Anda di halaman 1dari 63

PUSDIKLAT KEMENTERIAN

HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


CINERE - DEPOK
PROSES
JUDICIAL REVIEW
PERATURAN DAERAH
(EVALUASI RAPERDA DAN KLARIFIKASI PERDA)

OLEH
DR.T. SAIFUL BAHRI JOHAN
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI:
 TEUKU SAIFUL BAHRI
 SIGLI – ACEH, 15 AGUSTUS 1962
 PROGRAM DOKTOR ILMU HUKUM UNDIP-SMRG
 BERKELUARGA, 1 ISTRI, 2 PUTRA & 3 PUTRI
 HP. 08151659939 K. 021- 3459339 R. 021-7422489

RIWAYAT PEKERJAAN:
 STAF PADA BIRO KEPEGAWAIAN KEMDAGRI
 STAF PADA PUSAT KAJIAN HUKUM KEMDAGRI
 STAF PADA BIRO ORGANISASI KEMDAGRI
 STAF PADA DITJEN OTDA KEMDAGRI
 STAF PADA STAF AHLI MENTERI DALAM NEGERI
 STAS PADA BIRO HUKUM KEMDAGRI
 STAF PADA PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN STRATEGIS KEMDAGRI
 STAF PENGAJAR PADA BANDIKLAT KEMDAGRI & PUSDIKLAT KEMKUMHAM
 STAF PENGAJAR PADA FH-UNIVERSITAS ISLAM JAKARTA-JAKARTA
 STAF PENGAJAR PADA PROGRAM PASCA SARJANA STIH-IBLAM JAKARTA
 STAF PENGAJAR PADA STIP – ABDI NEGERA JAKARTA

LAIN-LAIN:
 PENDIDIKAN KEAHLIAN PERT PER-UU-AN (LEGAL DRAFTER)-UI
 PENDIDKAN BANTUAN HUKUM & KEPENGACARAAN - UI
 PENDIDIKAN PERANCANGAN UNDANG UNDANG – DPR-RI
 PENDIDIKAN TOT SOSIALISASI UUDN-RI TAHUN 1945 - MPR
TANJAB PENYEL
PEMERINTAHAN RI
 Pemerintah pusat/Pemerintah, adalah Presiden RI
yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
RI sebagaimana dimaksud dalam UUDN-RI Tahun
1945.

 Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan


urusan pemerintahan di daerah (KDH dan DPRD)
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam
sistem dan prinsip NKRI sebagaimana dimaksud
dalam UUDN-RI Tahun 1945.
LANJUTAN

 Daerah otonom/daerah, adalah kesatuan


masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat dalam sistem NKRI.

 Desentralisasi adalah penyerahan wewenang


pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia. BINWAS
UU 32/04

?! Efektivitas (Effective)

Klarifikasi (Clarify) Evaluasi (Evaluate)

Pembinaan & Pengawasan


(Supervision)
PENGAWASAN

Pemerintah melakukan
Pengawasan terhadap:
a. Pelaks urusan
pemerintahan di Daerah
b. Peraturan Daerah dan

Peraturan KDH
(Ps 218)
LANJUTAN
7. Peraturan Daerah Provinsi adalah Perat
Per-uu-an yang dibentuk oleh DPRD
Provinsi dengan persetujuan bersama
Gubernur.
8. Peraturan Daerah Kab/Kota adalah
Perat Per-uu-an yang dibentuk oleh
DPRD Kab/Kota dengan persetujuan
bersama Bupati/Walikota.
 ditetapkan oleh KDH setelah
mendapat persetujuan bersama
DPRD
 dibentuk dalam rangka
penyelenggaraan otonomi
daerah.
 merupakan penjabaran lebih
PERATURAN lanjut dari perat per-uu-an yang
DAERAH lebih tinggi
 memperhatikan ciri khas
masing-masing daerah
 dilarang bertentangan dengan
kepentingan umum dan/atau
perat per-uu-an yang lebih
tinggi.
Judicial Review

(1) Dalam hal suatu UU diduga


bertentangan dengan UUD Negara RI
Tahun 1945, pengujiannya dilakukan
oleh Mahkamah Konstitusi.
(2) Dalam hal suatu Perat Per-uu-an di
bawah UU diduga bertentangan
dengan UU, pengujiannya dilakukan
oleh Mahkamah Agung.
Ps 9
PEMBENTUKAN PERDA
TAHAPAN Daftar
Pasal 34 (2) UU No. 12/2011 Ranperda
1 tahunan
PERENCANAAN PROLEGDA
Skala
Prioritas

PENYUSUNAN
PENGUNDANGAN PERDA

PEMBAHASAN PENETAPAN
Vide:
UU No. 12/ 2011,
Pasal 1 angka 1
MATERI MUATAN PERDA

Materi muatan Perda Provinsi dan Perda Kab/ Kota berisi:


 materi muatan dalam rangka penyel otonomi daerah dan
tugas pembantuan; serta
 menampung kondisi khusus daerah; dan/atau
 penjabaran lebih lanjut Perat Per-uu-an yang lebih tinggi.

Ketentuan pidana dalam Perda hanya berupa:


 ancaman pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan; atau
 Pidana denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).

Catatan: Perda dapat memuat ancaman pidana kurungan atau


pidana denda selain dimaksud diatas, sesuai dengan yang
diatur dalam Perat Per-uu-an lainnya.

Pasal
14 & 15
HIERARKI

UU NOMOR 12 TAHUN 2011


TENTANG
PEMBENTUKAN PERAT PER-UU-AN
a. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. UU/Peraturan Pemerintah Pengganti UU;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
h. Peraturan Desa (ditiadakan)

Catatan: Kekuatan hukum Perat Per-uu-an sesuai


dengan hierarki  Ps 7
Lanjutan

(1) Jenis Perat Per-uu-an selain sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup
peraturan yang ditetapkan oleh:
 MPR, DPR, DPD, MA, MK, BPK, KY, BI,
 Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat
yang dibentuk dengan UU atau Pemerintah atas
perintah UU,
 DPRD Provinsi, Gubernur,
 DPRD Kabupaten/ Kota, Bupati/Walikota,
 Kepala Desa atau yang setingkat.

(2) Perat Per-uu-an sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan
hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh
Perat Per-uu-an yang lebih tinggi atau dibentuk
berdasarkan kewenangan.
Lanjutan

a. PERPRES
b. PERAT LAIN (DELEGTIF) & PERAT DLM RGK MENYEL
PEMERINTAHAN NGR (DISKRESI)  Pusat
c. PERDA PROV,
d. PERAT LAIN (DELEGTIF) & PERAT DLM RGK MENYEL
PEMERINTAHAN DAERAH (DISKRESI)  Daerah
e. PERDA KAB/KOTA
f. PERAT LAIN (DELEGTIF) & PERAT DLM RGK MENYEL
PEMERINTAHAN DAERAH (DISKRESI)  Daerah
PERATURAN DAERAH
a. Persetujuan bersama DPRD dan KDH
b. Ditetapkan oleh KDH
c. Dlm rangka penyelenggarakan otda & tugas
pembantuan
d. Penjabaran lebih lanjut dr pert per-uu-an lebih
tinggi (dgn memperhatikan ciri khas daerah)
e. Dilarang bertentangan dengan Kepentingan
Umum dan pert lebih tinggi
f. Berlaku setelah diundangkan dalam L D
g. Dapat berasal dari DPRD atau KDH
(Ps 136)
PROSES PENYUSUNAN RANPERDA & PEMBATALAN PERDA

DINAS

BIRO/BAGIAN HUKUM SEKDA KEPALA DAERAH


SKPD SURAT PENGANTAR

PEJABAT
MEWAKILI PEMDA DPRD

DIBAHAS PANSUS
PARIPURNA PANSUS STUDI BANDING PANJA BERSAMA

15 HARI
3 HARI
KEPUTUSAN PEMERINTAH PERBAIKAN PERDA
BERSAMA 7 HARI

PEMBATALAN DGN 60 HARI


KLARIFIKASI PEMERINTAH - GUB
PERPRES

PERPRES BATAL
MAHKAMAH
AGUNG
PERDA BERLAKU
MATERI MUATAN/SUBSTANSTIF
PERATURAN DAERAH

Persoalan Penyelenggaraan Permasalahan Penjabaran Lebih Lanjut


Pemerintahan dan Urusan Kondisi Khusus thd Perat Per-uu-an
Rumah Tangga Daerah Daerah ybs yang lebih tinggi

1. Otonomi Daerah
2. Medebewind
PERDA BERMASALAH
• bertantangan dengan kepentingan umum,
terganggunya kerukunan antar wargamasyarakat,
 tergangunya pelayanan umum, dan
 terganggunya ketentraman/ketertiban umum, serta
 kebijakan yang bersifat diskriminatif.
• menimbulkan konflik di masyarakat,
• bukan kewenaganannya, dan
• bertentangan dengan perat per-uu-an yang lebih tinggi.

•CATATAN:
Untuk terbentuknya suatu perda yg baik dan benar diperlukan
tata cara penyusunan perda (sesuai prosedur & kaidah legal
drafting), baik yg berasal dari Eksekutif maupun dari DPRD.
EFEKTIFITAS PERDA

 PEMDA TDK BTH & MASY TDK BTH  D

 PEMDA BTH & MASY TDK BTH  C

 PEMDA TDK BTH & MASY BTH  B

 PEMDA BTH & MASY BTH  A


KEWENANGAN BINWAS

 Binwas penyel pemda secara nasional


dikoordinasikan oleh Mendagri
 Binwas penyel pemda pd Kab/Kota
dikoordinasikan oleh Gubernur
 Binwas penyel pemdes
dikoordinasikan oleh Bupati/Walikota
dan dpt dilimpahkan kpd Camat
(Ps 222)
TUJUAN
EVALUASI RAPERDA
KLARIFIKASI PERDA

 Untuk tercapai keserasian antara


kebij daerah dgn kebij nasional
 Keserasian antara kepent publik &
ASI kepent aparatur
IK
L A RIF
A SI&K  Meneliti materi muatan perda
LU
EVA
dan/atau Pert Gub/Bub/Walkot
agar tdk bertentangan dgn KU,

pert LT & Perda lainnya


PENGAWASAN
PREVENTIF/ EVALUASI

Dilakukan:
o/ Mendagri terhadap Provinsi dan
o/ Gubernur terhadap Kab/Kota atas:
a. Raperda yang mengatur Pajak daerah
b. Raperda yang mengatur Retribusi Daerah
c. Raperda yang mengatur APBD
d. Raperda yang mengatur RUTR

Ps 39 PP 79/06
KEBIJAKAN MENDAGRI
DALAM PENGAWASAN PREVENTIF

SELAIN PERDA APBD, PD/RD, RUTRD

S.E Mendagri Nomor


188.34/1586/SJ tgl 25 Juli 2006
perihal Tertib Perancangan dan
Penetapan Peraturan Daerah

24
 Gubernur sbg Wakil Pemt Pusat di Daerah melakukan
inventarisasi terhadap Perda Provinsi, Kabupaten/Kota
dan merevisi atau menyempurnakan Perda yang isinya
tidak sesuai dengan:
- nilai-nilai Pancasila,
- UUDN-RI Tahun 1945,
- Perat per-uu-an yang L.T dan K.U,
K.U
- azas dan materi muatan pembentukan Perda,
- hal bersifat diskriminatif,
- melanggar HAM, dan
- menimbulkan konflik di masy
 serta melaporkan kembali hasilnya kepada Mendagri.

25
 Sebelum Ranc Perda disampaikan oleh Pemda kepada
DPRD untuk dibahas lebih lanjut, Ranc Perda Kab/Kota
terlebih dahulu dikonsultasikan oleh Bag Hukum
Kab/Kota kepada Biro Hukum Prov, untuk Ranc Perda
Prov dikonsultasikan terlebih dahulu oleh Biro Hukum
Prov kepada Biro Hukum Depdagri.

 Ranc Perda yang merupakan hak inisiatif DPRD,


sebelum dibahas lebih lanjut dengan Pemerintah
Daerah, Ranc Perda Kab/Kota terlebih dahulu
dikonsultasikan oleh Bag Hukum Kab/Kota kepada Biro
Hukum Prov, untuk Ranc Perda Prov dikonsultasikan
terlebih dahulu oleh Biro Hukum Prov kepada Biro
Hukum Depdagri.
26
 Ranc Perda Kab/Kota sebelum dikonsultasikan oleh
Bag Hukum Kab/Kota kepada Biro Hukum Prov,
terlebih dahulu dilakukan harmonisasi dengan Panitia
Rencana Aksi Nasional HAM (RANHAM) Kab/Kota.

 Hasil harmonisasi Ranc Perda yang dilakukan oleh


Panitia RANHAM berupa rekomendasi untuk
pembahasan Ranc Perda lebih lanjut, sebagaimana
kegiatan RANHAM Tahun 2004–2009 pada Keputusan
Presiden Nomor 40 Tahun 2004 tentang RANHAM.
 Para Gub, Bup/Walkot dapat mendayagunakan
keberadaan para kepala Kanwil Depkumham di
Daerahnya masing-masing untuk melakukan
harmonisasi maupun evaluasi Ranc Perda /Perat
Kepala Daerah.
27
PEMBATALAN PERDA
BERMASALAH
Perda dapat dibatalkan oleh pemerintah
apabila bertentangan dengan kepentingan umum
dan/atau peraturan per-uu-an yang lebih tinggi,

Terhadap Perda yang tidak terkait dengan APBD, Pajak


Daerah, Retribusi Daerah dan Tata Ruang Daerah, maka
berdasarkan ketentuan Pasal 145 UUNomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, dibatalkan dengan Peraturan
Presiden.
PUNGUTAN
YG SERING BERMASALAH

 PAJAK DAERAH
- Pajak atas pengeluaran hasil bumi,
hutan, laut, Perlindungan dan hasil
alam lainnya
- pajak atas Pengiriman barang antar
Pulau
- pajak Pengolahan Minyak & Gas Bumi
LANJUTAN
 RETRIBUSI DAERAH
- Retribusi Tertib Pemanfaatan jalan dan
Pengendalian Kelebihan Muatan
- Retribusi Ijin Komoditi Keluar Provinsi
- Retribusi Pemeriksaan, Pengukuran, dan
Pengujian Hasil Hutan

 SUMBANGAN PIHAK KETIA


- Pemberian Sumbangan Wajib Pembangunan
daerah
MEKANISME
EVALUASI (PREVENTIF)

 Paling lama 3 hr setelah Raperda disetujui bersama dan rac Pert KDH ttg
penjabarannya, sebelum ditetapkan oleh KDH hrs disampaikan kepada
Mendagri/Gubernur utk dievaluasi

 Paling lama 15 hr sejak diterima Mendagri/Gubernur hrs menyampaikan hasil


evaluasi (sesuai atau tidak sesuai) kepad KDH  Tim Evaluasi

 Dlam hal raperda dan ranc pert KDH dinyatakan tidak sesuai, paling lama 7 hr
sejak diterima hasil evaluasi, KDH & DPRD hrs menyempurnakan Raperda &
ranc pert KDH dimaksud

 Jika hasil eveluasi tidak ditindaklanjuti oleh Pemda, Perda tsb dibatalkan oleh
Mendagri/ Gubernur (hsl evaluasi disampaikan kpd MDN) (Ps 186)
KLARIFIKASI (REPRESIF)

 Setiap perda dan Kept KDH yang telah ditetapkan wajib


disampaikan kepada Pemerintah (Mendagri /Gubernur)
untuk memperoleh klarifikasi
 TIM Klarifikasi

 Terhadap Perda yang bertentangan dengan Kepentingan


Umum atau peraturan lebih Tinggi dibatalkan dgn Perpres
atas usul MDN (trhdp Kept KDH dgn Permendagri)

KU: tergangunya kerukunan antar warga, pelayanan umum,


trantibum, bersifat diskriminatif
MEKENISME
WAS REPRESIF

 Peling lama 7 hr setelah ditetapkan Perda hrs disampaikan


kepada Pemerintah
 Perda yang bertentangan dengan Kepentingan Umum dan/atau
pert lebih tinggi dapat dibatalkan oleh Pemerintah yg
ditetapkan dengan Perpres
 Paling lama 60 hr sejak diterima perda Pemerintah hrs
menetapkan Pereturan ttg Pembatalan perda yang tidak sesuai
 Paling lama 7 hr setelah pembatalan Perda, KDH hrs
memberhentikan pelaksanaan Perda & selanjut bersama DPRD
mencabut Perda dimaksud
( Ps 145)
Ps 37-41 PP 79 Th 2005
PERDA PERPRES
7 hr PEMBATALAN
PERDA PEMERINTAH
& 60 hr
MENDAGRI
KEPT KDH
KEP KDH PERMENDAGRI
PEMBATALAN

KEPMEN
RAPERDA: MDN EVALUASI
PROV PERMENDAGRI
PEMBATALAN
-APBD 3 hr
-PAJAK DAERAH Prov
-RETRIBUSI DRH 15 hr 7 hr 15 hr MA
-RENC.TR
-RANC. PERT PERGUB
Kab/ KEPT GUB
KDH PENJB kota GUB EVALUASI
KAB/KOTA PEMBATALAN
APBD

PEMBATALAN PERDA
KEBERATAN PEMBATALAN

 KDH dapat mengajukan keberatan


pembatalan MA dengan alasan yang
dapat dibenarkan oleh pert per-uu-an

 MA dapat mengabulkan keberatan


Pemda sebagian atau seluruhnya dan
membatalkan Peraturan ttg
Pembatalan Perda serta dinyatakan
tidak mempunyai kekuatan hukum
(Ps 145)
PEMERINTAH PUSAT

MENDAGRI TIM KAJI ANTAR DEP KEM YBS

SURAT TEGORAN REKOMENDASI


1. MENGHENTIKAN
2. MENCABUT/REVISI PEMERINTAH DAERAH 15 HARI KERJA
15 HARI KERJA

TANGGAPAN PEMDA

MENOLAK MENERIMA JUDICIAL


REVIEW KE
KEP MDN PEMBATALAN MAHKAMAH
AGUNG
MENGAJUKAN KEBERATAN

JAWABAN MENDAGRI
PENGHARGAAN
Dalam BINWAS penyelenggaraan Otonomi
Daerah pemerintah dapat memberikan
penghargaan atau sanksi kepada :
a. Pemda
b. KDH/Wakil KDH
c. Anggota DPRD
d. Perangkat Daerah
e. PNS daerah
f. Kepala Desa,perangkat desa; dan
g. Anggota BPD
(Ps 219)
SANKSI

Jika ditemukan adanya penyimpangan dan


pelanggaran oleh penyelenggara
pemerintahan Daerah, pemerintah akan
memberikan sanksi berupa :
a. penataan kembali atas daerah otonom
b. pembatalan atas pengangkatan Pejabat
c. penangguhan/pembatalan kebijakan daerah
d. administratif dan/atau
e. finansial
Ps 45 PP 79/06
PEMANTAUAN &
LAPORAN
 Mendagri/Gubernur melakukan
pemantauan terhadap hasil evaluasi dan
klarifikasi
 dilakukan o/ TIM
 Gubernur melaporkan hasil pengawasan
dan pemantauan Perda Kab/kota dan Pert
Bupati/Walikota kepada Mendagri
 Per 3 bln atau jika dibutuhkan
Ps 25-27
BEBERAPA CATATAN
STANDAR KAJIAN PERDA
PAJAK DAERAH
&
RETRIBUSI DAERAH
PERDA TENTANG RETRIBUSI
IZIN USAHA INDUSTRI (IUI),
TANDA DAFTAR INDUSTRI (TDI), DAN
IZIN PERLUASAN

 KETENTUAN
 Setiap pendirian usaha industri baru maupun setiap perluasannya wajib
memperoleh Izin Usaha Industri (IUI)
 Kelompok Industri Kecil (investasi < 5 juta tidak termasuk tanah dan
bangunan) Tidak diwajibkan
 Kelompok Industri Kecil (investasi 5 – 200 juta tidak termasuk tanah dan
bangunan) Wajib memperoleh Tanda Daftar Industri (TDI) yang dapat berlaku
sebagai Izin
 Kelompok Industri dengan investasi > 200 juta tidak termasuk tanah dan
bangunan Wajib memperoleh Izin Usaha Industri (IUI)
 Perusahaan Industri yang melakukan perluasan melebihi 30% dari kapasitas
produksi yang telah diizinkan sesuai IUI yang dimiliki, Wajib memperoleh Izin
Perluasan

 BATASAN
 IUI, TDI dan Izin Perluasan berlaku selama perusahaan industri yang
bersangkutan beroperasi.

41
PERDA TENTANG RETRIBUSI
SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP)

 KETENTUAN
 Kewenangan pemberian SIUP berada pada Bupati/Walikota
 Setiap Perusahaan yang melakukan Usaha Perdagangan wajib memperoleh
SIUP, Kecuali: Cabang/Perwakilan perusahaan yang mempergunakan SIUP
Perusahaan Pusat; Perusahaan Kecil Perorangan yang tidak berbadan hukum
dan diurus, dijalankan sendiri oleh pemilik atau anggota keluarga; Pedagang
keliling, pedagang asongan, pedagang pinggir jalan atau pedagang kaki lima
 Modal bersih < 200 juta  SIUP Kecil
 Modal Bersih 200 – 500 juta  SIUP Menengah
 Modal Bersih > 500 juta  SIUP Besar

 BATASAN
 SIUP diterbitkan berdasarkan tempat kedudukan (domisili) perusahaan dan berlaku di seluruh
wilayah NKRI
 SIUP Berlaku selama Perusahaan yang bersangkutan masih menjalankan kegiatan usahanya

42
PERDA TENTANG RETRIBUSI
TANDA DAFTAR PERUSAHAAN (TDP)

 KETENTUAN
 Setiap Perusahaan wajib didaftarkan dalam Daftar Perusahaan
 Setiap Perusahaan yang telah memperoleh SIUP dalam jangka waktu 3 Bulan
sejak diterbitkannya SIUP wajib mendaftarkan perusahaannya dalam Daftar
Perusahaan
 Siapa Saja yang Didaftar…?
 Setiap Perusahaan yang berkedudukan dan menjalankan usahanya di
wilayah NKRI, termasuk didalamnya Kantor Cabang; Kantor Pembantu;
Anak Perusahaan; Agen; dan Perwakilan Perusahaan yang mempunyai
wewenang untuk mengadakan perjanjian.
 Bentuk Perusahaan: Badan Hukum termasuk Koperasi, Persekutuan,
Perorangan, dan Perusahaan lainnya

 BATASAN
 Kepada Perusahaan yang telah disahkan pendaftarannyadalam Daftar Perusahaan
diberikan Tanda Daftar Perusahaan yang berlaku 5 tahun dan wajib diperpanjang
sekurang-kurangnya 3 Bulan sebelum tanggal berlakunya berakhir

43
PERDA TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN (IZIN
PENGUSAHAAN PERIKANAN)

 KETENTUAN
 Usaha Perikanan:
 Usaha Penangkapan Ikan
 Usaha Pembudidayaan Ikan:
 Pembudidayaan ikan di air tawar
 Pembudidayaan ikan di air payau
 Pembudidayaan ikan di laut
 Perusahaan yang melakukan usaha Perikanan, wajib memiliki Izin Usaha
Perikanan (IUP)
 Dikecualikan dari kewajiban memperoleh IUP:
 Penangkapan ikan oleh nelayan dengan kapal perikanan tidak
bermotor atau menggunakan motor luar atau motor dalam
berukuran tertentu
 Pembudidayaan ikan air tawar, air payau dan air laut oleh
pembudidaya dengan luas areal atau perairan tertentu
44
lanjutan
LANJUTAN

 KETENTUAN
 Surat Penangkapan Ikan (SPI):
 Kapal perikanan berbendera Indonesia yang melakukan penangkapan
ikan atau kapal perikanan berbendera asing yang melakukan
penangkapan ikan di Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia wajib dilengkapai
dengan Surat Penangkapan Ikan (SPI)
 Dalam SPI dicantumkan ketetapan mengenai daerah penangkapan ikan,
jenis alat tangkap ikan, dan spesifikasi kapal

 Surat Izin Kapal Pegangkut Ikan (SIKPI):


 Kapal perikanan yang berfungsi sebagai kapal pendukung penangkapan
ikan dalam satu kesatuan armada penangkapan ikan wajib dilengkapi
dengan SPI
 Kapal perikanan yang berfungsi sebagai kapal pengangkut ikan dalam
satu kesatuan armada penangkapa ikan wajib dilengkapi dengan Surat
Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI)
 Kapal Perikanan yang digunakan untuk melakukan pengangkutan ikan
yang tidak dalam satu kesatuan armada penangkapan ikan wajib
dilengkapi dengan SIKPI 45
LAMJUTAN

 BATASAN
 IUP berlaku selama perusahaan menjalankan kegiatan usaha perikanan
 SPI berlaku selama:
 3 tahun untuk kapal berbendera Indonesia dengan alat tangkap: pukat cincin,
rawai tuna, jaring insang hanyut atau huhate
 2 tahun untuk kapal berbendera Indonesia dengan alat tangkap lainnya
 1 tahun untuk kapal berbendera asing
 SPI dan SIKPI yang dioperasikan dalam satu kesatuan armada berlaku selama:
 3 tahun untuk kapal berbendera Indonesia dengan alat tangkap: pukat cincin,
rawai tuna, jaring insang hanyut atau huhate
 2 tahun untuk kapal berbendera Indonesia dengan alat tangkap lainnya
 1 tahun untuk kapal berbendera asing
 SIKPI yang tidak dalam satu kesatuan armada berlaku selama:
 3 tahun untuk kapal berbendera Indonesia
 1 tahun untuk kapal berbendera asing
46
LAMJUTAN

 BATASAN
 Kewenangan Menerbitkan IUP, SPI dan SIKPI:
 Gubernur atau Pejabat Yang ditunjuk memberikan:
 IUP, SPI dan SIKPI kepada Perusahaan perikanan Indonesia yang
melakukan penangkapan dan atau pengangkutan ikan yang berdomisili di
wilayah administrasinya, yang menggunakan Kapal Perikanan bermotor
luar atau dalam yang berukuran diatas 10 GT (GT.10) dan tidak lebih dari
30 GT (GT.30) dan atau yang mesinnya berkekuatan tidak lebih dari 90
DK

 Bupati/Walikota atau Pejabat yang ditunjuk:


 IUP, SPI dan SIKPI kepada Perusahaan perikanan Indonesia yang
melakukan penangkapan dan atau pengangkutan ikan yang berdomisili di
wilayah administrasinya, yang menggunakan Kapal Perikanan bermotor
luar atau dalam yang berukuran tidak lebih dari 10 GT (GT.10) dan atau
yang mesinnya berkekuatan tidak lebih dari 30 DK
 IUP kepada perusahaan perikanan Indonesia yang melakukan
pembudidayaan ikan di air tawar, air payau atau air laut di wilayah
administrasinya yang tidak menggunakan modal asing dan atau tenaga
kerja asing 47
LANJUTAN

 PUNGUTAN HASIL PERIKANAN


 Pungutan perikanan dikenakan kepada perusahaan perikanan Indonesia
atas kesempatan yang diberikan untuk melakukan usaha perikanan dan
atas hasil penangkapan atau pembudidayaan.
 Besarnya Pungutan Hasil Perikanan:
 Untuk Kegiatan Penangkapan Ikan:
 Untuk perusahaan skala kecil sebesar 1% dikalikan
produktivitas kapal dikalikan Harga Patokan Ikan
 Untuk perusahaan skala besar sebesar 2.5% dikalikan
produktivitas kapal dikalikan Harga Patokan Ikan
 Untuk Kegiatan Pembudidayaan Ikan sebesar 1% dikalikan harga
jual seluruh ikan hasil budidaya

48
PERDA TENTANG RETRIBUSI
IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR

 KETENTUAN
 Setiap usaha dan atau kegiatan yang akan membuang limbah ke air atau sumber air wajib
mendapatkan izin tertulis dari Bupati/Walikota
 Dalam persyaratan izin pembuangan air limbah wajib dicantumkan:
 Kewajiban untuk mengolah limbah
 Persyaratan mutu dan kuantitas air limbah yang boleh dibuang
 Persyaratan cara membuang limbah
 Persyaratan untuk mengadakan sarana dan prosedur penanggulangan keadaan
darurat
 Persyaratan untuk melakukan pemantauan mutu dan debit air limbah

 BATASAN
 Pengenaan tarif ditetapkan secara lumpsum berdasarkan golongan besarnya limbah yang
dibuang atau skala perusahaan:
 Golongan I : Rp. ……
 Golongan II : Rp. …..
 Tarif tidak boleh didasarkan atas volume limbah yang dibuang (Rp. … /m3) karena jasa yang
diberikan hanya atas Pemberian Izin bukan atas Pengolahan Limbah

49
PERDA TENTANG RETRIBUSI
PENERBITAN SURAT IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

 KETENTUAN:
Objek Retribusi adalah Surat Izin yang diperlukan oleh setiapbadan usaha atau
orang perseorangan di daerah yang bergerak didalam bidang jasa perencanaan
pelaksanaan dan pengawasan konstruksi

Subjek Retribusi adalah setiap badan usaha atau orang perseorangan yang
bergerak dalam perencanaan pelaksanaan dan pengawasan konstruksi

 BATASAN
Tarif dapat dikenakan berdasarkan ukuran modal perusahaan (Golongan
K1, K2, M, B dsb.) dan SIUJK berlaku selama jangka waktu 3 tahun dan
dapat diperpanjang

50
PERDA TENTANG RETRIBUSI
SEWA TEMPAT / GUDANG PENITIPAN BARANG ATAS
KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG

 KETENTUAN:
Objek Retribusi adalah pelayanan sewa tempat atau gudang penitipan
barang atas kelebihan muatan angkutan barang
Subjek Retribusi adalah setiap penyelenggara angkutan barang yang
muatannya melebihi ketentuan kelas jalan dan harus di turunkan
kelebihannya. Atas kelebihan muatan yang diturunkan disediakan tempat/
gudang penitipan yang penggunaannya dikenakan retribusi

 TARIF
Tarif dapat dikenakan per meter persegi luas tempat / gudang per hari,
atau juga berdasarkan berat muatan (per ton per hari)

51
PERDA TENTANG RETRIBUSI
IZIN USAHA INDUSTRI (IUI) DAN IZIN SURAT USAHA
PERDAGANGAN (SIUP)

 Banyak Perda menetapkan masa berlaku IUI dan SIUP selama


1, 3, atau 5 Tahun dan selanjutnya dapat diperpanjang (her-
registrasi) dengan tarif yang sama.
 Hal ini bertentangan dengan UU dan PP tentang IUI dan IUP
yang menyatakan bahwa IUI dan IUP berlaku selama
Perusahaan masih menjalankan usahanya.
 Perda ini direkomendasikan untuk di REVISI dengan
menghapus klausul batasan masa berlaku IUI dan SIUP
 Namun jika sampai batas waktu tertentu Pemda ybs. tidak
menindaklanjuti maka akan direkomendasikan BATAL kepada
Mendagri.

52
PERDA TENTANG RETRIBUSI
KEPELABUHANAN

 Banyak Perda menetapkan Retribusi Kepelabuhanan secara luas tanpa


menyebutkan “Nama Pelabuhan” yang dikenakan di wilayah Kab./Kota
 Berdasarkan UU dan PP yang mengatur tentang Kepelabuhanan serta
Kepmenhub tentang tatanan kepelabuhanan nasional, Pelabuhan dibagi
berdasarkan scope dan kewenangannya, yaitu: Pelabuhan Internasional,
Nasional, Regional dan Lokal.
 Kewenangan Kab/Kota adalah pada pelabuhan Lokal dan tidak dibenarkan
Pemda Kab/Kota untuk memungut retribusi di Pelabuhan Internasional,
Nasional atau Regional.
 Perda ini direkomendasikan untuk di REVISI dengan menambah klausul
tentang nama Pelabuhan Lokal yang menjadi kewenangan Kab/Kota dan
menjadi objek retribusi dimaksud
 Namun jika sampai batas waktu tertentu Pemda ybs. tidak menindaklajuti
maka akan direkomendasikan BATAL kepada Mendagri

53
PERDA TENTANG RETRIBUSI
IZIN DISPENSASI JALAN

 Banyak Pemda Kab./Kota menerbitkan Perda tentang Retribusi Izin


Dispensasi Jalan yang dimaksudkan untuk memungut pengguna jalan
khususnya yang membawa muatan melebihi kelas jalan yang
seharusnya. Dengan dipungut retribusi maka pengguna jalan dapat
melalui jalan dimaksud walaupun dengan membawa muatan melebihi
kelas jalan yang diizinkan.
 Berdasarkan UU dan PP tentang Jalan, Prasarana dan Lalu-lintas Jalan,
serta Lalu-lintas dan Angkutan Jalan, disebutkan bahwa jalan adalah
faslitas umum dan harus dipergunakan sesuai dengan perutukkannya.
Penggunaan jalan oleh umum harus sesuai dengan kelas jalan
 Karena substansi Perda tidak sesuai dengan Kepentingan Umum dan
Per-UU-an yang lebih tinggi, serta akibat yang ditimbulkan dengan
dispensasi ini terlalu besar (misalnya: jalan rusak, longsor dsb) maka
direkomendasikan BATAL

54
PERDA TENTANG RETRIBUSI
IZIN KENDARAAN ANGKUTAN BARANG
YANG MELAKUKAN BONGKAR MUAT

 Banyak Pemda Kab./Kota menerbitkan Perda tentang Retribusi


Izin Kendaraan Angkutan Barang Yang Melakukan Bongkar
Muat.
 Kegiatan membongkar dan memuat barang tidak memerlukan
izin dari Pemda sehingga tidak layak dikenakan retribusi
 Dalam hal bongkar muat barang dilakukan di tepi jalan umum
yang ditetapkan oleh Pemda, maka retribusi dapat dikenakan
dalam bentuk Retribusi Parkir atau Sewa Tempat sesuai dengan
Pasal 2 ayat (2) huruf e PP 66/2001
 Dalam hal tempat dan fasilitas bongkar muat dimiliki / dikuasai
oleh Pihak Swasta maka Pemda tidak berhak memungut
retribusi karena tidak ada jasa yang diberikan oleh Pemda
 Karena substansi Perda tidak sesuai dengan Kepentingan
Umum dan Per-UU-an yang lebih tinggi, maka direkomendasikan
BATAL
55
PERDA TENTANG RETRIBUSI
IZIN KELUAR-MASUK DAN TRANSPORTASI TERNAK

 anyak Pemda memungut retribusi kepada pengusaha atau


pedagang ternak yang akan membawa ternaknya masuk dan/atau
melewati wilayah Kab./KBota ybs, dengan dalih melakukan
pemeriksaan ternak agar terhindar dari penyakit
 Pengenaan retribusi semacam ini akan menghambat arus barang
dan jasa khususnya ternak, dimana para pengusaha atau
pedagang baik langsung atau tidak langsung akan membebankan
pungutan ini kepada konsumen dengan menaikkan harga ternak
dan daging
 Perda ini menyebabkan ekonomi biaya tinggi, jika semua
Kab./Kota menerapkan hal yang sama, sehingga
direkomendasikan BATAL
 Misalnya:
Harga ternak yang dibawa dari Banyuwangi ke Jakarta akan
melambung tinggi karena harus melewati puluhan Kab./Kota
yang memungut Retribusi yang sama 56
PERDA TENTANG PAJAK
PENERANGAN JALAN (PPJ)

 Banyak Pemda menerbitkan Perda tentang PPJ namun salah dalam menetapkan
Tarifnya, misalnya penetapan tarif yang seragam baik untuk industri maupun
bukan industri.
 Tarif PPJ ditetapkan Maksimum 10% dari NJTL, jika Pemda menetapkan tarif ini
maka harus ada Klausul dalam Perda yang menyatakan bahwa “khusus untuk
kegiatan industri, pertambangan minyak dan gas, NJTL-nya ditetapkan sebesar
30%”
 Tetapi jika klausul tersebut tidak ada, maka Tarif PPJ seyogyanya dibedakan
menjadi:
 Listrik dari PLN untuk Industri  efektif maksimum 3% dari NJTL
 Listrik dari PLN bukan untuk Industri  maksimum 10% dari NJTL
 Listrik Bukan PLN untuk Industri  efektif maksimum 3% dari NJTL
 Listrik Bukan PLN bukan untuk Industri  maksimum 10% dari NJTL
 Peggunaan listrik Bukan PLN (Genset) tetap merupakan objek PPJ sepanjang
penggunaanya memerlukan izin  diatas 200 Kva (berdasarkan KepmenESDM)

57
PERDA TENTANG RETRIBUSI
IZIN PEMANCAR / TRANSMISI DAN
TELEKOMUNIKASI
 Banyak Pemda menerbitkan Perda tentang Izin pendirian
tower / menara pemancar / transmisi dan telekomunikasi di
wilayah Kab./Kota
 Izin penyelenggaraan telekomunikasi merupakan
kewenangan Pusat sebagaimana diatur dalam UU No.
36/1999 dan PP 52/2000
 Terhadap jasa penyelenggaraan telekomunikasi telah
dikenakan pungutan dalam bentuk PNBP berupa Biaya
Hak Penyelenggaraan (BHP) oleh Pusat
 Pembangunan Tower sudah termasuk dalam objek
Retribusi Izin Mendirikan Bangunan sesuai UU 34/2000
dan PP 66/2001
 Substansi Perda ini bertentangan dengan per-UU-an
yang lebih tinggi dan menyebabkan pungutan ganda
sehingga direkomendasikan BATAL 58
PERDA TENTANG RETRIBUSI
IZIN PENIMBUNAN, PENGOLAHAN DAN
PENJUALAN HASIL HUTAN

 Banyak Pemda menerbitkan Perda tentang Izin penimbunan,


pengolahan dan penjualan hasil hutan yang diberikan kepada
orang atau badan yang melakukan kegiatan tersebut
 Kegiatan penimbunan, pengolahan, dan penjualan hasil hutan tidak
memerlukan izin tersendiri karena sudah termasuk dalam izin usaha
pemanfaatan hutan (IUPH) sesuai dengan PP 34/2002
 Terhadap pemberian izin dimaksud telah dikenakan PNBP yang terdiri
dari:
 Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan (IUPH)
 Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH)
 Dana Reboisasi (DR)
 Perda ini bertentangan dengan per-UU-an yang lebih tinggi dan
menyebabkan pungutan ganda sehingga direkomendasikan BATAL

59
ORGANISASI PERANGKAT DAERAH
(PP No. 41 Tahun 2007)

 Kewenangan Pemerintahan yang dimiliki oleh


Pemerintahan Daerah.
 Karakteristik, Potensi dan Kebutuhan daerah.
 Kemampuan Keuangan Daerah.
 Ketersediaan Sumberdaya Aparatur.
 Pengembangan pola kerjasama antar daerah
dan atau dengan pihak ketiga.

60
PERDA PERANGKAT DAERAH

1. Pembentukan;
2. Kedudukan;
3. Tugas Pokok dan Fungsi;
4. Struktur Organisasi;
5. Tata Kerja;
6. Dll sesuai perangkat daerah yg diatur.

61
PERATURAN DESA

1. tidak bertentangan dengan adat istiadat.


2. Peraturan yang lebih tinggi.
3. tidak mengatur pungutan yang telah
dipungut retribusi maupun pajak.
4. sesuai dengan pedoman yang ditetapkan
oleh Kepala Daerah.

62

Anda mungkin juga menyukai