Anda di halaman 1dari 20

Pemetaan Partisipatif Berbasis

Sistem Informasi Geografis (SIG)


Peran BKM Dalam
Pemetaan KOTAKU

Ilham Hidayatullah
2021
LATAR
BELAKANG
Pemetaan Partisipatif Berbasis
Sistem Informasi Geografis (SIG)

Pengelolaan data penanganan kumuh saat ini masih berfokus pada


data numerik. Dalam perjalanannya, data tersebut belum bisa
dimanfaatkan secara maksimal, sebab belum memiliki informasi
lokasi yang detail dan akurat, sehingga informasi yang didapatkan
terbatas dan memunculkan banyak interpretasi di lapangan. Yang
kemudian berdampak pada penanganan kumuh di lapangan.
Di Kabupaten Gowa, data permasalahan dan penanganan kumuh
ditingkat basis umumnya masih berupa peta sketsa, data tabulasi, As
built drawing, LPJ dll. Hal ini tentunya akan sulit terdokumentasi ke
dalam produk perencanaan penanganan kumuh.
Maka dari itu pemetaan berbasis SIG bisa menjadi solusi, dengan
menyandingkan pengelolaan data numerik dan spasial, dengan
begitu data penanganan kumuh menjadi lebih akurat, mutakhir,
terpadu, dapat dipertanggung-jawabkan, serta mudah diakses dan
dibagipakaikan.

2
Pemetaan Patisipatif
Berbasis SIG
Ringkasan
Kegiatan pemetaan ini dilaksanakan selama kurang
lebih 20 bulan. Tim pemetaan dibentuk untuk terlibat
aktif selama kegiatan ini dilaksanakan. Tim pemetaan
ini terdiri dari:
• Tim Korkot
• Asisten GIS
• Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)
• Tim Inti Perencana Partisipatif
• Relawan
Rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh tim pemetaan antara lain: mengadakan
pertemuan dalam rangka persiapan, exercise, survey lapangan, evaluasi data dan loka
karya.
Hasil dari kegiatan ini diantaranya: Peta administrasi kelurahan, peta delineasi kumuh 3
2016 dan 2020, titik kegiatan 2017-2021, peta sebaran fasilitas, dan peta permasalahan
indikator kumuh dengan kedalaman data (by name by address)
TAHAPAN PELAKSANAAN

1 2 3 4

PENGUMPULAN PEMBANGUNAN ALIH KELOLA


PERSIAPAN
DATA SPASIAL DATA SPASIAL DATA
• Sosialisasi • Identifikasi • Batas Administrasi • Serah Terima Data
• Pembentukan Tim Ketersedian dan • Delineasi Kumuh • Alih Pengetahuan
Pemetaan Kualitas Data • Titik Kegiatan
• Menyusun Rencana • Digitasi On Screen • Permasalahan 4

Kerja • Survey Lapangan Kekumuhan


PERSIAPAN

1. SOSIALISASI PEMBANGUNAN DATA


SPASIAL
2. PENYAMPAIAN TARGET DATA SPASIAL
3. PEMBENTUKAN TIM PEMETAAN
4. PEMBAHASAN METODE SURVEY
5. PENYUSUNAN RENCANA KERJA
• Penyepakatan jadwal survey
• Penyiapan peta kerja
• Penyiapan peralatan
 Exercise : Spidol, plastic transparan dll
 Survey lapangan: GPS Handheld, GPS
Android, App Collecting Data 5
PENGUMPULAN
DATA

Metode pengumpulan data:


• Survey lapangan, pengumpulan data primer secara langsung
di lapangan
• Digitasi on screen, melakukan tracing (menelusuri) dan
mengeblat objek-objek yang ada di permukaan bumi yang
tampak di peta dengan informasi dari para informan
• Exercise permasalahan 7 indikator kekumuhan

6
Keluaran Data Spasial

PEMBANGUNA
N DATA
SPASIAL

Editing

Capaian Pembangunan
Atributing
Data Spasial
Komponen 2020 2021
Join
Batas Administrasi 14 Kel 15 Kel

Delineasi Kumuh 93 Basis 159 Basis


Layout
Titik Kegiatan
496 Titik 28 Titik
2017-2021
7
Upload Permasalahan
- 7 Indikator
Web GIS Baseline
ALIH KELOLA DATA

Pra Alih Kelola Data

8
Peran BKM Dalam Pembangunan
Data Spasial
BKM secara formal adalah lembaga kolektif yang
merumuskan unsur-unsur strategis bagi kepentingan
masyarakat, yang dalam merumuskan suatu kebijakan
selalu mengedepankan prinsip-prinsip partisipatif.
Dalam menjalankan tugas tanggungjawabnya, BKM
dituntut mampu mengidentifikasi segala permasalahan
yang ada di wilayahnya sehingga mampu menghasilkan
kebijakan-kebijakan strategis dalam menangani
permasalahan kekumuhan di kelurahan masing-masing.

Kaitannya dengan pembangunan data spasial KOTAKU, keberadaan BKM menjadi sangat
sentral. Dimana data-data yang selama ini hanya berupa data statistik, yang oleh BKM
mampu di spasialkan. Sehingga mempercepat proses pemetaan di lapangan.
9
Penguasaan lapangan serta kemampuan menggerakkan orang banyak menjadi kekuatan oleh para BKM di Kabupaten
Gowa dalam pembangunan data spasial. Hanya dengan berkoordinasi dengan para koordinator BKM, data yang
terkumpul sudah banyak untuk bisa diolah menjadi data spasial.
Lanjut… Peran BKM
Selain menjadi narasumber, para pimpinan kolektif BKM juga mampu
mengkoordinir orang-orang yang dinilai paham terhadap kondisi di lapangan untuk
menjadi sumber data tambahan, mulai dari para kepala RW-RT, tokoh-tokoh
masyarakat, para relawan, kader-kader posyandu, termasuk para KSM kegiatan
BDI/BPM yang notabene merupakan pelaksana kegiatan beberapa tahun yang lalu.
Pemilihan narasumber yang tepat serta memastikan kehadiran para narasumber
dalam setiap kegiatan pengumpulan data baik dilapangan maupun exercise di posko
BKM dan kantor KORKOT 4, tentunya membuat proses pengumpulan data berjalan
efektif dan efisien yang berdampak pada percepatan serta kualitas data spasial.
Para narasumber dihadirkan secara bergiliran untuk menghindari kerumunan, pola
ini dilakukan sebagai bentuk adaptasi selama masa pandemi dan kebiasaan normal
baru, yang mana kita dibatasi untuk dapat berkumpul dan harus menjaga jarak satu
sama lain. Namun hal tersebut tidak mengurangi esensi prinsip-prinsip pemetaan
partisipatif. Sebab pemilihan narasumber memperhatikan keterwakilan dari masing-
masing RW-RT, sehingga tetap menghasilkan data dengan kualitas baik.
Hal tersebut mampu dilakukan oleh BKM, sebab sampai saat ini masih menjalin
hubungan baik dengan semua kalangan.
10
Pilot Project
Pemetaan Data Baseline
Kegiatan pemetaan data baseline dilakukan dalam rangka untuk kebutuhan penajaman Dokumen RPLP. Sebab dokumen
RPLP yang ada saat ini umumnya hanya berisi data-data statistik dan belum dilengkapi dengan peta-peta pendukung. Hal
ini kemudian menjadi dasar mengapa pemetaan data baseline di Kelurahan Parangbanoa dilakukan, harapannya bisa
menjadi percontohan RPLP dengan kualitas baik di Kabupaten Gowa.
Setelah mendiskusikan hal tersebut kepada BKM dan unsur Kelurahan Parangbanoa, kegiatan ini sangat diapresiasi karena
hal itu juga merupakan kebutuhan Kelurahan. Dalam diskusi ini pula, pihak kelurahan menyampaikan beberapa kebutuhan
datanya, yang oleh asisten GIS menilai bahwa, hal tersebut bisa dilakukan apabila pemetaan baseline dilakukan hingga
kedalaman data by name by address. Dan untuk melakukan hal tersebut dibutuhkan effort lebih. Dan setelah diskusi tersebut
pihak BKM dan Kelurahan menyanggupi dan siap untuk mendukung pemetaan by name by address. Sehingga kemudian
kegiatan ini ditetapkan sebagai pilot project pemetaan spasial KOTAKU di Kabupaten Gowa.

Tahap Kegiatan:

11
Tahapan Kegiatan

Persiapan Exercise Exercise

App Survey

Pendataan by Pendataan 12

name by address kelompok rentan


Peta Permasalahan Infrastruktur Menjadi Bahan Diskusi Loka Karya
Dalam Rembuk Warga Tahunan

Pemetaan Data Baseline Serah Terima Data

13
Cerita BKM
Cerita BKM tentang data spasial

Kelurahan Bonto-Bontoa Kelurahan Katangka


• Salah satu relawan ada yang memiliki dasar ilmu pemetaan • Koordinator BKM Kelurahan Katangka “Dg
Tola”, merupakan salah satu Koordinator yang
• Memetakan batas administrasi, penggunaan lahan dan kondisi memiliki mental mapping yang sangat baik.
jaringan jalan menggunakan “Google Earth”
• Disalah satu kesempatan “Dg Tola” pernah
melakukan analisa spasial dalam menangani
demam berdarah di wilayahnya. Dg Tola
Kelurahan Tompobalang pertama-tama memetakan sebaran warga yang
• Para kepala RT mendata sebaran Rumah Tidak Layak Huni terkena demam berdarah, kemudian lokasi
menggunakan Foto Taging, sehingga mempermudah dalam tersebut menjadi prioritas untuk dilakukan
melakukan konversi menjadi data spasial. kegiatan kerja bakti. Dari hal ini akhirnya
terungkap, bahwa terdapat saluran drainase yang
tidak terhubung dengan jaringan utama, yang
Kelurahan Samata selama ini tidak diketahui. Setelah hal tersebut
dibenahi, kejadian demam berdarah di sekitar
• Keberadaan kampus UIN Alauddin, di kelurahan Samata lokasi tersebut tidak terulang lagi.
banyak terdapat kost-kostan dan kontrakan. Yang oleh BKM
dinilai sebagai potensi untuk merekrut relawan.
14
• Salah satu relawan yang terlibat dalam penyusunan RPLP
mampu menggunakan aplikasi SIG.
PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT
PENGEMBANGAN SIG
Faktor Pendukung
• Pimpinan kolektif BKM didominasi oleh generasi muda
• Pimpinan kolektif umumnya sudah familiar dengan pengelolaan data spasial
• BKM mulai aktif mendorong keterlibatan generasi muda dengan menjadi relawan
• Beberapa relawan tertarik mendalami SIG
• Keberadaan posko BKM di semua kelurahan serta 1 posko Forum BKM, menjadi wadah bagi para
generasi muda untuk mengembangkan minat dan bakat.

Faktor Penghambat
• Keterbatasan peralatan
• Masih minimnya media belajar SIG
• Secara umum para relawan sudah familiar dengan data spasial, hanya untuk proses membangun data
spasial masih awam. 15
TESTIMONI

Koordinator BKM Kel. Mawang Koordinator BKM Kel. Parangbanoa


“Selama ini batas kelurahan Mawang dengan “Data spasial yang sudah kita susun harapannya
kelurahan sekitanya masih belum jelas. Melalui dapat terus dikembangkan, kita akan mengutus
kegitan verifikasi batas administrasi diharapkan relawan untuk belajar GIS, setidaknya untuk
bisa menjadi referensi buat pemerintah kecamatan mengupdate data” 16
dalam menentukan tapal batas di kemudian hari”
TESTIMONI

Koordinator Forum BKM Kabupaten Gowa

“Data GIS dewasa ini sangat dibutuhkan, hamper semua pendataan selalu meminta untuk melampirkan peta dan
titik koordinat. Selama ini para relawan maupun kader yang melakukan pendataan masih membuat peta sketsa.
Sehingga ketika kembali melakukan pendataan mereka kembali harus membuat peta sketsa baru lagi. Ini
tentunya menjadi tidak efektif dan efisien. Maka dari itu, semua BKM siap untuk mereplikasi pilot project yang 17
ada di Parangbanoa”
DOKUMENTASI
Uji Petik Data Spasial Oleh KMP

18
Dokumentasi

19
TERIMA KASIH

“Aplikasi GIS hanya dibatasi oleh


imajinasi penggunanya saja.”
(Jack Dangermond, 2003)

Anda mungkin juga menyukai