Anda di halaman 1dari 86

Komunikasi

Terapeutik Anak –
Terapi Bermain-
Anticipatory
Guidance – Sex
Education
1
By Armina, Ns., Sp.Kep.An
Bahasan

1. Komunikasi Terapeutik pada anak


2. Konsep bermain pada anak
3. Konsep terapi bermain pada anak sakit
4. Konsep hospitalisasi pada anak

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 2


KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA

BAYI DAN BALITA


Bentuk Komunikasi pada Anak
1. Komunikasi 2. Komunikasi 3. Komunikasi
Verbal NonVerbal Abstrak
• Bahasa & • Bahasa tubuh • Permainan
Ekspresi : posisi • Foto
• Vokalisasi : tubuh, • Simbol
Tertawa, gerakan • Pilihan
Merintih, tubuh pakaian
Berteriak • Ekspresi
wajah, postur
tubuh

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 4


Komunikasi Verbal
• Kekuatan Kata
• Bahasa Penghindaran :
– Meninggal mati ---- membiarkan rasa takut
berlanjut
– Gunakan Bahasa langsung yang tepat sesuai
situasi dan bisa mendiskusikan rasa takut anak
• Bahasa Pengalihan
– Untuk melindungi diri dari kenyataan / situasi
menyakitkan
By Armina, Ns., Sp.Kep.An 5
Komunikasi Non Verbal
Bicara terlalu cepat :
• Petunjuk : untuk perasaan atau terdengar fasih namun
tidak sensitive.
perhatian seseorang. Bicara lambat dengan
• Tampak pada : tekanan kuat dan jeda
tepat menunjukkan
1. nada suara, kekuasaan  Mendengar
intruksi.
2. jeda saat berbicara :
mengingat informasi,
menyusun cerita.
3. Intonasi
4. Kecepatan
5. Volume
6. Penekanan dalam berbicara
By Armina, Ns., Sp.Kep.An 6
Aspek Penting Komunikasi pada
Anak
Orang dewasa harus menggunakan bentuk bahasa yang bermakna bagi anak
yang diajak berbicara. Maksudnya sebagai berikut.
1) Menggunakan isyarat seperti menunjuk objek secara jelas jika objek
tersebut ingin dilihat anak.
2) Memilih kata-kata secara tepat dan struktur bahasa yang mudah dipahami
anak
Aspek Penting Komunikasi pada Anak

Anak berusaha agar komunikasinya juga dipahami orang lain. Maksudnya


sebagai berikut.
1) Anak menggunakan isyarat-isyarat tertentu untuk menyampaikan
keinginan atau mengungkapkan perasaannya agar orang dewasa paham
dengan apa yang dia inginkan.
2) Semakin bertambah besar anak, komunikasi dengan isyarat semakin
kurang diperlukan karena pemahaman komunikasi anak sudah lebih baik.
Bentuk-bentuk Komunikasi pada Bayi dan Anak

a. Tangisan
b. Ocehan dan celoteh
• Anak menggunakan isyarat-isyarat tertentu dalam
komunikasinya sehingga orang tua harus mengenal isyarat
yang digunakan anak.
• Semakin bertambah besar anak, komunikasi dengan isyarat
semakin kurang diperlukan karena pemahaman komunikasi
anak sudah lebih baik.
• Terkait Bentuk-bentuk komunikasi pada bayi dan anak, Sebelum bayi mampu
berbicara dengan kata-kata, dia menggunakan kode-kode khusus untuk
menyampaikan keinginannya yang disebut sebagai bentuk komunikasi prabicara
(prespeech).

• Komunikasi ini bersifat sementara, berlangsung selama tahun pertama


kelahiran bayi dan akan berakhir seiring dengan perkembangan bayi.

• Komunikasi prabicara meliputi tangisan, celoteh, isyarat, dan ekspresi emosional.

• Bentuk komunikasi prabicara ini harus dikenali dan dipahami orang dewasa
supaya apa yang diinginkan anak dapat terpenuhi atau maksudnya dapat
tersampaikan.
• Untuk berkomunikasi dengan anak, diperlukan teknik khusus agar
hubungan yang dijalankan dapat berlangsung dengan baik sesuai
dengan tumbuh kembang anak.

• Secara umum, ada dua teknik berkomunikasi yang digunakan


pada anak, yaitu teknik komunikasi verbal dan nonverbal.
• Perkembangan komunikasi pada bayi dan anak tergantung dari
perkembangan otak dan fungsi kognitifnya.

• Perkembangan komunikasi bayi-anak juga berhubungan dengan


kematangan atau kemampuan organ sensorik dalam menerima
rangsangan atau stimulus internal maupun eksternal, juga
dipengaruhi oleh kuatnya stimulus internal dan eksternal.

• Perkembangan komunikasi pada anak mempunyai karakteristik


yang berbeda - beda dan spesifik pada setiap tingkat
perkembangannya.
• Perkembangan komunikasi mulai bayi menggunakan tangisan
untuk mengomunikasikan kebutuhannya, misal lapar, basah, sakit,
dan sebagainya.
• Bayi juga akan tersenyum atau melakukan gerakan riang jika
merasa senang.
• Pada perkembangan komunikasi anak usia toddler dan prasekolah, anak
sudah mampu berkomunikasi secara verbal ataupun nonverbal.
• Anak sudah mampu menyatakan keinginan dengan menggunakan kata-
kata yang sudah dikuasainya.
• Ciri khas anak kelompok ini adalah egosentris (berkomunikasi berfokus
pada sudut pandangnya sendiri) dan fantasi (anak bicara ditambahi
dengan fantasi diri tentang objek yang diceritakan).
• Perkembangan komunikasi usia sekolah dan remaja, anak sudah mampu untuk
memahami komunikasi penjelasan sederhana yang diberikan.

• Pada masa ini, anak akan banyak mencari tahu terhadap hal-hal baru dan akan
belajar menyelesaikan masalah yang dihadapinya berdasarkan pengetahuan
yang dimilikinya.

• Pada masa ini, anak harus difasilitasi untuk mengekspresikan rasa takut, rasa
heran, penasaran, serta berani mengajukan pendapat dan melakukan
klarifikasi terhadap hal-hal yang tidak jelas baginya.

• Orang tua harus bisa menjadi teman buat anak/remaja.


Konsep Bermain pada anak
& Terapi Bermain pada anak
sakit
KONSEP BERMAIN

A. Pengertian
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan
dengan suka rela untuk memperoleh
kesenangan atau kepuasan dan tidak dapat
dipisahkan dari anak.
Mencerminkan kemampuan fisik, intelektual,
emosional dan sosial.
Media yang baik untuk belajar menyesuaikan
diri dengan lingkungan dan berkomuniksi.
By Armina, Ns., Sp.Kep.An 18
B. Fungsi Bermain
 Merangsang perkembangan :
Sensorik motorik
Intelektual
Sosial
Kreativitas
Kesadaran diri
Moral
 Bermain sebagai terapi

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 19


C. Tujuan bermain
Melanjutkan tumbang yang normal pada
anak saat sakit
Mengekspresikan perasaan,keinginan dan
fantasi serta ide anak.
Mengembangkan kreativitas dan
memecahkan masalah
Dapat beradaptasi secara efektif terhadap
stress karena sakit dan dirawat di rumah
sakit

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 20


D. Faktor-Faktor yang mempengaruhi aktivitas
bermain
 Tahap perkembangan anak
 Status kesehatan anak
 Jenis kelamin anak
 Lingkungan yang mendukung
 Alat dan jenis permainan yang cocok

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 21


Klasifikasi bermain berdasarkan isi
permainan

1. Social afektive play


• Intinya adalah adanya hubungan
interprsonal yang menyenangkan antara
anak dengan orang lain.
• Contoh : Bayi akan mendapat kesenangan
melalui hubungan dengan orang tuanya.
Misalnya pada permainan “ci-luk-ba”

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 22


2. Sense of pleasure play
 Menggunakan alat yang dapat
menimbulkan rasa senang pada anak dan
biasanya mengasyikan, misanya ;
membentuk gunung atau benda lain
dengan pasir, bermain air dan
memasukannya ke botol.
 Ciri permainan ini, semakin lama semakin
asyik dan susah dihentikan.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 23


3. Skill Play
 Meningkatkan ketrampilan motorik kasar
dan halus.
 Semakin sering dilakukan maka anak akan
semakain terampil
 Mis ; naik sepeda, bayi memegang benda-
benda kecil dan memindahkannya dari satu
tempat ke tempat lain

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 24


4. Games atau permainan
 Jenis permainan yang menggunakan alat
tertentu dengan perhitungan /skor.
 Dapat dilakukan sendiri atau bersama
teman
 Misalnya ; ular tangga, congklak, puzzle, dll.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 25


5. Unoccupied Behavior
 Anak tidak menggunakan alat
pemainan tertentu
 Situasi atau objek disekelilingnya digunakan
sebagai alat permainan
 Anak tampak gembira, senang dan asyik
dengan situasi dan lingkungan tersebut
 Mis; anak mondar-mandir, tersenyum,
tertawa, memainkan kursi, meja, dll.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 26


6. Dramatic play
 Anak bermain peran sebagai orang lain
 Anak menirukan orang dewasa
 Terjadi percakapan dengan teman tentang
peran yang ditiru
 Permainan ini penting sebagai proses
identifikasi anak terhadap peran tersebut
 Mis ; peran sebagai guru, ayah, ibu, kakak,
dll.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 27


Klasifikasi bermain berdasarkan karakter sosial

1. Onlooker play
 Anak hanya mengamati teman yang sedng
bermain
 Tidak ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi
dalam permainan
 Anak bersifat pasif, tetapi ada proses
pengamatan

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 28


2. Solitary Play
 Anak berada dalam kelompok permainan
 Tetapi anak bermain sendiri dengan alat
permainan yang dimilikinya.
 Alat permainan berbeda dengan temannya
 Tidak ada komunikasi atau kerja sama

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 29


3. Paralel play
 Anak menggunakan alat permainan yang
sama tetapi tidak ada kontak satu sama lain.
 Tidak ada sosialisasi satu sama lain.
 Biasanya dijumpai pada anak toddler

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 30


4. Associative play
 Sudah terjadi komunikasi antar anak tetapi
tidak terorganisir
 Tidak ada pemimpin dalam permainan
 Tujuan permainan tidak jelas
 Mis; bermainan boneka, hujan-hujanan,
masak-masakan

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 31


5. Cooperative play
 Aturan perminan dalam kelompok jelas
 Ada tujuan dan pemimpin permaian
 Misalnya : permainan sepak bola

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 32


Klasifikasi bermain berdasarkan kelompok usia

1. Bayi
• Karakteristik permainan adalah sense
of pleasure play.
• Usia 0-3 bulan : mainan gantung berwarna
terang, bunyi musik yang menarik
• Secara auditori : ajak bayi bicara,
mendengar pembicaraan, musik dan
nyanyian yang menyenangkan.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 33


• Bayi 4 – 6 bulan :
Stimulasi penglihatan melaui nonton TV,
mainan mudah dipegang dan berwarna
terang, meletakan bayi didepan cermin.
Stimulasi pendengran melalui memanggil
namanya, mengulang bunyi suara yang
dikeluarkanya, sering berbicara dengan
bayi, meletakan mainan yang berbunyi di
dekat telinga.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 34


• Usia 7 – 9 bulan :
 Stimulasi penglihatan melalui permainan yang berwarna
terang, berikan kertas dan alat tulis untuk mencoret.
 Stimulasi pendengaran dengan memberikan boneka yang
berbunyi, mainan yang berbunyi jika digerakkan.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An


 Alat permainan yang cocok seperti buku dengan warna
yang terang, gelas dan sendok yang tidak pecah, bola
besar, boneka dan mainan yang dpat didorong.

35
2. Anak Toddler ( 1 - 3 tahun)
• Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar sehingga
mainan sering dibongkar/dirusak.
• Tidak memberikan alat permainan yang tajam.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An


• Usia 1-2 tahun anak bermain sendiri dengan
permainannya
• Usia 2-3 tahun anak bermain secara paralel karena
sudah dapat berkomunikasi dengan temannya.
• Jenis permainan : kereta api, truk, alat memasak,
alat menggambar, pasir, tanah liat, dll.

36
3. Anak usia prasekolah (4-5 tahun)
• Jenis permainan yang sesuai adalah
associative play, dramatic play, skill play.
• Jenis alat permainan yang sesuai adalah
sepeda, mobil-mobilan, alat olahraga,
berenang, permainan balok-balok besar.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 37


4. Anak usia sekolah ( 6-12 tahun)
• Bermain dengan teman menjadi tempat belajar norma baik
dan buruk.
• Belajar bersaing dengan teman secara sehat.

• Menerima kelebihan orang lain melalui permainan.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An


• Anak laki-laki ; mainan mobil-mobilan.

• Anak perempuan ; mainan memasak dan boneka.

38
5. Anak usia remaja ( 13-18 tahun)
• Anak sering menyendiri, berkhayal atau
melamun dan disisi lain anak mempunyai
geng sesama remaja.
• Tidak sekedar mencari kesenangan tetapi
meningkatkan perkembangan
fisioemosional, menyalurkan minat,
bakat dan aspirasi untuk menemukan
identitas dirinya.
• Permainan; olahraga, musik, kegiatan
organisasi yang positif.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 39


BERMAIN UNTUK ANAK YANG DIRAWAT
DI RS
1.Aktivitas bermain di RS memberikan keuntungan :
 Meningkatkan hubungan antar klien dengan
perawat

By Armina, Ns., Sp.Kep.An


 Aktivitas bermain yang terprogram akan
memulihkan perasaan mandiri pada anak
 Membantu anak mengekspresikan perasaan cemas,
takut, sedih, tegang maupun nyeri.
 Meningkatkan kemampuan anak untuk mempunyai
tingkah laku positif.

40
2. Prinsip permainan pada anak di RS
• Tidak boleh bertentangan dengan terapi dan
perawatan yang sedang dijalankan.
• Tidak membutuhkan energi yang banyak

By Armina, Ns., Sp.Kep.An


• Mempertimbangkan keamanan anak

• Dilakukan pada kelompok umur yang sama

• Melibatkan orang tua

3. Tujuan anak bermain di RS


• Penekanan pada upaya ekspresi sekaligus relaksasi
dan distraksi dari perasaan takut, sedih, cemas,
tegang dan nyeri.
41
4. Proses kegiatan bermain
• Uraikan kegiatan bermain yang akan
dilakukan.
• Perawat hanya sebagai fasilitator dan
kegiatan bermain dilakukan aktif oleh
orang tua dan anak.
• Mengacu pada tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya
• Bila permainan dalam kelompok, maka
uraikan dengan jelas aktivitas setiap
anggota kelompok dan kegiatan orang
tua setiap anak.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 42


5. Alat permainan yang diperlukan
• Alat permainan tidak harus baru dan bagus.

• Gunakan alat permainan yang dimiliki anak atau yang


tersedia di ruang rawat.
• Gunakan bahan yang murah dan mudah dijangkau.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An


• Harus menjadi media utuk eksplorasi perasaan anak.

43
6. Pelaksanaan kegiatan bermain
• Respons anak dan orang tua harus dicatat

• Bila anak nampak lelah, permainan tidak boleh diteruskan

• Proses permainan merupakan hal yang penting, bukan


hasilnya.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An


44
7. Evaluasi/penilaian
• Evaluasi secara menyeluruh dan
bandingkan pelaksanaan bermain dengan
tujuan yang ditetapkan.
• Tuliskan hambatan yang ditemukan
• Berikan pujian dan penghargaan bila anak
melakukan dengan baik.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 45


Anticipatory Guidance
 Masa anak merupakan masa dimana rasa ingin
tahu mereka terhadap lingkungan sekitar sangat
tinggi.
 Eksplorasi menggunakan panca indera
 Tanpa mengetahui bahaya yang timbul
 Dapat mencederai dan menimbulkan luka
 Pada remaja bisa muncul rendah diri
 Bahkan kematian pada anak
 Orangtua dan perawat perlu dibekali petunjuk
antisipasi

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 47


Pengertian  Anticipatory guidance juga merupakansuatu upaya
petunjuk yang dilakukan oleh perawat dalam membimbing
orang tua tentang tahapan perkembangan anak
antisipasi sehingga orang tua sadar akan apa yang terjadi dan
mengetahui apa yang harus dilakukan untuk
(Anticipatory memenuhi kebutuhan sesuai dengan tahapan usia
guidance). anak.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 48


 Enam bulan pertama
 1) Ajarkan perawatan bayi dan bantu orang tua
untuk memahami kebutuhan dan responsbayi
 2) Bantu orang tua untuk memenuhi kebutuhan
Usia bayi stimulasi bayi
 3) Tekankan kebutuhan imunisasi
 4) Persiapkanuntuk pengenalanmakananpadat

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 49


 Enambulan kedua
 1) Siapkan orang tua akan respons stranger anxiety
(takut pada orang asing) dari anak.
 2) Bimbing orang tua mengenai disiplin karena
Usia bayi peningkatan mobilitas bayi.
 3) Ajarkan pencegahancedera karena peningkatan
keterampilan motorik anak dan rasa
keingintahuannya.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 50


 Usia 12-18 bulan
 1) Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi adanya
perubahan tingkah laku dari toddler khususnya
negativisme.
 2) Dorong orang tua untuk melakukan penyapihan
secara bertahap dan peningkatan pemberian
makananpadat.
 3) Adanya jadwal waktu makan yang rutin.
Usia Toddler
 4) Pencegahan bahaya kecelakaan yang potensial terjadi
(1-3 tahun): terutama di rumah, kendaraanbermotor,
keracunan,jatuh.

 5) Perlunya ketentuan-ketentuan/peraturan/aturan
disiplin dengan lembut dan cara-cara untuk mengatasi
negatifistik dan temper tantrum yang sering terjadi pada
todler.
 6) Perlunya mainan baru untuk mengembangkan
motorik, bahasa, pengetahuandan keterampilan sosial.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 51


 Usia 18-24 bul

 1) Menekankan pentingnya persahabatan sebaya dalam


bermain.
 2) Menekankan pentingnya persiapan anak untuk kehadiran
bayi baru dan kemungkinan terjadinya persaingan dengan
saudara kandung (sibling rivalry). Persaingan dengan
saudara kandung adalah perasaan cemburu dan benci yang
Usia Toddler biasanya dialami oleh anak karena kehadiran/kelahiran
saudara kandungnya. Hal ini terjadi bukan karena rasa
(1-3 tahun): benci tetapi lebih karena perubahan situasi. Libatkan anak
dalam perawatan adik barunya seperti mengambilkan baju,
popok, susu dan sebagainya.
 3) Mendiskusikan kesiapan fisik dan psikologis anak untuk
toilet training. Toilet training adalah suatu usaha untuk
melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan
buang air kecil atau buang air besar. Toilet training secara
umum dapat dilaksanakan pada setiap anak yang sudah
mulai memasuki fase kemandirian. Fase ini biasanya terjadi
pada anak usia 18 -24 bulan.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 52


 4) Dalam melakukan toilet training ini, anak
membutuhkan persiapan fisik, psikologis maupun
intelektualnya. Dari persiapan tersebut anak dapat
mengontrol buang air besar dan buang air kecil
secara mandiri (Hidayat, 2005).
 5) Perawat bertanggung jawab dalam membantu
orang tua mengidentifikasi kesiapan anak untuk
toilet training. Latihan miksi biasanyadicapai
Usia Toddler sebelum defekasi karena merupakan aktifitas
regular yang dapat diduga. Sedangkan defekasi
(1-3 tahun): merupakan sensasi yang lebih besar daripada miksi
yang dapat menimbulkan perhatian dari anak.
 6) Mendiskusikan berkembangnya rasa takut
seperti pada kegelapan atau suara keras.
 7) Menyiapkanorang tua akan adanya tanda-tanda
regresi pada waktu anak mengalami stress
(misalnya anak yang tadinya sudah tidak
mengompol tiba-tiba menjadi sering mengompol).

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 53


 Usia 24-36 bulan
 1) Mendiskusikan kebutuhan anak untuk dilibatkan
dalam kegiatan dengan cara meniru.
 2) Mendiskusikan pendekatan yang dilakukan
dalam toilet training dan sikap menghadapi
keadaan-keadaan seperti mengompol atau buang
air besar (BAB) dicelana.
Usia Toddler
 3) Menekankan keunikan dari proses berfikir
(1-3 tahun): toddler misalnya: melalui bahasa yang digunakan,
ketidakmampuan melihat kejadian dari perspektif
yang lain.
 4) Menekankan disiplin harus tetap berstruktur
dengan benar dan nyata,
 5) ajukan alasan yang rasional, hindari kebingungan
dan salah pengertian.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 54


 Bimbingan terhadap orang tua selama usia
prasekolah di antaranya adalah:
 Usia 3 tahun
 1) Menganjurkan orang tua untuk meningkatkan
minat anak dalam hubungan yang luas.

Usia  2) Menekankan pentingnya batas-batas/peraturan-


peraturan.
Prasekolah  3) Mengantisipasi perubahan perilaku yang agresif
(menurunkan ketegangan/tension).
 4) Menganjurkan orang tua untuk menawarkan
kepada anaknya alternatif alternatif pilihan pada
saat anak bimbang.
 5) Perlunya perhatian ekstra.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 55


 Usia 4 tahun
 1) Perilakulebih agresif termasuk aktivitas motorik
dan bahasa.
 2) Menyiapkan meningkatnyarasa ingin tahu
tentang seksual,
Usia  3) Menekankan pentingnya batas-batas yang
realistik dari tingkah lakunya.
Prasekolah
 Usia 5 tahun
 1) Menyiapkan anak memasuki lingkungan sekolah.
 2) Meyakinkan bahwa usia tersebut merupakan
periode tenang pada anak.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 56


 Bimbingan yang dapat dilakukan pada orang tua
untuk anak usia sekolah di antaranya adalah:
 Usia 6 tahun
 1) Bantu orang tua untuk memahami kebutuhan
sosialisasi dengan cara mendorong anak
berinteraksi dengan temannya.
 2) Ajarkan pencegahan kecelakaan dan keamanan
Usia Sekolah terutama naik sepeda.
 3) Siapkan orang tua akan peningkatan ketertarikan
anak keluar rumah.
 4) Dorong orang tua untuk menghargai kebutuhan
anak akan privacy dan menyiapkan kamar tidur
yang berbeda.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 57


 Usia 7-10 tahun
 1) Menekankan untuk mendorong kebutuhan akan
kemandirian.
 2) Tertarik untuk beraktivitas di luar rumah.
 3) Siapkan orang tua untuk menghadapi anak
terutama anak perempuan memasuki prapubertas.
Usia Sekolah
 Usia 11-12 tahun
 1) Bantu orang tua untuk menyiapkan anak tentang
perubahan tubuh saat pubertas.
 2) Anak wanita mengalami pertumbuhan cepat.
 3) Pendidikan seks (Sex education) yang adekuat
dan informasi yang akurat.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 58


 1) Terima remaja sebagai manusia biasa
 2) Hargai ide-idenya, kesukaandan ketidaksukaan serta
harapannya.
 3) Biarkan remaja mempelajari dan melakukan hal-hal
yang disukainya walaupun metdenya berbeda dengan
orang dewasa.
 4) Berikan batasanyang jelas dan masuk akal.
Usia Remaja  5) Hargai privacy remaja
 6) Berikan kasih sayang tanpa menuntut.
 7) Gunakan pertemuan keluarga untuk merundingkan
masalah dan menentukan aturan-aturan.
 8) Orangtua juga harus menyadari bahwa: mereka ingin
mandiri, sensitif terhadap perasaan dan perilaku yang
mempengaruhinya, teman• temannya merupakan hal
yang sangat penting dan memandang segala sesuatu
sebagai hitam atau putih, baik atau buruk.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 59


 Masa bayi
1. Menghindari aspirasi: Simpan pada tempat yang
aman dan tidak terjangkau atau buang benda-benda
yang berpotensi menyebabkan aspirasi seperti
bedak, kancing, permen, biji-bijian dan sebagainya.
Gendong bayi saat memberi makan dan menyusui.
Pencegahan 2. Kekurangan oksigen: jauhkan dan jangan biarkan
kecelakaan anak bermain plastik, sarung bantal atau benda-
benda yang berpotensi membuat anak kekurangan
pada anak oksigen. Jangan pernah meninggalkan bayi sendirian
di kamar bayi atau kamar mandi.
3. Jatuh: beri pengaman tempat tidur saat bavi/anak
sedang tidur, usahakananak duduk di kursi khusus
atau tidak memakai kursi tinggi, usahakan ujung
benda seperti meja dan kursi tidak tajam. Jangan
pernah meninggalkan bayi pada tempat yang tinggi
dan bila ragu tempatkan bayi di lantai dengan
pengalas.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 60


 4) Luka bakar: cek air mandi sebelum dipakai,
simpan air panas di tempat yang aman dan tidak
terjangkau oleh anak. Jangan merokok di dalam
rumah atau dekat dengan bayi.
Masa Bayi  5) Tempatkan peralatan listrik jauh dari jangkauan
bayi dan gunakan pengaman.
 6) Keracunan: simpan bahan toxic dilernari/tempat
yang amana Buang bahan-bahan yang
mengandung zat kimia tidak terpakai seperti
baterai ke tempat yang jauh dari jangkauan bayi.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 61


 Jenis kecelakaanyang seringterjadi :
 1) Jatuh/luka akibat mengendaraisepeda.
 2) Tenggelam.
 3) Keracunanatau terbakar.
 4) Tertabrak karena lari mengejar bola/halon.
 5) Aspirasidan asfiksia.

 Pencegahan yang bisa dilakukan:


 1) Awasi anakjika bermain dekat sumber alr.
Masa Todler  2) Ajarkan anak berenang.
 3) Simpankorek api, hati-hati terhadap kompor masakdan
strika.
 4) Tempatkan bahan kunia/toxic di lemari.
 5) Jangan biarkan anak main tanpa pengawasan.
 6) Cekair mandi sebelum dipakai.
 7) Tempatkan barang-barang berbahaya ditempat yang aman
 8) Jangan biarkan kabel listrik menggantung/menjuntai ke
lantai.
 9) Awasi anak pada saat memanjat, lari, lompat.
By Armina, Ns., Sp.Kep.An 62
 Kecelakaan terjadi biasanya karena anak kurang
menyadari potensi bahaya seperti: obyek panas,
benda tajam, akibat naik sepeda misalnya main di
jalan, lari mengambil bola/layangan, menyeberang
jalan. Pencegahannyaada 2 cara :

Pra sekolah  1) Mengontrol lingkungan.


 2) Mendidikanak terhadap keamanandan potensial
bahaya. Jauhkan korek api dari jangkauan,
mengamankan tempat- tempat yang secara
potensial dapat membahayakananak dan mendidik
anak cara menyeberang jalan, serta arti rambu-
rambu lalu lintas.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 63


 1) Anak biasanya sudah berpikir sebelum bertindak.
 2) Aktif dalam kegiatan: mengendarai sepeda,
mendaki gunung, berenang.
 3) Berikan pendidikan tentang Aturan lalu-lintas
pada anak.
Usia Sekolah  4) Apabila anak suka berenang, ajakan aturan yang
aman dalam berenang.
 5) Awasi anak saat menggunakan alat berbahaya
seperti gergaji, alat listrik.
 6) Ajarkan anak untuk tidak menggunakan alat
yang bisa meledak/terbakar.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 64


 Jenis kecelakaanyang seringterjadi pada usia ini
adalah:
 1) Kkecelakaan lalu lintas terutama kendaraan
bermotor yang dapat mengakibatkan fraktur, cedera
kepala.
 2) Kecelakaankarena olah raga.

Remaja  Oleh karena itu perlu diberikan pemahaman kepada


remaja tentang:
 1) petunjuk dalam penggunaan kendaraan bermotor,
ada negosiasi antara orang tua dengan remaja.
 2) Penggunaan alat pengaman yang sesuai seperti
helm sesuai standar, penggunaan sabuk
keselamatan.
 3) Melakukan latihan fisik yang sesuai sebelum
melakukanolah raga

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 65


Sex Education
 Pendidikan seks adalah upaya pengajaran,
Pengertian penyadaran, dan pemberian informasi tentang
Sex masalah seksual. Informasi yang diberikan di
antaranya pengetahuan tentang fungsi organ
Education reproduksi dengan menanamkan moral, etika,
komitmen, agama agar tidak terjadi
"penyalahgunaan" organ reproduksi tersebut.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 67


 Pada usia balita, tujuannya adalah untuk
memperkenalkan organ seks yang dimiliki,
termasuk menjelaskan fungsi serta cara
melindunginya. Jika tidak dilakukan lebih awal
maka ada kemungkinan anak akan mendapatkan
Tujuan Sex banyak masalah seperti memiliki kebiasaan suka
memegang alat kemaluan sebelum tidur, suka
Education memegang payudara orang lain atau
masalah lainnya.
 Pada usia sekolah mulai 6-10 tahun bertujuan
memahami perbedaan jenis kelamin (laki-laki
dan perernpuan), menginformasikan asal-usul
manusia, membersihkan alat genital dengan
benar agar terhindar dari kuman dan penyakit.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 68


 Pada usia menjelang remaja, pendidikan seks
bertujuan untuk menerangkan masa pubertas
dan karakteristiknya,serta menerima perubahan
dari bentuk tubuh.
 Kesimpulannya, pendidikan seks berguna untuk
memberi penjelasan mengenai perilaku seks
yang merugikan (seperti seks bebas),
Lanjutan… menanamkan moral dan prinsip "say no" untuk
seks pranikah serta membangun penerimaan
terhadap diri sendiri. Bahkan, pendidikan seks
juga penting diberikan pada anak di usia
pranikah untuk pembekalan pada pasangan
yang ingin menikah tentang hubungan seks
yang sehat dan tepat.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 69


 1 — 5 tahun
 Mulai perkenalkan kepada anak tentang organ-
Cara organ seks miliknya secara singkat
Menyampaik  Jelaskan perbedaan alat kelamin dari lawan
jenisnya
an Sex  Jelaskan bahwa alat kelamin tersebut tidak boleh
Education dipertontonkan dengan sembarangan
 Ajarkan jika ada yang menyentuhnya tanpa
Sesuai Usia diketahui orang tua, maka si kecil harus berteriak
Anak keras-keras dan melapor kepada orang tuanya

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 70


3 — 5 tahun
•Ajarkan mengenai organ tubuh dan fungsi
masing-masing organ tubuh
•Saat yang paling tepat untuk mengajarkan
anak adalah di saat sedang memandikannya
•Jelaskan mengenai darimana bayi berasal
dengan menggunakan sebuah cerita
•Jelaskan perbedaan penis dan vagina
Lanjutan…. •Ajarkan kepada anak bahwa seluruh
tubuhnya, termasuk alat kelaminnya, adalah
milik pribadinya yang harus dijaga baik-baik
•Ajarkan untuk tidak menunjukkan kelaminnya
secara sembarangan
•Tekankan kepada anak bahwa mereka
memiliki hak dan bisa saja menolak pelukan
atau ciuman dan segala macam bentuk kasih
sayang yang dinyatakan melalui sentuhan fisik

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 71


6 — 9 tahun
•Ajarkan mengenai apa saja yang harus
dilakukan untuk melindungi dirinya sendiri
•Ajarkan mengenai perkembangan alat
Lanjutan…. reproduksi
•Orang tua harus memperhatikan suasana hati
anak agar saat menyampaikan materi
seksualitas, si anak tidak merasa terpojokkan,
malu, bodoh, ataupun menjadi terlalu liar
dalam menyikapi seks.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 72


 9 — 12 tahun
 Berikan informasi lebih mendetail apa saja yang
akan berubah dari tubuh si anak saat menjelang
masa puber
Lanjutan….  Ajarkan kepada anak bagaimana menyikapi
menstruasi ataupun mimpi basah
 Pada umur 10 tahun, sebelum menjelang masa
puber, Ajarkan topik mengenai kesehatan alat
kelamin.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 73


 12 — 14 tahun
 Ajarkan apa itu sistem reproduksi dan bagaimana
cara bekerjanya
 Tekankan terhadap perbedaan antara kematangan
fisik dan emosional untuk hubungan seksual
 Beritahukan kepada anak segala macam konsekuensi
yang ada dari segi biologis, psikologis, dan sosial jika
mereka melakukan hubungan seksual.
 Ajarkan keterbukaan komunikasi dengan anak
terutama dalam membicarakan seksualitas
Lanjutan…  Jelaskan keuntungan menghindari aktivitas seksual
terlalu dini sebelum mencapai masa dewasa.
 Hindari penggunaan kata-kata yang menghakimi
remaja agar ia tidak merasa ragu, takut, enggan
ataupun marah saat membicarakan pengalaman
seksual mereka.
 Jika orangtua merasa agak berat untuk
membicarakan topik-topik seksual dengan anak,
orangtua bisa meminta bantuan psikolog atau
konselor untuk
 memberikan pendidikan seks

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 74


 Menjelang Remaja

Lanjutan..  Ajarkan mengenai haid, mimpi basah, dan juga


perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada
seorang remaja

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 75


 Menanamkan rasa malu pada anak. Jangan
biasakan anak-anak, walau
 masih kecil, bertelanjang di depan orang lain;
misalnya ketika keluar kamar mandi, berganti
pakaian, dan sebagainya. Membiasakan anak
 perempuan sejak kecil berbusana menutup
aurat.
 Menanamkan jiwa maskulinitas pada anak laki-
Remaja laki dan jiwa feminitas pada anak perempuan.
Adanya perbedaan ini bukan untuk saling
merendahkan, namun semata-mata karena
fungsi yang berbeda yang kelak akan
diperankannya. Mengingat perbedaan yang
telah ada tersebut tetap terjaga.
 Memisahkan tempat tidur mereka. Pemisahan
tempat tidur merupakan upaya untuk
menanamkan kesadaran pada anak tentang
eksistensi dirinya.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 76


 Mendidik menjaga kebersihan alat kelamin. Mengajari anak
untuk menjaga kebersihan alat kelamin selain agar bersih dan
sehat. Anak juga harus dibiasakan untuk buang air pada
tempatnya (toilet training). Dengan cara ini akan terbentuk
pada diri anak sikap hati-hati, mandiri, mencintai kebersihan,
mampu menguasai diri, disiplin, dan sikap moral yang
memperhatikan tentang etika sopan santun dalam
melakukan hajat.
 Upayakan agar anak mampu menjaga pergaulan sehari-
harinya dengan selain wanita yang bukan mahram-nya.
Remaja  Mendidik anak agar selalu menjaga pandangan mata.
Jauhkan anak-anak dari gambar, film, atau bacaan yang
mengandung unsur pornografi dan
 pornoaksi.
 Mendidik anak agar seorang laki-laki dan wanita bukan
mahram-nya berada di suatu tempat, hanya berdua saja. Hal
tersebut merupakan perantara bagi terjadinya perbuatan
zina.
 Mengenalkan anak tentang mimpi basah dan haid, mereka
harus diarahkan menjadi manusia yang bertanggung jawab
atas hidupnya

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 77


 Luangkan waktu untuk membuat dialog atau diskusi tentang
seks dengan anak.
 Sikap terbuka, informatif, dan yakin atau tidak ragu-ragu.
 Siapkan materi dan penyampaian disesuaikan dengan usia
anak.
Tips  Gunakan media atau alat bantu konkret seperti boneka,

Menyampaik gambar, binatang, untuk memudahkan anak menyerap


informasi.
an Sex  Membekali diri dengan wawasan cukup untuk menjawab
pertanyaan anak.
Education  Menjawab pertanyaan dengan jujur dan dengan bahasa yang
pada Anak lebih halus
 Dalam memberikan pendidikan seks pada anak sebaiknya anak
mengenali bagian tubuh dirinya sendiri dan jangan pernah
mengeksplor tubuh orang lain.
 Mendiskusikan kepada ahli atau psikolog apabila ada hal-hal
yang masih ragu atau bingung, terutama apabila terjadi
hambatan dalam memberikan informasi.
 Menyakinkan diri bahwa pendidikan seks pada anak adalah
penting dan bermanfaat.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 78


Health Promotion
1. Promosi pemberian ASI
2. Perawatan payudara menunjang produksi ASI
Health 3. Pemberian ASI selain breastfeeding (botol,
Promosi sendok, cup feeder)

pada infant 4. Imunisasi


5. Perawatan tali pusat
6. MPASI

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 80


 Makanan
 Tumbuh kembang anak
Health  Kebutuhan psikis dan intelektual
promosi  Gigi
pada balita  Toilet training

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 81


 Makanan
 Tumbuh kembang anak
 Gigi
 Toilet training
Health  Gangguan perkembangan
promosi  Gangguan perilaku
pada  Gangguan belajar
preschool  Gangguan kesehatan
 Cuci tangan
 PAUD

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 82


 1) Pemeriksaan kesehatan secara berkala, baik
pemeriksaan umum atau khusus, misalnya: gigi, paru-
paru, kulit, gizi, dan sebagainya.
 2) Pemeriksaan dan pengawasan kebersihan
lingkungan.
Pelayanan  3) Usaha-usaha pencegahan dan pemberantasan
kesehatan penyakit menular, antara lain dengan imunisasi.

disekolah  4) Usaha perbaikan gizi.


 5) Usaha kesehatan gizi sekolah.
(health
 6) Mengenal kelainan-kelainan yang mempengaruhi
services in pertumbuhan jasmani, rohani, dan sosial. Misalnya,
school) penimbangan berat badan, dan pengukuran tinggi
badan.
 7) Mengirimkan murid yang memerlukan perawatan
khusus atau lanjutan ke puskesmas atau rumah sakit.
 8) Pertolongan pertama pada kecelakaan dan
pengobatan ringan.

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 83


 Masalah Kesehatan pada Remaja :
 a. NAPZA

Health  B. Aborsi

Remaja  C. HIV/AIDS
 D. Pernikahan Dini

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 84


Strategi  Advokasi
Promosi  Kemitraan
Kesehatan  Pendidikan pada orangtua remaja
pada remaja

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 85


Selamat Belajar

By Armina, Ns., Sp.Kep.An 86

Anda mungkin juga menyukai