturan yang ditetapkan oleh
• Peraturan yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota,
Bank Indonesia, • Peraturan yang ditetapkan oleh Kepala
• Peraturan yang ditetapkan oleh Desa atau yang setingkat.
Menteri,
Pasal 8 UU No. 12 tahun 2011
PERANAN BPD DLM PENYUSUNAN
PERATURAN DESA

 MEMBAHAS & MENYEPAKATI RANCANGAN PERATURAN


DESA BERSAMA KEPALA DESA

 MENAMPUNG & MENYALURKAN ASPIRASI MASYARAKAT


DESA

 MELAKUKAN PENGAWASAN KINERJA KEPALA DESA


ASAS-ASAS PEMBENTUKAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG No. 12 Th. 2011

 KEJELASAN TUJUAN

 LEMBAGA/PEJABAT PEMBENTUK YG TEPAT

 KESESUAIAN ANTARA JENIS, HIERARKHI & MATERI


MUATAN

 DAPAT DILAKSANAKAN

 DAYAGUNA/EFISIEN & HASILGUNA/EFEKTIF

 KEJELASAN RUMUSAN

 KETERBUKAAN

KEWENANGAN BUPATI/WALIKOTA DLM EVALUASI DAN


KLARIFIKASI PERATURAN DESA DAN PERATURAN KEPALA DESA

a. memberikan pedoman pelaksanaan penugasan urusan


Kabupaten/Kota yang dilaksanakan oleh Desa;

b. memberikan pedoman penyusunan Peraturan Desa dan


Peraturan Kepala Desa;

c. memberikan pedoman penyusunan perencanaan


pembangunan partisipatif;

d. melakukan fasilitasi penyelenggaraan Pemerintahan Desa;

e. melakukan evaluasi dan pengawasan Peraturan


Desa;
Peraturan Desa tidak boleh bertentangan dengan
peraturan yang lebih tinggi dan tidak boleh merugikan
kepentingan umum, yaitu:
 Terganggunya kerukunan antarwarga masyarakat
 Terganggunya akses terhadap pelayanan publik
 Terganggunya ketenteraman dan ketertiban umum
 Terganggunya kegiatan ekonomi untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa
 Diskriminasi terhadap suku, agama dan kepercayaan,
ras, antargolongan, serta gender.
LANDASAN PENYUSUNAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
 Landasan filosofis adalah landasan yang berkaitan
dengan pandangan hidup, kesadaran, cita hukum
serta falsafah bangsa.
 Landasan sosiologis adalah landasan bahwa
peraturan yang dibentuk untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat

 Landasan Yuridis adalah yang menjadi dasar


peraturan yang dibentuk untuk mengatasi
permasalahan hukum atau kekosongan hukum.

PEMBENTUKAN PERATURAN DESA (PERDES)

PEMBENTUKAN PERATURAN DESA ADALAH PEMBUATAN PERATURAN


PERUNDANG-UNDANGAN DESA YANG MENCAKUP TAHAPAN:

1 PERENCANAAN

2 PENYUSUNAN

3 PEMBAHASAN PEMBENTUKAN
PERATURAN DESA

4 PENETAPAN

5 PENGUNDANGAN

6 PENYEBARLUASAN
TAHAP
PERENCANAAN
PENYUSUNAN OLEH
PENYUSUNAN OLEH KONSOLIDASI MASYARAKAT BPD & LEMBAGA
KEPALA DESA DESA DAN/ATAU CAMAT KEMASYARAKATAN
LAINNYA

PEMBAHASAN KECUALI UNTUK:


1. R. Perdes RPJMDes
DISAMPAIKAN KEPADA 2. R. Perdes RKPDes
BUPATI/WALIKOTA MELALUI 3. R. Perdes APBDes
PROSES PENYUSUNAN CAMAT 4. R. Perdes LPJ realisasi
RANCANGAN pelaksanaan APB Desa
BUPATI/WALIKOTA
PERATURAN DESA MENYAMPAIKAN HASIL
TENTANG APB DESA, EVALUASI
PUNGUTAN, TATA
RUANG, DAN PERBAIKAN
ORGANISASI
PEMERINTAH DESA
PENETAPAN

PERUNDANGAN

PENYEBARLUASAN
PROSES PENYUSUNAN PERATURAN DI DESA

TAHAP
PERENCANAAN
PENYUSUNAN OLEH
PENYUSUNAN OLEH KONSOLIDASI MASYARAKAT BPD & LEMBAGA
KEPALA DESA DESA DAN/ATAU CAMAT KEMASYARAKATAN
LAINNYA

PEMBAHASAN KECUALI UNTUK:


1. R. Perdes RPJMDes
2. R. Perdes RKPDes
3. R. Perdes APBDes
PENETAPAN 4. R. Perdes LPJ realisasi
pelaksanaan APB Desa

PENGUNDANGAN
SESUAI DENGAN
BERTENTANGAN
KEPENTINGAN
DENGAN
UMUM & KEPENTINGAN UMUM
PERATURAN YG KLARIFIKASI
& PERATURAN YG
LEBIH TINGGI LEBIH TINGGI

SURAT
PEMBATALAN
KLARIFIKASI DENGAN KEPUTUSAN
BUPATI/WALI KOTA
PENYEBARLUA
SAN
PROSES PENYUSUNAN PERATURAN
BERSAMA KEPALA DESA
TAHAP PERENCANAAN OLEH 2
KADES/LEBIH SETELAH
MENDAPAT REKOMENDASI
MUSDES

MENYUSUN RANCANGAN
OLEH KADES PEMRAKARSA

KONSULTASI CAMAT &


MASYARAKAT MASING-
MASING

PEMBAHASAN OLEH PARA


KADES

PENETAPAN

PERUNDANGAN
DALAM BERITA DESA OLEH
SEKDES MASING-MASING

PENYEBARLUASAN
TATA NASKAH PERATURAN DI
DESA
KERANGKA
PERATURAN DI DESA

A. Penamaan/Judul
B. Pembukaan
C. Batang Tubuh
D. Penutup
E. Lampiran (jika diperlukan)
PENAMAAN/JUDUL
Memuat keterangan jenis, nomor, tahun
pengundangan/penetapan, dan nama PUU
Ditulis seluruhnya dengan huruf kapital yang diletakkan
ditengah margin tanpa diakhiri tanda baca
Nama PUU dibuat secara singkat dan mencerminkan isi
CONTOH
1.Jenis Peraturan Desa

KEPALA DESA NATARMAS KECAMATAN NATAR


KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

PERATURAN DESA NATARMAS


NOMOR 3 TAHUN 2015
TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA TAHUN.......
CONTOH
3. Jenis Peraturan Kepala Desa

KABUPATEN....KECAMATAN.....
DESA.....................................

PERATURAN KEPALA DESA NATARMAS


NOMOR 2 TAHUN 2015
TENTANG
IURAN PEMBUATAN JEMBATAN DESA
CONTOH
2. Jenis Peraturan Bersama Kepala Desa

KABUPATEN..........KECAMATAN.......
PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA ……….
DAN KEPALA DESA...........
NOMOR….. TAHUN.......
NOMOR...... TAHUN......

TENTANG
……………………………
CONTOH
4. Jenis Keputusan Kepala Desa

KABUPATEN.....KECAMATAN...
DESA.......................

KEPUTUSAN KEPALA DESA ……….


NOMOR 3 TAHUN 2015
TENTANG
TIM PENYUSUN RPJM DESA
PEMBUKAAN PADA PERDES
1. Frase: Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
2. Jabatan Pembentuk Peraturan Desa
3. Konsiderans
- Menimbang
4. Dasar Hukum
- Mengingat
5. Frase: Dengan Kesepakatan Bersama Badan
Permusawaratan Desa dan Kepala Desa
6. Memutuskan dan
7. Menetapkan.
PEMBUKAAN PADA BERSAMA
KEPALA DESA
1. Frase: Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
2. Jabatan Pembentuk Peraturan Bersama Kepala Desa
3. Konsiderans
- Menimbang
4. Dasar Hukum
- Mengingat
6. Memutuskan dan
7. Menetapkan.
PEMBUKAAN PADA PERATURAN KEPALA
DESA

1. Frase: Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa


2. Jabatan Pembentuk Peraturan Kepala Desa
3. Konsiderans
- Menimbang
4. Dasar Hukum
- Mengingat
5. Memutuskan dan
6. Menetapkan.
PEMBUKAAN PADA KEPUTUSAN KEPALA
DESA

1. Jabatan Pembentuk Peraturan Kepala Desa


2. Konsiderans
- Menimbang
3. Dasar Hukum
- Mengingat
- Memperhatikan (Jika diperlukan)
4. Memutuskan dan
5. Menetapkan.
PERTIBANGAN/MENIMBANG
Secara umum Perdes harus mempertimbangkan unsur filosofis,
yuridis,dan sosiologis
Konsideran “menimbang” Memuat pertimbangan uraian fakta
empiris & fakta normatif secara singkat sbg pokok pikiran
mengenai latar belakang dan alasan pembuatan pert per-uu-an
Tiap pokok pikiran diawali dengan huruf abjad, dan dirumuskan
dalam satu kalimat yang diawali dengan kata bahwa dan diakhiri
dengan tanda baca titik koma
MENGINGAT /DASAR HUKUM
Memuat dasar kewenangan pembuatan Peraturan Per-uu-an dan
peraturan yang memerintahkan untuk dibentuk peraturant yang
bersangkutan
Hanya peraturan per-uu-an yang tingkatnya sama atau lebih
tinggi
Dasar Hukum Perdes dilengkapi dengan pencantuman LD dan
TLD yang diletakkan diantara tanda baca kurung
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA .......................,

Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal .... Peraturan Daerah Kabupaten ........ Nomor ...
Tahun ...... tentang ..................., Kepala Desa menetapkan rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa);
b. bahwa Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDesa) sebagaimana dimaksud pada huruf a, telah dibahas dan disepakati bersama Badan
Permusyawaratan Desa;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b perlu
menetapkan Rancangan Peraturan Desa ................. tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa menjadi
Peraturan Desa .............. tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Desa Tahun Anggaran .........

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara tahun
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495)
2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang
Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 213,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 168,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5558);
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor .............. Tahun ........ tentang Pengelolaan
Keuangan Desa;
5. Peraturan Daerah Kabupaten .......... Nomor .............. Tahun ........ tentang .............
(Lembaran daerah Kabupaten .................. Tahun ............ Nomor ..... );
6. Dst...
Dengan Kesepakatan Bersama
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...................
DAN
KEPALA DESA..................

MEMUTUSKAN

Menetapkan : RANCANGAN PERATURAN DESA ................ TENTANG ANGGARAN


PENDAPATAN DAN BELANJA DESA TAHUN ANGGARAN ....................
LANJUTAN

Menimbang : a. bahwa…………………. ;
b. bahwa …………………..;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaks dalam huruf a dan huruf b
perlu menetapkan Perdes tentang .....
LANJUTAN

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan


ketentuan Pasal… dan Pasal
Peraturan Daerah Nomor….
Tahun… tentang ….. perlu menetapkan
Peraturan Desa tentang ......................
LANJUTAN

Mengingat :1. ………………. ;


2. Perda Nomor …..Tahun
…… tentang …………..
(Lembaran Daerah Lebak
Tahun …… Nomor ….., Tambahan
Lembaran Daerah Lebak Nomor ….);
DIKTUM
a. Kata Memutuskan
b. Kata Menetapkan
c. Nama Pert. Per-uu-an
Catatan
Khusus utk Perdes sebelum kata Memutuskan dicantumkan
frasa “Dengan Kesepakatan Bersama”
Kata Memutuskan ditulis dengan huruf kapital tanpa spasi
diantara suku kata dan diakhiri dengan tanda baca titik dua
serta diletakkan ditengah margin
CONTOH
Dengan Kesepakatan Bersama
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ……..
dan
KEPALA DESA ………

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DESA TENTANG
……………………………….
…………..
LANJUTAN

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: KEPUTUSAN KEPALA DESA TENTANG…


KESATU : membentuk panitia/Lam
KEDUA : tugas patia
KETIGA : tanggungjawab
KEEMPAT: panitia bertugas s.d
KELIMA : penggunaan anggaran dari
KEENAM : mulai berlaku
Catatan
Nama judul Peraturant. Per-uu-an
dicantumkan setelah kata menetapkan dan
didahului dengan pencantuman jenis Pert.
Per-uu-an tanpa frase Desa/ nama desa,
serta ditulis seluruhnya dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda baca
titik
CONTOH
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN KEPALA DESA
TENTANG
……………………………….…………..
LANJUTAN

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: KEPUTUSAN KEPALA DESA TENTANG…


KESATU : membentuk panitia/Lam
KEDUA : tugas patia
KETIGA : tanggungjawab
KEEMPAT: panitia bertugas s.d
KELIMA : penggunaan anggaran dari
KEENAM : mulai berlaku
BATANG TUBUH

1. Ketentuan Umum
2. Materi Pokok yang Diatur
- Ketentuan Pidana (jika diperlukan)
- Ketentuan Peralihan (Jika diperlukan)
3. Ketentuan Penutup
PERUMUSAN KETENTUAN UMUM

1.Kata untuk menjelaskan digunakan kata


“adalah” bukan “ialah”, “yaitu” atau
“yakni”
2. Perumusan dalam BAB Ketentuan Umum selain definisi
atau batasan pengertian (bisanya ditempatkan dalam Pasal
1) dapat berupa rumusan pernyataan (statement) atau
rumusan norma (dalam Pasal 2 dst)
KETENTUAN UMUM
Frase pembuka dalam KU berbunyi:
Dalam PUU ini yang dimaksud dengan :
1. ………
2. ……. dst
Memuat batasan pengertian atau definisi, singkatan atau akronim
yang digunakan secara berulang dalam peraturan, dan hal yang
bersifat umum yang berlaku bagi materi muatan
Memuat Pjls umum yang mencerminkan asas, maksud & tujuan
LANJUTAN
masing-masing uraian diberi nomor urut dengan angka Arab
(1,2,3 dst) dan diawali dengan huruf kapital serta diakhiri dengan
tada baca titik

berfungsi untuk menjelaskan makna suatu kata atau istilah &


tidak perlu diberi penjelasan, sehingga harus dirumuskan
sedemikian rupa supaya tidak menimbulkan pengertian ganda
PENGELOMPOKAN MATERI
Jika mempunyai materi yang ruang lingkupnya luas dan
mempunyai banyak pasal dapat dikelompokkan menjadi: Bab,
Bagian, dan Paragraf
Dalam pengelompokkan substansi sedapat mungkin menghindari
adanya Bab “Ketentuan Lain”, diupayakan masuk dalam Bab
yang ada atau Bab tersendiri
PASAL/AYAT DGN TABULASI
Hrs dpt dibaca sbg satu rangkaian kesatuan dgn frase
pembuka
Diawali dengan hrf kecil dan diberi tanda baca titik
Setiap frase dlm rincian diawali dgn hrf kecil dan diakhiri
dengan tanda baca titik koma
Jika suatu rincian dibagi ke dlm unsur yang lebih kecil,
maka unsur tsb ditulis masuk ke dlm
Dibelakang rincian yang masih mempunyai rincian lebih
lanjut diberi tanda baca titik dua
Pembagian rincian dengan urutan makin kecil ditulis
dengan abjad kecil yang diikuti dengan tada baca titik;
angka Arab diikuti dengan tanda baca titik; abjad kecil
dengan tada baca kurung tutup, angka Arab dengan tanda
baca kurung tutup
Diupayakan tidak melebihi empat tingkat
Contoh
(1) ………….
(2)………….:
a. …….;
b. …….; (dan, atau, dan/atau)
c. …….:
1. ……..;
2. ……..; (dan, atau, dan/atau)
3. ……..:
a) ……..;
b) ………; (dan, atau, dan/atau)
c) ………:
1) ……….;
2) ……….; (dan, atau, dan/atau)
3) ………..
KETENTUAN PENUTUP

Penunjukan organ atau alat


perlengkapan yang melaksanakan
PUU
Nama singkat
Status PUU yang sudah ada
Saat mulai berlaku PUU
Contoh
Pada saat PPU ini mulai berlaku, PUU ttg.... dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

Pada saat PUU ini mulai berlaku, semua Pert per-uu-an


yang merupakan peraturan pelaksanaan dari PUU
dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalan PUU ini

PUU ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan


PENUTUP

Rumusan perintah pengundangan dan


penempatan PUU dlm BD
Penandatanganan pengesahan atau
penetapan PUU
Pengundangan PUU
Akhir bagian penutup
RUMUSAN
PENGUNDANGAN/PENGUMUMAN

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan PUU ini dengan menempatkan dalam Lembaran
Desa ……

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengumuman PUU ini dengan menempatkan dalam Berita
Desa.......
PENANDATANGANAN
Tempat dan tanggal pengesahan atau
penetapan
Nama jabatan
Tanda tangan pejabat
Nama lengkap pejabat yang
menandatangani, tanpa gelar dan pangkat
Contoh

Ditempatkan sebelah kanan


Ditetapkan di ……..
pada tanggal ………
KEPALA DESA
……………………,
tdt
(nama tanpa gelar)
PENGUNDANGAN/PENGUMUMAN

Ditempatkan sebelah kiri

Diundangkan di ………..
pada tanggal ……….
SEKTRETARIS DESA ……..
tdt
(......nama......)
LEMBARAN DESA........TAHUN……NOMOR….
(kalau perdes)
PENGUNDANGAN/PENGUMUMAN

Ditempatkan sebelah kiri

Diundangkan di ………..
pada tanggal ……….
SEKTRETARIS DESA ……..
tdt
(......nama......)
BERITA DESA........ TAHUN……NOMOR….
(kalau Peraturan bersama kades/perkades)
TERIMAKASIH
PEMBAHASAN
PERATURAN DESA
 BPD mengundang Kepala Desa untuk membahas &
menyepakati Ran.Perdes.
 Jika Ran.Perdes berasal dari Kepala Desa, maka Ran.Perdes
disampaikan kepada BPD dengan surat pengantar Kades
untuk dibahas oleh BPD. Pada “Pembahasan Perdes” ini
 Tahap pertama Kepala Desa menyampaikan penjelasan
terhadap Ran.Perdes yg diusulkan;
 Tahap kedua, BPD menyampaikan pandangan umum atas
Ran.Perdes yg disulkan oleh Kepala Desa;
 Tahap ketiga, jawaban Kepala Desa atas pandangan umum
BPD terhadap Ran.Perdes yg disulkan;
Materi/isi Per-UU-an
1. Peraturan Desa berisi materi pelaksanaan
Kewenangan Desa dan penjabaran
peraturan yang lebih tinggi;
2. Peraturan Bersama Kepala Desa berisi materi kerjasama
Desa;
3. Peraturan Kepala Desa berisi materi pelaksanaan
Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala Desa atau
Peraturan yang lebih tinggi.
 Tahap keempat, rapat pembahsan atas
Ran.Perdes yg diusulkan (Pasal per Pasal);
Tahap kelima, pendapat akhir BPD berupa
penolakan atau kesepakatan atas Ran.Perdes yg
diusulkan.
 Penolakan atau persetujuan baik oleh BPD
maupun Kades dinyatakan dengan Keputusan.
Jika penolakan diikuti alasan yg jelas.
 Jika Ran.Perdes berasal dari inisiatif BPD
disampaikan kepada Kades dengan surat
pengantar BPD dan pembahasan kebalikannya.
PENETAPAN
PERATURAN DESA

 Ran.Perdes ditetapkan Kades setelah dibahas &


disepakati bersama BPD.
 Pimpinan BPD menyampaikan Ran.Perdes yg
telah disepakati bersama ke Kades 7 hari sejak
disepakati.
 Kades menetapkan Ran.Perdes 15 hari setelah
menerima Ran.Perdes dari Pimp. BPD.
PENGUNDANGAN
PERATURAN DESA

 Peraturan Desa diundangkan dalam Lembaran Desa


oleh Sekretaris Desa.
 Perdes disampaikan ke Bupati/ Walikota 7 hari
setelah diundangkan untuk diklarifikasi dalam
rangka pembinaan & pengawasan.
 Klarifikasi dilakukan oleh Tim yg dibentuk oleh
Bupati/Walikota selama 30 hari sejak diterima.
PENGUNDANGAN
PERATURAN DESA
 Jika Perdes setelah dikoreksi sesuai dengan
kepentingan umum & peraturan perundang-
undangan, maka Bupati menerbitkan surat telah
sesuai.
 Jika tidak sesuai, maka Perdes dibatalkan
dengan Keputusan Bupati.

PERATURAN DESA YG BERTENTANGAN DGN KEPENTINGAN UMUM


DAN/ATAU PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YG LEBIH
TINGGI, DIBATALKAN BUPATI
PENYEBARLUASAN
PERATURAN DESA
 Perdes wajib disebarluaskan kepada masyarakat
Desa untuk memberikan informasi adanya Perdes yg
telah berlaku.
 Bahkan penyebarluasan sebagai upaya sosialisasi
sebenarnya dilakukan sejak perencanaan
pembentukan Perdes, penyusunan Ran.Perdes,
pembahasan Ran.Perdes, hingga berlakunya Perdes
setelah pengundangan.
 Penyebarluasan Perdes dilakukan Pemerintah Desa
(Sekretaris Desa) dan BPD.
RANCANGAN PERATURAN DESA
YANG DIKECUALIKAN

 Khusus Rancangan Per.des tentang: (1)APB desa;


(2)Pungutan; (3)Tata Ruang; (4)Organisasi Pemerintah Desa
harus mendapat evaluasi dari Bupati/Walikota sebelum
ditetapkan menjadi Peraturan Desa, 3 hari sejak disepakati.
 Batas waktu evaluasi 20 hari sejak rancangan diterima.
 Jika ada perbaikan, Ran.Perdes diperbaiki dalam waktu 20
hari sejak diterima.
 Kades dapat mengundang BPD untuk memperbaiki
Ran.Perdes hasil evaluasi dari Bupati/Walikota.
PERUBAHAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Perubahan Peraturan Perundang-undangan


dilakukan dengan:
 menyisip atau
menambah materi ke dalam Peraturan
Perundang-undangan; atau
 menghapus atau mengganti sebagian materi Peraturan

Perundang-undangan.
 Perubahan Peraturan Perundang-undangan dapat
dilakukan terhadap:
 seluruh atau sebagian buku, bab, bagian, paragraf, pasal,
dan/atau ayat; atau
 kata, frasa, istilah, kalimat, angka, dan/atau tanda baca.


TERIMAKASIH
Materi muatan
Peraturan Perundang-undangan
1.Pengayoman
7.Keadilan
2.Kemanusiaan 8.Kesamaan Kedudukan
3.Kebangsaan Dalam Hukum Dan
4.Kekeluargaan Pemerintahan
5.Kenusantaraan 9.Ketertiban Dan
6.Bhinneka Tunggal Kepastian Hukum
Ika 10.Keseimbangan,
Keserasian, Dan
Keselarasan
BPD

o Badan Permusyawaratan Desa (Bpd) Sebagai Lembaga


Permusyawaratan Dan Permufakatan Desa
o Masa Keanggotaan 6 (Enam) Tahun Dan Dapat Menjabat Paling Banyak
3 (Tiga) Kali Masa Jabatan
o Peresmian Anggota Bpd Ditetapkan Dengan Keputusan Bupati/Walikota
o Pe

o Jumlah Anggota Bpd Paling Sedikit 5 Orang Dan Paling Banyak 9


Orang.
o Ketentuan Lebih Ljt Mengenai Bpd Diatur Perda Kab/Kota
 Merupakan Forum Permusyawaratan Yang Diikuti Oleh BPD,
Pemerintah Desa Dan Unsur Masyarakat Desa Untuk
Memusyawarahkan Hal Yang Bersifat Strategis Dalam
Penyelenggaraanan Pemerintahan Desa

 Hal Yang Bersifat Strategis; Penataan Desa, Perencanaan Desa,


Kerja Sama Desa, Rencana Investasi Yang Masuk Ke Desa,
Pembentukan Bum Desa, Penambahan Dan Pelepasan Aset
Desa, Dan Kejadian Luar Biasa

 Musyawarah Desa Dilaksanakan Paling Kurang Sekali Dalam 1


Tahun Dan Sesuai Kebutuhan.

Anda mungkin juga menyukai