Anda di halaman 1dari 26

DISINTEGRASI

BANGSA
BAB 9
Fitria Ramadhani (11)

M. Fardika (19)

ANGGOTA M. Majid (21)

KELOMPO Naufal Savero (23)


K
Rasya Yusuf (26)

Syakira Cintya (35)


DISINTEGRASI
BANGSA

1
DISINTEGRASI
BANGSA

Disintegrasi merupakan antonim dari integrasi nasional dimana tidak adanya persatuan dalam
negara bangsa. Perpecahan di mana-mana. Kerusuhan dan bentrokan antar golongan, ideologi,
agama, dan paham yang berbeda antar bangsa mengakibatkan hubungan menjadi renggang.
Disintegrasi merupakan wujud dari melunturnya sikap nasionalisme dan patriotisme yang
mangancam kedaulatan negara. Disintegrasi beraasal dari kata dis yang artinya tidak dan integrasi
yang artinya bersatu. Jadi disintegrasi berarti tidak bersatu. disintegrasi bangsa muncul akibat
adanya kekurang terterimaan dalam perbedaan maupun tidak adanya sikap dalam makna toleransi
antar perbedaan tersebut.
MASA REVOLUSI FISIK
(1945 – 1950)
Masa Revolusi Fisik
(1945-1950)

DisintegrasiLorem
yang muncul
ipsumpada periode
dolor ini dilatar
sit amet,
belakangi maraknya adipiscing
consectetur konflik ideologi.
elit. Kekalahan
Praesent
Negara Negara fasisme Seperti Jerman dan Jepang
semper ante vitae metus tristique
pada Perang Dunia II (1939-1945) oleh pihak sekutu,
luctus.
memunculkan perang ideologi yang merambah ke
Negara-negara bekas jajahan termasuk Indonesia.
Peristiwa itu terjadi di Madiun, Jawa Timur, pada
pertengahan tahun 1948. Latar belakang terjadinya
peristiwa Madiun 1948 adalah jatuhnya kabinet
Amir Syarifuddin karena tidak lagi mendapat

Pemberontakan PKI dukungan setelah kesepakatan Perjanjian Renville.


Setelah mundurnya Amir dari kebinet, Presiden
Soekarno lalu menunjuk Muhammad Hatta sebagai

Madiun perdana menteri dan membentuk kabinet baru.

Mendapati kondisi ini, Amir tidak sepakat dan


kemudian mendirikan Front Demokrasi Rakyat
(FDR).Dalam menjalankan rencananya Amir tidak
sendirian, ia didukung oleh kelompok-kelompok
beraliran kiri terutama komunis. Salah satunya
yakni pemimpin PKI, Musso, untuk melakukan
pemberontakan di Madiun.

Hal pertama yang dilakukannya adalah dengan


melakukan propaganda antipemerintahan. Gerakan
selanjutnya adalah aksi mogok kerja oleh kaum
buruh.Setelah itu mulai dilakukan penculikan dan
pembunuhan tokoh-tokoh Negara. Untuk mengatasi
kondisi Madiun yang kacau, pemerintah Indonesia
pada 20 September 1948 mengirim pasukan yang
dipimpin oleh Kolonel A.H. Nasution.Di bawah
komando Kolonel A.H. Nasution pasukan berhasil
menumpas para pemberontak.
DI / TII

Darul Islam (DI) atau disebut juga dengan Tentara Islam Indonesia merupakan salah satu insiden
yang terjadi setelah Indonesia merdeka. Munculnya aksi pemberontakan ini disebabkan karena
kekalahan Indonesia dalam Perjanjian Renville dari pihak Belanda yang mengharuskan Tentara
Indonesia meninggalkan Jawa Barat. Aksi pemberontakan ini tidak hanya terjadi di Jawa Barat
tapi telah meluas ke berbagai provinsi yang ada di pulau Jawa bahkan menyebar ke luar pulau
Jawa. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk memusnahkan gerakan DI/TII di Jawa Tengah
diantaranya melancarkan operasi kilat bernama Gerakan Banteng Negara (GBN) di bawah Letnan
Kolonel Sarbini pada Januari 1950 (selanjutnya diganti Letnan Kolonel M. Bachrun lalu Letnan
Kolonel A. Yani). Operasi penumpasan pemberontakan DI/TII ini disebut dengan pasukan
Banteng Raiders.
Pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) merupakan Strategi Belanda dalam
rangka melakukan. 1 perubahan bentuk negara dari negara Kesatuan menjadi negara
Federal berdasarkan hasil Konprinsi Meja Bundar 1 pada 2 November 1949. 1
Negara Pederal hanya berlangsung hanya sekitar 8 bulan yaitu 27 Desember 1949 –
17 Agustus 1950 Karena mayoritar pemimpin bangsa menghendaki bergabung
Kembali dengan NKRI. Wilayah Irian Barat (sekarang Papua dan Papua Barat) belum
masuk wilayah NKRI berdasarkan hasil perundingan KMB Karina. Pemerintah
Belanda mempunyai strategi untuk membentuk negara Irian Barat di luar
pemerintahan Indonesia, namun tidak berhasil karena tekanan dari Amerika Serikat.
Pada tahun 1962 bendera merah putih dikibarkan Kan di Trean sebelah barat.

Meskipun lembaga Internasional (PBB) telah PBB tilah


mengakui bahwa lan barat sebagai bagian ONKRI to tapi
masih terdapat andaman integrasi dari Oldalam negeri jaitu
gerakan bar Sonjata yang menyebut dirinya Organisasi
Papua merdeka COPMA) Pada Saat Pemerintah 115 telah
tergadi beberapa pemberontakan yang di lakukan oleh

Pembentukan RIS Anggota Angkatan. Parang Republik Indonesia Serikat


(APIs) dan terjadi di Sulawesi Selatan, Sulawesi barat dan
maluku.
Angkatan perang Ratu Adil (APRA)
dipimpin oleh Raymond Waterling.
Gerakan ini diberi nama Ratu Adil
Karena ingin mendapatkan Simpati
dan dukungan dari Rakyat. Tujuan
APRA adalah ingin tetap
mempertankan Bentuk negara federal
di Indonesia pada 23 Januari 1950,
Waterling menggerakan pasukan
APRA berkekuatan lebih dari 800
orang untuk menyerang Koto
Bandung dan menduduki markas
tentara Schwang. APRA berhasil
dihentikan setelah Waterling
mendapat kecaman dari media massa
yaitu dari Kantor Berita Agence
France Presse, majalah Amerika
Bernama Life, Idan Kantor Berita

Gerakan
Reuters.

APRA
Gerakan Saparatis yang
berlangsung di
Makassar. Yang di
latarbelakangi oleh
penolakan Andi Aziz
terhadap masuknya
pasukan APRIS / THI
diwilayah Sulawesi
Selatan.

Gerakan Andi
Aziz
Gerakan separatis yang menolak
integrasi ini (RMS) dipimpin oleh
Dr. Soumokil, dan berbasis di
Ambon. RMS menolak kedatangan Gerakan ini diawali dengan ditangkapnya
tentara APRIS/TNI ke wilayah rakyat Maluku yang mendukung NKRI. Pada
Maluku, karena kedatangan mereka 3 November 1950, operasi penumpasan yang
tersebut bertujuan melucuti senjata dilakukan oleh APRIS/TNI berhasil
bekas tentara KNIL yang masih ada mengepung Ambon dengan bantuan angkatan
di Maluku. udara dan serangan dari laut. Pada hari itu
juga, pasukan APRIS/TNI berhasil merebut
Benteng Nieuwe Victoria dan Ambon pun
berhasil dikuasai oleh tentara APRIS/TNI.

RMS (Republik
Maluku Selatan)
Dr. Christian Soemokil
Masa Demokrasi
Liberal Pada masa Demokrasi Liberal, sistem pemerintahan
menggunakan sistem parlementer. Pada masa ini, Indonesia
juga menggunakan UUD Sementara Tahun 1950 sebagai
dasar konstitusi. Kelemahan sistem parlementer adalah
mudahnya sebuah kabinet dijatuhkan sehingga sebuah
kabinet tidak dapat bekerja hingga akhir masa kerjanya (4-5
tahun).
Masa Demokrasi
Liberal

Pada masa Demokrasi


Lorem ipsumLiberal,
dolorsistem pemerintahan
sit amet,
menggunakan sistemadipiscing
consectetur parlementer.elit.
Pada masa ini, Indonesia juga
Praesent
menggunakan UUD Sementara Tahun 1950 sebagai dasar
semper ante vitae metus tristique
konstitusi. Kelemahan sistem parlementer adalah mudahnya
luctus.
sebuah kabinet dijatuhkan sehingga sebuah kabinet tidak dapat
bekerja hingga akhir masa kerjanya (4-5 tahun).
Pergolakan daerah yang juga berpotensi sebagai upaya
disintegrasi terjadi pada masa Kabinet Ali
Sastroamidjojo II. Pergolakan yang muncul karena

Terbentuknya
ketidakpuasan terhadap alokasi dana pembangunan
yang diterima dari pemerintah pusat, dan mereka juga
merasa menemui kesulitan untuk menyampaikan

Dewan Daerah
aspirasinya kepada parlemen. Akhirnya mereka
menempuh jalan nonparlemen dengan membentuk
dewan- dewan di daerah.
Terbentuknya Dewan
Daerah

Dewan tersebut melakukan kontak satu sama lain, bahkan Dewan


Banteng yang anggotanya dari Divisi Banteng telah melakukan
pertemuan di Padang pada 20 – 25 November dan meghasilkan
keputusan sebagai berikut:
Pembangunan daerah akan dilakukan dengan cara menggali potensi
daerah melalui pemerintahan ekonomi.
Menyusun buku Sejarah perjuangan Sumatera Selatan.
Membangun rumah perjuangan.
Lorem ipsum dolor sit amet,
Mengurus para veteran yang cacat
consectetur karena pertempuran,
adipiscing elit. Praesentpara janda
dan yatim piatu serta menyediakan lahan untuk makam pahlawan.
semper ante vitae metus tristique
Merancang simbo dan lambang baru.
Melakukan pengawasan terhadapluctus.
penempatan pejabat daerah harus
merupakan tenaga produktif bagi daerah.
Terbentuknya
Dewan Daerah Dalam bidang pertahanan dan keamanan mereka akan membentuk Komando
Pertahahanan Daerah yang meliputi bidang teritorial, operatif, dan administratif sesuai
dengan pembagian administrasi yang telah ada di pemerintah pusat. Selain itu, mereka
juga menghendaki dihapusnya sistem sentralisasi yang telah menimbulkan birokrasi
yang tidak sehat. Sentralisasi cenderung menghilangkan inisiatif daerah terutama dalam
bidang pembangunan ekonomi.

Hasil keputusan ini memang disampaikan kepada Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo
dengan mengirimkan delegasi Dewan Banteng. Sementara itu, ketua Dewan Banteng
mengambil keputusan sendiri mengambil alih kekuasaan Sumatera Tengah dari Gubernur
Ruslan Muljohardjo. Tindakan ketua Dewan Banteng tersebut mengakibatkan munculnya
ketegangan antara pemerintah pusat dan Dewan Banteng.

Adapun Dewan Gajah di Medan juga menguasai instansi- instansi penting pemerintah,
seperti RRI Medan yang digunakan untuk menyiarkan semua kegiatan Dewan kepada
masyarakat luas. Akan tetapi, gerakan Dewan Gajah segera berakhir ketika pimpinannya
mengundurkan diri dan pindah dari Medan dengan diikuti sejumlah anak buahnya. Dewan
Garuda di Sumatera Selatan yang dipimpin oleh Letnan Kolgiel Barlian juga melakukan hal
yang sama. Dewan Garuda mengambil alih kekuasaan dari Gubernur Sumatera Selatan yang
ketika itu dijabat oleh Winarno Danvatmodjo
Terbentuknya
Dewan Daerah Pintah pusat menghendaki pergolakan di daerah yang a dakarsal anggota militer
khususnya angkatan a dapat diselesaikan melalui perundingan. Pemerintah Juga
membentuk sebuah kepanitiaan untuk merumuskan hal yang dipandang perlu dalam
upaya menyelesaikan abh masalah di tubuh angkatan darat. Kepanitiaan wbt terdiri dari
tujuh anggota di antaranya Soekarno po panglima tertinggi, Mohammad Hatta, Perdana
Menteri anda Wakil Perdana Menteri Leimena, Dokter Azis Saleh, tan
Hamengkubowono IX, dan KSAD Mayor Jenderal A. H Non Akan tetapi, sebelum
panitia ini mengumumkan hasil Asannya terjadi percobaan pembunuhan terhadap
Soekamo.

Peristiwa ini terjadi ketika Soekarno sedang berada di guruan Cikini untuk menghadiri
ulang tahun perguruan empat putra-putrinya bersekolah. Peristiwa yang terjadi pada 30
November 1957 ini dikenal dengan Peristiwa Cikini. Soekarno berhasil selamat, tetapi
banyak juga anak-anak sekolah yang menjadi korban akibat dari lemparan granat tersebut.

Setelah peristiwa tersebut, pergolakan daerah semakin meningkat dan menunjukkan upaya
untuk melepaskan diri dari pemerintah pusat. Selain di Sumatra terjadi pula pergolakan jang
serupa di Sulawesi. Di Makassar terbentuk Dewan Lambung Mungkurat dan di Manado ada
Dewan Manguni. Adapun di layah Indonesia Timur lainnya juga melakukan gerakan yang
sima adalah di wilayah kepulauan Nusa Tenggara dan Maluku.
Terbentuknya
Dewan Daerah
Pergolakan daerah yang terjadi melemahkan kedudukan Kabinet Ali Sastroamidjojo II
yang akhirnya menyerahkan mandatnya kepada Presiden. Soekarno kemudian menunjuk
Ir. Djuanda, menjadi perdana menteri dan bersamanya membentuk Kabinet Karya.

Panglima Teritorial VII, Letnan Kolonel Ventje Sumual pimpinan Dewan Manguni akhirnya
memproklamirkan berdirinya Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) pada 2 Maret 1957. Di
Sumatera diproklamasikan Juga Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) oleh
Achmad Husain, yang merupakan pimpinan Dewan Banteng pada 15 Februari 1958. PRRI
kemudian mengangkat Syafruddin Prawiranegara sebagai perdana menteri.

Pada mingggu ketiga Desember, diadakan pertemuan di Sungai Dareh oleh politisi, perwira
menengah AD, dan pemimpin dewan daerah, untuk membahas pembentukan pemerintahan
baru. Pada keesokan harinya, 10 Februari 1958, Kolonel Achmad Husain berpidato di depan
masyarakat dan menyampaikan ultimatum kepada pemerintah pusat. Isi ultimatum tersebut
diantaranya :
1. Kabinet Djuanda harus menyerahkan mandatnya kepada Presiden dalam waktu 5 x 24
jam, atau presiden yang mencabut mandat tersebut.
2. Presiden menugaskan Hatta dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX untuk membentuk
kabinet ahli.
3. Meminta kepada presiden untuk kembali kepada kedudukannya sebagai presiden
konstitusional.
Terbentuknya
Dewan Daerah

Pembentukan Dewan Nasional dimaksudkan untuk menampung dan


menyalurkan aspirasi daerah dari sejumlah kekuatan sosial yang
terdapat dalam masyarakat. Eskalasi pergolakan daerah malah
semakin meningkat, yang menyebabkan hubungan antara pusat dan
daerah (Sumatera dan Sulawesi) menjadi terganggu. Pemerintah RI
kemudian mengambil tindakan tegas dengan melakukan operasi
militer di wilayah-wilayah pergolakan.

Tidak mudah melakukan normalisasi keadaan republik karena ternyata ada campur tangan asing yang
membantu pergolakan ini. Hal ini terbukti ketika TNI berhasil menembak jatuh sebuah pesawat Permesta
pada 18 Mei 1958. Pergolakan yang dilakukan oleh PRRI dan Permesta akhirnya berhasil dilumpuhkan.
MASA DEMOKRASI
TERPIMPIN
Masa Demokrasi
Terpimpin

Demokrasi Terpimpin diperkenalkan oleh Soekarno melalui Dekrit Presiden


pada 5 Juli 1959. Melalui dekrit presiden tersebut dan atas persetujuan
Kabinet Karya pimpinan Perdana Menteri Djuanda, akhirnya UUD 1945
diberlakukan kembali.
G30S/PKI
G30S/PKI merupakan
gerakan yang terjadi
pada malam 30
September 1965.
Gerakan ini bertujuan
mengambil alih
kekuasaan atau
kudeta yang
dilakukan oleh PKI,
hingga berujung pada
terbunuhnya enam
jenderal angkatan
darat dan satu orang Letnan Jenderal Mayor Jenderal R. Mayor Jenderal MT.
letnan satu yakni Ahmad Yani Suprapto Haryono
sebagai berikut.
G30S/PKI

Mayor Jenderal S. Brigadir Jenderal Brigadir Jenderal


Parman Di. Panjaitan Sutoyo Siswomiharjo

Letnan Satu Pierre


Andreas Tendean
G30S/PKI

Gerakan ini berhasil diatasi oleh Mayor Jenderal Soeharto yang pada saat itu
menjabat sebagai Panglima Kostrad. Soeharto mengatasi hal tersebut
berdasarkan Surat Perintah Sebelas Maret 1966 yang ditandatangani oleh
Presiden Soekarno
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai