Anda di halaman 1dari 36

MENGIDENTIFIKASI

PENYAKIT YANG LAZIM DAN PEMBERIAN OBAT DAN


IMUNISAI PADA BAYI DAN BALITA SESUAI KEWENANGAN
STANDAR DAN ANTICIATORY GUIDANCE UNTUK MENCEGAH
DAN MENURUNKAN SIDS

NAMA: FINI FABIO ARIAN


NIM :211000415201008
1.Beberapa penyakit yang lazim terjadi 1. infeksi saluran Pernapasan atas (ISPA)
pada bayi dan anak balita di Indonesia 2. Diare
melibatkan berbagai organ dan sistem 3. penyakit tangan, kaki, dan mulut
tubuh. Berikut adalah beberapa 4. demam berdarah dengue
penyakit umum yang ada pada 5. campak
kelompok usia: 6. infeksi telinga
7. gizi buruk
8. cacingan
9. infeksi usus
1. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA):
1. Definisi:
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) adalah kelompok penyakit yang melibatkan organ pernapasan bagian atas, seperti hidung, tenggorokan,
laring, dan bronkus kecil.

2. Klasifikasi ISPA: ISPA dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat terjadinya infeksi:


• Rinitis (Common Cold): Melibatkan hidung.
• Sinusitis: Melibatkan sinus.
• Tonsilitis: Melibatkan amandel (tonsil).
• Faringitis: Melibatkan faring atau tenggorokan.
• Laringitis: Melibatkan laring atau pita suara.

3. Cara Menentukan Diagnosa ISPA:


• Data Subjektif:Riwayat penyakit, termasuk gejala dan durasi.Riwayat alergi atau penyakit kronis lainnya.Riwayat kontak dengan penderita
ISPA.
• Data Objektif:Pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan hidung, tenggorokan, dan dada.Pengukuran suhu tubuh untuk menilai adanya
demam.Pemeriksaan laboratorium jika diperlukan, seperti tes darah atau tes cepat untuk virus tertentu.

4. Pemeriksaan Fisik (Px) ISPA:


Pemeriksaan Hidung: Mengevaluasi keberadaan sekret, pembengkakan, atau tanda-tanda iritasi.Pemeriksaan Tenggorokan: Melihat adanya
kemerahan, pembengkakan, atau lesi pada amandel.Pemeriksaan Dada: Mendengarkan suara napas dengan stetoskop untuk mendeteksi suara
napas yang tidak normal.

5. Pemeriksaan Penunjang ISPA:


Pemeriksaan Laboratorium:Tes darah lengkap (Complete Blood Count/CBC) untuk menilai jumlah sel darah merah dan putih.Tes cepat untuk
mendeteksi virus tertentu jika diperlukan.
LANJUTAN……

5. Pemeriksaan Penunjang ISPA:


Pemeriksaan Laboratorium:Tes darah lengkap (Complete Blood Count/CBC) untuk
menilai jumlah sel darah merah dan putih.Tes cepat untuk mendeteksi virus tertentu jika
diperlukan.

6. Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan ISPA:


• Edukasi:Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyebab ISPA,
cara penularan, dan langkah-langkah pencegahan.
• Manajemen Gejala:Penggunaan obat simptomatik, seperti antipiretik untuk
menurunkan demam.
• Pemberian cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi.
• Istirahat yang cukup untuk mempercepat pemulihan.Pantauan dan Tindak
Lanjut:Memantau perubahan gejala dan respons terhadap pengobatan.
• Memberikan tindak lanjut sesuai kebutuhan, termasuk periksa ulang jika gejala
memburuk atau tidak membaik.
SOAL KASUS

Seorang anak berusia 5 tahun dibawa ke Unit Gawat Darurat (UGD) oleh orangtuanya
karena mengalami batuk berdahak disertai sesak nafas. Pada pengkajian diperoleh data
pasien mengalami batuk berdahak disertai dengan sesak nafas sudah 4 hari, klien batuk
secara berulang-ulang frekuensi sekret kental skala nyeri 3, terdapat rochi. Pasien
sudah tidak nafsu makan. Dari kasus tersebut apakah proritas masalah pada pasien?

a.Bersihan jalan nafas tidak efektif


b.Ketidak seimbangan elektrolit
c.Hipetermi
d.Risiko Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
e.Nyeri akut

Penjelasan:Pada kasus ini, gejala utama adalah batuk berdahak disertai sesak nafas dan
frekuensi batuk yang tinggi. Bersihan jalan nafas yang tidak efektif dapat
mengakibatkan penumpukan lendir atau dahak yang dapat menyebabkan sesak nafas.
Oleh karena itu, perhatian utama pada awalnya harus diberikan pada upaya untuk
meningkatkan bersihan jalan nafas agar pasien dapat bernapas dengan lebih efektif.
2.Diare

Definisi:
Diare pada bayi dan balita adalah kondisi di mana terjadi peningkatan frekuensi buang air besar dengan tinja yang
encer dan sering disertai dehidrasi

2. Klasifikasi Diare:
• Diare Akut: Berlangsung kurang dari 14 hari, biasanya disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau parasit.
• Diare Kronis: Berlangsung lebih dari 14 hari, dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti gangguan
pencernaan atau intoleransi makanan.

3. Cara Menentukan Diagnosa Diare:


• Data Subjektif:Riwayat makanan dan minuman yang dikonsumsi.Frekuensi dan konsistensi tinja.Riwayat
kontak dengan orang yang menderita diare.
• Data Objektif:Pemeriksaan tinja untuk menilai konsistensi dan adanya darah atau lendir.Evaluasi tanda-tanda
dehidrasi seperti haus, kurang kencing, mata cekung, atau lemas.Pemeriksaan fisik untuk menilai tanda-tanda
infeksi atau penyakit penyebab diare.

4. Pemeriksaan Fisik (Px) Diare:


• Pemeriksaan Tinja:Memeriksa warna, bau, dan konsistensi tinja.Menilai keberadaan darah atau lendir.
• Evaluasi Tanda-tanda Dehidrasi:Memeriksa kelembapan kulit.Melihat kondisi mata dan mulut untuk tanda-tanda
dehidrasi.
• Pemeriksaan Abdomen:Memeriksa abdomen untuk menilai adanya perut kembung atau nyeri.
LANJUTAN……

5. Pemeriksaan Penunjang Diare:


Tes Laboratorium:Tes darah lengkap (Complete Blood Count/CBC) untuk menilai jumlah
sel darah merah dan putih.Elektrolit darah untuk menilai status keseimbangan
elektrolit.Pemeriksaan tinja untuk mendeteksi infeksi atau tanda-tanda gangguan
pencernaan.

6. Penatalaksaan Asuhan Kebidanan Diare:


• Rehidrasi:Memberikan cairan oral rehidrasi (ORS) untuk menggantikan cairan yang
hilang.
• Pemberian ASI atau formula secara lebih sering.
• Nutrisi Adekuat:Menjaga asupan nutrisi yang adekuat.Penggunaan makanan yang
mudah dicerna.
• Pantauan dan Pengelolaan Tanda-tanda Dehidrasi:Memantau tanda-tanda dehidrasi dan
memberikan perawatan sesuai dengan tingkat keparahan.
• Memberikan cairan intravena jika diperlukan.Penanganan Penyebab Diare:Penanganan
infeksi atau penyebab lain diare sesuai dengan petunjuk medis.Pemberian obat
antimotilitas jika diperlukan.
SOAL KASUS

Seorang anak perempuan berumur 2 tahun dibawah orang tuanya ke puskesmas


dengan keluhan BAB lebih dari 5x sehari, disertai dengan muntah, anak tersebut
kelihatan pucat dan lemah serta badan yang hangat.
Dari kasus diatas hal yang perlu dikaji oleh perawat adalah

A. Riwayat perkembangan
B. Riwayat diare
C. Riwayat nutrisi
D. Riwayat kesehatan
E. Pola pertumbuhan

PENJELASAN : hal yang perlu dikaji oleh perawat adalah:C. Riwayat nutrisi
Keluhan anak perempuan berusia 2 tahun dengan BAB lebih dari 5 kali sehari,
muntah, pucat, lemah, dan badan yang hangat dapat terkait dengan berbagai masalah,
termasuk masalah nutrisi. Pemeriksaan riwayat nutrisi, termasuk jenis makanan yang
dikonsumsi, frekuensi makan, dan pola pertumbuhan, dapat memberikan informasi
penting untuk membantu menentukan penyebab dan penanganan yang tepat.
3.Penyakit kaki tangan dan mulut (HFMD)

1.Definisi:
Penyakit Tangan, Kaki, dan Mulut (Hand, Foot, and Mouth Disease/HFMD) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus, umumnya Coxsackie A16 atau Enterovirus 71, dan sering terjadi pada anak-anak,
termasuk bayi dan balita.

2. Klasifikasi HFMD:
• HFMD dapat diklasifikasikan berdasarkan agen penyebab dan karakteristik lesi:
• Coxsackie Virus A16: Menyebabkan bentuk penyakit yang lebih ringan.
• Enterovirus 71: Dapat menyebabkan bentuk penyakit yang lebih parah dengan komplikasi neurologis.

3. Cara Menentukan Diagnosa HFMD:


• Data Subjektif:Riwayat gejala seperti demam, sakit tenggorokan, dan penurunan nafsu makan.
• Data Objektif:Pemeriksaan fisik untuk mendeteksi lesi pada tangan, kaki, dan mulut.Pengukuran suhu tubuh
untuk menilai adanya demam.

4. Pemeriksaan Fisik (Px) HFMD:


• Lesi pada Tangan, Kaki, dan Mulut:Vesikel (lesi berisi cairan) yang terlihat pada telapak tangan, kaki, dan
daerah sekitar mulut.
• Lesi dapat berkembang menjadi afta (luka kecil dan ulkus) di dalam mulut.Demam dan Tanda-tanda
Flu:Peningkatan suhu tubuh (demam).
• Gejala flu seperti sakit tenggorok, batuk, atau pilek.
LANJUTAN……

5. Pemeriksaan Penunjang HFMD:


Biasanya Tidak Diperlukan:Diagnosa HFMD umumnya dapat ditegakkan berdasarkan gejala
klinis dan pemeriksaan fisik.Pemeriksaan penunjang jarang diperlukan, kecuali jika ada
komplikasi atau kekhawatiran tentang jenis virus yang menyebabkan penyakit.

6. Penatalaksaan Asuhan Kebidanan HFMD:


• Pengelolaan Gejala:Pemberian antipiretik untuk meredakan demam dan mengurangi
ketidaknyamanan.Meningkatkan asupan cairan untuk mencegah dehidrasi, terutama jika
ada luka di dalam mulut yang membuat minum dan makan menjadi sulit.
• Pemisahan dari Teman Sebaya:Menjaga bayi atau balita agar tidak berdekatan dengan
teman sebayanya selama fase infeksi aktif untuk mencegah penularan.Pantauan dan
Pengelolaan Komplikasi:Memantau perkembangan penyakit dan mengatasi komplikasi,
terutama jika terdapat tanda-tanda komplikasi neurologis pada kasus yang disebabkan
oleh Enterovirus 71.
• Edukasi kepada Orang Tua:Memberikan edukasi kepada orang tua tentang tanda-tanda
dan gejala penyakit, serta langkah-langkah perawatan dan pencegahan.Penting untuk
mencari bantuan medis jika ada tanda-tanda komplikasi atau jika kondisi bayi atau balita
tidak membaik setelah perawatan di rumah.
• Perawatan yang baik dan tindak lanjut yang sesuai membantu memastikan pemulihan
yang optimal.
SOAL KASUS

Seorang perempuan berusia 2,5 tahun, keluarga mengatakan anaknya sering mengeluh
gatal-gatal pada tangan, kaki, dan dagu, anak tampak kumel, kebersihan kurang, berdaki,
dan pakaian kotor.
Apakah masalah kesehatan kasus tersebut?
A. Menderita skabies
B. Menderita bisul
C. Menderita kandidiasis
D. Menderita dermatitis
E.Menderita alergi

opsi A. Menderita skabies merupakan jawaban yang paling sesuai.

Penjelasan :Menderita skabies Gejala seperti gatal-gatal pada tangan, kaki, dan dagu, anak
tampak kumel, kebersihan kurang, berdaki, dan pakaian kotor dapat menunjukkan adanya
infeksi parasit yang disebut skabies. Skabies disebabkan oleh tungau kecil yang disebut
Sarcoptes scabiei, yang menyerang lapisan atas kulit dan menyebabkan gatal-gatal intens,
terutama pada malam hari. Kebersihan yang kurang dapat meningkatkan risiko penularan.
Oleh karena itu, opsi A. Menderita skabies merupakan jawaban yang paling sesuai.
4.Demam berdarah dengue

1.Definisi:
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes
albopictus. Meskipun umumnya terjadi pada anak-anak yang lebih besar atau dewasa, bayi dan balita juga dapat terinfeksi.

2. Klasifikasi DBD:
DBD dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori berdasarkan tingkat keparahan:
• Dengue Tanpa Gejala (Asimptomatik): Infeksi tanpa gejala yang jelas.
• Dengue Ringan: Gejala demam dan mungkin muncul ruam, nyeri otot, atau sakit kepala.
• Dengue Sedang: Gejala yang lebih berat, mungkin disertai penurunan jumlah trombosit dan tanda-tanda pendarahan ringan.
• Dengue Berat: Terjadi penurunan jumlah trombosit yang signifikan, risiko pendarahan serius, dan kemungkinan syok dengue.

3. Cara Menentukan Diagnosa DBD:


• Data Subjektif:Riwayat gejala seperti demam tinggi, nyeri otot dan sendi, sakit kepala, dan mungkin muntah.
• Data Objektif:Pemeriksaan fisik untuk mendeteksi tanda-tanda seperti ruam, pembengkakan kelenjar getah bening, atau tanda-tanda perdarahan.

4. Pemeriksaan Fisik (Px) DBD:


• Pemeriksaan Tanda-tanda Demam:Pengukuran suhu tubuh untuk memastikan adanya demam.
• Pemeriksaan Tanda-tanda Pendarahan:Pemeriksaan untuk melihat adanya perdarahan pada gusi, hidung, atau kulit.
• Pemeriksaan kelenjar getah bening untuk melihat adanya pembengkakan.
• Pemeriksaan Tanda-tanda Syok:Memeriksa tanda-tanda syok dengue, seperti penurunan tekanan darah, detak jantung cepat, dan kulit dingin.
• Pemeriksaan Tanda-tanda Keparahan:Menilai tanda-tanda keparahan seperti perdarahan internal, kejang, atau gangguan kesadaran.
LANJUTAN……

5. Pemeriksaan Penunjang DBD:


Pemeriksaan Laboratorium:Pengukuran jumlah trombosit untuk menilai tingkat
keparahan.Pemeriksaan hematokrit untuk menilai kekentalan darah.Uji serologi untuk
mendeteksi antibodi virus dengue.

6. Penatalaksaan Asuhan Kebidanan DBD:


Manajemen Demam:Pemberian antipiretik untuk meredakan demam.
Pemantauan Tanda-tanda Pendarahan:Memantau tanda-tanda perdarahan dan
memberikan perawatan yang sesuai.
Pemantauan Kondisi Klinis:Memantau kondisi klinis secara berkala untuk mendeteksi
perburukan atau tanda-tanda syok.Rehidrasi:Memberikan cairan intravena untuk
menjaga keseimbangan cairan dan mencegah dehidrasi.Manajemen Nyeri dan
Ketidaknyamanan:Pemberian analgesik atau obat penurun nyeri sesuai dengan
kebutuhan.Penting untuk mencari bantuan medis segera jika ada dugaan DBD pada bayi
atau balita, terutama jika terdapat tanda-tanda keparahan seperti perdarahan atau tanda-
tanda syok. Penanganan dini dan perawatan yang tepat dapat meningkatkan prognosis
dan mencegah komplikasi serius.
SOAL KASUS

Seorang anak berusia 7 tahun dibawa ke puskesmas dengan gejala demam, sakit kepala, nyeri otot,
dan pucat. Setelah dilakukan pemeriksaan, didapatkan tanda-tanda awal trombositopenia. Orang tua
menyampaikan bahwa anak sering digigit nyamuk. Berdasarkan gejala dan riwayat yang diberikan,
ada kecurigaan terhadap demam berdarah.Pertanyaan:
Apa langkah-langkah pertama yang sebaiknya diambil oleh perawat atau tenaga kesehatan dalam
menangani kasus ini?

A. Memberikan obat penurun demam


B. Meminta pemeriksaan darah lengkap
C. Memberikan transfusi darah
D. Menyarankan istirahat total di rumah
E. Memberikan resep obat antivirus

Jawaban:B. Meminta pemeriksaan darah lengkap


Penjelasan:Langkah pertama yang sebaiknya diambil adalah meminta pemeriksaan darah lengkap
untuk memastikan diagnosis demam berdarah. Pemeriksaan darah dapat memberikan informasi
tentang jumlah trombosit dan tanda-tanda lain dari infeksi virus dengue. Dengan hasil pemeriksaan
darah, penanganan yang lebih spesifik dan tepat dapat dilakukan sesuai dengan tingkat keparahan
penyakit. Jika terkonfirmasi demam berdarah, perawatan yang sesuai, seperti cairan intravena dan
pengelolaan trombosit, dapat segera dimulai.
5.Campak
1.Definisi:
Campak adalah penyakit virus yang sangat menular yang disebabkan oleh virus campak (measles virus). Penyakit ini
dapat menyebabkan gejala seperti demam tinggi, ruam kulit, batuk, pilek, dan mata merah.

2. Klasifikasi Campak:
• Campak Tanpa Komplikasi: Gejala umum campak tanpa adanya komplikasi serius.
• Campak dengan Komplikasi: Campak yang disertai komplikasi seperti infeksi telinga, pneumonia, atau ensefalitis.

3. Cara Menentukan Diagnosa Campak:


• Data Subjektif:Riwayat gejala seperti demam, batuk, mata merah, dan ruam kulit.Riwayat kontak dengan orang
yang menderita campak.
• Data Objektif:Pemeriksaan fisik untuk mendeteksi gejala dan tanda-tanda campak.

4. Pemeriksaan Fisik (Px) Campak:


Pemeriksaan Mata:Mata merah dan berair merupakan tanda awal campak.Sensitivitas terhadap cahaya
(fotofobia).Pemeriksaan Mulut dan Tenggorokan:Bintik putih kecil (Koplik spots) pada bagian dalam mulut, di dalam
pipi.Tenggorokan merah dan inflamasi.Pemeriksaan Kulit:Ruam kulit yang dimulai dari belakang telinga dan
menyebar ke seluruh tubuh.Ruam biasanya berupa bercak merah yang bergabung dan terasa kasar.Pemeriksaan
Respirasi:Batuk dan pilek merupakan gejala pernapasan terkait campak.Potensi terjadinya pneumonia sebagai
komplikasi.
LANJUTAN……

5. Pemeriksaan Penunjang Campak:


• Pemeriksaan Laboratorium:Tes darah untuk mendeteksi antibodi atau virus campak.
• Tes serologi untuk mengonfirmasi diagnosis campak.

6. Penatalaksaan Asuhan Kebidanan Campak:


• Isolasi dan Pencegahan Penularan:Mengisolasi pasien untuk mencegah penularan
pada orang lain.
• Mendorong vaksinasi untuk pencegahan.
• Manajemen Gejala:Pemberian antipiretik untuk mengatasi demam.Menjaga
kenyamanan dan memfasilitasi istirahat.Pantauan Komplikasi:Memantau
kemungkinan komplikasi seperti pneumonia atau ensefalitis.Memberikan perawatan
jika diperlukan.
• Edukasi Orang Tua:Memberikan informasi kepada orang tua tentang campak, gejala-
gejalanya, dan tindakan pencegahan.Penting untuk segera menghubungi profesional
kesehatan jika ada kecurigaan terhadap campak. Vaksinasi adalah cara paling efektif
untuk mencegah penyakit ini.
SOAL KASUS

Seorang anak berusia 3 tahun datang ke puskesmas dengan gejala demam, batuk, dan
mata yang merah. Orang tua melaporkan bahwa anak tersebut mengalami ruam merah
yang dimulai dari wajah dan menyebar ke seluruh tubuh. Anak juga tampak lelah dan
kehilangan nafsu makan.
Apa kemungkinan diagnosis yang paling mungkin?
A. Varicella (cacar air)
B. Rubella (campak Jerman)
C. Campak (measles)
D. Scarlet fever
E. Tonsilitis

Jawaban:C. Campak (measles)


Penjelasan:Gejala demam, batuk, mata merah, ruam merah yang dimulai dari wajah dan
menyebar ke seluruh tubuh, kelelahan, dan kehilangan nafsu makan adalah ciri-ciri
khas campak (measles). Campak disebabkan oleh virus measles dan dapat
menyebabkan penyakit yang serius jika tidak diobati. Diagnosis definitif memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut oleh tenaga medis, tetapi gejala-gejala ini konsisten dengan
infeksi campak.
6.Infeksi Telinga pada Bayi dan Balita:

1.Definisi:
Infeksi telinga pada bayi dan balita, umumnya dikenal sebagai otitis media, adalah kondisi yang melibatkan peradangan atau infeksi pada
telinga tengah. Ini dapat menyebabkan rasa sakit dan gangguan pendengaran.

2. Klasifikasi Otitis Media:


• Otitis Media Akut: Infeksi telinga tengah yang gejalanya berkembang dengan cepat dan biasanya disertai rasa sakit.
• Otitis Media Kronis: Infeksi telinga tengah yang berlangsung lebih lama dan dapat menjadi kronis.
• Otitis Media dengan Efusi: Ansambel cairan di telinga tengah tanpa adanya infeksi akut.

3. Cara Menentukan Diagnosa Otitis Media:


• Data Subjektif:Keluhan rasa sakit atau ketidaknyamanan di telinga.Riwayat penyakit, seperti pilek atau batuk, yang dapat menjadi
pemicu infeksi telinga.
• Data Objektif:Pemeriksaan fisik untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi atau peradangan di telinga.Pemeriksaan pendengaran untuk
menilai gangguan pendengaran.

4. Pemeriksaan Fisik (Px) Otitis Media:


• Otoskopi: Pemeriksaan menggunakan alat khusus (otoskop) untuk melihat ke dalam telinga dan menilai kondisi membran timpani.
• Pemeriksaan Pendengaran:Menilai kemampuan pendengaran dengan berbagai cara, terutama pada balita yang belum dapat memberikan
respons verbal.
• Pemeriksaan Tanda-tanda Infeksi:Mengamati tanda-tanda inflamasi seperti kemerahan atau pembengkakan pada telinga.
LANJUTAN……

5. Pemeriksaan Penunjang Otitis Media:


• Pemeriksaan Audiometri: Pengukuran kemampuan pendengaran secara lebih rinci.
• Pemeriksaan Timpanometri: Mengukur gerakan membran timpani untuk mengevaluasi
tekanan di telinga tengah.

6. Penatalaksaan Asuhan Kebidanan Otitis Media:


Manajemen Nyeri:Pemberian analgesik atau obat penurun nyeri sesuai petunjuk medis.
Pemberian Antibiotik:Jika infeksi disebabkan oleh bakteri, pemberian antibiotik dapat
diberikan sesuai resep dokter.Istirahat dan Perhatian Penuh:Memberikan perhatian dan
kenyamanan kepada bayi atau balita selama masa penyembuhan.
Pemantauan dan Tindak Lanjut:Memantau perkembangan kondisi dan melakukan tindak
lanjut jika perlu.
Edukasi Orang Tua:Memberikan informasi kepada orang tua tentang cara mencegah infeksi
telinga dan tanda-tanda perburukan yang perlu diperhatikan.Penting untuk berkonsultasi
dengan profesional kesehatan untuk diagnosis yang tepat dan penanganan yang sesuai.
Infeksi telinga yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi dan gangguan pendengaran
SOAL KASUS

Seorang bayi berusia 8 bulan dibawa ke puskesmas oleh orang tua dengan keluhan menangis
terus-menerus, sering memegang telinga, dan tampak rewel. Orang tua juga melaporkan
adanya cairan yang keluar dari telinga bayi tersebut. Apa kemungkinan diagnosis yang
paling mungkin?

A. Infeksi saluran pernapasan atas


B. Infeksi telinga bagian luar (otitis eksterna)
C. Infeksi telinga bagian tengah (otitis media)
D. Gigi tumbuh
E. Kolik usus
Jawaban:C. Infeksi telinga bagian tengah (otitis media)Penjelasan:Gejala menangis terus-
menerus, sering memegang telinga, dan adanya cairan yang keluar dari telinga dapat
mengindikasikan adanya infeksi telinga bagian tengah (otitis media) pada bayi. Otitis media
umumnya terjadi karena infeksi bakteri atau virus yang menyebabkan peradangan pada
telinga bagian tengah. Diagnosa definitif memerlukan pemeriksaan oleh tenaga medis, tetapi
gejala-gejala tersebut konsisten dengan infeksi telinga pada bayi.
7.Gizi Buruk pada Bayi dan Balita

1.Definisi:
Gizi buruk pada bayi dan balita adalah kondisi kekurangan gizi yang dapat terjadi akibat asupan nutrisi yang tidak
mencukupi untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

2. Klasifikasi Gizi Buruk:


Gizi Buruk Akut: Kondisi gizi buruk yang berkembang dengan cepat, sering kali terjadi sebagai akibat bencana atau
krisis kesehatan.Gizi Buruk Kronis: Kondisi gizi buruk yang berkembang secara perlahan dalam jangka waktu yang
lebih lama.

3. Cara Menentukan Diagnosa Gizi Buruk:


• Data Subjektif:Riwayat pola makan dan asupan nutrisi.Riwayat perkembangan fisik dan motorik.
• Data Objektif:Pemeriksaan fisik untuk menilai tanda-tanda gizi buruk.Pengukuran antropometri untuk menilai
pertumbuhan dan status gizi.

4. Pemeriksaan Fisik (Px) Gizi Buruk:


• Berat Badan dan Tinggi Badan:Pengukuran berat badan dan tinggi badan untuk menilai pertumbuhan.
• Kulit dan Rambut:Kulit kering, bersisik, atau mudah iritasi.
• Rambut kusam dan mudah rontok.
• Otot dan Lemak Tubuh:Kehilangan massa otot dan lemak tubuh.
• Mata dan Mulut:Pembengkakan atau kerutan pada mata.Bibir kering, lidah merah, dan gusi yang mudah berdarah.
LANJUTAN……

5. Pemeriksaan Penunjang Gizi Buruk:


• Pemeriksaan Laboratorium:Tes darah untuk menilai kadar nutrisi tertentu, seperti zat
besi atau vitamin.Pengukuran kadar hemoglobin untuk menilai anemia.
• Tes Antropometri Lanjutan:Pengukuran lingkar lengan atas (MUAC) untuk menilai
status gizi.Pengukuran lipatan kulit untuk menilai lemak tubuh.

6. Penatalaksaan Asuhan Kebidanan Gizi Buruk:


Suplementasi Nutrisi:Pemberian suplemen nutrisi, seperti zat besi atau vitamin, sesuai
kebutuhan.
Perbaikan Pola Makan:Perencanaan diet yang kaya nutrisi dan sesuai dengan kebutuhan
pertumbuhan.
Pantauan dan Evaluasi:Memantau perkembangan pertumbuhan dan respons terhadap
intervensi nutrisi.
Edukasi Orang Tua:Memberikan edukasi kepada orang tua tentang pentingnya pola makan
seimbang dan pencegahan gizi buruk.Penting untuk mendeteksi dan mengatasi gizi buruk
sejak dini untuk mencegah dampak serius pada pertumbuhan dan perkembangan anak.
Perawatan dan intervensi nutrisi yang tepat dapat membantu memulihkan kondisi gizi
buruk.
SOAL KASUS

Seorang bayi berusia 9 bulan dibawa ke puskesmas dengan keluhan penurunan berat badan,
lemah, kulit kering, dan rambut rontok. Orang tua melaporkan bahwa bayi sulit makan dan
tampak tidak bersemangat. Bayi tersebut tampak sangat kurus dan tampak kurang energi.
Apa kemungkinan diagnosis yang paling mungkin?

A. Anemia
B. Gizi buruk
C. Infeksi saluran pernapasan atas
D. Intoleransi laktosa
E. Dehidrasi
Jawaban:B. Gizi buruk
Penjelasan:Gejala penurunan berat badan, kelemahan, kulit kering, dan rambut rontok dapat
mengindikasikan adanya gizi buruk pada bayi. Gizi buruk terjadi ketika bayi tidak
mendapatkan nutrisi yang cukup atau tidak dapat mencerna dan menyerap nutrisi dengan
baik. Diagnosa definitif memerlukan pemeriksaan lebih lanjut oleh tenaga medis, tetapi
gejala-gejala ini konsisten dengan keadaan gizi buruk pada bayi.
8.Cacingan pada Bayi dan Balita

1.Definisi:
Cacingan pada bayi dan balita adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh cacing, seperti cacing gelang (Ascaris
lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), atau cacing kremi (Enterobius vermicularis). Infeksi ini dapat
memengaruhi sistem pencernaan dan menyebabkan gejala yang bervariasi.

2. Klasifikasi Cacingan:
• Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides): Cacing panjang yang dapat menyerang usus besar dan kadang-kadang
saluran napas.
• Cacing Cambuk (Trichuris trichiura): Cacing kecil yang biasanya menyerang usus besar.
• Cacing Kremi (Enterobius vermicularis): Cacing kecil yang biasanya menyerang usus halus dan usus besar.

3. Cara Menentukan Diagnosa Cacingan:


• Data Subjektif:Keluhan gejala seperti perut kembung, diare, atau gatal-gatal di area anus.Riwayat pola makan dan
perilaku anak.
• Data Objektif:Pemeriksaan tinja untuk mendeteksi telur cacing.Pemeriksaan area anus untuk mendeteksi telur
atau cacing dewasa pada cacing kremi.

4. Pemeriksaan Fisik (Px) Cacingan:


• Perut Kembung:Peningkatan gas dalam usus dapat menyebabkan perut kembung.
• Gangguan Pencernaan:Diare atau konstipasi, tergantung pada jenis cacing.Gatal-gatal di Area Anus:Khususnya
pada infeksi cacing kremi.
LANJUTAN..

5. Pemeriksaan Penunjang Cacingan:


Pemeriksaan Tinja:Mengidentifikasi telur cacing atau cacing dewasa dalam tinja.
Pemeriksaan Analisis Darah:Dalam beberapa kasus, analisis darah dapat digunakan untuk
mendeteksi infeksi cacing tertentu.

6. Penatalaksaan Asuhan Kebidanan Cacingan:


Pemberian Obat Antiparasit:Pemberian obat antiparasit sesuai dengan jenis cacing yang
menyebabkan infeksi.Peningkatan Kebersihan:Edukasi tentang pentingnya mencuci
tangan dengan baik dan menjaga kebersihan lingkungan.Pantauan dan Tindak
Lanjut:Memantau respons terhadap pengobatan dan melakukan tindak lanjut jika
diperlukan.Pencegahan:Edukasi tentang cara mencegah infeksi cacing, termasuk
kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan.Penting untuk segera mencari bantuan
medis jika ada dugaan infeksi cacing pada bayi atau balita. Pengobatan yang tepat dan
langkah-langkah pencegahan dapat membantu mengatasi dan mencegah kambuhnya
infeksi
SOAL KASUS

Seorang bayi berusia 1 tahun dibawa ke puskesmas dengan keluhan sering menangis,
tampak rewel, dan tampak gelisah. Orang tua melaporkan bahwa bayi tersebut sering
menggaruk pantat dan tampak gelisah. Selain itu, ditemukan adanya cacing pada tinja
bayi tersebut.
Apa kemungkinan diagnosis yang paling mungkin?

A. Asma
B. Cacingan (infeksi cacing)
C. Gigi tumbuh
D. Demam
E. Intoleransi laktosa

Jawaban:B. Cacingan (infeksi cacing)


Penjelasan:Gejala sering menangis, tampak rewel, gelisah, dan adanya cacing pada
tinja dapat mengindikasikan adanya infeksi cacing pada bayi. Infeksi cacing dapat
menyebabkan berbagai gejala termasuk iritasi pada saluran pencernaan dan dapat
mengganggu kesehatan bayi. Diagnosa definitif memerlukan pemeriksaan lebih lanjut
oleh tenaga medis, tetapi gejala-gejala ini konsisten dengan adanya cacingan pada
bayi.
9.Infeksi Usus pada Bayi dan Balita

1.Definisi:
Infeksi usus pada bayi dan balita adalah kondisi di mana mikroorganisme seperti bakteri, virus, atau parasit menginfeksi
saluran pencernaan, menyebabkan gejala seperti diare, muntah, dan ketidaknyamanan perut.

2. Klasifikasi Infeksi Usus:Bakteri:


• Infeksi bakteri usus dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, termasuk Salmonella, E. coli, atau Campylobacter.
• Virus:Infeksi virus usus umumnya disebabkan oleh Norovirus, Rotavirus, atau Calicivirus.
• Parasit:Infeksi usus oleh parasit seperti Giardia lamblia atau Entamoeba histolytica.

3. Cara Menentukan Diagnosa Infeksi Usus:


• Data Subjektif:Riwayat gejala seperti diare, muntah, atau nyeri perut.Informasi tentang konsumsi makanan atau
minuman yang mungkin terkontaminasi.
• Data Objektif:Pemeriksaan fisik untuk menilai tanda-tanda dehidrasi, seperti kulit kering atau lembab, serta tanda-
tanda infeksi.4. Pemeriksaan Fisik (Px) Infeksi Usus:Tanda-tanda Dehidrasi:Kulit kering dan kurang elastis.Bibir
kering dan pecah-pecah.Mata cekung.Perut Kembung dan Nyeri:Perkusi atau penekanan lembut pada perut untuk
menilai rasa sakit atau ketidaknyamanan.Frekuensi dan Konsistensi Tinja:Menilai apakah terjadi diare dan
karakteristik tinja.
LANJUTAN……

5. Pemeriksaan Penunjang Infeksi Usus:


• Pemeriksaan Tinja:Untuk mendeteksi adanya darah, lendir, atau patogen seperti bakteri
atau parasit.
• Pemeriksaan Darah:Pemeriksaan darah lengkap untuk menilai tingkat keparahan
infeksi dan tanda-tanda peradangan.

6. Penatalaksaan Asuhan Kebidanan Infeksi Usus:


Pemberian Cairan dan Elektrolit:Pemberian cairan untuk mencegah dehidrasi, terutama
jika terjadi diare dan muntah berlebihan.Diet Mudah Dicerna:Pemberian diet yang mudah
dicerna dan diabsorpsi.Antibiotik atau Antiparasit:Jika infeksi disebabkan oleh bakteri
atau parasit yang memerlukan pengobatan spesifik.Istirahat:Memberikan waktu istirahat
yang cukup untuk membantu pemulihan.Pantauan dan Evaluasi:Memantau respons
terhadap pengobatan dan melakukan tindak lanjut jika diperlukan.Penting untuk segera
mencari bantuan medis jika bayi atau balita mengalami gejala infeksi usus, terutama
dehidrasi yang dapat berisiko. Penanganan cepat dan tepat dapat membantu
meminimalkan dampak dan mempercepat pemulihan.
SOAL KASUS

Seorang bayi berusia 6 bulan dibawa ke puskesmas oleh orang tua dengan keluhan sering
menangis, diare, muntah, dan tampak lemas. Orang tua melaporkan bahwa bayi tersebut
juga tidak mau makan dan tampak haus. Bayi tampak dehidrasi dengan fontanel (tulang
lembut pada kepala bayi) yang cekung.
Apa kemungkinan diagnosis yang paling mungkin?

A. Infeksi saluran pernapasan atas


B. Infeksi kulit
C. Infeksi telinga bagian luar (otitis eksterna)
D. Infeksi usus
E. Gigi tumbuh

Jawaban:D. Infeksi usus


Penjelasan:Gejala sering menangis, diare, muntah, lemas, tidak mau makan, haus, dan
dehidrasi dapat mengindikasikan adanya infeksi usus pada bayi. Infeksi usus dapat
disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, atau parasit. Gejala
dehidrasi yang ditunjukkan oleh fontanel cekung menunjukkan bahwa bayi kehilangan
cairan yang cukup, yang dapat menjadi masalah serius. Diagnosa definitif memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut oleh tenaga medis, tetapi gejala-gejala ini konsisten dengan adanya
infeksi usus pada bayi.
2.Pemberian obat dan imunisasi pada bayi
dan balita sesuai kewenangan dan standar
• Pemberian obat dan imunisasi pada bayi dan balita sebaiknya dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kewenangan dan mengikuti standar prosedur medis.
• Berikut beberapa prinsip yang harus diperhatikan:Pemberian Obat pada Bayi dan Balita:
• Dokter atau Petugas Kesehatan Terlatih:Pemberian obat harus dilakukan oleh dokter atau petugas kesehatan terlatih.
• Dosis dan jenis obat harus disesuaikan dengan berat badan, usia, dan kondisi kesehatan anak.
• Resep Dokter:Obat yang memerlukan resep dokter harus diberikan sesuai dengan petunjuk dokter.
• Dokter akan menilai kebutuhan dan keamanan penggunaan obat pada bayi atau balita.
• Informasi Orang Tua:Orang tua harus diberikan informasi yang jelas mengenai penggunaan obat, termasuk dosis,
jadwal pemberian, dan efek samping yang mungkin terjadi.
• Imunisasi pada Bayi dan Balita:Program Imunisasi Nasional:Mengikuti jadwal imunisasi nasional yang ditetapkan
oleh pemerintah.Memastikan anak menerima imunisasi dasar sesuai dengan usianya.
• Konsultasi dengan Tenaga Kesehatan:Berkonsultasi dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan informasi mengenai
jenis dan jadwal imunisasi yang sesuai.
• Rekam Medis:Menjaga rekam medis anak agar dapat melacak dan memastikan imunisasi tercatat dengan baik.
• Pemberian Imunisasi Tambahan:Jika diperlukan imunisasi tambahan, seperti vaksin flu atau vaksin tertentu sesuai
dengan kondisi geografis atau kesehatan, ini juga harus diberikan sesuai dengan anjuran dokter.Penting untuk selalu
berkonsultasi dengan dokter atau petugas kesehatan terlatih sebelum memberikan obat atau imunisasi pada bayi dan
balita. Keamanan dan efikasi prosedur kesehatan ini sangat bergantung pada pemahaman dan kewenangan profesional
medis yang terlibat.
IMUNISASI

Jadwal Imunisasi Dasar Lengkap


• Hepatitis B: Diberikan empat kali, yaitu 24 jam setelah bayi
lahir.kemudian di usia 2, 3, dan 4 bulan.
• DPT: Diberikan sebanyak tiga kali, yaitu di usia 2, 3, dan 4
bulan.
• BCG: Hanya diberikan satu kali pada usia 0–1 bulan.
• HiB: Diberikan sebanyak tiga kali pada usia 2, 3, dan 4
bulan.
3.Anticiatory guidance untuk mencegah dan menurunkan SIDS
Anticipatory guidance (panduan antisipatif) adalah pendekatan pencegahan yang melibatkan memberikan
informasi, dukungan, dan saran kepada orang tua atau perawat tentang perkembangan anak dan cara
merawatnya. Dalam konteks Sudden Infant Death Syndrome (SIDS), berikut adalah beberapa langkah
anticipatory guidance yang dapat membantu mencegah dan menurunkan risiko SIDS:

• Tidur Terlentang:Anjurkan orang tua untuk selalu menempatkan bayi tidur dalam posisi terlentang.
• Hindari tidur menyamping atau terlentur karena dapat meningkatkan risiko SIDS.
• Tempat Tidur yang Aman:Pastikan bayi tidur di tempat tidur yang kokoh dan aman, seperti ranjang bayi
yang memenuhi standar keselamatan.
• Hindari tidur bersama di tempat tidur orang dewasa.
• Peralatan Tidur yang Aman:Gunakan matras yang sesuai dengan ukuran tempat tidur dan tidak terlalu
lembut.
• Hindari penggunaan bantal, selimut tebal, atau mainan di tempat tidur bayi.
• Kontrol Suhu dan Ventilasi:Pastikan suhu kamar tidur nyaman dan hindari overheating
(kepanasan),Sediakan ventilasi yang baik di ruang tidur.
• Pantauan pada Bayi:Anjurkan orang tua untuk memantau bayi dengan peralatan pengawasan
atau bayi monitor, tetapi bukan sebagai jaminan utama untuk mencegah SIDS.
• Perhatian pada Kesehatan Ibu selama Kehamilan:Berikan informasi kepada ibu tentang
pentingnya perawatan prenatal yang baik.
• Anjurkan ibu untuk tidak merokok dan menghindari paparan asap rokok selama kehamilan.
• Pemberian ASI:Anjurkan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama, karena ini telah
terkait dengan penurunan risiko SIDS.
• Vaksinasi Bayi:Dukung jadwal vaksinasi bayi sesuai anjuran dokter.
• Imunisasi dapat memberikan perlindungan terhadap penyakit infeksi yang dapat meningkatkan
risiko SIDS.
• Pendidikan kepada Orang Tua:Berikan informasi kepada orang tua tentang risiko dan tanda-
tanda SIDS.
• Tingkatkan kesadaran mengenai langkah-langkah pencegahan SIDS.Langkah-langkah ini
bersifat antisipatif dan berfokus pada faktor-faktor yang dapat dikendalikan untuk menciptakan
lingkungan tidur yang aman bagi bayi. Selalu penting untuk berkonsultasi dengan profesional
kesehatan untuk informasi lebih lanjut dan petunjuk yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
spesifik bayi.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai